Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN AKHIR STUDI

TERAPI INDIVIDU UNTUK MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN

HALUSINASI PENDENGARAN

SITI NUR KASONGAT

P07120318062

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

2020
LAPORAN AKHIR STUDI

TERAPI INDIVIDU UNTUK MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN

HALUSINASI PENDENGARAN

Sebagai salah satu persyaratan Untuk menyelesaikan

Program Studi Diploma III Keperawatan

pada Program Studi Keperawatan Masohi Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenskes Maluku

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI NUR KASONGAT

NIM : P07120318062

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Siti Nur Kasongat

Nim : P0712318062

Program Studi : Keperawatan Masohi

Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan erupakan pengambil

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

Laporan Akhir studi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Masohi, 2020

Pembuat Pernyataan

Siti Nur Kasongat

NIM : P07120318062
Mengetahui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Norce. Kainama, S. SiT.,M.Kes Dr. Saidah Rauf, S.Kep.,M.Sc..

NIP. 196805071988032007 NIP. 198312102006042002


LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Akhir Studi oleh Siti Nur Kasongat NIM P07120318062 dengan Judul “

terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran

telah diperiksakan dan disetujui untuk diujikan.

Masohi, 10 juli 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

N. Kainama, S. SiT.,M.Kes Dr. Saidah Rauf, .S. Kep.,M.Sc

NIP. 196805071988032007 NIP. 198312102006042002


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir Studi oleh Siti Nur Kasongat dengan Judul “terapi individu untuk

mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi pendengaran telah

dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 10 Juli 2020.

Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji

N. Kainama, S. SiT.,M.Kes

NIP. 196805071988032007

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Marice B. Olla, S. Kep., Ns Abuzar Wakano, S, Kep.,Ns.,M.Kes(Epid)

NIP. 197705032002122006 NIP. 197505212000121003


Mengetahui

Ketua Program Studi

Rigoan Malawat, S.Kep., M.Kes

NIP.197007291995032002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahana

Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir

Studi ini dengan judul “ terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi

pendengaran guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan

Program DIII Keperawatan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi

Keperawatan Masohi.

Dalam penyusunan Laporan Akhir Studi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril

maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis sampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang tak terhingga kepada :

1. Haiurdin Rasako, S.KM., M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku,

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi Keperawatan Masohi.

2. Rigoan Malawat, S.Kep., M.Kes. Ketua Program Studi Keperawatan Masohi yang telah

bersedia menerima penulis untuk menjadi mahasiswa di Kampus Akper Masohi selama 3

tahun lamanya.

3. N. Kainama, S. SiT.,M.Kes Dr. Saidah Rauf, .S. Kep.,M.Sc Marice B. Olla, S. Kep., Ns

Abuzar Wakano, S, Kep.,Ns.,M.Kes(Epid)selaku Pembimbing I dan II serta penguji yang

selama ini telah meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk memberikan bimbingan,

bekal ilmu, perhatian dan dorongan dengan sabar dan ikhlas kepada penulis dari

penyusunan Proposal sampai terselesainya Penulisan Laporan Akhir Studi ini.

4. Dr. Saidah Rauf, S.Kep., M.Sc dan Femi S. Tuhumena, A. Kp., M. Kes., selaku dosen

pengajar mata kuliah Metode Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan ilmu

kepada penulis selama menyusun Laporan Akhir Studi.


5. Dr. Saidah Rauf, S.Kep., M.Sc selaku koordinator tingkat III, A yang dengan sabar menjadi

orang tua bagi penulis selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi Keperawatan

Masohi.

6. Pembimbing Akademik yang selama ini menasehati, membina, dan membimbing penulis

selama berada di Program Studi Keperawatan Masohi.

7. Seluruh staf dosen dan tata usaha Program Studi Keperawatan Masohi yang telah

membekali ilmu dan pengetahuan serta melayani penulis dengan senang hati selama

penulis berada di Program Studi Keperawatan Masohi.

8. Teristimewah untuk Ayahanda dan Ibundah tercinta serta kakak dan adikku tersayang yang

tak pernah penulis lupakan sampai akhir hayat, yang dengan lapang memberikan doa,

dorongan baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di

Program Studi Keperawatan Masohi.

9. Seluruh teman angkatan 018 terutama tingkat III B yang senantiasa memberikan dorongan

dan masukan selama mengikuti pendidikan bersama-sama di Program Studi Keperawatan

Masohi.

10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis Amrin loklomin, yang tak sempat penulis

sebutkan namanya satu persatu.Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan

keterbatasan dalam penulisan Laporan Akhir Studi ini, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Laporan Akhir

Studi ini. Semoga Laporan Akhir Studi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Masohi, Juli 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara

termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi

memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi

lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan

dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut (Direktorat Bina

Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).

Menurut WHO 2009, terdapat sekitar 450 juta orang diseluruh dunia mengalami

gangguan jiwa, diperkirakan pada usia tertentu penduduk akan mengalami gangguan.

Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofernia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau

sekitar 400 ribu orang. Kemenkes 2013, menujukan bahwa prevalensi gangguan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi dan kecemasan adalah sekitar 6%

untuk usia 14 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Halusinasi menyebabkan

beberapa dampak kehidupan individu, terutama pada halusinasi pendengaran sering

kali individu menunjukan perilaku agresif seperti marah, merasa tertekan, tidak dapat

melakukan aktivitas dasar sehari-hari, menarik diri dari lingkungan bahkan resiko

terjadinya bunuh diri.

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah

kesehatan utama di negara-negara maju. Penyakit yang menempati urutan empat besar

adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa

tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung,

namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik
secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka

tidak produktif dan tidak efisien (Hidayah, 2015).

Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan

psikologis akibat distres atau penyakit tertentu yang dimanifestasikan melalui perubahan

perilaku yang tidak sesuai dengan konsep norma dimasyarakat (Kaplan & Sadock,

2007). Gangguan jiwa berat merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran

berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala

gangguan pemahaman (delusi waham), gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi,

serta dijumpai daya nilai realitas yang terganggu yang ditunjukkan dengan

perilakuperilaku aneh (Efendi & Makhfudli,2009).

Halusinasi merupakan terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak

terdapat stimulus (Yosep, 2011), sedangkan pendapat lain mengatakan halusinasi

merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana seseorang yang mengalami

gangguan persepsi sensori (Varcarolis, 2006), pendapat yang hampir sama menyatakan

halusinasi merupakan perubahan persepsi, merupakan ketidak mampuan seseorang

dalam membedakan antara rangsangan yang timbul dari sumber internal (pikiran dan

perasaan) dan stimulus eksternal (pikiran yang timbul dari lingkungan luar) (Rusdi,

2013).

Seseorang yang mengalami halusinasi biasanya muncul tanda dan gejala seperti

bicara tertawa sendiri, marah-marah tanpa ada stimulus yang nyata, kadang pasien

menutup telinga sambil menengengkan kepala bahkan ada yang menengok ke kanan-

kiri seperti sedang melihat sesuatu. Selain itu mengatakan mendengar suara-suara yang

tidak jelas, dimana isi percakapannya tidak jelas terkadang mendengar suara orang

marah, kadang melihat bayang-bayang yang orang lain tidak melihat (Direja 2014).

Halusinasi dapat menghilangkan kontrol diri individu sehingga dapat membahayakan

diri sendiri maupun orang lain, ataupun merusak lingkungan. Sebagaimana klien
halusinasi fase ke 4, dimana klien mengalami panik dan perilakunya sudah dikendalikan

oleh halusinasinya, klien benar-benar kehilangan kontrol dirinya sehingga menimbulkan

perilaku kekerasan (Stuart, 2008).

Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangsangan dari

luar carra untuk mengontrol halusinasi adalah dengan melakukan komunikasi terapeutik.

Pasein halusinasi biasannya berperilaku seperti bicara dan tertawa sendiri, dimana

seseorang bersangkutan salah satu respon yang muncul yaitu sedang berbicara, untuk

dapat diputus maka harus memahami kalau suara yang didengar suatu masalah. Untuk

mengatasi halusinasi bisa digunakan beberapa teknik, salah satunya teknik menghardik.

Bagaimana terapi individu untuk mengontrol halusinasi dengan berbagai cara

meliputi membantu pasien mengenali halusinasi, menghardik , bercakap-cakap dengan

orang lain, melakukan aktivitas terjadwal dan minum obat teratur. Salah satu cara

control halusinasi adalah bercakap-cakap. Bercakap-cakap merupakan salah satu yang

efektif untuk mengontrol halusinasi,yaitu dengan menganjurkan pasien untuk bercakap-

cakap dengan orang lain. Manfaat terapi ini adalah untuk mencegah halusinasi timbul

sehingga frekuensi terjadinya halusinasi berkurang ketika klien bercakap-cakap dengan

orang lain maka terjadi distraksi . fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke

percakapan

Jenis-jenis terapi individu

Efektifitas terapi musik klasik, efektifitas terapi music, efektifitas senam aerobic,

efektifitas terapi psikoreligius, terapi perilaku, terapi kelompok, terapi kognitif

Salah satu terapi individu untuk mengontrol halusinasi adalah senam aerobic

low impact dilakukan di RSJ Tampan provinsi Riau dengan jumlah sampel sebanyak 32

pasein halusinasi yang dibagi menjadi 15 orang untuk kelompok eksperimen dan 17

orang kelompok control dengan teknik pengambilan sampel mengunakan purposive

sampling. Alat ukur yang digunakan dalam kedua kelompok adalah kuesioner skor
halusinasi yang telah diuji vaiditas dan reliabilitasnya. Pada kelompok eksperimen

diberikan senam aerobic low impact 3 kali seminggu selama 2 minggu berturut-turut,

sedangkan pada kelompok control tidak diberikan intervensi.

Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa selelah melakukan senam aerobic low

impact terdapat penurunan halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran. Hal ini

disebabkan karena senam aerobic low impact ini dapat membantu mengalihkan

perhatian,membuat suasana hati menjadi senang, meringankan beban pikiran pada

pasien halusinasi dan dapa mengurangi halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran.

