Anda di halaman 1dari 56

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. J DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG KRONIS
PRIA II RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA

IREN STEFANI SAMPEBUA


P0.71.20.2.1.80.42

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
JAYAPURA JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2021

1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.J DENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG KRONIS PRIA
II RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan


Menyelesiakan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Jayapura

IREN STEFANI SAMPEBUA


P0.71.20.2.1.80.42

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2021

i
PERNYATAANXEASLIANTULISAN

Saya yaag bcrtaada taogaa dibawab izii :

NIM : PO.71.20.2.18.042
Program
: Diploma IB Keperawatan Jayapura
studi
: Politekaik Kesebaian Kerries Jayapura
I»sstusi

Menyatakan dengan sebenaniya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tufts ini
adalah benar-benar merupakan basil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil salinan tulisan atau pt iran orang lain yang saya akui sebagai
hasil tulisan atsu pikiran says sendiri.

Apabila di kemudian hari terms atau dapat di bukiikan Karya TuJis Bmiab hasil

Jayapara 21 Juni
2021 Pembuat
Pemyatam,

Mengetahui :
£'eozbimbzag Utama Pernbiinding Pen‹iamping

NIP. 19640312 198803 1 003 MP. 19660425 198701 2 001


Karya Tulis Ilmiah oleh Iren Stefani 5ampebua. NIM : PO.71.20.2.18.042,

Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan iayapura, dengan juiiul :

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. J DENGAN RESIKO

PERHAKU KEIf SRASAN DI RUANG KRONIS PRIA O RUMAH

SAKIT JIWA

Jayapura 21 Juni 2021

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Br.lead I.B Tukave, ftp.‹MW Scheme J• Geetia8ate, S.Kep.‹


MW NIP. 19640312 198803 1 003 NIP. 19660425 198701 2 001

Ka Prodi D-III Keperawatan Jayapura

• kvWpev,S.Items.?if Um
. 19780913 200212 1 022

tV
Karya Tulis Ilmiah oleh Iren Stefani Sampebua, NIM :
PO.71.20.2.18.042, Mabasiswa D-lfi Eeperawatan Jayapura, &ngan judul
^ASURAN KEPERAWAZAN PADA PASIEN TN. J DENGAN RESIKO
PE KU KEKERASAN DI RUANG KRONIS PBIA O RUMAH SAKIT
JIWA
DAERAH ABEPURA", Telah dipertahaakan di depan dewan penguji pada
tanggal 21 Juni 2021.

Penguji Ketua

NIB. I960t231 19810d I 00t

Penguji Anggota Penguji Anggota II


I

. 19780913 200212 1 022


NIP. 19640312 198%3 2 003

Mmg

1W4NW1997032
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PENULIS
Nama : Iren Stefani Sampebua
Tempat/Tanggal Lahir : Jayapura ,03 April 2000
Alamat : JL. Kali Acai Tanah Hitam

II. NAMA ORANG TUA


Ayah : Agung Sampebua
Ibu : Rifriani Bubun

III. PENDIDIKAN
1. SD Inpres Kotaraja Dalam
2. SMP Negeri 2 Jayapura
3. SMA Negeri 1 Jayapura
4. D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang maha kuasa atas rahmat
dan karunia-nya, sehingga penulis diberi kekuatan, kesehatan serta keampuan
untuk menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn.J Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang
Kronis Pria II Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura”.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Jayapura Tahun 2021.
Dalam penulis Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis
berterima kasih kepada
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasihkepada :
1. Dr.Arwam Hermanus M.Z, SE.,M.Kes.,D.Min selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Jayapura.
2. Dr.Nouvy H. Warouw, S.Kep.,Ns.,MPH selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Jayapura.
3. Frengky Apay, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan
4. Dr.Isak J.H Tukayo,S.Kp.,M.Sc selaku Pembimbing Utama Penulis dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ria Anggelina, S.Kep selaku Pembimbing Pendamping Penulis dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah.
6. Seluruh Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Jayapura yang
telah membimbing dan mendidik penulis selama mengikuti pendidikan.

vi
7. Terkhusus Kepada Mama dan papa tercinta atas jerih payah, curahan kasih
saying, bantuan moril maupun material serta doa yang tulus demi kesuksesan
penulis.
8. Teman – teman saya khususnya Marta Wanggai ,Nur mila, Kun Mardiana,
Andika Batara yang telah menemani saya selama perkulihan,yang juga seperti
saudara(i) saya sendiri yang selalu memberi saya semangat dan motivasi
dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.
9. Kepada teman-teman seperjuangan D-III Keperawtan Politeknik Kesehatan
Jayapura angkatan 2018 yang selalu membirikan motivasi kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah menolong saya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
tidak dapat mengembalikannya tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa akan
mengembalikan seribu kali lipat. Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari apa yang di harapkan, oleh sebab itu saran dan kritik yang berisfat
membangun sangat pada Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi setiap orang yang
membacanya.

Jayapura, 8 Juni 2021


Penulis

Iren Stefani Sampebua

vii
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. J DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG KRONIS PRIA II RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH ABEPURA
Iren Stefani Sampebua
PO.71.2.02.1.80.42
Latar belakang : Resiko perilaku kekerasan merupakan seseorang yang pernah
mempunyai riwayat melakukan tindakan membahayakan diri sendiri, orang lain,
bahkan lingkungan secara fisik, emosional, atau seksual dan verbal. Seseorang
dikatakan resiko perilaku kekerasan karena ditandai dengan berbicara kasar,
sering marah-marah, mengamuk dengan diri sendiri maupun orang lain,
pandangan yang tajam, berbicara dengan nada tinggi, sering mondar-mandir.
Tujuan : Mampu melakukan pengkajian pada klien Tn.J dengan perilaku
kekerasan di Ruang Kronis Pria ll Rumah Sakit Jiwa Abepura.
Metode : yang digunakan adalah metode pemecahan masalah dengan pendekatan
proses keperawatan mulai dari pengakajian, penegakan diagnose keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Asuhan keperawatan di lakukan di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Abepura.
Hasil : pengkajian lingkungan didapatkan bahwa pasien sering marah-marah
disebabkan karena menendang anak kecil dilingkungan Rumah. Pasien sering
berbicara tidak nyambung dan kasar, mondar-mandir, mengamuk, dan berbicara
dengan nada tinggi. Tindakan keperawatan yang dilakukan melatih pasien dengan
cara mengontrol marah sesuai strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.Hasil
evaluasi didapatkan pasien mampu menyebutkan dan mempraktikkan cara-cara
latihan mengontrol marah yang sudah diajarkan dengan baik dan benar, namun
pasien kurang mampu untuk mengaplikasikan ketika dirinya merasakan marah itu
muncul.
Kesimpulan : semua tindakan sudah dilakukan, pasien hanya mampu
mengungkapkan saat diajarkan, tidak mampu mengaplikasikan cara mengontrol
marah saat merasakan emosi atau marahnya itu muncul. Sehingga membuat
pasien tidak bisa mengontrol marahnya.
Kata kunci : Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan

viii
ABSTRACT
PHYSICAL NURSING CARE FOR TN PATIENTS. J WITH DISORDERS
RISK OF VIOLENT BEHAVIOR IN THE MEN'S CHRONIC ROOM II
IN
ABEPURA REGIONAL Psychiatric Hospital
Iren Stefani Sampebua
PO.71.2.02.1.80.42
Risk of violent behavior is someone who has a history of doing actions that
endanger themselves, others, even the environment both physically, emotionally,
or sexually and verbally. Someone is said to be at risk of violent behavior because
it is characterized by speaking harshly, often getting angry, tantrums with oneself
and others, having a sharp gaze, speaking in high tones, and often pacing.
The method used is a problem-solving method with a nursing process approach
starting from assessment, nursing dsosialsis enforcement, intervention,
implementation, and evaluation. Nursing care was carried out in Regional Mental
abepura. The results of the environmental assessment showed that the patient was
often angry because her husband had left her with someone else. The patient often
speaks harshly, pacing back and forth, throws a tantrum, and speaks in a high
tone. Nursing action taken is to train patients by controlling anger according to
the strategy of implementing nursing actions.
The results of the evaluation showed that the patient was able to mention and
practice how to exercise anger control that had been taught properly and
correctly. However, the patient is less able to apply it when he feels anger
appears.
In conclusion, all actions have been carried out, the patient is only able to express
when taught, but unable to apply when he is really angry. Thus, it makes the
patient unable to control his anger.
Keywords : Nursing Care, Risk of Violent Behavior

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................vi
ABSTRAK......................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................3
C. Metode Penulisan............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
A. Pengertian.......................................................................................5
B. Psikodinamika.................................................................................6
C. Rentang Respon Marah...................................................................6
D. Pengkajian Keperawatan.................................................................8
E. Diagnosa Keperawatan...................................................................14
F. Rencana Keperawatan.....................................................................14
G. Tindakan Keperawatan...................................................................14
H. Evaluasi Keperawatan.....................................................................16
BAB III TUJUAN KASUS.............................................................................17
A. Pengkajian Keperawatan.................................................................17
1. Identitas.....................................................................................17
2. Alasan Masuk...........................................................................18
3. Faktor Prediposisi.....................................................................18
4. Pemeriksaan Fisik.....................................................................19
5. Psikososial................................................................................20
6. Status Mental............................................................................22

x
7. Masalah Psiko Sosial dan Lingkungan.....................................24
8. Aspek Medik.............................................................................24
9. Mekanisme Koping...................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................34
A. Pengkajian.......................................................................................34
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................36
C. Rencana Keperawatan.....................................................................36
D. Implementasi...................................................................................37
E. Evaluasi...........................................................................................38
BAB V PENUTUP..........................................................................................40
A. Kesimpulan....................................................................................40
B. Saran..............................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................42

xi
1

BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Resiko Perilaku kekerasan adalah gangguan jiwa yang dapat berakhir

dengan hilangnya nyawa seseorang. Dalam penanganan penyakit ini

menyebabkan jiwa yang terganggu maka dibutuhkan terapi, rehabilitasi dan

konseling (Pardede, 2019 ). Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon

marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang

lain, atau merusak lingkungan. Respon tersebut muncul akibat adanya stressor,

respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri orang lain

maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai

respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu (Yusuf,

2015).

Menurut World Health Organization (WHO) jumlah penderita

gangguan jiwa diseluruh dunia mencapai 450 juta orang, dimana sepertiganya

berdomisili di negara-negara berkembang. Hal ini dapat diperkuat dengan data

dan fakta bahwa hampir separuh populasi dunia tinggal di negara dimana satu

orang psikeater melayani 200.000 orang. Setiap perubahan fisik, kehidupan

baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi kesimbangan fisik, mental,

dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak

sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan

meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).


Prevelensi penderita skizofrenia di indonesia 0,3 - 1 % dan biasanya

timbul pada usia 18 - 45 tahun namun ada juga yang baru berusia 11 - 12

sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk di indonesia sekitar 200 jiwa

maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa yang menderita skizofrenia, dimana

sekitar 80% di Rumah Sakit Abepura yang terhitung dari bulan januari sampai

bulan mei adalah pasien penderita skizofrenia (Sutejo, 2017). Prevelensi

skizofrenia berdasarkan provinsi bali berada di peringkat ketiga kasus

gangguan jiwa terbanyak setelah provinsi Yogyakarta dan Aceh dengan

prevelensi 2,3 per mil. Sedangkan di Sumatera Utara berada pada angka 6,3

per mil (Kemenkes, 2018)

Masalah keperawatan yang lain sering ditemukan di Rumah Sakit Jiwa

Abepura Perilaku Kekerasan, halusinasi, Harga Diri Rendah, Defisit

Perawatan diri dan Menarik Diri. Dari lima masalah keperawatan diatas akan

mempunyai manifestasi yang berbeda proses terjadinya masalah yang bebeda

dan sehingga di butuhkan penanganan yang berbeda pula. Kelima masalah itu

di pandang sama pentingnya dengan masalah yang satu dengan yang lain

(Depkes 2006). Sedangkan perilaku kekerasan sendiri adalah suatu keadaan

dimana seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik

baik terhadap dirinya maupun orang lain (Hermawatiaj, 2004).

Depkes tahun 2021 menjelaskan bahwa, proyek intregasi kesehatan

jiwa di Rumah Sakit jiwa Abepura menunjukan adanya kebutuhan pelayanan

kesehatan jiwa yang lebih terkordinasi dengan baik di semua unsur kesehatan.

Pada hakekatnya semua pembangunan kesehatan menunjuk pada

2
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup

sehat bagi semua penduduk. Dipapua adalah salah satu provinsi yang

mengalami penderita penyakit skizofrenia atau disebut juga perilaku

kekerasan.

