HALUSINASI PENDENGARAN
P07120318062
2020
LAPORAN AKHIR STUDI
HALUSINASI PENDENGARAN
DISUSUN OLEH :
NIM : P07120318062
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nim : P0712318062
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan erupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau
Laporan Akhir studi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Masohi, 2020
Pembuat Pernyataan
NIM : P07120318062
Mengetahui,
Laporan Akhir Studi oleh Siti Nur Kasongat NIM P07120318062 dengan Judul “
Laporan Akhir Studi oleh Siti Nur Kasongat dengan Judul “terapi individu untuk
Dewan Penguji
N. Kainama, S. SiT.,M.Kes
NIP. 196805071988032007
NIP.197007291995032002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahana
Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Studi ini dengan judul “ terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi
Program DIII Keperawatan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi
Keperawatan Masohi.
Dalam penyusunan Laporan Akhir Studi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril
maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis sampaikan rasa hormat dan terima
1. Haiurdin Rasako, S.KM., M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku,
2. Rigoan Malawat, S.Kep., M.Kes. Ketua Program Studi Keperawatan Masohi yang telah
bersedia menerima penulis untuk menjadi mahasiswa di Kampus Akper Masohi selama 3
tahun lamanya.
3. N. Kainama, S. SiT.,M.Kes Dr. Saidah Rauf, .S. Kep.,M.Sc Marice B. Olla, S. Kep., Ns
selama ini telah meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk memberikan bimbingan,
bekal ilmu, perhatian dan dorongan dengan sabar dan ikhlas kepada penulis dari
4. Dr. Saidah Rauf, S.Kep., M.Sc dan Femi S. Tuhumena, A. Kp., M. Kes., selaku dosen
pengajar mata kuliah Metode Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan ilmu
orang tua bagi penulis selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi Keperawatan
Masohi.
6. Pembimbing Akademik yang selama ini menasehati, membina, dan membimbing penulis
7. Seluruh staf dosen dan tata usaha Program Studi Keperawatan Masohi yang telah
membekali ilmu dan pengetahuan serta melayani penulis dengan senang hati selama
8. Teristimewah untuk Ayahanda dan Ibundah tercinta serta kakak dan adikku tersayang yang
tak pernah penulis lupakan sampai akhir hayat, yang dengan lapang memberikan doa,
dorongan baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di
9. Seluruh teman angkatan 018 terutama tingkat III B yang senantiasa memberikan dorongan
Masohi.
10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis Amrin loklomin, yang tak sempat penulis
keterbatasan dalam penulisan Laporan Akhir Studi ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Laporan Akhir
Studi ini. Semoga Laporan Akhir Studi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi
lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan
dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut (Direktorat Bina
Menurut WHO 2009, terdapat sekitar 450 juta orang diseluruh dunia mengalami
gangguan jiwa, diperkirakan pada usia tertentu penduduk akan mengalami gangguan.
Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofernia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau
sekitar 400 ribu orang. Kemenkes 2013, menujukan bahwa prevalensi gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi dan kecemasan adalah sekitar 6%
untuk usia 14 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Halusinasi menyebabkan
kali individu menunjukan perilaku agresif seperti marah, merasa tertekan, tidak dapat
melakukan aktivitas dasar sehari-hari, menarik diri dari lingkungan bahkan resiko
Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama di negara-negara maju. Penyakit yang menempati urutan empat besar
adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa
namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik
secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka
psikologis akibat distres atau penyakit tertentu yang dimanifestasikan melalui perubahan
perilaku yang tidak sesuai dengan konsep norma dimasyarakat (Kaplan & Sadock,
2007). Gangguan jiwa berat merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran
berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala
gangguan pemahaman (delusi waham), gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi,
serta dijumpai daya nilai realitas yang terganggu yang ditunjukkan dengan
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana seseorang yang mengalami
gangguan persepsi sensori (Varcarolis, 2006), pendapat yang hampir sama menyatakan
dalam membedakan antara rangsangan yang timbul dari sumber internal (pikiran dan
perasaan) dan stimulus eksternal (pikiran yang timbul dari lingkungan luar) (Rusdi,
2013).
