Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KIA DI DESA

REMPOAH

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan Profesi


Ners Stase Keperawatan Komunitas di Universitas Harapan Bangsa

Oleh:

MAHASISWA PROFESI NERS KELOMPOK 3 DESA REMPOAH

(NAMA MAHASISWA TERLAMPIR)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat dan karuniaNya, penulis
dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan komunitas pada komunitas KIA
di desa Rempoah, Baturaden. Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengerjakan stase keperawatan komunitas di program Profesi Ners Universitas
Harapan Bangsa.

Penulis menyadari dalam penyususnan Asuhan Keperawatan ini tidak akan


selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing Madyo Maryoto, S. Kep. Ns. MNS selaku pembimbing di


stase keperawatan komunitas
2. Petugas Kesehatan yang ada di puskesmas desa Rempoah
3. Seluruh warga desa Rempoah yang telah menerima dan membantu
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas di stase komunitas ini.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan pahala kepada semua pihak atas
budi dan jasa yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna bagi kesehatan. Penulis
menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, walaupun penulis telah
berusaha untuk membuat yang terbaik dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.

Wa’alaikumssalam warahmatullahi wabarakatuh

Baturaden, 29 Oktober 2021


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................3
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A. Keperawatan Komunitas................................................................... 4
B. Ibu Hamil...........................................................................................5
C. Balita .................................................................................................7
D. Posyandu.............................................................................................8
E. Kerangka Teori……………………………………………………….8
F. Keranka Konsep.............................................................................…..9

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metodologi ........................................................................................ 10
B. Waktu dan Lokasi Penelitian..............................................................10
C. Populasi dan Sampel........................................................................... 10
D. Analisa data ....................................................................................... 12
E. Etika Penelitian .................................................................................. 12

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian ........................................................................................ 13
1. Karakteristik Responden ............................................................. 13
2. Frekuensi Responden .................................................................. 13
B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 13
C. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 15
D. Implementasai ................................................................................... 15
E. Evaluasi ............................................................................................ 16

iii
Lampiran........................................................................................................21

Foto Kegiatan ................................................................................................79

Satuan Acara Penyuluhan ............................................................................. 22

Leaflet............................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 88

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal.
Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit
pada ibu dan anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan prenatal di tingkat pelayanan
dasar dan pelayanan rujukan primer (Sistriani, 2014).
Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia
Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH) hingga tahun 2019
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per
100.000 kelahiran hidup (Budhiharsana,2019). AKI sampai saat ini masih
sangat jauh dari target tujuan pembangunan Sustainable Development Goals
(SDGs) yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2030 (Susiana, 2019).
Berdasarkan survei Demokrasi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, AKI yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI menunjukkan penurunan menjadi 305
per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015. Penurunan AKI cenderung tidak berhasil mencapai target
MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Profil
Kesehatan Indonesia, 2018).
Penyebab terjadinya AKI yaitu: terjadinya perdarahan,
preeklamsi/eklamsi, infeksi, atau penyakit yang diderita ibu sebelum atau
selama kehamilan yang dapat memperburuk kondisi kehamilan. penyebab
lainnya yaitu berhubungan dengan status kesehatan reproduksi ibu, akses
terhadap pelayanan kesehatan, perilaku penggunaan fasilitas kesehatan, dan
juga faktor demografi dan sosiokultural (Iqbal, Shaheen, dan Begum, 2014).
Upaya-upaya Pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan
mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS), yang terimplementasi dalam
program Jampersal untuk menjamin semua persalinan dilakukan di fasilitas
kesehatan oleh tenaga terlatih, penyediaan Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK), serta pemerintah membuat kebijakan bagi tenaga
kesehatan untuk menggunakan buku KIA sebagai alat komunikasi dan media
penyuluhan bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan
ibu dan anak termasuk rujukan dan standar pelayanan KIA dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia 284/MENKES/SK/III/2004 (Republik
Indonesia, 2004).
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang
kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya
bidang kesehatan. Berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini telah
terjadi pergeseran, antara lain perubahan upaya kuratif menjadi upaya
preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat
berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus
yang bersifat aktif, sehingga akan memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk ikut berperan dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan
individu, keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas
dengan menerapakan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta
sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan
mempunyai potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi
yang harus dicapai, maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas
Harapan Bangsa melaksanakan praktik Keperawatan Komunitas di desa
Rempoah, Baturaden.
Proses belajar di keperawatan komunitas, mahasiswa mengidentifikasi
populasi lansia dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk
bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapannya kesehatan lansia

2
selalu terpantau dengan baik sehingga terjadi peningkatan angka harapan
hidup pada lansia di desa Rempoah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas
yang telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Komunitas khususnya pada KIA di desa Rempoah,
Baturaden.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di
desa Rempoah, Baturaden.
b. Melakukan analisa data hasil pengkajian pada KIA di desa Rempoah,
Baturaden.
c. Menentukan diagnosa keperawatan KIA di desa Rempoah, Baturaden.
d. Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di desa
Rempoah, Baturaden.
e. Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
desa Rempoah, Baturaden.
f. Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
desa Rempoah, Baturaden.
g. Mengevaluasi tindakan Asuhan Keperawatan komunitas di desa
Rempoah, Baturaden.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Keperawatan Komunitas
a. Pengertian Komunitas
Komunitas merupakan kelompok sosial dari berbagai organisme
dengan bermacam-macam lingkungan, pada dasarnya mempunyai
habitat serta ketertarikan atau kesukaan yang sama. Di dalam
komunitas, individu-individu di dalamnya mempunyai kepercayaan,
kebutuhan resiko, sumber daya, maksud, preferensi dan berbagai hal
yang serupa atau sama. Menurut Kertajaya Hermawan (2008),
komunitasi adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa peduli
satu sama lain lebih dari yang seharusnya. Dapat diartikan bahwa
komunitas adalah kelompok orang yang saling mendukung dan saling
membantu antara satu sama lain
Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (valuase), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga, misalnya didalam
kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam
suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Alimul,
2009).
b. Pengertian Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi

4
buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah
kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010). Menurut American Nurses Association
(ANA, 1973), Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah suatu
sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
meningkatkan dan 5 memelihara kesehatan masyarakat. Praktik
keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur
tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
2. Ibu Hamil
a. Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai janin lahir. Lama
kehamilan normal dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir
(HPMT) yaitu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) (Saifuddin,
2009). Masa kehamilan dibagi menjadi tiga trimester yang
masingmasing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut
hitungan kalender. Trimester pertama secara umum dipertimbangkan
berlangsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12 minggu),
trimester ke dua pada minggu ke-13 hingga ke-27 (15 minggu, dan
trimester ke tiga pada minggu ke-28 hingga ke-40 (13 minggu).
Selama kehamilan seorang wanita akan mengalami perubahan dalam
yang meliputi perubahan fisiologis dan psikologis (Varney, dkk,
2007).

5
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik
pada ibu maupun pada janin dalam kandungan dan dapat
menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan dan
ketidakpuasan Dengan demikian untuk mengahadapi kehamilan atau
janin risiko tinggi harus diambil sikap proaktif, berencana dengan
upaya promotif dan preventif.
b. Kriteria Kehamilan Beresiko
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) Kehamilan risiko rendah
dimana ibu seluruh ibu hamil berisiko terhadap kehamilanya
untuk ibu hamil dengan kehamilan risiko rendah jumlah skor 2
yaitu tanpa adanya masalah atau faktor risiko. Persalinan dengan
kehamilan risiko rendah dalam dilakukan secara normal dengan
keadaan ibu dan bayi sehat, tidak dirujuk dan dapat ditolong oleh
bidan.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) Kehamilan risiko tinggi dengan
jumlah skor 6 - 10, adanya satu atau lebih penyebab masalah pada
kehamilan, baik dari pihak ibu maupun bayi dalam kandungan
yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu atau
calon bayi. Kategori KRT memiliki risiko kegawatan tetapi tidak
darurat.
3. Kehamilan Risko Sangat Tinggi (KRST) Kehamilan risiko sangat
tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu hamil dengan dua
atau lebih faktor risiko meningkat dan memerlukan ketepatan
waktu dalam melakukan tidakan rujukan serta pertolongan
persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditantangani oleh
Dokter spesialis.
c. Pengelompokan faktor risiko tinggi kehamilan
1. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan. Faktor genetika yaitu
faktor keturunan dan faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh
pendidikan dan sosial.

6
2. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil atau keadaan yang
dapat merangsang kehamilan.
Kebiasaan ibu seperti merokok, minum minuman alkohol,
kecanduan obat dll. Penyakit yang mempengaruhi kehamilan
misalnya hipertensi gestasional, toksemia gravidarum.
3. Faktor risiko saat persalinan
4. Faktor risiko pada neonatus.
3. Balita
1. Pengertian
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi
yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan
tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah
menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan.
Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan
fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh
besar terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak (Ariani, 2017).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan
balita merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan
setiap individu berbeda-beda, bisa cepat maupun lambat tergantung
dari beberapa faktor, yaitu nutrisi, lingkungan dan sosial ekonomi
keluarga.
2. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita di antaranya
adalah energi dan protein. Kebutuhan energi sehari untuk tahun
pertama kurang lebih 100-200 kkal/kg berat badan. Energi dalam
tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak dan protein.
Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang

7
diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan
pembentukan protein dalam serum serta mengganti sel-sel yang telah
rusak dan memelihara keseimbangan cairan tubuh.
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan
asupan zat gizi yang berbeda antara individu, hal ini tergantung pada
usia orang tersebut, jenis kelamin, aktifitas tubuh dalam sehari, berat
badan dan lain-lain (Supariasa, 2012).
4. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan
dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan
di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat
dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat
lain yang mudah didatangi oleh masyarakat (Ismawati, dkk 2010).
Menurut Depkes RI(2006) Posyandu merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
5. Kerangka Teori

Keperawatan Komunitas

Ibu Hamil Balita

8
6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep atau kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran
pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan
pustaka. Kerangka konsep menurut teori, dalil atau konsep-konsep yang
akan dijadikan dasar untuk melakukan penelitian (Saryono, 2011).