Menurut pengamatan pada saat penelitian, pasien yang teratur dan patuh dalam

minum obat, lebih cenderung megurangi kekambuhan. Kepatuhan pasien halusinasi

untuk meminum tersebut yang seharusnya menjadikan pekerjaan rumah tersendiri untuk

pelayananan kesehatan, bagaimana cara yang paling tepat memanfaatkan pendamping

minum obat yang bisa selalu mendampingi pasien. Ada beberapa pasien dan keluarga

yang sering berusaha melepaskan obatnya sendiri tanpa saran psikiaternya. Alasan itu

karena ketakutan akan ketergangungan. Kejadi ini sering menimbulkan kekambuhan

oleh karena itu pasien jiwa dengan halusinasi wajib menerapkan strategi pelaksanaan

mengontrol halusinasi dimana pun berada.


B. Rumusan masalah

Apakah terapi individu untuk mengontrol halusinasi pendengaran berdasarkan

hasil penelusuran pustaka ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Apakah terapi individu untuk

mengontrol halusinasi berdasarkan hasil penelusuran pustaka.

D. Manfaar penelitian

Harapan penulis ini,diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi penulis

Memperoleh kemampuan melakukan riest kualitatif serta menambahkan

pengalaman penulis dalam penulisan dibidang keperawatan mengenai terapi

individu untuk mengontrol halusinasi.

2. Bagi keilmuan

Menambah keluasan ilmu dalam terapi individu untuk mengontrol halusinasi.

3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penilitian dapat digunakan sebagai konstirbusi dalam menambahkan

minat,motivasi dan sikap dari mahasiswa sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar bagi mahasiswa


BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah studi pustaka untuk mengkaji tentang terapi individu untuk

mengontrol halusinasi pada pasien halusinsi pendengaran

B. Pengumpulan litelatur

A. Database dan keyword

a. Database yang digunakan : Google Scholar dan Pubmed

b. Tanggal pencarian literatur : 23 Maret 2021

c. Keyword atau kata kunci yang digunakan

1. Pubmed : Therapy AND Individual AND Halucinations

2. Google Scholar : Terapi individu DAN halusinasi pada pasien halusinasi

pendengaran

B. Kriteria ( inklusi dan ekslusi )

a. Kriteria inklusi.

Kriteria ini adalah indikator atau syarat sebuah pustaka atau literatur yang dapat

digunakan sebagai pustaka yang akan ditelaah dalam studi pustaka.

Kriteria inklusi adalah sebagai berikut :

1) Dengan mengunakan diakses dari database pubmed dan google scholar

2) Dengan mengunakan naskah dalam berbentuk full text

3) Dengan mengunakan pustaka dalam bahasa Indonesia dan bahasa

inggris
4) Tanggal publikasi adalah dari tanggal 2016-2019

5) Subjek/responden penelitian adalah terapi individu untuk mengontrol

halusinasi pada halusinasi pendengaran

6) Jenis penelitian adalah eksperimental Terapi individu untuk mengontrol

halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran

b. kriteria ekslusi

Kriteria ini merupakan indikator atau syarat yang menyebabkan pustaka yang

termasuk dalam kriteria inklusi, tidak bisa digunakan sebagai literatur dalam

studi.

Kriteria ekslusi adalah sebagai berikut :

1) Dengan mengunakan naskah tidak dapat diakses

2) Dengan mengunakan metode penilitian tidak dijelaskan secara spesifik

C. Langkah/strategi pemilihan ( Bagan PRISMA)

Langkah memilih pustaka dilakukan dengan mengunakan diagram alur

PRISMA yang terdiri dari : identifikasi, skrining, kelayakan, dan diterima


Diterima Identifikasi artikel yang diperoleh
Identifikasi artikel yang
dari google scholar(n=14)
diperoleh dari Pubmed (n=3)

Jumlah artikel setelah seleksi


Kelayakan Jumlah artikel yang
duplikasi (n= 13 )
duplikasi (n= 4 )

Jumlah artikel yang lolos kriteria Jumlah artikel yang


Skrining
inklusi (n=10) diekslusi (n= 3)

Jumlah artikel yang tidak lolos uji


Identifikasi Jumlah artikel yang lolos uji
(kelayakan (n=0 )
kelayakan (n= 10 )

Jumlah artikel diterima untuk


studi pustaka (=n10 )

Gambar 1. Grafik literatur menggunakan prisma tentang terapi individu untuk mengontrol

halusinasi pada klien halusinasi pendengaran


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

10 artikel tersebut sama-sama membahas tentang terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi

pendengaran. Memiliki tujuan yang sama untuk mempengaruhi pengaruh pemberian terapi individu untuk mengontrol

halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran.

Tabel 2.1 sintesis literatur tentang terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi pendengran.