Seseorang yang mengalami halusinasi biasanya muncul tanda dan gejala seperti
bicara tertawa sendiri, marah-marah tanpa ada stimulus yang nyata, kadang pasien
menutup telinga sambil menengengkan kepala bahkan ada yang menengok ke kanan-
kiri seperti sedang melihat sesuatu. Selain itu mengatakan mendengar suara-suara yang
tidak jelas, dimana isi percakapannya tidak jelas terkadang mendengar suara orang
marah, kadang melihat bayang-bayang yang orang lain tidak melihat (Direja 2014).
diri sendiri maupun orang lain, ataupun merusak lingkungan. Sebagaimana klien
halusinasi fase ke 4, dimana klien mengalami panik dan perilakunya sudah dikendalikan
Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangsangan dari
luar carra untuk mengontrol halusinasi adalah dengan melakukan komunikasi terapeutik.
Pasein halusinasi biasannya berperilaku seperti bicara dan tertawa sendiri, dimana
seseorang bersangkutan salah satu respon yang muncul yaitu sedang berbicara, untuk
dapat diputus maka harus memahami kalau suara yang didengar suatu masalah. Untuk
mengatasi halusinasi bisa digunakan beberapa teknik, salah satunya teknik menghardik.
orang lain, melakukan aktivitas terjadwal dan minum obat teratur. Salah satu cara
cakap dengan orang lain. Manfaat terapi ini adalah untuk mencegah halusinasi timbul
orang lain maka terjadi distraksi . fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan
Efektifitas terapi musik klasik, efektifitas terapi music, efektifitas senam aerobic,
Salah satu terapi individu untuk mengontrol halusinasi adalah senam aerobic
low impact dilakukan di RSJ Tampan provinsi Riau dengan jumlah sampel sebanyak 32
pasein halusinasi yang dibagi menjadi 15 orang untuk kelompok eksperimen dan 17
sampling. Alat ukur yang digunakan dalam kedua kelompok adalah kuesioner skor
halusinasi yang telah diuji vaiditas dan reliabilitasnya. Pada kelompok eksperimen
diberikan senam aerobic low impact 3 kali seminggu selama 2 minggu berturut-turut,
impact terdapat penurunan halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran. Hal ini
disebabkan karena senam aerobic low impact ini dapat membantu mengalihkan
pasien halusinasi dan dapa mengurangi halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran.
Menurut pengamatan pada saat penelitian, pasien yang teratur dan patuh dalam
untuk meminum tersebut yang seharusnya menjadikan pekerjaan rumah tersendiri untuk
minum obat yang bisa selalu mendampingi pasien. Ada beberapa pasien dan keluarga
yang sering berusaha melepaskan obatnya sendiri tanpa saran psikiaternya. Alasan itu
oleh karena itu pasien jiwa dengan halusinasi wajib menerapkan strategi pelaksanaan
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Apakah terapi individu untuk
D. Manfaar penelitian
1. Bagi penulis
2. Bagi keilmuan
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah studi pustaka untuk mengkaji tentang terapi individu untuk
B. Pengumpulan litelatur
pendengaran
a. Kriteria inklusi.
Kriteria ini adalah indikator atau syarat sebuah pustaka atau literatur yang dapat
inggris
4) Tanggal publikasi adalah dari tanggal 2016-2019
b. kriteria ekslusi
Kriteria ini merupakan indikator atau syarat yang menyebabkan pustaka yang
termasuk dalam kriteria inklusi, tidak bisa digunakan sebagai literatur dalam
studi.
Gambar 1. Grafik literatur menggunakan prisma tentang terapi individu untuk mengontrol
A. Hasil
10 artikel tersebut sama-sama membahas tentang terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi
pendengaran. Memiliki tujuan yang sama untuk mempengaruhi pengaruh pemberian terapi individu untuk mengontrol
Tabel 2.1 sintesis literatur tentang terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi pendengran.
literatur k sampel
1 Efektifitas R Dwi Safra 2015 Artikel Mengentahui Quasi Penelitian ini Hasil penelitian Latihan aerobic
senam aerobic Yuli,Jumaini, penelitian efektifitas experimen dilakukan di diperoleh responden low impact
low impact Yesi senam aerobic design RSJ Tampan dengan lama sakit < 1 efektif terhadap
menggunakan (0,05)
kelompok kontrol
didapatkan
penurunan skor
halusinasi namun
tidak bermakna
secara statistik
dengan p value(0,34 )
> a (0,035.
