Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT PADA PERAWAT

ELNA SAFLUT

NIM P07120319007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DEREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

TAHUN 2022
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ELNA SAFLUT

NIM : P07120319007

Program Studi : Keperawatan Masohi

Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan

tulisan atau pikiran orang lain.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka

saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan tersebut.

Masohi,…………… 2022

Pembuat pernyataan

ELNA SAFLUT

PO7120319007
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Oleh Elna Saflut Nim P07120319007. Dengan Judul “Pengaruh

Pelatihan Basic Life Support (BLS) pada Tenaga Kesehatan” Telah Diperiksa Dan Disetujui

Untuk Di Ujiankan.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

A.Miftahul Khair Imran,S.,Kep.,Ns.,M.,Kep Ns.Irhamdi Achmad,S.Kep.,M.,Kep

NIP : 198512222010122006 NIP : 197408041999031002


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahana

Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini

dengan judul “Pengaruh pelatihan Basic Life Support pada Tenaga Kesehatan, guna memenuhi

salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program DIII Keperawatan pada

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi Keperawatan Masohi.

Dalam penyusunan Proposal ini, penulis banyak memperoleh bantuan moral maupun

materi dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang tak terhingga kepada :

1. Hairudin Rasako, S.KM., M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku,

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi Keperawatan Masohi.

2. Rigoan Malawat, S.Kep., M.Kes. Ketua Program Studi Keperawatan Masohi yang telah

bersedia menerima penulis.

3. A. Miftahul Khair Imran,S.Kep.,Ns.,.M.,Kep dan Ns.Irhamdi Achmad,S.Kep.,M.,Kep

Pembimbing I dan II yang selama ini telah meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk

memberikan bimbingan, bekal ilmu, perhatian dan dorongan dengan sabar dan ikhlas

kepada penulis dari penyusunan Proposal sampai terselesainya Penulisan Laporan Akhir

Studi ini.

4. Ns.U.B.Ohorella,S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mb dan Febi A.Matekohy.,S.,Sit.,M.,Kes penguji I

dan penguji II yang selama ini telah meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk

memberikan bimbingan, bekal ilmu, perhatian dan dorongan dengan sabar dan ikhlas
kepada penulis dari penyusunan Proposal sampai terselesainya Penulisan Laporan Akhir

Studi ini.

5. Kordinator tingkat selaku Pembimbing Akademik A. Miftahul Khair

Imran,S.Kep.,Ns.,.M.,Kep yang selama ini menasehati, membina, dan membimbing penulis

selama berada di Program Studi Keperawatan Masohi.

6. Seluruh staf dosen dan tata usaha yang memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bantuan

selama saya menyelesaikan studi saya.

7. Teristimewah untuk Ayahanda (Jalal Saflut) dan Ibunda tercinta (Salija Kubal) serta Kakak-

kakak. Saifuddin Saflut. S.iP, Alm.Sarjun Saflut, Ishak Saflut, Dan Ipar-Ipar, adikku dan

keluarga besar tersayang yang tak pernah penulis lupakan sampai akhir hayat, yang

dengan lapang memberikan doa, dorongan baik moril maupun materil kepada penulis

dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keperawatan Masohi.

8. Teman-teman seperjuangan. Jumriati Zairin, Rizky Fatiha Rahmawaty, Maryam Kaplale,

Riski Rinawati, Lilis Upate, Rianty Djohar, Sifa Sanaky dan teman-teman Tingkat 3A.

Terimah kasih kepada teman-teman SQUAD SBT , kalian yang selalu memberikan

semangat dan motivasi. saya sebagai penulis menyadarinya sepenuhnya bahwa apa yang

saya selesaikan saat ini barulah sebagian kecil dari apa yang dikatakan sempurna, maka

saran, kritik dan masukkan yang bersifat membangun semangat saya harapan demi

kesempurnaan penulis karya tulis ilmiah ini.

Masohi,…………… 2022

Penulis

ELNA SAFLUT

PO7120319007
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................................iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6

A. Konsep Basic Life Support (BLS).....................................................................6


B. Tujuan Basic Life Support (BLS)......................................................................7
C. Prinsip Basic Life Support (BLS)......................................................................7
D. Henti Jantung...................................................................................................7
E. Henti Nafas......................................................................................................9
F. Langkah –Langkah BLS...................................................................................9

BAB IIIMETODE PENELITIAN....................................................................................10

A. Jenis Penelitian................................................................................................10
B. Pengumpulan Literature...................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian henti jantung di dalam rumah sakit atau In Hospital Cardiac Arrest

(IHCA) merupakan permasalahan utama keselamatan pasien dan kesehatan

masyarakat. Sekitar 209.000 orang dewasa dan lebih dari 6000 anak dilakukan Cardio-

Pulmonary Resuscitation (CPR) Di Amerika Serikat setiap tahunnya, sebagian besar

disebabkan oleh dugaan etiologi jantung dan terjadi secara tidak terduga atau

mendadak. Ruang perawatan intensive dan gawat darurat belum bisa maksimal untuk

menangani pasien dengan kegawatan jantung, sehingga tenaga kesehatan khususnya

perawat perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam Penanganan pasien

henti jantung, salah satunya adalah keterampilan BLS.