Ibu Hamil
Masalah Keperawatan

Balita

9
BAB III
METODOLOGI

A. Jenis Dan Rancangan


Untuk mendeskripsikan proses implementasi menggunakan tindakan
penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, perilaku, dan peningkatan status kesehatan.
B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas pada KIA dilaksanakan di
desa Rempoah, Baturaden pada tanggal 11 Oktober 2021 sampai dengan 05
November 2021. Tempat praktik keperawatan komunitas di desa Rempoah,
Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas.
C. STRATEGI PELAKSANAAN
Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas pada KIA ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif metode ini memberikan deskriptif numerik
meliputi (karakteristik dan frekuensi)
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
perawatan kesehatan masyarakat adalah :

1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)


Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu
anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth,2007).
2. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu : Individu, keluarga, kelompok khusus, perawat spesialis
komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan, dan
pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model perorganisasian masyarakat yaitu : perencanaan sosial, aksi sosial

10
atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan
kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba mendekatkan
pengorganisasian dengan tenaga kesehatan disetempat (Community
development,2007).
3. Kerja sama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan yang saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan
sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki
konstribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
(Elisabeth,2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-
komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya
kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
(Elisabeth,2007).
4. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformasi kepada masyaraka. Antara lain : adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth,2007) Perawat komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar
muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Elisabeth,2007).
Metode pengumpulan data di desa Toyareka menggunakan :
1. Mencatat data riwayat kesehatan di layanan kesehatan setempat
Pada tahap ini melibatkan:
a. Kader kesehatan setempat

11
b. Aparat kelurahan / desa
2. Observasi
Pada tahap observasi meliputi :
a. Proses penyelesaian masalah
b. Dinamika kelompok masyarakat
c. Pola komunikasi
d. Situasi/ kondisi lingkungan wilayah
3. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi

D. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan, populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakterstik. Bukan hanya objek atau subjek yang
dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau
objek tersebut (Setiadi, 2013). Populasi dalam kegiatan ini adalah komunitas
lansia (Posbindu) di desa desa Rempoah.
E. Analisis data
Analisis data suatu biasanya melalui prosedur bertahap antara lain:
1. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Umumnya analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel
(Notoatmodjo, 2012). Variabel univariat meliputi karakteristik lansia yang
mengikuti POSBINDU di desa Rempoah berdasarkan karakteristik jenis
kelamin, umur, jenis kunjungan dan tingkat pendidikan. Frekuensi
meliputi tekanan darah, kadar gula darah, kolesterol dan asam urat.
Analisis univariat akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

12
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. PENGKAJIAN
Hasil pengkajian yang diperoleh di Desa Rempoah pada tanggal 19
Oktober 2021 sampai dengan 28 Oktober 2021 yang telah dilakukan kegiatan
Posyandu Balita dan Ibu Hamil di 3 Pos yang berbeda data Responden
menunjukan ada data yang diperoleh adalah data primer yang diperoleh dari
daftar hadir jumlah Ibu Hamil dan Balita yang datang ke Posyandu. Data
sekunder didapatkan dari wawancara dengan beberapa Ibu mengatakan bahwa
anaknya susah untuk makan seperti makan sayur-sayuran.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

FORMAT ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 Ds Balita : Pemeliharaan Ketidakmampuan
Bidan M mengatakan Kesehatan tidak mengatasi masalah
masih banyak balita yang Efektif
tidak mengikuti posyandu
dan masih banyak balita
yang mengalami stunting

Ds Ibu Hamil :
Bidan N mengatakan ada
beberapa ibu hamil yang
tidak memeriksakan
kehamilannya ke fasilitas
kesehatan

Do :
Balita
Didapatkan data status

13
gizi balita di desa
rempoah dari 310 KK
yaitu :
1. Status gizi lebih
sebesar 45%
2. Status gizi baik
sebesar 37%
3. Status gizi kurang
sebesar 17,5%
Didapatkan data IMT
balita sebesar
1. IMT gizi lebih sebesar
81%
2. IMT gizi kurang
sebesar 19%
Ibu Hamil
Didapatkan data ibu hamil
di desa rempoah dari 310
KK didapatkan hasil :
1. Ibu hamil multipara
sebesar 25%
2. Ibu hamil resti sebesar
50%
3. Ibu hamil tidak
beresiko 25%

Daftar masalah keperawatan yang ditemui:

1. Pemeliharaan Kesehatan tidak Efektif berhubungan dengan ketidakmampuan


mengatasi masalah

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

14
FORMAT RENCANA KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tujuan dan
No Tanggal Dx. Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil

1 11/10/2 Pemeliharaan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I


021 Kesehatan tidak selama 1x30 hari diharapkan 12383)
Efektif pemeliharaan kesehatan
O : Identifikasi kesiapan
berhubungan dapat teratasi dengan kriteria
dan kemampuan
dengan hasil:
menerika informasi
ketidakmampuan Pemeliharaan Kesehatan
mengatasi Indikator Awal Tujuan N : Jadwalkan

masalah Menunju 2 4 pendidikan kesehatan


kkan sesuai kesepakatan
perilaku
adaptif E : Ajarkan perilaku
Kemamp 2 4 hidup bersih dan sehat
uan
menjalan
kan
perilaku
sehat
Meningk 2 4
atkan
perilaku
sehat

Keterangan:
1 : Menurun

2 : Cukup Menurun

3 : Sedang

4 : Cukup Meningkat

5 : Meningkat
15
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PARAF


1 17/10/2021 Mengidentifikasi data Ds :
09.00 WIB anak stunting dan ibu Bidan mengatakan ada
hamil pada bidan di beberapa balita stunting
Desa Rempoah dan masih banyak ibu
hamil yang tidak
memeriksakan
kehamilannya
Do :
Terdapat 8 anak stunting
dan 8 ibu hamil dengan
resiko tinggi
2 19/10/2021 Mengikuti kegiatan Ds:
08.00 WIB posyandu balita di RW Beberapa ibu dari balita
mengatakan sangat senang
adanya kegiatan posyandu
Do:
Terlihat banyak ibu dan
balita yang antusia
mengikuti posyandu
balita.
3 23/10/2021 Penyuluhan pada ibu Ds: Ibu hamil mengerti
09.00 WIB hamil mengenai gizi pentingnya
seribu hari pertama penyuluhan
kehidupan mengenai gizi 1000
hari pertama
kehidupan
Do: Ibu hamil terlihat
antusias