menunjukan terdapat
perbedaan yang
halusinasi
setelah(posttest)
diberikan senam
pada kelompok
eksperimen dan
kelompok kontrol
terhadap penurunan
skor halusinasi
2 Efektifitas Dian Anggri 2020 Artikel Untuk Quasi Penelitian ini Hasil analisis statistik
terapi musik Yanti, Abdi penelitian mengetahui eksprimen yang akan dengan mengunakan
halusinasi
pendengaran
diobservasi
kembali
3 Efektifitas Rafina 2014 Artikel Untuk Quasi Analisis Hasil penelitian Tingkat
terapi musik Damayanti, penelitian mengetahui eksperimel univariat menunjukan nilai halusinasi
penurunan klasik pretest mendapatkan diberikan terapi musik lebih rendah dari
pada pasien
halusinasi
dengar dna
melihat
homogenitas
kedua
kelompok data
4 Penerapan Siti Nafiatun, 2020 Artikel Mengidentifika Deskriptif Sampel yang Dengan dilakukan Teknik
terapi susilanningRu penelitian si penerapan Kualitatif diambil adalah teknik menghardik menghardik
masalah dalam
halusinasi memberikan
bimbingan
menghardik
diharapkan
secara kontinyu
dan konsisten
5 Kajian literatur Novita 2019 Artikel Untuk mengali Literatur Kelompok Hasil yang ditemukan Penelitian
efektifitas susilawati review artikel tentang leview kontrol berdasarkan kelima mengenai
terapi musik barus, efektifitas sebelum artikel yang telah jenis,frekuensi
klasik deborah terapi musik dilakukan ditelaah bahwa terapi dan durasi terapi
terhadap siregar terhadap terapi memiliki musik klasik dapat musik klasik
sebelum pendengaran,pasien
rata-rata skor
perhatian
visual sebesar
58,36 dan
setelah
diberikan
terapi musik
klasik menjadi
64,00
6 Pengaruh Suhermi 2021 Artikel Untuk Deskriptif Penentuan Analisis yang Diharapkan
diterima dan Ho
ditolak.dengan
demikian ada
pengaruh terapi
aktivitas harian
terhadap proses
pemulihan pasien
halusinasi
pendengaran
7 Pelaksanaan Umam, Reliani 2015 Artikel Untuk Quasi Populasi Hasil penelitian Dengan adanya
tekink penelitian mengetahui experimen penelitian ini menunjukan adanya penelitian ini
halusinasi kontrol teknik group pre- klien diagnosa kemampuan diharapkan pada
berarti ada
berbedaan sebelum
dan sesudah
diberikan kontrol
peneliti.
8 Gambaran Firman Bayu 2018 Artikel Untuk Deskriptif Populasi Hasil penelitian Bagi pihak
kemampun S. Nofrida penelitian mengetahui Kualitatif dalam menunjukan bahwa rumah sakit
ruang rawat klien ruangan rawat responden. Sebagian ruang rawat inap
inap rumah skizofrenia di inap di rumah besar responden rumah sakit jiwa
sakit jiwa ruang rawat sakit jiwa berjenis kelamin laki- daerah provinsi
daerah inap rumah daerah jambi laki sebanyak jambi agar dapat
provinsi jambi sakit jiwa berjumlah 286 26( 59,1%) membantu klien
19 klien (43,2%).
9 efektifitas Oky Fresa Dwi 2014 Artikel Untuk Quasi Sampel dalam Hasil penelitian Pasien dapat
terapi individu Heppy penelitian mendeskripsik eksprimen penelitian ini diketahui bahwa dari meningkatkan
cakap dalam M,Syamsul arif terapi individu sebanyak 54 didapatkan hasil halusinasinya
tidak terdapat
perbedaan
kemampuan
mengontrol halusinasi
kelompok kontrol
individu bercakap-
terdistribusi normal
pada kelompok
kontrol
10 Penginkatakn Livana 2020 Artikel Untuk Quasi Jumlah Hasil penelitian
halusinasinya. Hasil
analisis bivariat
menunjukkan ada
pengaruh pemberian
terapi generalis
terhadap tingkat
kemampuan pasien
halusinasi dengan
< 0,05).
B. Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang hasil penelitian yang telah
dilakukan dari masing-masing peneliti tentang terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada
Dalam penelitian (R Dwi Safra Yuli,Jumaini, Yesi : 2015) tentang senam aerobic
terhadap halusinasi pada klien halusinasi pendengaran dengan frekuensi 3 kali seminggu
selama 2 minggu dengan durasi waktu 30 menit mampu meningkatkan ukuran hipotalamus dan
Pengaruh senam aerobic low impact sebagai terapi bagi pasien dengan skizofrenia
dan didapatkan hasil bahwa dengan pemberian senam aerobic low impact selama 10 minggu
dapat membantu menurunkan halusinasi pendengaran dan meningkatkan pola tidur yang lebih
baik.