No Judul Penulis Tahun Jenis Tujuan Metode Karakteristi Hasil Rekomendasi

literatur k sampel
1 Efektifitas R Dwi Safra 2015 Artikel Mengentahui Quasi Penelitian ini Hasil penelitian Latihan aerobic

senam aerobic Yuli,Jumaini, penelitian efektifitas experimen dilakukan di diperoleh responden low impact

low impact Yesi senam aerobic design RSJ Tampan dengan lama sakit < 1 efektif terhadap

terhadap low impact dengan Provinsi Riau tahun 21 penurunan skor

penerunana terhadap pretest dengan jumlah orang(65,6%), halusinasi

skor halusinasi penerunan posttest sampel 32 responden dengan

skor halusinasi design pasien lama sakit 1-3 tahun

halusinasi 8 orang(25,0%) serta

yang dibagi responden dengan


menjadi 15 lama sakit >3 tahun 3

orang untuk orang(9,4%)

kelompok Ada pengaruh

eksperimen pemberian terapi

dan 17 orang senam aerobic low

kelompok impact pada

kontrol dengan kelompok eksperimen

tehkin terhadap skor

pengambilan halusinasi dengan p

sampel value (0,01) < a

menggunakan (0,05)

purposive Hasil uji pada

sampling. kelompok pada

kelompok kontrol

didapatkan

penurunan skor

halusinasi namun

tidak bermakna

secara statistik

dengan p value(0,34 )

> a (0,035.

Hasil uji stastistik juga

menunjukan terdapat
perbedaan yang

bermakna antara skor

halusinasi

setelah(posttest)

diberikan senam

aerobic low impact

pada kelompok

eksperimen dan

kelompok kontrol

dengan p value (0,03)

< a (0,05), hal ini

berarti senam aerobic

low impact efektif

terhadap penurunan

skor halusinasi
2 Efektifitas Dian Anggri 2020 Artikel Untuk Quasi Penelitian ini Hasil analisis statistik

terapi musik Yanti, Abdi penelitian mengetahui eksprimen yang akan dengan mengunakan

terhadap Lestari Sitepu, efektifitas diidentifikasi pairest test

penurunan terapi musik adalah menunjukkan nilai p

tingkat klasik dalam eksperimen sebesar 0,000 artinya

halusinasi menurunkan antara variabel terdapat efektifitas

pendengaran tingkat independen pemberian terapi

halusinasi yaitu musik klasik untuk


pada halusinasi menurunkan tingkat

penderita pendengaran. halusinasi pada

halusinasi Hal ini penderita halusinasi

pendengaran dilakukan oleh pendengaran

peneliti Hasilnya diharapkan

selama 7 hari terapi musik menjai

setiap pagi salah satu intervensi

dan sore hari. keperawatan untuk

Akhir menurunkan tingkat

perlakuan halusinasi dengan

diberikan pada halusinasi

hari ke 7 dan pendengaran

halusinasi

pendengaran

diobservasi

kembali
3 Efektifitas Rafina 2014 Artikel Untuk Quasi Analisis Hasil penelitian Tingkat

terapi musik Damayanti, penelitian mengetahui eksperimel univariat menunjukan nilai halusinasi

klasik Jumaini, Sri efektifitas design digunakan median tingkat kelompok

terhadap Utami terapi musik dengan untuk halusinasi setelah eksperimen

penurunan klasik pretest mendapatkan diberikan terapi musik lebih rendah dari

tingkat terhadap posttest gambaran klasik pada kelompok kelompok

halusinasi penurunan design tentang eksperimen adalah 2 kontrol setelah


pada pasein tingkat karakteristik dengan standar diberikan

halusinasi halusinasi responden, deviasi 0,332, intervensi

pendengaran pada mendeskripsik sedangkan pada Diharapkan

penderita an tingkat kelompok kontrol nilai terapi musik

halusinasi halusinasi median tingkat menjadi salah

pendengaran dengar halusinasi setelah satu intervensi

di RSJ kelompok diberikan terapi musik keperawatan

Tampan eksperimen klasik adalah 3 untuk

Provinsi Riau dan kelompok dengan standar menurunkan

kontrol deviasi 0,6. Hasil uji tingkat

sebelum dan statistik didapatkan p halusinasi

sesudah value 0,000 dengan dengan

dilakukan mengunakan nilai a halusinasi

terapi musik (0,05), maka pendengaran

dan analisa diputuskan Ho ditolak

bivariat berarti ada

digunakan perbedaan yang

untuk melihat signifikan tingkat

pengaruh halusinasi setelah

terapi musik diberikan terapi musik

klasik klasik antara

terhadap kelompok eksperimen

tingkat dengan kelompok


halusinasi kontrol

pada pasien

halusinasi

dengar dna

melihat

homogenitas

kedua

kelompok data
4 Penerapan Siti Nafiatun, 2020 Artikel Mengidentifika Deskriptif Sampel yang Dengan dilakukan Teknik

terapi susilanningRu penelitian si penerapan Kualitatif diambil adalah teknik menghardik menghardik

menghardik sminah teknik 1 orang yaitu dengan bimbingan yang dilakukan

pada pasien menghardik Tn.J yang secara konsisten, secara konsisten

dengan pada Tn.J mengalami halusinasi oleh Tn.J dapat

masalah yang halusinasi berkurang menurunkan

halusinasi mengalami halusinasi,

masalah dalam

halusinasi memberikan

bimbingan

menghardik

diharapkan

secara kontinyu

dan konsisten
5 Kajian literatur Novita 2019 Artikel Untuk mengali Literatur Kelompok Hasil yang ditemukan Penelitian

efektifitas susilawati review artikel tentang leview kontrol berdasarkan kelima mengenai
terapi musik barus, efektifitas sebelum artikel yang telah jenis,frekuensi