Walaupun demikan perilaku kekerasan kadang bernilai negatif tetapi

tetap ada, karena marah juga berguna yaitu untuk meningkatkan energi dan

membuat seseorang lebih berfokus/bersemangat mencapai tujuan. Kemarahan

yang di tekan atau pura – pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan

gangguan hubungan intra personal (Hemawatiaj,2008)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan perilaku

kekerasan Di Ruang kronis Pria ll Rumah Sakit Jiwa Abepura.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Tn.J dengan perilaku

kekerasan di Ruang Kronis Pria ll Rumah Sakit Jiwa Abepura.

b. Mampu menentukan Diagnosa Keperawatan pada klien Tn.J dengan

perilaku kekerasan.

c. Mampu melakukan rencana keperawatan pada klen Tn.J dengan

perilaku kekerasan.

d. Mampu melakasanakan tindakan keperawatan pada klien Tn.J dengan

perilaku kekerasan.

3
C. Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif. Teknik yang

digunakan sebagai berikut :

1. Studi kasus

a. Observasi

Dengan mengamati dan memeriksa klien secara langsung maupun

tidak langsung untuk memperoleh gambaran nyata sesuai dengan

kondisi klien

Wawancara melakukan komunikasi secara langsung kepada klien,

keluarga dan perawat Rumah Sakit Jiwa Abepura Ruang Kronis Pria ll

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksaan secara menyeluruh

(head to toe )

2. Studi dokumentasi

Mempelajari catatan keperawatan dan medik

3. Studi kepustakaan

Dengan mempelajari buku-buku keperawatan dan medis sebagai

sumber untuk mendapatkan keterangan dan dasar-dasar teoritis yang

berhubungan dengan perilaku kekerasan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai orang secara fisik maupun psikologis. Perilaku

kekerasan merupakan suatu bentuk ekpresi kemarahan yang tidak sesuai

dimana seseorang melaksanakan tindakan-tindakan yang dapat

membahayakan/ mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak

lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana

dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah

menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi

kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai

orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut. Berdasarkan definisi ini

maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara

verbal dan fisik (kaltneretal 1999).

Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,

manupulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik

emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga

menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan

ketergantungan pada orang lain.

5
B. Psikodinamika

1. Proses terjadinya marah

Ancaman atau kebutuhan :

a. Stres

b. Cemas

c. Merasa kuat mengungkapkan secara verbal merasa tidak kuat

d. Menentang menjaga keutuhan orang lain melarikan diri

e. Merasa tidak selesai lega mengingkari marah

f. Marah berkepanjangan ketegangan menurun marah tidak terungkap

g. Rasa marah teratasi

h. Muncul rasa bermusuhan

i. Rasa bermusuhan bertahun

j. Marah pada diri sendiri, marah pada orang lain atau lingkungan

C. Rentang Respon Marah

Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang di

manifestasikan oleh perasaan marah yang berfluktuasi sepanjang rentang

adaptif dan maladaptive.

Respon adaptif dan Respon maladaptif

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

6
a. Asertif.

Kemarahan atau tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan menyakiti

orang lain memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan

masalah.

b. Frustasi

Respon respon yag terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak

realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan

tidak ditemukan alternatif lain, selanjutnya individu merasa tidak mampu

mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.

c. Pasif

Respon lanjutan dimana klien tidak mampu megungkapkan perasaannya.

d. Agresif

Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak

dalam bentuk dektruktif dan masih terkontrol, perilaku yang tampak dapat

berupa muka suram, bicara kasar disertai kekerasan.

e. Kekerasan

Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptiv yang ditandai

dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya

kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri maupun orang lain.

7
D. Pengkajian Keperawatan

1. Faktor predisposisi

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya perilaku kekerasan adalah faktor

biologis psikologis dan sosiokultural. (Depkes RI, 2008)

a. Faktor biologis

Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif

mempunyai dasar biologis. Penelitian neourobiologi mendapatkan

bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus

( yang berada ditengah system limbik ) binatang nyata menimbulkan

perilaku agresif.

b. Teori dorongan naluri

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu

dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.

c. Teori psikomatik

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap

respon stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini

sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun

menghambat rasa marah.

2. Faktor psikologis

a) Teori agresif – frustasi

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi

frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan untuk individu mencapai

suatu gagal atau terhambat. Keadaaan tersebut dapat mendorong

8
individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang

melalui berperilaku kekerasan.

b. Teori perilaku

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat tercapai apabila tersedia

fasilitas atau situasi yang mendukung

c. Eksistensi

Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan

tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstuktif, maka individu

akan memenuhinya melalui berperilaku destruktif.

3. Faktor sosial cultural

a) Teori lingkungan sosial

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap indivdu dalam

mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung

individu untuk berespon aseftif dan agresif.

b) Teori belajar sosial

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun proses

sosialisasi.

4. Faktor presipitasi

Stresor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat

unik. Stresor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam.

9
Contoh stresor yang berasal dari luar antara lain:

a. Serangan fisik

b. Kehilangan

c. Kematian

Selain itu lingkungan yang padat, terlalu bisan, kritik yang mengarah pada

penghinaan dapat memicu terjadinya perilaku kekerasan.

Sedangkan stresor yang dari dalam adalah :

a. Putus hubungan dengan orang yang berarti

b. Kehilangan rasa cinta

c. Ketakutan terhadap penyakit fisik, dan lain – lain

5. Mekanisme koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga

dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang

konstruktif dapat mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang

bisa digunakan :

a. Sublimasi

Menerima suatu sasaran pengganti yang mulai artinya dimata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan

penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah

melampiaskan kemarahannya kepada obyek lain seperti meramas

adonan kue, meninju tembok dan sebagainnya, tujuannya adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

10
b. Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai kerusakannya atau

keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda

menyangkal bahwa dia memiliki perasaan seksual terhadap rekan

kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba

merayuh dan mencumbunya.

c. Represi

Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan

masuk ke alam sadar. Misalnya seseorag anak yag benci kepada orang

tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan

yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan

hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci

itu ditekannya dan akhirnya dia dapat melupakannya.

d. Reaksi formasi

Mencegah keinginan berbahaya bila diekspresikan, dengan

melebih – lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan

menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik

pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan

kasar.

e. Displacement

Melepaskan perasaan yang tertekan bisanya bermusuhan, pada

obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang

11
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmiy berusia 4 tahun marah

karena dia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena

menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang – perang

dengan temannya

6. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

a. Menyerang atau menghindar

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan

sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephinephrin, yang

menyebabkan tekanan dara meningkat, takikardi , wajah memerah,

pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, konstipasi ,

kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang

terkatup , tangan mengepal , tubuh menjadi kaku dan disertai reflek

cepat.

b. Menyatakan secara asertif

Perilaku yang sering ditampilakan individu dalam

mengekspresikan kemarahan yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan

asertif. Perilaku asertif adalah cara yang paling baik untuk

mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa

marahnya tanpa menyakiti orang lain baik fisik maupun psikologis.