16
meperhatikan
penyaji
memaoparkan
penyuluhan.
4 25/10/2021 Mengikuti kegiatan Ds: Ibu balita mengatakan
08.00 WIB posyandu balita di RW menjadi lebih
05 dan melakukan paham akan
Penyuluhan pada ibu stunting dan
balita mengenai stunting pentingnya gizi
dan gizi 1000 hari dalam pertumbuhan
pertama kehidupan Do: Banyak ibu balita
yang sudah paham
arti dari stunting
dan gizi pada 1000
hari pertama
kehidupan.
5 27/10/2021 Mengajarkan cara cuci Ds : Ibu guru mengatakan
tangan dan menyikat gigi sangat senang
dengan baik dan benar adanya edukasi cuci
pada anak PAUD tangan dan sikat
gigi pada anak
PAUD
Do : Anak PAUD sangat
kooperatif dalam
mempraktekkan
cuci tangan dan
menyikat gigi yang
sudah diajarkan.
6. 29/10/2021 Melakukan penyuluhan Ds : Ibu hamil
mengenai bahaya ibu mengatakan
hamil resti menjadi lebih

17
paham bahayanya
ibu hamil resti.
Do : terlihat banyak ibu
hamil yang antusias
bertanya kepada
pemateri mengenai
bahaya ibu hamil
resti.
7. 29/10/2021 Melakukan pembagian Ds : Para ibu dari balita
PMT (Pemberian mengatakan sangat
Makanan Tambahan) terbantu akan
pada balita stunting adanya bantuan
PMT dari
mahasiswa
Do : Para ibu semakin
paham pentingnya
gizi pada
pertumbuhan anak
mereka.

E. EVALUASI

NO.DX
. TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEP
1 13/01/2021 S :
- ibu hamil mengetahui tentang bahayanya ibu

18
12.00 WIB hamil resti,
- ibu hamil mengerti pentingnya gizi 1000 hari
pertama kehidupan
- ibu balita mengerti dan paham terkait stunting
- Ibu balita mengerti pentingnya gizi pada
pertumbuhan anak.
O:
- ibu hamil dan ibu balita sangat kooperatif dan
sangat senang saat diberikan penyuluhan
mengenai ibu hamil resti, stunting, dan gizi
1000 hari pertama kehidupan.
- Ibu balita stunting terlihat sangat senang
ketika diberikan PMT oleh mahasiswa
A : Masalah stunting belum teratasi

Pemeliharaan Kesehatan
Indikator Awal Tujuan
Menunjukkan 2 3
perilaku
adaptif
Kemampuan 2 3
menjalankan
perilaku sehat

Meningkatkan 2 3
perilaku sehat

Keterangan:
1 : Menurun

2 : Cukup Menurun

3 : Sedang

19
4 : Cukup Meningkat

5 : Meningkat
P : lanjutkan intervensi
- Menyarakan pada ibu balita untuk rutin
mengikuti posyandu balita
- Menyarakan kepada ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilan secara berkala.
- Meyarankan ibu balita stunting untuk
memperhatikan gizi yang seimbang untuk
pertumbuhan anaknya.

20
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


GIZI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
DI DESA REMPOAH DUSUN 3 BATURADEN II

21
Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan
Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas di Universitas
Harapan Bangsa

Oleh :

MAHASISWA PROFESI NERS

KELOMPOK DESA REMPOAH

(Nama Mahasiswa Terlampir)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPANBANGSA

22
T.A 2021/2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : 1000 Hari Pertama Kehidupan


Hari/Tanggal :
Pemateri : Mahasiswa Profesi Ners UHB
Tempat : Desa
Jam : 08.00
Waktu : 20 menit
Sasaran : Ibu yang memiliki balita
Jumlah :

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta dapat memahami tentang
pentingnya 1000 hari pertama kehidupan, sehingga diharapkan ibu dan
keluarga dapat memenuhi gizi pada anak sejak dini, bahkan saat masih di
dalam kandungan atau yang dikenal dengan 1000 Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK). 1000 HPK dimulai sejak dari fase kehamilan
(270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari).
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan  penyuluhan, keluarga dapat menjelaskan
kembali:
a. Untuk mengetahui apa pengertian 1000 hari pertama kehidupan
b. Untuk mengetahui apa saja masalah gizi anak indonesia dalam
1000 hari pertama kehidupan
c. Untuk mengetahui apa hal-hal yang harus dilakukan agar anak
mendapat asupan gizi yang optimal

23
d. Untuk mengetahui apa langkah-langkah yang dilakukan untuk
memenuhi nutrisi 1000 hari pertama
e. Untuk mengetahui apa pesan 1000 hari pertama kehidupan

B. MATERI
Terlampir

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. MEDIA
1. Materi SAP
2. Infocus
3. Leaflet

E. SETTING TEMPAT

Keterangan :