Pada penelitian ini pemberian senam aerobic low impact dilakukan sebanyak 6 kali
selama 2 minggu berturut-turut dengan durasi 35 menit. Menurut Tangkudung (2004) frekuensi
latihan adalah berapa kali latihan intensif yang dilakukan oleh seseorang. Frekuensi latihan
untuk senam aerobic low impact dilakukan 3-4 kali seminggu. Apabila frekuensi latihan kurang
dari 3 kali maka tidak memenuhi takaran latihan, sedangkan kalau lebih dari 4 kali maka
dikhawatirkan tubuh tidak cukup beristirahat dan melakukan adaptasi kembali ke keadaan
Pemberian terapi senam sebanyak satu kali dalam satu minggu tidak begitu banyak
membawa perubahan pada pasien gangguan jiwa, begitu pula dengan intensitas senam aerobic
sebanyak 4-7 kali seminggu tidak membawa perubahan yang berarti dibandingkan dengan
terapi senam aerobic yang dilakukan selama 2-3 kali seminggu (Daley, 2002). Dalam senam
aerobic total waktu latihan yang baik umumnya antara 30-60 menit dalam satu sesi latihan.
Penelitian (Dian Anggri Yanti, Abdi Lestari Sitepu : 2020 ) tentang efektifitas terapi
penggunaan teknik terapi musik berkorelasi positif dengan pengurangan skor depresi dengan
teknikteknik terapi musik dan kelompok yang tidak menggunakan teknik terapi musik. Stuart
(2016) mengungkapkan bahwa mendengarkan musik yang dipilih sendiri setelah terpapar
sistem saraf simpatis bergairah, dapat meningkatkan relaksasi dibandingkan dengan yang
membangkitkan gelombang otak alfa yang dapat memberikan rasa relaksasi sehingga
menimbulkan perilaku yang tenang bagi penderita gangguan jiwa jenis halusinasi sehingga
Dalam penelitian ( Rafina Damayanti : 2014 ) tentang efektifitas terapi musik klasik
terhadap halusinasi pendengaran bahwa salah satu tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan yaitu dengan tindakan nonfarmakologis. Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif
adalah mendengarkan musik klasik. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi,
musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional,
ketenangan, santai, rileks, nyaman, mulai dapat berinteraksi dengan orang lain, fokus terhadap
apa yang dilakukan serta munculnya motivasi untuk sembuh. Hal tersebut yaitu pada
gelombang otak, gelombang beta yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz dalam kegiatan sehari-
hari di dunia luar, maupun apabila kita mengalami perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan
kesadaran yang dirasakan dicirikan oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz.
Periode-periode puncak kreativitas, meditasi, dan tidur dicirikan dalam gelombang theta dari 4
hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi napas dalam, serta keadaan tak sadar
menghasilkan gelombang delta, yang berkisar 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang
Frekuensi pemberian terapi dilakukan sebanyak 5 kali selama 5 hari dengan durasi 10-
15 menit. Dengan pemberian terapi musik klasik sebanyak 7 kali dengan durasi 30 menit. Hal
ini menunjukan samakin sering frekuensi dan semakin lama durasi terapi musik klasik yang
halusinasi pendengaran. Teknik ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk
mengendalikan halusinasi dengan menolak halusinasi yang muncul. Dengan frekunesi teknik
menghardik yang digunakan 3 kali seminggu dan durasi waktu 30 menit. Dengan frekuensi
Penelitian ( Novita Susilawanti : 2019 : tentang kajian literatur efektifitas terapi musik
klasik terhadap halusinasi pendengaran. Terapi musik klasik dapat menurunkan halusinasi
pendengaran. Berkaitan dengan pemberian terapi musik klasik terhadap perilaku agresif pada
Frekuensi Pemberian terapi musik klasik diberikan sekali sehari dengan durasi 10 - 15
menit selama 5 hari dengan tidak diberikan terapi obat didapatkan hasil bahwa terjadi
penurunan tingkat halusinasi sedang dari 15 orang (88,2%) menjadi 8 orang (47,1%). Dan
pemberian frekuensi terapi musik klasik terhadap pasien yang mengalami agresif dilakukan
sebanyak 7 kali, setiap pelaksanaan dilakukan selama 30 menit dan tidak diberikan tambahan
terapi obat, Pemberian terapi musik klasik Turki dengan total 12 jam, 3 jam per minggu.