klasik deborah terapi musik dilakukan ditelaah bahwa terapi dan durasi terapi

terhadap siregar terhadap terapi memiliki musik klasik dapat musik klasik

halusinasi halusinasi rata-rata skor menurunkan yang efektif

pendengaran pendengaran perhatian intensitas halusinasi serta dapat

pada pasien visual sebesar pendengaran, digunakan untuk

skizofernia 53,43 dan memberi rasa pasien dengan

setelah nyaman dan halusinasi

diberikan menjadikan pasien pendengaran

terapi tenang. Pemberian pada pasien

lingkungan terapi musik klasik skizofrenia

tenang terhadap halusinasi

menjadi 57,29 pendengaran pada

sedanglan skizofrenia efektif

kelompok untuk menurunkan

eksprimental intensitas halusinasi

sebelum pendengaran,pasien

dilakukan merasa nyaman dan

terapi memiliki menjadi tenang.

rata-rata skor

perhatian

visual sebesar

58,36 dan
setelah

diberikan

terapi musik

klasik menjadi

64,00
6 Pengaruh Suhermi 2021 Artikel Untuk Deskriptif Penentuan Analisis yang Diharapkan

terapi activity penelitian mengetahui Kualitatif sampel diberikan pada 20 perawat

daily living pengaruh dilakukan pasien sebelum dan meningkatkan

terhadap terapi activity dengan teknik sesudah pemberian pemberian

pemulihan daily living purposive terapi aktivitas harian, kegiatan

pasien terhadap sampling. pada saat dilakukan terapeutik

halusinasi pemulihan Sehingga pre test terdapat sehari-hari pada

pasien menentukan (50%) yang pasien

halusinasi di sampel sesuai dikatagorikan pulih halusinasi

RSKD DADI kriteria inklusi dan (50,0%) yang karena terapi

Provinsi sulsel yaitu pasien dikatagorikan tidak sangat

dengan pulih. Sedangkan, berpengaruh

diagnosa pada saat dilakukan terhadap proses

keperawatan post test 20 pasien kesembuhan

halusinasi (100%) dikatagorikan pasien.

yang sudah pulih. Hasil uji statistik

dalam proses mengunakan paired

pemulihan sampel test dengan


sebanyak 2 sig. ( 2 tailed) 0,000

responden dengan a (0,05). Oleh

karena p<a maka Ha

diterima dan Ho

ditolak.dengan

demikian ada

pengaruh terapi

aktivitas harian

terhadap proses

pemulihan pasien

halusinasi

pendengaran
7 Pelaksanaan Umam, Reliani 2015 Artikel Untuk Quasi Populasi Hasil penelitian Dengan adanya

tekink penelitian mengetahui experimen penelitian ini menunjukan adanya penelitian ini

mengontrol pengaruh design one adalah seluruh peningkatan petugas

halusinasi kontrol teknik group pre- klien diagnosa kemampuan diharapkan pada

kemampuan halusinasi post test skizofrenia mengontrol petugas

klien terhadap design dengan halusinasi. Terbukti kesehatan untuk

szikofrenia kemampuan halusinasi di dengan total 9 orang lebih aktif

mengontrol klien wilayah kerja klasifikasi rendah menerapkan

halusinasi scizifernia puskesmas dalam pengendalian teknik

dalam surabaya halusinasi. Turun pengendalian

mengontrol sejumlah 12 menjadi 3 orang secara efesien


halusinasi yang diambil berklasifikasi rendah terutama

dipuskesmas dengan teknik untuk mengendalikan dengan pasien

pusat jaya purposive halusinasi. yang berada

surabaya sampling yang Berdasarkan analisis dalam semangat

sesuai dengan statistik p= 0,002 < a komunitas.

kriteria rksklusi 0,05. Ho ditolak dan

dan inklusi Hi diterima yang

berarti ada

berbedaan sebelum

dan sesudah

diberikan kontrol

teknik halusinasi oleh

peneliti.
8 Gambaran Firman Bayu 2018 Artikel Untuk Deskriptif Populasi Hasil penelitian Bagi pihak

kemampun S. Nofrida penelitian mengetahui Kualitatif dalam menunjukan bahwa rumah sakit

mengontrol Saswati gambaran penelitian ini sebagian besar perlu

halusinasi kemampuan adalah seluruh responden berumur meningkatkan

klien mengontrol klien 15-35 tahun kinerja perawat

skizofrenia di halusinasi halusinasi sebanyak 24 (54,6%) yang bertugas di

ruang rawat klien ruangan rawat responden. Sebagian ruang rawat inap

inap rumah skizofrenia di inap di rumah besar responden rumah sakit jiwa

sakit jiwa ruang rawat sakit jiwa berjenis kelamin laki- daerah provinsi

daerah inap rumah daerah jambi laki sebanyak jambi agar dapat
provinsi jambi sakit jiwa berjumlah 286 26( 59,1%) membantu klien