= Media

24
= Pemateri

= Peserta penyuluha

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 3 Pembukaan: Menjawab salam
menit  Memberi salam 2.   Mendengarkan dan
 Perkenalan diri memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan
 Memberitahu kontrak
waktu
2 10 Pelaksanaan:
menit 1.      Menjelaskan materi Mendengarkan dan
penyuluhan secara berurutan menyimak pembicara
dan teratur
Materi:
 Menjelaskan Pengertian
1000 hari pertama
kehidupan
 Menjelaskan Tujuan
dari 100 hari pertama
kehidupan
 Menjelaskan Manfaat
dari 1000 hari pertama
kehidupan
3 5 Evaluasi:
menit Meminta kepada audiens untuk Bertanya dan menjawab
mengulang kembali apa yang pertanyaan

25
disampaikan pembicara,
meliputi:
 Pengertian 1000 hari
pertama kehidupan
 Tujuan dan manfaat dari
1000 hari pertama
kehidupan

4 2 Penutup:
menit Penyuluh mengucapkan terima Menjawab salam
kasih atas segala perhatian
peserta dan mengucapkan salam
penutup

F. EVALUASI
1. Jelaskan pengertian 1000 hari pertama kehidupan ?
2. Jelaskan tujuan dan manfaat dari 1000 hari pertama kehidupan?

G. LAMPIRAN MATERI

Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan

26
1. Pengertian 1000 Hari Pertama Kehidupan
Istilah 1.000 hari pertama kehidupan mulai diperkenalkan pada
2010 sejak dicanangkannya gerakan scalling-up nutrition di tingkat
global.Periode 1.000 hari pertama kehidupan adalah masa yang paling
krusial bagi anak. Terhitung sejak 270 hari selama dalam kandungan ibu,
hingga 730 hari setelah anak lahir. Periode tersebut amat penting karena
pada masa ini otak mengalami tumbuh kembang dengan pesat. Agar anak
dapat tumbuh dan berkembang optimal, semua kebutuhan dasarnya harus
dipenuhi. Antara lain asupan nutrisi, kasih sayang, stimulasi, imunisasi,
serta kebersihan.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam periode 1.000 hari pertama
kehidupan akan menimbulkan dampak bersifat permanen dan tidak dapat
dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi
juga pada perkembangan mental, kecerdasan, dan perilaku anak.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak
pada 1.000 hari pertamanya, ibu perlu memperhatikan asupan
makanannya. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif merupakan makanan terbaik
bagi anak 0-6 bulan.ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan
anak seperti energi, protein, lemak, vitamin dan mineral serta komponen
probiotik untuk kesehatan saluran cerna. Saat menginjak umur genap enam
bulan, anak dapat diperkenalkan makanan pendamping ASI, dan sejak
berumur genap satu tahun, anak dapat diberikan makanan padat dan susu
pertumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan ini memerlukan asupan gizi dari ibu, baik
yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu.
Bila pasokan gizi dari ibu ke bayi kurang, bayi akan melakukan
penyesuaian, karena bayi bersifat plastis (mudah menhyesuaikan diri).
Penyesuaian tersebut bisa melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan
ukuran organ dan tubuh yang lebih kecil, agar sesuai dengan terbatasnya
asupan gizi. Sayangnya sekali berubah, bersifat permanen, artinya bila
perbaikan gizi dilakukan setelah melewati kurun seribu pertama

27
kehidupan, maka efek perbaikannya kecil, sebaliknya bila dilakukan pada
masa 1000 HPK, terutama didalam kandungan, maka efek perbaikannya
bermakna.
Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka
panjang. Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1000 hari pertama
kehidupan, mempunyai tiga resiko:
1. Resiko terjadinya penyakit tidak menular/ khronis, tergantung organ
yang terkena. Bila ginjal, maka akan menderita hipertensi dan
gangguan ginjal, bila pancreas maka akan beresiko penyakit diabetes
tipe 2, bila jantung akan beresiko menderita penyakit jantung, dst
2. Bila otak yang terkena maka akan mengalami hambatan
pertumbuhan kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif.
3. Gangguan pertumbuhan tinggi badan, sehingga beresiko
pendek/stunting.

Keadaan ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari ibu


ke anak) tetapi bersifat trans-generasi (dari nenek ke cucunya). Sehingga
diperkirakan dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun, artinya
resiko tersebut berasal dari masalah yang terjadi sekitar 100 tahun yang
lalu, dan dampaknya akan berkelanjutan pada 100 tahun berikutnya.
Jika 1000 hari tersebut dibagi berdasarkan tahapan kehidupan anak, maka
ada 5 titik kritis yang harus diperhatikan pada seorang anak ialah :

- Masih dalam kandungan = 280 hari


- Umur 0-6 bulan = 180 hari
- Umur 6-8 bulan = 60 hari
- Umur 8-12 bulan = 120 hari
- Umur 12-24 bulan = 360 hari

2. Permasalah Gizi Anak Indonesia Dalam 1000 Hari Pertama


 Bayi lahir prematur yang bisa menyebabkan anak gagal tumbuh.