Kematian terjadi biasanya karena ketidakmampuan petugas kesehatan untuk

menangani penderita pada fase gawat darurat. Ketidakmampuan tersebut sehingga hal

yang penting itu dapat diamati secara teliti. Basic life support atau Bantuan Hidup Dasar

harus diberikan pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Seseorang

yang mengalami henti nafas dan henti jantung masih ada harapan untuk hidup apabila

tim kesehatan sigap dalam menangani korban dan memberikan pertolongan pertama

berupa Resusitasi Jantung Paru.

Henti jantung atau cardiac arrest hanya bisa dipulihkan dengan resusitasi jantung

paru dan defibrilasi, kesempatan hidup pasien akan berkurang 7 sampai 10 persen tiap

menit jika tidak segera dilakukan BLS. Henti jantung dapat sangat mematikan, namun

ketika BLS diberikan secepatnya maka kesempatan jantung untuk berdenyut kembali
sangat besar, keberhasilan pemberian BLS tentu dipengaruhi oleh kompetensi dan

pelatihan yang dimiliki petugas kesehatan khususnya Perawat wajib memiliki kualifikasi

memberikan pelayanan kesehatan BLS terhadap pasien yang mengalami henti napas,

henti jantung (AHHA, 2015)

Pelatihan BLS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan

atau keterampilan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terutama korban

yang memerlukan BLS, karena pelayanan korban BLS harus dilakukan dengan cepat,

tanggap, terampil, teliti, serta konsentrasi penuh (Cristian, 2009 dalam Dede dkk,2014)

Berdasarkan hasil pengumpulan data Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 terhadap

27 responden perawat didapatkan bahwa pengetahuan perawat dalam melakukan BLS

secara keseluruhan yaitu dalam kategori baik sebanyak 19 orang (70,4%)

berpengetahuan cukup sebanyak 8 orang (29,6%) dan tidak ada yang didapatkan

pengetahuan perawat yang kurang.

Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan review

tentang hasil-hasil penelitian dengan Pelatihan Basic Life Support atau Bantuan Hidup

Dasar pada Tenaga Kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pelatihan Basic Life Support pada Perawat berdasarkan hasil

penulusuran pustaka?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pengaruh pelatihan Basic Life

Support pada Perawat, berdasarkan hasil penulusuran pustaka.

D. Manfaat Penelitian

Studi kasus diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Penulis
Manfaat praktis penulisan karya tulis ilmiah bagi penulis yaitu penulis dapat

mengetahui serta mampu melakukan pengaruh pelatihan Basic Life Support

pada Perawat.

2. Bagi Keilmuan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi keperawatan dalam mengetahui tentang

pengaruh pelatihan Basic Life Support pada Perawat.

3. Institut Pendidikan

Diharapkan literatur review ini dapat membantu mengetahui pentingnya

pengaruh pelatihan Basic Life Support pada Perawat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Basic Life Support

1. Pengertian

Basic Life Support adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti

jantung, henti napas. BLS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

pengetahuan atau keterampilan perawat dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan terutama korban yang memerlukan bantuan hidup dasar, karena

pelayanan korban bantuan hidup dasar harus dilakukan dengan cepat, tanggap,

terampil, teliti, serta konsentrasi penuh, mengingat setiap kesalahan tersebut

tidak dapat diperbaiki pada pertolongan selanjutnya (Cristian, 2009 dalam Dede

dkk,2014)

a. Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena

kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan

tersebut bias disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau penyakit

sekunder non jantung. Henti jantung adalah bila terjadi henti jantung

primer, oksigen tidak beredar dan oksigen tersisa dalam organ vital

akan habis dalam beberapa detik (Mansjoer & Sudoyo 2010).

Henti jantung dapat disebabkan oleh faktor intrinsik atau ekstrinsik.

Faktor intrinsik berupa penyakit kardiovaskular seperti asistol, fibrilasi

ventrikel dan disosiasi elektromekanik. Faktor ekstrinsik adalah

kekurangan oksigen akut (henti nafas sentral/perifer, sumbatan jalan


nafas dan inhalasi asap); kelebihan dosis obat (digitas, kuinidin,

antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin dan isoprenalin); gangguan

asam basa/elektrolit (hipo/hiperkalemia, hipo/hipermagnesia,

hiperkalsemia dan asidosis); kecelakaan (syok listrik, tenggelam dan

cedera kilat petir); refleks vagal; anestesi dan pembedahan (Mansjoer &

Sudoyo 2010).

Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tidak teraba (a. karotis, a.

femoralis, a. radialas), disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali,

pernapasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tidak

bereaksi dengan rangsang cahaya dan pasien dalam keadaan tidak

sadar (Latief & Kartini 2009).

b. Henti Napas (Respiratory Arrest) Henti napas adalah berhentinya

pernafasaan spontan disebabkan karena gangguan jalan nafas persial

maupun total atau karena gangguan dipusat pernafasaan. Tanda dan

gejala henti napas berupa hiperkarbia yaitu penurunan kesadaran,

hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (Mansjoer

& Sudoyo 2010).

Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak

hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi

asap/uap/gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik,

tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglottis, tercekik

(suffocation), trauma dan lain-lain (Latief & Kartini 2009)

Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,

pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai

beberapa menit. Jika henti napas mendapat pertolongan dengan segera

maka pasien akan terselamatkan hidupnya dan sebaliknya jika


terlambat akan berakibat henti jantung yang mungkin menjadi fatal

(Latief & Kartini 2009)

2. Prinsip BLS

Prinsip utama dalam melaksanakan Basic Life Support secara urut adalah

pengenalan segera akan henti jantung dan aktivasi respon gawat darurat,

melakukan resusitasi jantung paru secara dini dengan melakukan kompresi dada

yang tepat, defibrilasi yang cepat, advance life support yang efektif dan post

cardiac arrest care atau perawatan pasca henti jantung yang terintegrasi

3. Tujuan BLS

Antara lain :

a) Mengurangi tingkat morbiditas dan kematian dengan mengurangi

penderitaan.

b) Mencegah penyakit lebih lanjut atau cedera.

c) Mendorong pemulihan Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk

oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan

jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan

jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara

normal (Latief & Kartini 2009). Sedangkan menurut Alkatri (2007), Tujuan

utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi darurat

untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-

oksigenasi ke jaringan tubuh (AHA, 2015)

4. Langkah-Langkah BLS

Tindakan BLS ini dapat disingkat teknik ABC pada prosedur CPR (Cardio

Pulmonary Resuscitation) yaitu :

 A (Airway): Menjaga jalan nafas tetap terbuka

 B (Breathing): Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat


 C (Circulation): Mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung

paru. (AHA, Guidelines 2015)

1) Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera

a) Melakukan 3A (Aman)

Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang

anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko infeksi

anda juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi

sekitar pada saat melakukan pertolongan. Maka ada beberapa hal

yang harus dilakukan penolong pada korban yaitu :

 Memastikan keamanaan anda

Keamanaan sendiri merupakan prioritas utama, karena

bagaimana kita dapat melakukan pertolongan jika kondisi

kita sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal

yang ironis seandainya kita bermaksud menolong tetapi

karena tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang

terjerumus dalam bahaya.

 Memastikan keamanan lingkungan

Ingat rumus do no futher harm karena ini meliputi juga

lingkungan sekitar penderita yang belum terkena sedera.

Sebagai contoh ketika terjadi kecelakaan lalu lintas.

Ingatlah para penonton untuk cepat-cepat menyingkir

karena ada bahaya seperti ledakan/api.

 Memastikan keamanan penderita


Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah

penderita sendiri, karena penderita ini sudah mengalami

cedera dari awal.

b) Memastikan kesadaran korban

Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika korban

tidak sadarkan diri dan bernafas secara abnormal (terengah-

engah) penolong harus mngasumsikan korban mengalami henti

jantung. Penolong harus memastikan korban tidak merespon

dengan cara memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-

nepuk korban atau menggoyanggoyangkan baru korban.

c) Meminta pertolongan

Korban tidak merespon maka penolong harus segera

mengaktifkan SPGDT dengan menelpon Ambulans

Mengaktifkan SPGDT penolong harus siap dengan jawaban

mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang terjadi, jumlah

korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan

tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi

kejadian terdapat lebih dari satu penolong, misalnya penolong

pertama memeriksa respon korban kemudian melanjutkan

tindakan BLS sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT

dengan menelpon ambulans terdekat dan mengambil alat kejut

jantung otomatis (AED)

d) Resusitusi Jantung Paru (RJP)

RJP terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan

perbandingan 30:2 berarti 30 kali penekanan dada kemudian

dilanjutkan dengan memberikan 2 kalibantuan napas. Bantuan


napas diberikan jika penolong yakin melakukannya. Penekanan

dada yang dilakukan dengan prinsip tekan kuat, tekan cepat

mengembang sempurna. Memaksimalkan efektivitas penekanan

dada, korban harus berada ditempat yang permukaannya datar.