provinsi jambi orang. responden . hasil dalam

Pengambilan analisis menunjukan mengontrol

sampel responden memiliki halusinasi

dengan teknik kemampuan pendengaran

purposive mengontol halusinasi

sampling dengan katagori baik

peneliti(8). sebanyak 25 klien

Sampel dalam ( 56,8%) kemampuan

penelitian ini mengontrol halusinasi

berjumlah 44 dengan katagori

orang. kurang baik sebanyak

19 klien (43,2%).
9 efektifitas Oky Fresa Dwi 2014 Artikel Untuk Quasi Sampel dalam Hasil penelitian Pasien dapat

terapi individu Heppy penelitian mendeskripsik eksprimen penelitian ini diketahui bahwa dari meningkatkan

bercakap- Rochamawati, an efektifitas adalah 27 responden pengendalian

cakap dalam M,Syamsul arif terapi individu sebanyak 54 didapatkan hasil halusinasinya

meningkatkan bercakap- responden, sebelum diberikan dengan

kemampuan cakap dalam pada terapi yang melakukan

mengontrol meningkatkan penelitian ini kemampuan kurang terapi individu

halusinasi kemampuan dibagi menjadi berjumlah 27

pada pasien mengontrol 2 kelompok. responden (100,0%)

halusinasi halusinasi Kelompok dan sesudah


pendengaran pada pasien yang pertama diberikan terapi

di RSJ DR. halusinasi yaitu individu bercakap-

AMINO pendengaran kelompok cakap didapatkan

GONDOHUTO intervensi hasil yang

MO PROVINSI yang terdiri kemampuan cukup 1

JAWA dari 27 responden (3,7%)

TENGAH responden,kel kemampuan baik 26

ompok kedua responden (96,39%)

adalah Didapatkan hasil

kelompok signifikan dengan

kontrol yang nilai p = 0.646 (p >

terdiri dari 27 0,05) yang

responden menunjukan bahwa

tidak terdapat

perbedaan

kemampuan

mengontrol halusinasi

minggu pertama dan

minggu kedua pada

kelompok kontrol

tidak diberikan terapi

individu bercakap-

cakap, hasil yang


didapatkan tidak

terdistribusi normal

pada kelompok

kontrol
10 Penginkatakn Livana 2020 Artikel Untuk Quasi Jumlah Hasil penelitian

kemampuan PH,Rih,kandar penelitian mengetahui eksprimen sampel yang menunjukkan ada

mengontrol adini pengingkatakn diambil peningkatan

halusinasi kemampuan sebanyak 39 kemampuan pasien

melalui terapi mengontrol pasien dengan halusinasi sebesar

generalis halusinasi masalah 64% sebelum dan

halusinasi melalui terapi ke[erawatan sesudah diberikan

generalis halusinasi.pen terapi generalis

halusinasi gambilan dengan cara melatih

sampel ingatan dan

purposive kemampuan pasien

sampling untuk mengontrol

halusinasinya. Hasil

analisis bivariat

menunjukkan ada

pengaruh pemberian

terapi generalis

terhadap tingkat

kemampuan pasien
halusinasi dengan

nilai p = 0,03 (P value

< 0,05).
B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang hasil penelitian yang telah

dilakukan dari masing-masing peneliti tentang terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada

klien halusinasi pendengaran, Hasil yang diperoleh sebagai berikut :

Dalam penelitian (R Dwi Safra Yuli,Jumaini, Yesi : 2015) tentang senam aerobic

terhadap halusinasi pada klien halusinasi pendengaran dengan frekuensi 3 kali seminggu

selama 2 minggu dengan durasi waktu 30 menit mampu meningkatkan ukuran hipotalamus dan

peningkatan kemampuan short-term memory pada penderita skizofrenia.

Pengaruh senam aerobic low impact sebagai terapi bagi pasien dengan skizofrenia

dan didapatkan hasil bahwa dengan pemberian senam aerobic low impact selama 10 minggu

dapat membantu menurunkan halusinasi pendengaran dan meningkatkan pola tidur yang lebih

baik.

Pada penelitian ini pemberian senam aerobic low impact dilakukan sebanyak 6 kali

selama 2 minggu berturut-turut dengan durasi 35 menit. Menurut Tangkudung (2004) frekuensi

latihan adalah berapa kali latihan intensif yang dilakukan oleh seseorang. Frekuensi latihan

untuk senam aerobic low impact dilakukan 3-4 kali seminggu. Apabila frekuensi latihan kurang

dari 3 kali maka tidak memenuhi takaran latihan, sedangkan kalau lebih dari 4 kali maka

dikhawatirkan tubuh tidak cukup beristirahat dan melakukan adaptasi kembali ke keadaan

normal sehingga dapat menimbulkan sakit atau over training.