28
 Bayi lahir cukup bulan tapi tidak mendapatkan ASI yang cukup,
misalnya sudah diberikan makanan padat sebelum 6 bulan.
 Bayi usia 6-12 bulan tidak mendapatkan MP-ASI yang cukup,
misalnya hanya diberikan 1 jenis makanan saja.
 Bayi 13 bulan sampai 1.000 hari kehidupan, jika ia tidak
mendapatkan gizi yang cukup maka membuat daya tahan tubuh
menurun sehingga berisiko infeksi.
3. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Agar Anak Mendapatkan Asupan
Gizi Yang Optimal

1.      Periode dalam kandungan (280 hari)


 Pastikan bahwa ibu yang mengandung memiliki status gizi yang
baik, tidak mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) dan Anemia
 Selama ibu hamil wajib mengkonsumsi makanan yang bergizi
sesuai dengan kebutuhan, makanan dengan porsi kecil namun
sering dapat dianjurkan dengan memperbanyak konsumsi sayuran
dan buah-buahan
 Suplement tambah besi (Fe), asam folat dan vitamin C dibutuhkan
untuk mencegah terjadinya anemia.
 Ibu harus memeriksakan kehamilannya secara rutin
 Memasuki usia kehamilan trimester 3 ibu dan suami
mempersiapkan informasi mengenai menyusui, agar saat
melahirkan nantinya akan memberikan IMD dan ASI Eksklusif
untuk bayinya kelak.

2.      Periode 0 – 6 bulan (180 hari)


 Semua anak yang lahir harus mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD)
 Medapatkan ASI Eksklusif

29
 Membantu ibu yang mengalami masalah dengan pemberian ASI
Eksklusif dengan tersedianya media konsultasi mengenai ASI
Eksklusif
 Bantuan dukungan kepada Ibu untuk memberikan ASI Eksklusif
 Memantau pertumbuhan bayi secara teratur

3.      Periode 6- 24 bulan (540hari)

 Memastikan bahwa ibu mengetahui jenis dan bentuk makanan serta


frekuensi pemberian makanan untuk bayi.
 Mengajarkan kepada ibu mengenai masa transisi pemberian
makanan pada bayi. Makanan lumat atau cair pada usia 6-8 bulan,
lembek lunak/semi pada pada usia 8-12 bulan, dan makanan padat
pada usia 12-24 bulan
 Memberikan dorongan dan dukungan pada ibu untuk tetap
memberikan ASI
Mengajarkan dan memberikan informasi kepada ibu mengenai
pemilihan bahan makanan yang bergizi dan murah untuk makanan
tambahan bagi bayi.
Memantau pertumbuhan secara teratur.
 
4. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Untuk Memenuhi Nutrisi 1000
Hari Pertama Kehidupan

1.    Pada masa pra kehamilan


 Berusaha mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal
 Mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang
 Mengkonsumsi makanan sumber asam folat dan suplemen asam
folat selama 3 bulan prakehamilan
 Olahraga teratur

30
 Menghindari rokok, kafein dan minuman beralkohol

2.    Pada masa kehamilan


 Memenuhi asupan kalori yang cukup untuk mendukung
peningkatan berat badannya dengan pola makan yang seimbang.
Ibu hamil tidak dianjurkan untuk mencoba menurunkan berat
badan atau menghindari peningkatan berat badan yang normal.
Kalaupun berat badan meningkat terlampau cepat, sebaiknya
berkonsultasi dengan tenaga medis dan tidak menanganinya
sendiri.
 Meningkatkan asupan zat besi. Pada ibu hamil kebutuhan zat besi
meningkat sebesar 200-300% untuk pembentukan plasenta dan sel
darah merah. Untuk memenuhinya dapat diasup baik dari makanan
maupun dari suplemen (karena kebutuhan sebesar ini sulit dicapai
hanya dari asupan makanan saja). Sumber zat Besi contohnya
daging, ayam, ikan, sayuran hijau, serealia tumbuk, kacang-
kacangan, hati sapi.
 Meningkatkan asupan asam folat. Asam folat ini berperan dalam
pembentukan sistem saraf dan sel-sel. Jika asupannya kurang
memadai dapat menimbulkan kelainan bawaan pada bayi seperti:
anenchepaly (lahir tanpa batok kepala), spina bifida (tulang
belakang tidak tersambung), anemia makrositik, dan lain-lain.
Untuk memenuhinya dapat diasup baik dari sumber makanan dan
suplemen. Sumber Asam folat contohnya sayuran hijau, daging
tanpa lemak, biji-bijian, kacang tanah, jeruk.
 Meningkatkan asupan Kalsium. Kalsium berperan dalam
pembentukan gigi, tulang, hati, saraf dan otot pada bayi. Sumber
utama Kalsium adalah susu dan olahannya seperti : whole milk,
skimmed milk, yoghurt, keju, serta beberapa bahan makanan nabati
dalam sayuran hijau tua.

31
 Meningkatkan asupan Vitamin D. Vitamin D berperan dalam
meningkatkan penyerapan Kalsium dalam tubuh, mengurangi
resiko infeksi selama kehamilan, dan mengurangi
gejalapreeclampsia. Sumber vitamin D contohnya kuning telur,
susu dan olahannya, mentega.
 Memenuhi kebutuhan Yodium. Kekurangan Yodium selama hamil
mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi kretinisme di kemudian hari. Sumber
Yodium contohnya makanan laut seperti ikan, udang, kerang.
 Menghindari rokok, kafein dan minuman beralkohol
 Cukup istirahat dan menjaga perasaan gembira

3.    Pada masa kehidupan pertama bayi


 Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) segera setelah melahirkan
serta upayakan bayi mendapatkan kolostrum (ASI yang pertama
kali keluar dan berwarna jernih kekuningan).
 Berikan hanya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama keidupan
bayi.
 Setelah bayi berusia 6 bulan berikan MP-ASI (Makanan
Pendamping ASI). Pada usia ini alat pencernaan bayi sudah lebih
matang untuk mencerna makanan non-ASI. Bahan makanan yang
digunakan untuk membuat MP-ASI ini hendaknya merupakan
bahan makanan yang biasa dimakan dalam keluarga yang dibuat
sesuai dengan kemampuan mengunyah dan menelan bayi. dalam
pembuatannya sebaiknya hindari penambahan gula dan garam < 1
tahun. MP-ASI yang ideal adalah yang mengandung: (1) makanan
pokok (2) sayuran dan kacang-kacangan, (3) lauk nabati, (4) lauk
hewani, (5) buah-buahan. Pada awal pengenalannya hendaknya
bayi dikenalkan pada makanan tunggal agar ia mengenal rasa asli
dari makanan tersebut dan untuk memudahkan evaluasi jika

32
muncul gejala alergi, secara bertahap berikan secara majemuk
dengan menyampurkan sejumlah bahan makanan.