Penolong meletakan pangkal telapak tangan ditengah dada

korban dan meletakan tangan yang lain diatas tangan yang

pertama dengan jari-jari saling mengunci dan lengan tetap lurus.

Penolong memberikan penekanan dada dengan kedalamaan

minimal 5cm (prinsip tekan kuat) dengan minimal 100-120 kali

permenit (prinsip tekan cepat). Penolong juga harus memberikan

waktu bagi dada korban untuk mengembang kembali untuk

memungkinkan darah terisi terlebih dahulu pada jantung (prinsip

mengembang sempurna). Penolong juga harus meminimalisasi

interupsi saat melakukan penekanan (prinsip interupsi minimal).

Bantuan nafas diberikan setelah membuka jalan napas korban

dengan teknik mengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head

tilt-chin lift).

Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan

telunjuk agar tertutup kemudian diberikan napas buatan sebanyak

dua kali, masing-masing sekitar 1 detik, buang napas seperti

biasa melalui mulut. Bantuan napas diberikan dari muut atau

menggunakan pelindung wajah yang diletakkan diwajah korban.

Lihat dada korban saat memberikan napas buatan, apakah

dadanya mengembang, kemudian tunggu hingga kembali turun

memberikan napas buatan berikutnya.


RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus RJP) dengan

penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat

kejut jantung otomatis (AED) datang dan siap untuk digunakan

atau bantuan dari tenaga kesehatan telah datang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah sebuah pustaka untuk mengkaji tentang Pengaruh

Pelatihan Basic Life Support pada Perawat.

B. Pengumpulan Literatur

1. Database dan Keyword

a) Database yang digunakan adalah Google Scholar

b) Tanggal pencarian literatur : 19-21 April 2022

2. Keyword atau kata kunci :

Bahasa Indnoseia : BLS, Perawat

3. Kriteria (Inklusi dan Ekslusi)

a) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi pada penelitian ini meliputi :

1) Diakses dari database Google Scholar

2) Naskah dalam berbentuk full text dan pdf

3) Pustaka dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris

4) Subjek/responden penelitian adalah Tenaga Kesehatan

5) Jenis penelitian adalah Cross Sectional

6) Variabel penelitian : Pelatihan BLS pada Perawat

7) Tanggal publikasi adalah dari Tahun 2018-2022


8) Sampel : Perawat

b) Kriteria Ekslusi

1) Naskah tidak dapat diakses (open accses)

2) Metode penelitian tidak jelas secara spesifik

3) Tidak lulus uji kelayakan


DAFTAR PUSTAKA

Abolfotouh, M a., Alnasser M. a.,Berhanu, A. N., Al-Turaif, D. a., & Alfayez, A. I. (2017). Impact
of basic life-support training on the attitudes of health-care workers toward
cardiopulmonary resucitation and defibrillation. BMC Health Services Research,
17(1), 1-10. https://doi.org/10.1186/s12913-017-2621-5

Darmawan, R. E,. Sujianto, U., & Rochana, N. (2018). Effects of Neo Automatic Code on the
Accuracy of Chest Compression Depths in Cardio Arrest Patients. Hiroshima J.
Med. Sci. 67(024), 161-165.

American Heart Asosiation. 2015. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart
Asociation untuk CPR dan ECC. Guildelines.Wonogiri. Vol. 1, No. 1.

Yunanto, R. A., Wihastuti, T. A., & Rachmawati, S. D. (2017). Perbandingan pelatihan RJP
dengan mobile application dan simulasi terhadap pengetahuan dan keterampilan
melakukan RJP. NurseLine Journal, 2(2), 183–193

Fauziah, DKK. (2017). Penggunaan Leaflet terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang


Pemeriksaan Payudara Sendiri. GASTER : 15(2). Hal. 204- 213.

Dede dkk.(2014). Jurnal Gambaran Pengetahuan Dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar
Perawat Gawat Darurat Di Instalasi gawat darurat (IGD)RSUD.Labuang Beji
Makassar.

Umi, Nur Hasanah., Nurhayati, Yeti., Fitriana, Nur Rufaida.2015. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Keterampilan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Bantuan
Hidup Dasar (BHD) Di RSUD

Aminuddin.2013. Analisis Faktor Yang berhubungan Dengan Kesiapan Perawat Dalam


Menangani Cardiac arreat Di Ruangan ICCU Dan ICU RSU anutapura
Palu.jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/a rticle/viewFile/543/289 (acces Nopember
2013).

American Heart Association (AHA). (2015). Adult basic life support: guidlines for
cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care.

Anda mungkin juga menyukai