Pemberian terapi senam sebanyak satu kali dalam satu minggu tidak begitu banyak

membawa perubahan pada pasien gangguan jiwa, begitu pula dengan intensitas senam aerobic

sebanyak 4-7 kali seminggu tidak membawa perubahan yang berarti dibandingkan dengan

terapi senam aerobic yang dilakukan selama 2-3 kali seminggu (Daley, 2002). Dalam senam

aerobic total waktu latihan yang baik umumnya antara 30-60 menit dalam satu sesi latihan.
Penelitian (Dian Anggri Yanti, Abdi Lestari Sitepu : 2020 ) tentang efektifitas terapi

musik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran dengan menunjukkan bahwa

penggunaan teknik terapi musik berkorelasi positif dengan pengurangan skor depresi dengan

adanya perbedaan yang signifikan (p <0,0001) antara kelompok yang menggunakan

teknikteknik terapi musik dan kelompok yang tidak menggunakan teknik terapi musik. Stuart

(2016) mengungkapkan bahwa mendengarkan musik yang dipilih sendiri setelah terpapar

stressor dapat menyebabkan terjadinya pengurangan kecemasan, kemarahan, dan membuat

sistem saraf simpatis bergairah, dapat meningkatkan relaksasi dibandingkan dengan yang

duduk diam saja.

Pengaruh terapi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran untuk

membangkitkan gelombang otak alfa yang dapat memberikan rasa relaksasi sehingga

menimbulkan perilaku yang tenang bagi penderita gangguan jiwa jenis halusinasi sehingga

menurunkan resiko timbulnya dampak dari tingkat stressor.

Dalam penelitian ( Rafina Damayanti : 2014 ) tentang efektifitas terapi musik klasik

terhadap halusinasi pendengaran bahwa salah satu tindakan keperawatan yang dapat

dilakukan yaitu dengan tindakan nonfarmakologis. Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif

adalah mendengarkan musik klasik. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan

meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi,

musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional,

sosial dan spritual.

Pengaruh terapi musik klasik terhadap halusinasi pendengaran penderita merasakan

ketenangan, santai, rileks, nyaman, mulai dapat berinteraksi dengan orang lain, fokus terhadap

apa yang dilakukan serta munculnya motivasi untuk sembuh. Hal tersebut yaitu pada

gelombang otak, gelombang beta yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz dalam kegiatan sehari-
hari di dunia luar, maupun apabila kita mengalami perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan

kesadaran yang dirasakan dicirikan oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz.

Periode-periode puncak kreativitas, meditasi, dan tidur dicirikan dalam gelombang theta dari 4

hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi napas dalam, serta keadaan tak sadar

menghasilkan gelombang delta, yang berkisar 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang

otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan klien.

Frekuensi pemberian terapi dilakukan sebanyak 5 kali selama 5 hari dengan durasi 10-

15 menit. Dengan pemberian terapi musik klasik sebanyak 7 kali dengan durasi 30 menit. Hal

ini menunjukan samakin sering frekuensi dan semakin lama durasi terapi musik klasik yang

diberikan, maka tingkat halusinasi pasien semakin menurun.

Penelitian ( Siti Nafiatum : 2020 ) tentang penerapan teknik menghardik terhadap

halusinasi pendengaran. Teknik ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk

mengendalikan halusinasi dengan menolak halusinasi yang muncul. Dengan frekunesi teknik

menghardik yang digunakan 3 kali seminggu dan durasi waktu 30 menit. Dengan frekuensi

tersebut dapat berhasil menurunkan halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran.

Penelitian ( Novita Susilawanti : 2019 : tentang kajian literatur efektifitas terapi musik

klasik terhadap halusinasi pendengaran. Terapi musik klasik dapat menurunkan halusinasi

pendengaran. Berkaitan dengan pemberian terapi musik klasik terhadap perilaku agresif pada

pasien skizofrenia (Chandra et al., 2014). Peneliti mendapatkan perbedaan frekuensi

pemberian terapi musik klasik,dan pemberian tambahan terapi obat.

Frekuensi Pemberian terapi musik klasik diberikan sekali sehari dengan durasi 10 - 15

menit selama 5 hari dengan tidak diberikan terapi obat didapatkan hasil bahwa terjadi

penurunan tingkat halusinasi sedang dari 15 orang (88,2%) menjadi 8 orang (47,1%). Dan

pemberian frekuensi terapi musik klasik terhadap pasien yang mengalami agresif dilakukan
sebanyak 7 kali, setiap pelaksanaan dilakukan selama 30 menit dan tidak diberikan tambahan

terapi obat, Pemberian terapi musik klasik Turki dengan total 12 jam, 3 jam per minggu.

Penelitian ( Suhermi : 2021 ) tentang pengaruh terapi activity terhadap halusinasi

pendengaran. Hal ini dapat dilihat dari observasi peneliti terhada[p pasien yang mampu

mangontrol halusinasinya dengan melakukan kegiata sehari-hari yang telah dijadwalkan dari

pagi sampai malam. Pasien tidak lagi terlihat selalu melamun dan berbicara sendiri. Frekuensi

pengaruh terapi activity sebanyak 2-3 kali dalam sehari waktu terjadinya yaitu pagi dan sore

hari. Hal tersebut dapat memicu tingakt pemulihan pasien halusinasi lebih membaik.

Penelitian ( Umam, Reliani : 2015 ) tentang pelaksanaan teknik halusinasi terhadap

halusinasi pendengaran. Dengan frekuensi pelaksanaan teknik halusinasi yang digunakan 3 kali

seminggu durasi waktu 30 menit per sesi dan dipengaruhi oleh adanya pengetahuan pasien

cara mengontrol halusinasi, mengenal jenis halusinasi, dan frekuensi terjadinya halusinasi,

membuat pasien lebih kuat menghadapi halusinasi.