 5. Pesan 1000 Hari Pertama Kehidupan


Sembilan pesan inti 1000 hari pertama kehidupan yaitu:
 Selama hamil, makan makanan beraneka ragam
 Memeriksa kehamilan 4 x selama kehamilan
 Minum tablet tambah darah
 Bayi yang baru lahir Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
 Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan
 Timbang BB bayi secara rutin setiap bulan
 Berikan imunisasi dasar wajib bagi bayi
 Lanjutkan pemberian ASI hingga berusia 2 tahu
 Berikan MP ASI secara bertahap pada usia 6 bulan dan tetap
memberikan ASI
Dampak merugikan setiap hari yang terjadi menurut penelitian
cornell university 2003 adalah:
 300 ibu meninggal ketika melahirkan karena kekurangan zat besi
 4.000 anak balita meninggal akibat kekurangan vitamin A
 50.000 bayi lahir dengan kapasitas perkembangan mental dan
kecerdasan yang berkurang karena kurang yodium dan kurang zat
besi. Jika hal itu terjadi maka generasi masa depan bangsa
indonesia akan menjadi bangsa yang rapuh dan menjadi generasi
yang tidak berkualita.

SATUAN ACARA PENYULUHAN STUNTING

33
DI DESA REMPOAH DUSUN 3 BATURADEN II

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan Profesi


Ners Stase Keperawatan Komunitas di Universitas Harapan Bangsa

Disusun Oleh :

MAHASISWA PROFESI NERS

KELOMPOK DESA REMPOAH

(Nama Mahasiswa Terlampir)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPANBANGSA

T.A 2021/2022

34
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Stunting


Sub pokok bahasan : Stunting Pada Anak
Sasaran : Masyarakat Posyandu
Hari/Tanggal : Senin, 18 Oktober 2021
Tempat : Posyandu
Pukul :
Penyuluhan : Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Harapan Bangsa

H. TUJUAN
 Tujuan Umum : Memberi Pengetahuan tentang stunting pada anak dan
cara mencegahnya
 Tujuan Khusus :
a. Menjelaskan tentang pengertian stunting
b. Mengerti penyebab stunting
c. Mengerti tentang ciri anak dengan stunting
d. Mengerti pengaruh stunting pada anak
e. Mengerti pencegahanstunting pada anak
f. Mengerti penanggulangan stunting pada anak

I. MATERI
Terlampir

J. METODE
3. Ceramah
4. Tanya jawab

35
K. MEDIA
4. Materi SAP
5. Infocus
6. Leaflet

L. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 3 Pembukaan: Menjawab salam
menit  Memberi salam 2.   Mendengarkan dan
 Perkenalan diri memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan
 Memberitahu kontrak
waktu
2 10 Pelaksanaan:
menit 1.      Menjelaskan materi Mendengarkan dan
penyuluhan secara berurutan menyimak pembicara
dan teratur
Materi:
 Menjelaskan tentang
pengertian stunting
 Mengerti penyebab
stunting
 Mengerti tentang ciri anak
dengan stunting
 Mengerti pengaruh
stunting pada anak
 Mengerti pencegahan
stunting pada anak
 Mengerti penanggulangan
stunting pada anak

36
3 5 Evaluasi:
menit Meminta kepada audiens Bertanya dan menjawab
untuk mengulang kembali apa pertanyaan
yang disampaikan pembicara,
meliputi:
 Jelaskan pengertian
stunting ?
 Jelaskan penyebab
stunting ?
 Jelaskan tentang ciri anak
dengan stunting ?
 Jelaskan pengaruh
stunting pada anak ?
 Jelaskan pencegahan
stunting pada anak ?
 Jelaskan penanggulangan
stunting pada anak

4 2 Penutup:
menit Penyuluh mengucapkan terima Menjawab salam
kasih atas segala perhatian
peserta dan mengucapkan
salam penutup

M. SETTING TEMPAT

37
Keterangan :

= Media

= Pemateri

= Peserta penyuluhan

EVALUASI
1. Jelaskan pengertian stunting ?
2. Jelaskan penyebab stunting ?
3. Jelaskan tentang ciri anak dengan stunting ?
4. Jelaskan pengaruh stunting pada anak ?
5. Jelaskan pencegahanstunting pada anak ?
6. Jelaskan penanggulangan stunting pada anak ?

N. LAMPIRAN MATERI
STUNTING

38
1. Latar Belakang
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak
sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek)
adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD di
bawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi refrensi
intwrnasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umru
rendah atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan anak-anak
lain seusianya (MCN,2009).
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunting
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa lalu dan
digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan
menuirut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang di capai pada pra
dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang , akibat dari
gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan.