Disamping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.

12
c. Memberontak

Perilaku ini biasanya muncul disertai kekerasan akibat konflik

perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.

d. Perilku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukan kepada diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Pada dasarnya pengkajian pada klien dengan perilaku

kekerasan ditunjukan pada semua aspek bio-psiko-sosial-kutural-

spritual.

7. Aspek biologis

Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom

bereaksi terhadap sekresi ephinephrin, yang menyebakan tekanan darah

meningkat, wajah memerah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat,

peristaltic gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat,

konstopasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti

rahang terkatup, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek

cepat.

8. Aspek emosional

Individu yang marah tidak merasa nyaman, merasa tidak berbahaya,

jengkel, frustasi, bermusuhan, menyalahkan dan menuntut.

13
9. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan melalui proses

intelektual. Peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi pada

lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu

pengalaman.

10. Aspek sosial

Meliputi interaksi budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.

Emosional marah sering merangsang kemarahan dari orang lain dan

menimbulkan penolakan dari orang lain.

E. Diagnosa Keperawatan

Resiko Perilaku Kekerasan

F. Rencana Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu tujuan umum,

tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus

pada penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu. Tujuan umum dapat

tercapai apabila serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus

merupakan perumusan kemampuan klien.

G. Tindakan Keperawatan

Implementasi atau tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat belum terbiasa menggunakan

rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Tindakan

keperawatan untuk klien dengan perilaku kekerasan meliputi SP pasien dan SP

keluarga.

14
SP PASIEN SP KELUARGA
SP I pasien : SP I keluarga :
a. Mengidentifikasi perilaku kekerasan a. Mendiskusikan masalah yang di
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala sarankan keluarga dalam merawat
c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan pasien
yag dilakukan b. Menjelaskan pengertian perilaku
d. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan, tanda dan gejala , serta
kekerasan proses terjadinya perilaku kekerasan
e. Membuat klien mempraktekan latihan cara c. Menjelaskan cara merawat pasien
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara dengan perilaku kekerasan
fisik l ( menarik nafas dalam )
f. Mengajarkan klien memasukan latihan
mengontrol perilaku kekerasan cara fisik l
( tarik nafas dalam ) kejadwal kegiatan
Harian
SP II pasien : SP II keluarga :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien a. Melatih keluarga mempraktekan
b. Melatih pasien mengontrol perilaku cara merawat pasien dengan
kekerasan dengan cara fisik ll (pukul bantal perilaku kekerasan
dan kasur) b. Melatih keluarga melakukan cara
c. Menganjurkan pasien memasukan ke merawat langsung pada pasien
dalam jadwal harian perilaku kekerasan

SP III pasien : SP III keluarga :


a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien a. Membantu keluarga membuat
b. Mengevaluasi mengontrol perilaku jadwal aktifitas di rumah
kekerasan secara fisik l dan ll termaksud minum obat (discharge
c. Melatih klien mengontrol perilaku planning)
kekerasan dengan cara verbal yaitu b. Menjelaskan follow up pasien
meminta yang baik, menolak dengan baik setelah pulang
dan mengungkapkan perasaan
d. Menganjurkan klien memasukan jadwal
kegiatan harian

SP IV Pasien
a. Evaluasi kegiatan yang lalu ( sp
1,2 ) dan verbal yaitu ( latihan
ibadah dan berdoa , buat jadwal
ibadah dan berdoa )
b. Masukan jadwal kegiatan pasien
SP V Pasien
a. Evaluasi kegiatan yang lalu Sp (
1,2 ), verbal (3), spiritual
b. Latihan patuh obat
c. Masuk jadwal kegiatan pasien

15
H. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
menjadi dua yaitu, evaluai proses atau vormatif dilakukan setiap selesai
melakukan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan.
a. Subjektif : semua perkataan klien terkait dengan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan keperawatan.
b. Objektif : semua data yang nyata atau yang tampak terkait dengan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan keperawatan.
c. Analisa : tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
keperawatan
d. Planning : rencana tindak lanjut yang ditujukan untuk perawat dan
pasien.

16
BAB III

TUJUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada Pasien

Tn.J dengan Resiko perilaku kekerasan di Ruang Kronis Pria II. Rumah Sakit

Jiwa Abepura Keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 mei 2021 sampai

dengan 8 mei 2021.

A. Pengkajian Keperawatan

Data yang diperoleh penulis dari wawancara dan observasi dengan klien,

keluarga dan perawat yang ada di dalam ruangan.

1. Identitas

a. Nama pasien : Tn.J

b. Umur pasien : 26 tahun

c. Jenis kelamin : laki - laki

d. Agama : Kristen protestan

e. Pendidikan terakhir : Mahasiwa

f. Pekerjaan :-

g. Suku bangsa : Biak ( Indonesia )

h. Tanggal dirawat : 9 – 4 – 2021

i. Tanggal pengkajian : 6 Mei 2021

j. Nomor Register 002194

k. Dsosialsa Medis : RPK ( Resiko Perilaku Kekerasan )

17
2. Alasan Masuk

Pasien diantar keluarga, karena menendang anak- anak kecil dilingkungan

rumah, dan pasien sering kali berbicara sendiri dan tidak nyambung.

3. Faktor Prediposisi

a. Riwayat penyakit lalu

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimassa lalu dan di rawat di RSJ

2. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil

3. Pengalaman massa lalu lain yang tidak menyenangkan

4. Pasien pernah mengkonsumsi Narkoba

b. Psikologis,

1. Orang yang berarti

Pada saat dikaji klien mengatakan hanya memiliki keluarga yaitu

terdiri dari ibu, ayah, dan adik perempuan.

2. Peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat

Pada saat dikaji klien mengatakan tidak pernah berperan serta

dalam kegiatan kelompok/masyarakat.

3. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain

Pada saat dikaji klien mengatakan sering mengalami hambatan

dalam hubungan dengan orang lain disekitarnya.

18
c. Perilaku

Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini

menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan,

d. Sosial budaya

Tertutup ( pasif agresif ) dan control sosial yang tidak pasti terhadap

perilaku kekerasan akan menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan

( permissive )

e. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Pada saat dikaji klien mengatakan beragama Kristen Protestan

b. Kegiatan ibadah

Pada saat di kaji klien mengatakan jarang beribadah yang

dilakukan pada hari minggu

4. Pemeriksaan Fisik

Dari hasil pemeriksaan fisik pada klien di dapat data dan tanda – tanda

vital sebagai berikut :

a. Tekanan darah : 117/78 mmHg

b. Nadi : 94 x/m

c. Suhu badan : 36,5 c

d. Pernapasan : 22 x/m

Tidak ada keluhan kesehatan, kelainan fisik tidak ada.