Penelitian ( Friman Bayu : 2018 ) tentang gambaran kemampuan mengontrol halusinasi

terhadap halusinasi pendengaran dengan frekuensi 5 kali selama 6 bulan dan durasi waktu 40

menit. Peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien dipengaruhi oleh adanya

pengetahuan pasien cara mengontrol halusinasi, mengenal jenis halusinasi, dan frekuensi

terjadinya halusinasi, dan dapat membuat pasien lebih kuat menghadip halusinasi. Hal itu

membuat pasien sudah mampu mengidentifikasi dengan cara mengontrolnya.

Penelitian ( Oky Fresa : 2014 ) tentang efektifitas terapi individu untuk bercakap-cakap

terhadap halusinasi pendengaran dengan frekuensi 3 kali seminggu durasi waktu yang

digunakan 30 menit. Dapat diartikan bahwa efektifitas terapi individu untuk bercakap-cakap

dengan frekuensi 3 kali seminggu durasi waktu 30 menit dapat berhasil menurunkan halusinasi

pendengaran.
Penelitian ( Livana : 2020 ) tentang peningkatan kemampuan untuk mengontro

halusinasi memalui terapi generalis terhadap halusinasi pendengaran kemapuan pasien

halusinasi sebelum diberikan terapi generalis dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor

eksternal. Yaitu kurangnya komunikasi antaran perawat dengan pasein tidak mampu untuk

mengontrol halusinasi yang dialaminya. Setelah diberikan terapi pasien sering berkomunikasi

dengan perawat, pasien memiliki kemampuan untuk mengontrol halusinasi, meningkatkan

kemampuan koping pada pasien sehingga mampu untuk menurunkan frekuensi halusinasi yang

ada pada diri pasien.

Sebagai hasil dari intervensi, sebagian besar penelitian mengalami kemampuan dalam

mengontrol halusinasi pendengaran yang diukur dengan skor halusinasi . namun, ada juga

yang tidak mengalami mengontrol halusinasi setelah diukur menggunakan instrumen tersebut.

Hal ini dikarenakan intervensi atau terapi individu dengan menggunakan metode yang belum

tepat sehingga tidak mendapatkan hasil yang maksimal.

Dengan demikian, terdapat perbedaan dan persamaan dalam efek terapi individu dalam

mengontrol halusinasi. Faktor-faktor itu ditentukan berdasarkan jenis terapi individu yang

diberikan serta instrumen halusinasi yang digunakan untuk mengukur. Untuk lebih lanjut pasien

dapat melakukan senam aerobic dan senam terapi musik selama 3 minggu dalam durasi waktu

3 menit untuk mengurangi halusinasi pendengaran. Instrumen untuk mengukur halusinasi juga

yang paling banyak digunakan dan menghasilkan efek mengurangi yaitu Skor halusinasi
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi pustaka dilakukan dengan 10 artikel yang telah diuraikan

dalam bab sebelumnya bahwa terapi individu untuk mengontrol halusinasi pada klien halusinasi

pendengaran dapat mengurangi kejadian halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ditemukan diatas, maka saran yang saya dapat

peneliti antara lain :

1. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan dengan hasil penelitian studi pustaka ini dapat dijadikan sebagai

bahan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan terapi individu

untuk menurunkan kejadian halusinasi pada klien halusinasi pendengaran

2. Pengunaan hasil penelitian

Dapat menambah pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang

didapat selama melakukan penelitian memiliki studi pustakan tentang terapi individu

untuk menurunkan kejadian halusinasi pada klien halusinasi pendengaran


DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, H. I., Handoyo, & Setiono. (2011). Pengaruh terapi senam aerobic low impact

terhadap skor agression self control pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan di ruang

Sakura RSUD Banyumas. Diperoleh tanggal 19 November 2014 dari

Damayanti, Jumaini, & Utami. Pengaruh terapi music terhadap penurunan halusinasi pasien

skizofrenia di RSJ Tampan Prov. Riau. JOM PSIK, 1(2), 1-9 Tahun 2014.

Ayu, F. R, Arief, N., & Ulfa, N. (2012). Efektifitas terapi musik terhadap tingkat depresi pasien

isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo Semarang. Diperoleh tanggal 18

Desember 2013

Departemen Kesehatan. 2010. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI

Amelia, D. & Trisyani, M. (2015). Terapi musik terhadap penurunan tingkat depresi: literature

review. AFIYAH 2, 2(1). Diakses pada 11 Maret 2016

Kemenkes RI. Gangguan jiwa masalah global bagi setiap negara. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.

Daradjat, Dzakiyah. 1992. Kesehatan Mental Spiritual. Alemedia : Jakarta.

Anggraini, K. (2013). Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar

Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD DR. Amino Gondohutomo Semarang. jurnal karina

anggraini.pdf diperoleh tanggal 24 juli 2013 jam 08.03 wib

Emilyani, D. (2010). Peningkatan kemampuan mengendalikan halusinasi pada pasein

skizofernia dengan terapi aktivitas kelompok menggunakan pendekatan health belief model di

rumah sakit jiwa provinsi ntb. Rumah sakit jiwa

Anda mungkin juga menyukai