pendengaran. Hal ini dapat dilihat dari observasi peneliti terhada[p pasien yang mampu
mangontrol halusinasinya dengan melakukan kegiata sehari-hari yang telah dijadwalkan dari
pagi sampai malam. Pasien tidak lagi terlihat selalu melamun dan berbicara sendiri. Frekuensi
pengaruh terapi activity sebanyak 2-3 kali dalam sehari waktu terjadinya yaitu pagi dan sore
hari. Hal tersebut dapat memicu tingakt pemulihan pasien halusinasi lebih membaik.
halusinasi pendengaran. Dengan frekuensi pelaksanaan teknik halusinasi yang digunakan 3 kali
seminggu durasi waktu 30 menit per sesi dan dipengaruhi oleh adanya pengetahuan pasien
cara mengontrol halusinasi, mengenal jenis halusinasi, dan frekuensi terjadinya halusinasi,
terhadap halusinasi pendengaran dengan frekuensi 5 kali selama 6 bulan dan durasi waktu 40
menit. Peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien dipengaruhi oleh adanya
pengetahuan pasien cara mengontrol halusinasi, mengenal jenis halusinasi, dan frekuensi
terjadinya halusinasi, dan dapat membuat pasien lebih kuat menghadip halusinasi. Hal itu
Penelitian ( Oky Fresa : 2014 ) tentang efektifitas terapi individu untuk bercakap-cakap
terhadap halusinasi pendengaran dengan frekuensi 3 kali seminggu durasi waktu yang
digunakan 30 menit. Dapat diartikan bahwa efektifitas terapi individu untuk bercakap-cakap
dengan frekuensi 3 kali seminggu durasi waktu 30 menit dapat berhasil menurunkan halusinasi
pendengaran.
Penelitian ( Livana : 2020 ) tentang peningkatan kemampuan untuk mengontro
halusinasi sebelum diberikan terapi generalis dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor
eksternal. Yaitu kurangnya komunikasi antaran perawat dengan pasein tidak mampu untuk
mengontrol halusinasi yang dialaminya. Setelah diberikan terapi pasien sering berkomunikasi
kemampuan koping pada pasien sehingga mampu untuk menurunkan frekuensi halusinasi yang
Sebagai hasil dari intervensi, sebagian besar penelitian mengalami kemampuan dalam
mengontrol halusinasi pendengaran yang diukur dengan skor halusinasi . namun, ada juga
yang tidak mengalami mengontrol halusinasi setelah diukur menggunakan instrumen tersebut.
Hal ini dikarenakan intervensi atau terapi individu dengan menggunakan metode yang belum
Dengan demikian, terdapat perbedaan dan persamaan dalam efek terapi individu dalam
mengontrol halusinasi. Faktor-faktor itu ditentukan berdasarkan jenis terapi individu yang
diberikan serta instrumen halusinasi yang digunakan untuk mengukur. Untuk lebih lanjut pasien
dapat melakukan senam aerobic dan senam terapi musik selama 3 minggu dalam durasi waktu
3 menit untuk mengurangi halusinasi pendengaran. Instrumen untuk mengukur halusinasi juga
yang paling banyak digunakan dan menghasilkan efek mengurangi yaitu Skor halusinasi
BAB IV
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi pustaka dilakukan dengan 10 artikel yang telah diuraikan
dalam bab sebelumnya bahwa terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada klien halusinasi
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ditemukan diatas, maka saran yang saya dapat
Diharapkan dengan hasil penelitian studi pustaka ini dapat dijadikan sebagai
bahan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan terapi individu
didapat selama melakukan penelitian memiliki studi pustakan tentang terapi individu
Akhmad, H. I., Handoyo, & Setiono. (2011). Pengaruh terapi senam aerobic low impact
terhadap skor agression self control pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan di ruang
Damayanti, Jumaini, & Utami. Pengaruh terapi music terhadap penurunan halusinasi pasien
skizofrenia di RSJ Tampan Prov. Riau. JOM PSIK, 1(2), 1-9 Tahun 2014.
Ayu, F. R, Arief, N., & Ulfa, N. (2012). Efektifitas terapi musik terhadap tingkat depresi pasien
isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo Semarang. Diperoleh tanggal 18
Desember 2013
Kesehatan RI
Amelia, D. & Trisyani, M. (2015). Terapi musik terhadap penurunan tingkat depresi: literature
Kemenkes RI. Gangguan jiwa masalah global bagi setiap negara. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD DR. Amino Gondohutomo Semarang. jurnal karina
skizofernia dengan terapi aktivitas kelompok menggunakan pendekatan health belief model di