19
5. Psikososial

a. Genogram

Keterangan

Laki – laki :

Perempuan :

Klien :

Meninggal :

Garis keturunan :

Tinggal satu rumah :

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan

20
a. Konsep diri

1. Gambar diri : pada saat dikaji klien menyukai bentuk tubuhnya.

2. Identitas klien : pada saat dikaji klien mengatakan dirinya seorang

laki laki

3. Peran : pada saat dikaji klien mengatakan menyadari

perannya adalah seorang anak laki – laki dari

dalam keluarganya.

4. Ideal diri : pada saat dikaji klien mengatakan ingin cepat

pulang dan ingin dirinya baik – baik saja.

5. Harga diri : pada saat dikaji klien mengatakan menerima

dirinya di RSJ

b. Hubungan sosial

Orang yang berarti bagi klien adalah keluarga klien. Klien

jarang sekali berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan rumah

klien juga jarang mengikuti kegiatan – kegiatan di lingkungan rumah,

beribadah dan lain-lain.

saat dirumah sakit klien juga jarang berinteraksi dengan pasien

lainya hanya sesekali itupun dengan pasien dan petugas kesehatan

yang dia percaya.

21
c. Spiritual

Klien menganut agama Kristen Protestan, Klien jarang beribadah,

tetapi sekali Klien beribadah Klien mengambil bagian (memainkan alat

music Keybord)

6. Status Mental

a. Penampilan Klien rapi

b. Pembicaraan

Bicara klien cepat, Klien dapat menangkap informasi yang di

instruksikan. Bicara Klien keras jika ada sesama pasien yang

mengejeknya

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

c. Aktifitas Motorik

Klien tampak mondar mandir tidak jelas tujuanya, jari –jari dan tangan

klien tampak kotor Klien mengatakan tidak dapat menghentikan kotor

Masalah keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

d. Afek

Afek Klien labil saat berinteraksi dengan sesama pasien klien sesekali

mengekspresikan wajah tegang secara tiba-tiba.

Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

e. Interaksi secara wawancara

Saat interaksi kontak mata kurang, Klien mengatakan malu apabila

menatap mata lawan bicara

22
f. Proses pikir

Klien menjawab sesuai pertanyaan yang dilontarkan oleh perawat

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan

g. Isi pikiran

Klien mengingat dosa yang pernah dilakukan dan menyesalinya

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan

h. Memori

Klien mampu mengingat segala masa lalunya

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan

i. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berkonsentrasi dengan baik, Klien selalu mendengarkan

dan menjawab pertanyaan perawat

Contoh : 1x1 = 1 , 1+1 = 2, 2+2=4 , 4+1=5

j. Kemampuan penilaian

Pada saat dikaji Klien tampak dapat memilih dan mengambil

keputusan sederhana

Contoh : Klien mampu memilih mandi dulu baru makan

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan

k. Daya Tilik Diri

Pada saat dikaji Klien mengatakan banyak perubahan yang terjadi pada

Dirinya sendiri

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan

23
7. Masalah Psiko Sosial dan Lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok , Spesifik .

Pada saat dikaji Klien mengatakan dalam kelompok terkadang

diasingkan.

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan

Pada saat dikaji klien mengatakan tidak ada masalah antara dirinya

antara lingkungan dan masyarakat. Klien merasa tidak pernah

melakukan hal yang ricuh dengan masyarakat.

c. Masalah dengan pendidikan

Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa Dia seorang mahasiswa

d. Masalah dengan pekerjaan

Pada saat dikaji klien mengatakan tidak memiliki pekerjaan

e. Masalah dengan perubahan

Pada saat dikaji klien mengatakan tinggal serumah dengan orang

tuanya

8. Aspek Medik

Diagnosa medik : Resiko Perilaku Kekerasan

9. Mekanisme Koping

a. Koping adaptif

Pada saat dikaji tampak mampu berbicara dengan orang lain

Masalah keperawatan : tidak ditemukan

24
b. Koping Maldaptif

Pada saat dikaji Klien tampak beraksi dengan sewajarnya ketika

ditanya atau diwawancara.

Masalah keperawatan: tidak ditemukan

c. masalah ekonomi

pada saat dikaji klien mengatakan tidak memiliki pekerjaan

d. masalah dengan pelayanan kesehatan

pada saat dikaji klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan

e. kurang pengetahuan

pada saat dikaji klien mengatakan jika klien kurang paham tentang

penyakit jiwa yang diderita dan mengatakan kalau dirinya baik – baik

saja.

10. Terapi Medik


1.THP 2 Mg frekuensi 1 x 1 tab
2.Halopedel 2x1 tab
3.Clozapine 160 mg frekuensi 1x1 tab

25
Analisa Data

Inisial Klien : Tn. J Ruang : Pria Kronis II. No Register :

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS:
a. Klien mengatakan Resiko Perilaku Resiko Perilaku
pernah dirawat di Kekerasan ( pada diri Kekerasan
RSJ sebelumnya. sendiri, orang lain,
b. Pengobatan lingkungan,dan verbal )
sebelumnya kurang Effect
berhasil.
c. Pernah mengalami
aniaya fisik.
d. Pernah mengalami
penolakan.
dilingkungan sekitar
dan keluarga.
e. Pasien diantar oleh Perilaku kekerasan
keluarga karena Core
hendak menendang
anak – anak,
merampas makanan
dari orang sekitar,
berbicara sendiri dan
tidak nyambung.

DO : Harga Diri Rendah


a. Pasien tampak lesu. Kronis
b. Pasien tampak Causa
berbicara dengan
lambat.
c. Tatapan tajam
d. Pasien tidak suka
disentuh.
e. Mengepal tangan
f. Bicara kasar

Diagnosa Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan

26
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.J
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Ruangan : Pria Kronis 2
No . Register : 002194 Diagnosa : Resiko Perilaku Kekerasan

TGL & SOSIALISASI TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN

06/05/2021 Tum : 1. Beri salam/ panggilan nama Kepercayaan diri klien


RPK ( RESIKO Klien tidak mencederai diri a. Sebutkan nama perawat merupakan hal yang akan
PERILAKU Tuk : b. Jelaskan maksud hubungan memudahkan perawat dalam
KEKERASAN ) 1. Klien dapat membina interaksi melakukan pendekatan
hubungan saling percaya c. Jelaskan akan kontrak yang keperawatan atau intervensi
KH : akan dibuat selanjutnya terhadap klien.
1. Klien mau membalas salam d. Beri rasa aman dan sikap
2. Klien mau menjabat tangan empati
3. Klien mau menyebut nama e. Lakukanan kontrak singkat
4. Klien mau tersenyum tapi sering
5. Klien mau kontak mata
6. Klien mau mengetahui nama
perawat
Tuk : 1. Berikan kesempatan untuk Menentukan mekanisme koping
Klien dapat mengidentifikasi mengungkapkan perasaan yang dimiliki oleh klien dalam
penyebab perilaku kekerasan 2. Bantu klien untuk menghadapi masalah selain itu
mengungkapkan penyebab juga sebagai langkah awal
perasaan jengkel/kesal. dalam menyusun strategi

27
KH : berikutnya
1. Klien dapat
mengungkapkan
perasaan
2. Klien dapat
mengungkapkan
penyebab perasaan
jengkel/kesal ( dari diri
sendiri )

Tuk : 1. Anjurkan klien Detrisi dini dapat mencegah


Klien dapat mengidentifikasi mengungkapkan apa yang tindakan yang bias
penyebab perilaku kekerasan dialami dan dirasakan saat membahagiakan klien dan
KH : marah/jengkel. lingkungan sekitar
1. Klien dapat 2. Observasi tanda dan gejala
mengungkapkan 3. Simpulkan bersama klien
perasaan jengkel/kesal tanda dan gejala/kesal
2. Klien dapat yang akan dialami.
menimbulkan tanda dan
gejala jengkel/kesal
yang dialami.

28
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn.J
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Ruangan : Pria Kronis 2
No . Register : 002194 Dsosialsa : Resiko Perilaku Kekerasan

DSOSIALSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI


RPK (RESIKO PERILAKU Sp 1. P S : klien mengatakan
KEKERASAN ) I. Fase orientasi - iya pagi sus
a. Salam teraupetik - nama saya jimling
“ selamat pagi pak, perkenalkan saya iren Stefani, - saya senang dipanggil
biasanya dipanggil iren. “ saya dari kampus jimling
poltekes saya praktek disini 1 minggu, saya dinas - hari sangat baik sekali
siang dari jam 11:00 – 17:00 saya juga disini suster
merawat bapak selama praktek disini ya, nama - tidak ada suster
bapak siapa ? bapak senang di panggil apa ? - iya bisa suster
b. Evaluasi / validasi - bagaimana kita berbicara
“ bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah diluar saja suster
bapak ada keluhan hari ini ? “ - 15 menit
c. Kontrak - Ah tidak ada suster
“ bagaimana kalau kita berbincang bincang - Jika ingin marah saja suster
sebentar tentang hal – hal positif yang biasa bapak
lakukan hari ini? Biar dapat memulai kemampuan O : klien tampak
positif yang bapak punya ? “ - Bingung dan bicara
Bagimana kalau kita berbincang diruangan saya ? seperlunya
- Wajah datar
- Kontak mata kurang

29
II. Fase kerja
“ apa yang menyebabkan bapak merasa kesal, A.: klien mampu berkenalan
apa penyebabnya “ dengan orang lain
“ pada saat bapak sedang kesal, apa yang bapa
rasakan ? “ P. : SP 1 tuntas lanjutkan SP 2,3 P
“ apakah bapak merasa kesal, mata melotot,
tangan mengepal”
“ ada beberapa cara mengatasi kesal bapak,
salah satu caranya fisik jadi, mengeluarkan
kesal lewat kegiatan fisik, dari beberapa cara
tadi bagaimana kalau kita belajar salah
satunya.”
“ begini bapak jika ada rasa kesal tadi sudah
bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu Tarik
napas dari hidung, tahan sebentar lalu
dikeluarkan nafas perlahan – lahan melalui
mulut, sekarang bapak lakukan lagi,,,, coba
lakukan,,, bagus bapak, bapak bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya ?

III. Fase terminasi


“ bagaimana perasaan bapak setelah ngobrol
tentang rasa kesal yang sering bapak rasakan?”
“ coba bapak sebutkan penyebab dari rasa
kesalnya bapak tadi ? dan bapak sebutkan apa
yang bapak rasakan saat bapak kesal, kemudian
bapak sebutkan lagi apa yang bapak lakukan jika
bapak kesal serta akibatnya. “
“ bapak bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi

30
tentang cara yang lama, untuk mengontrol
perasaan rasa kesal/marah dengan cara memukul
bantal atau Kasur ? “
“ bapak gimana besok kita ngobrol ya ? disini
lagi, gimana bapak ? “
“ kira – kira besok jam 09:00 ya bapak kita
ngobrolnya ? “

31
1

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan evaluasi Keperawatan

No. Hari/ Pukul Tindakan Keperawatan

Dx Tanggal

1 7/05/2021 14:00 SP I pasien :


a. Mengidentifikasi perilaku
kekerasan
b. Mengidentifikasi tanda dan
gejala
c. Mengidentifikasi perilaku
kekerasan yag dilakukan
d. Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan
e. Membuat klien mempraktekan
latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik l
( menarik nafas dalam )

15:15 Mengajarkan klien memasukan latihan

mengotrol perilaku kekerasan cara fisik l ( tarik

nafas dalam ) kejadwal kegiatan harian

S : klien mengatakan sudah mengerti dan bisa

mengontrol dengan cara fisik 1

O : klien tampak

- Wajah datar

- Kontak mata kurang

A : masalah sebagian teratasi

P : intervensi dilanjutkan
15:45 Sp 2

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien


b. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan
c. dengan cara fisik ll (pukul bantal dan kasur)
Menganjurkan pasien memasukan ke dalam
jadwal harian

S : - klien mampu mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara fisik 2

O : klien mampu mengikuti arahan dari perawat

A : masalah teratas sebagian

P : intervensi dilanjutkan

16:22 SP 3 pasien :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
b. Mengevaluasi mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik l dan ll
c. Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal yaitu meminta
yang baik, menolak dengan baik dan
mengungkapkan perasaan
d. Menganjurkan klien memasukan jadwal
kegiatan harian

S : klien mengatakan mengerti cara melakukan

latihan fisik 1 dan 2 yang diajarkan perawat

O : klien mampu mempraktekan cara latihan

fisik 1 dan fisik 2

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

32
2 8/05/2021 14:15 SP I pasien :
a. Mengidentifikasi perilaku
kekerasan
b. Mengidentifikasi tanda dan
gejala
c. Mengidentifikasi perilaku
kekerasan yag dilakukan
d. Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan
e. Membuat klien mempraktekan
latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik l
( menarik nafas dalam )

14:45 Mengajarkan klien memasukan latihan

mengotrol perilaku kekerasan cara fisik l ( tarik

nafas dalam ) kejadwal kegiatan harian

15:00 Sp 2

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien


b. Melatih pasien mengontrol perilaku
kekerasan
c. dengan cara fisik ll (pukul bantal dan kasur)
Menganjurkan pasien memasukan ke dalam
jadwal harian.
d.mengevaluasi Sp 3
S : klien mengatakan sudah mengerti dan bisa

sendiri melakukan latihan fisik 1 dan 2 tanpa

bimbingan perawat.

O : klien berbicara seperlunya

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

33
BAB IV

PEMBAHASA

Pada bab ini penulis akan mengemukakan pembahasan dengan cara

membandingkan antara landasan teori dengan hasil pelaksanaan keperawatan

yang dilaksanakan.

Selain itu akan dibahas mengenai kesenjangan yang ada pada saat

mengaplikasikanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang nyata . Dilengkapi

dengan beberapa faktor pendukung dan penghambat asuhan keperawatan serta

alternatif pemecahan masalah.

Asuhan keperawatan Tn.J. dengan perilaku kekerasan pada tanggal 4 mei

sampai dengan 8 mei 2021 di Ruang Kronis Pria II Rumah Sakit Jiwa Abepura.

Lengkap pembahasan berdasarkan pada pendekatan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, diognosa keperawatan , perencanaan , tindakan keperawatan,

dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Berdasarkan tinjauan teoritis tentang pengkajian pada pasien Resiko

Perilaku Kekerasan sesuai dengan tinjauan kasus pada pengkajian Tn.J umur

26 tahun dengan Resiko Perilaku Kekerasan, klien masuk rumah sakit diantar

keluarga, karena menendang anak- anak kecil dilingkungan rumah, dan pasien

sering kali berbicara sendiri dan tidak nyambung. Selanjutnya pada tahap ini

penulis akan membandingkan antara teori dengan kasus yang ditemukan pada

klien.

34
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku kekerasan

pada klien Tn.J diantaranya faktor predisposisi dan faktor predipitasi :

1. Faktor predisposisi penyebab perilaku kekerasan secara teori maupun

kasus yang ditemukan pada klien Tn.J mempunyai kesamaan yaitu dari

faktor psikologis, semasa kecil sampai saat ini klien sering mendapat

penganiayaan fisik dari bapak kandungnya, seperti dipukul jika tidak

mengikuti perintah bapaknya.

2. Faktor presipitasi penyebab perilaku berasal dari dalam keluarga klien

biasa mendapat aniaya fisik dan biasa dimarahi orang tua, klien

sebelumnya juga pernah masuk Rumah Sakit Jiwa tetapi setelah keluar

klien tidak meminum obat secara teratur, sehingga membuat klien kambuh

lagi, klien biasa membuat kegaduhan di sekitar lingkungan rumah klien

biasa menendang anak – anak kecil di lingkungan dan sering berbicara

tidak nyambung.

Pada masalah keperawatan yang utama adalah perilaku kekerasan

sedangkan pada Tn.J masalah keperawatan utama adalah resiko tinggi perilaku

kekerasan, karena penulis dan perawat ruang akut pria yang memberi data-

data tentang klien, sedangkan faktor penghambat adalah penulis mengalami

sedikit kesulitan dalam memperoleh data tentang riwayat terdahulu karena

pembicaraan klien yang berbelit- belit dan sumber dari keluarga tidak ada.

Untuk melengkapi data penulis melakukan pengkajian ulang dan mencari

informasi dari perawat Ruang Kronis pria II Di Rumah Sakit Jiwa Abepura.

35
B. Diagnosa Keperawatan

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah analisa data yaitu

untuk mengindentifikasi malasalah – masalah yang dihadapi oleh klien dan

dirumuskan sebagai dsosialsa keperawatan dimana antara diagnosa teori dan

kasus memiliki kesamaan yaitu dsosialsa resiko tinggi melakukan kekerasan

dan harga diri rendah kronik.

Faktor pendukung dalam penentuan dsosialsa keperawatan utama resiko

tinggi perilaku kekerasan yaitu didapat dari data klien Tn.J yang menyebutkan

klien sering bicara dengan nada tinggi jika ada yang mengejeknya. Klien

mengatakan pernah melakukan kekerasan kepada anak anak kecil

dilingkungan rumah.

C. Rencana Keperawatan

Berdarsarkan asuhan keperawatan dalam perencanaan yang dibuat

mengacu dan sesuai pada teorinya yang ada sehingga pembuatan perencanaan

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Pada kasus Tn.J dibuat

berdarsarkan prioritas masalah yang sesuai berdarsarkan kondisi klien.

Dimana pada tahap perencanaan terdapat 3 aspek yaitu perumusan tujuan

umum dan tujuan khusus menemukan kriteria hasil dan rencana keperawatan.

Tujuan umum dapat tercapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai.

Pada tahap perencanaan penulis tidak mengalami hambatan dalam

memberikan asuhan keperawatan, karena penulis menyusun rencana tindakan

keperawatan sesuai dengan standart asuhan keperawatan yang berlaku proses

pendokumentasian dalam dokumentasi keperawatan yang telah di tetapkan.

Secara keseluruhan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan teori.

Faktor pendukung tersedianya lampiran yang berisikan daftar rencana

36
keperawatan jiwa sehingga penulis dapat menuliskan daftar perencanaan

sesuai standart asuhan keperawatan.

D. Implementasi

Pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan, penulis melaksanakan

tindakan keperawatan sesuai berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun

dalam strategi pelaksanaan (SP) dan sesuaikan dengan kondisi kebutuhan

klien saat ini. Dari beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis

telah melaksanakan dsosialsa yang pertama yaitu resiko tinggi perilaku

kekerasan, penulis telah melaksanakan 3 SP pasien yang terdiri dari:

SP1 SP2
Membina hubungan saling Mengevaluasi jadwal kegiatan
percaya dengan memberikan salam harian klien Melatih pasien mengontrol
setiap berinteraksi, mengidentifikasi perilaku kekerasan dengan cara fisik II
perilaku kekerasan dan I (pukul bantal atau
mengindentifikasi tanda dan Kasur),menganjurkan pasien
mengontrol perilaku kekerasan, memasukan kejadwal harian
Membantu klien mempraktekan
latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik I
(menarik nafas
dalam).menganjurkan klien
memasukan latihan mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik I
( Tarik nafas dalam) kejadwal
kegiatan harian.

SP3
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien, Mengevaluasi
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik I dan II, Melatih
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara verbal yaitu meminta
yang baik, menolak dengan baik
dan mengungkapkan perasaan,
menganjurkan klien memasukan
kejadwal kegiatan harian

37
E. Evaluasi

Sesuai dengan tujuan khusus yang telah dicapai oleh klien Tn.J maka

evaluasi yang telah dicapai adalah dsosialsa keperawatan yang utama yaitu

resikon tinggi perilaku kekerasan, antara lain mengindentifikasikan tanda dan

gejala. Mengidentifikasikan perilaku kekerasan, Yang dilakuan menyebutkan

cara mengontrol perilaku kekerasan membuat klien mempraktekan latian cara

mengontol perilaku kekerasan dengan cara fisik I (menarik nafas dalam) dan

cara fisik II (memukul bantal/Kasur).

Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan verbal yaitu

(meminta yang baik, menolak dengan baik dan mengungkapkan perasaan).

Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

(sembayang). Menjelaskan manfaat minum obat,kerugian tidak meminum obat

,bentuk,warna,nama,dan fungsi obat)

Semua SP pasien pada dsosialsa keperawatan yang utama yaitu resiko

tinngi perilaku kekerasan telah dilaksanakan meskipun masih memerlukan

bantuan perawat untuk mengingatkanya, karena klien blm dapat melakukan

secara mandiri selain itu SP yang telah diajarkan sudah dimasukan kejadwal

kegiatan harian

Pendokumentasian secara teori dilakukan sesuai tujuan khusus dan

kriteria evaluasi pada setiap dsosialsa keperawatan dengan menggunakan

SOAP. Pendokumentasian tersebut ditujukan untuk melakukan tindak lanjut

untuk klien dan perawat, serta evaluasi dalam setiap tindakan keperawatan

yang telah dilakukan.

38
Faktor pendukung penulis melakukan evaluasi yaitu klien yang

kooperatif, mampu melaksanakan SP yang sudah diajarkan dengan bantuan

perawat dan faktor penghambatnya yaitu tidak adanya dukungan dari keluarga

dalam memotivasi klien untuk mengontrol marah.

39
BAB V

PENUTU

A. Kesimpulan

Pada saat pengkajian penulis mengalami sedikit kesulitan dalam

mendapatkan data dasar melalui wawancara dengan klien. Sehingga perlu

dilakukan juga pengkajian ulang guna melengkapi data dasar, sehingga di

temukan data – data yang terkait dengan masalah klien yaitu resiko tinggi

perilaku kekerasan. Terdapat faktor prediposisi yaitu massa lalu klien yang

tidak menyenangkan dan faktor presipitasi yaitu klien mendapat perilaku

kekerasan dari orang tua klien.

Dalam membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn.J penulis tidak

mengalami hambatan karena sudah ada perencanaan yang dibutuhkan sesuai

standar asuhan keperawatan jika yang berlaku dalam menentukan tujuan

umum dan tujuan khusus, kriteria evaluasi dan rencana tindakan keperawatan.

Proses pendokumentasian dalam menyusun rencana tindakan keperawatan

telah dilakukan.

Penulis telah melakukan rencana tindakan keperawatan pada dsosialsa

Resiko perilaku kekerasan

SP 1 Pasien SP II Pasien : melatih pasien


mengontrol perilaku kekerasan
Mengidentifikasi perilaku kekerasan, dengan cara fisik II ( Pukul bantal
mengidentifikasi gejala, mengidentifikasi atau Kasur ).
perilaku kekerasan yang dilakukan ,
menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan, membantu klien cara
mempraktekan latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara fisik I
( menarik napas dalam ).
40
SP III Pasien : Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal yaitu meminta y

Perkembangan pasien dalam perilaku sehari – hari yaitu pada diagnosa

yang pertama resiko perilaku kekerasan belum dapat teratasi itu terbukti

karena klien masih memerlukan bantuan perawat untuk meningkatkan dalam

melakukan cara mengontrol marahnya.

B. Saran

Untuk memperbaiki dan mempertahankan mutu serta kualitas

keperawatan jiwa, maka saran yang penulis sampaikan diantaranya :

A. Diharapkan mahasiswa sebelum terjun kelapangan terlebih dahulu

membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan membaca literature serta

mengasah keterampilan terapeutik

B. Diharap perawat selalu memotivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai

dengan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut

C. Latihan terus – menerus komunikasi teraupetik karena untuk

mempermudah proses awal memperoleh data – data tentang pasien.

( Arif.2006 )

41
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R,dkk,pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino


Gonohutomo,2003
art dan sundeen.2004. Buku saku Keperawatan Jiwa : Jakarrta. EGC

Arif.2001. ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, dan Hermawati,2008.EGC. Jakarta

Bv Townsend 1989 dan Hismawatiaj, 2008 Keperawatan Jiwa. Ed 9 surabaya

Depkes RI, 2008 Buku Teori dan Aplikasi Pendidikan Keperawatan Jiwa;
Yogyakarta
Hemawatiaj,2008. “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media

Keltneretal. 1999. Dan Depkes RI,2008 Buku ilmu Keperawatan Jiwa Jakarta

Kaplan, H.1.sadock,B.J,2005,Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat ( terjemahan ),


Widya Medika, Jakarta

Keliat,B,A,2005,proses Keperawatan Kesehatan jiwa ,Edisi 2, EGC, Jakarta.

kemenkes, 2018 Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Cetakan Kedua. Jakarta; CV.Sagung Seto

Maramis, W.f.2005. Catatan ilmu Kedokteran Jiwa. Ed.9 Surabaya : Airlangga


University Press

Stu Yusuf, 2015). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta, dkk

Sutejo, 2017 Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan


Aplikasi).Yogyakarta
Pardede, 2019 Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan
Aplikasi. Jakarta

42
KEMENTERIAN KE9E¥¥ATAN REPUBLIK 1NDON€&€A
suuaee oxYx eautseu xesmavau
3afen Pgdartg Bzd¥fl Zt f4AdUftt Dia0fk Heram Kate 3Byapuzg Papu6 993S1
Telapon t096y) 584280, SB42B1 FakaTmlll, (0967) 584529, S8d28z

LSMBAB KONSULTASI
exleiacA«xAavATucbeataa

NIM : PO.71.20a.18.042
xAxA Pmtae4ets xzDua : na»ggii»i» s«*,
JUDUL KTI : "ASUHAN KRPERAWATAN JIWA PADA PAS&N
TNC DENGAN GAiNGGUAiN TESIKO PñRImtKW KfiXEBASAN *

M«ngetahui,
ka.Frodl D-III Keperawatan Jayapura

NIP. 197B0913 200212 1 0D2

Anda mungkin juga menyukai