2. Penyebab stunting pada anak


a. Tidak tercukupinya kebutuhan gizi sejak dari dalam kandungan hingga
anak-anak berusia 2 tahun
b. Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi pada saat
kehamilan dan kebutuhan nutrisi pada anak
c. Kebersihan lingkungan yang kurang terjaga, seperti kebiasaan buang air
besar sembarangan , dapat menjadi penyebab stunting secara tidak
langsung.

3. Ciri-ciri stunting
a. Pertumbuhanmelambat
b. Performa buruk pada tes perhatian dan memoribelajar
c. Pertumbuhangigiterhambat

39
d. Wajahtampaklebihmudadari usianya
e. Tanda pubertasterlambat
4. Akibat dan efek
a. Terjadi hambatan dalam perkembangan fisik
b. Terjadipenurunan fungsi kognitifdan sulitberprestasi
c. Mudah terkena penyakit infeksi dan beresiko terkena penyakit kronis
d. Kepercayaan diri menurun

5. Cara Mencegah Stunting


a. Mencegah Stunting Pada Lansia
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani
masalah gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus
bekerja keras untuk menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar
target MD’s tahun 2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi
gizi kurang pada  balita kita.
Dalam keadaan normal , tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur , namun pertambahan tinngi badan relatif kurang sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan
pertumbuhan tinggi badan optimal masih bisa diupayakan. Sedangkan anak
usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang
besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri , wanita usia subur (WUS) ,
ibu hamil maupun pada balita. Selain itu menangani balita yang dengan tinggi
dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting , serta terhadap balita
yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian  Kejadian balita stunting  stunting   dapat diputus mata
rantainya sejak janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan
kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan
makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan
terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI
saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi

40
makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu
nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi
berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting  pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan
balita dilaksanakan secara rutin dan  benar. Memantau  benar. Memantau
pertumbuhan balita pertumbuhan balita di posyandu merupakan posyandu
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya
gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya
balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi
lingkungan dan  penyediaan  penyediaan sarana prasarana prasarana dan
akses keluarga keluarga terhadap terhadap sumber air terlindung, terlindung,
serta pemukiman yang serta pemukiman yang layak. Juga mening layak. Juga
meningkatkan akses katkan akses keluarga terhadap daya keluarga terhadap
daya  beli pangan dan biaya berobat berobat bila sakit melalui melalui
penyediaan penyediaan lapangan lapangan kerja dan  peningkatan pendapatan
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada
pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi
keluarganya, sehingga anak  berada  berada dalam keadaan keadaan status
gizi yang baik. Mempermudah Mempermudah akses keluarga keluarga
terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak
yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga
merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
b. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
 Penanggulangan stunting stunting pada pertumbuhan pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu
hari  pertama kehidupan, yaitu:
 Pada ibu hamil  Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil
merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu mengatasi
stunting. Ibu hamil perlu mendapat makana hamil perlu mendapat
makanan yang baik, sehingga n yang baik, sehingga apabila ibu

41
hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami
KurangEnergiKronis KurangEnergiKronis (KEK), maka (KEK),
maka perlu diberikan perlu diberikan makanan tambahan makanan
tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
 Pada Saat Bayi Lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi
lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia
6 bulan diberi
Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
 Bayi berusia 6 bulan samp  Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2
tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI).
Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih. Bayi dan
anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar
lengkap.
 Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
 Kebutuhan gizi masa hamil
 Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
 Kebutuhan Gizi Bayi 0 –  12 bulan
 Kebutuhan Gizi Anak 1 –  2 tahun

6. Zat Gizi Micro yang berperan untuk menghindari stunting (pendek)


a. Kalsium

42
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan
darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan
teri kering,  belut, susu, keju, kacang-kacangan.
b. Yodium Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon
tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga
penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber
yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi
kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan
sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak,
dan metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan,
kacangkacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan
pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia.
Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia
dan sayur-sayuran. 

SATUAN ACARA PENYULUHAN CUCI TANGAN


DI DESA REMPOAH DUSUN 3 BATURADEN II

43
Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan Profesi
Ners Stase Keperawatan Komunitas di Universitas Harapan Bangsa

Disusun Oleh :

MAHASISWA PROFESI NERS

KELOMPOK DESA REMPOAH

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPANBANGSA

T.A 2021/2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN

44
Pokok bahasan : Cuci Tangan
Sub pokok bahasan : Cuci Tangan pada balita
Sasaran : Anak Balita
Hari/Tanggal : Rabu , 27 Oktober 2021
Tempat : Paud
Pukul : 08.30 - selesai
Penyuluhan : Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Harapan Bangsa

A. TUJUAN
 Tujuan Umum :
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan
melakukan cuci tangan 6 langkah.
 Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang menggosok gigi yang baik dan
benar, siswa - siswi mampu mengetahui tentang :
1. Menyebutkan pengertian cuci tangan dengan benar
2. Menyebutkan tujuan cuci tangan dengan benar
3. Menyebutkan manfaat cuci tangan dengan benar
4. Menjelaskan dampak jika tidak cuci tangan dengan benar
5. Menyebutkan kapan waktu cuci tangan
6. Menjelaskan enam langkah cuci tangan

B. MATERI
Terlampir

C. METODE
1. Ceramah

45
2. Tanya jawab
D. MEDIA
1. Media Poster
2. SAP
3. Sabun

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 3 Pembukaan: Menjawab salam
menit  Memberi salam 2.   Mendengarkan dan
 Perkenalan diri memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan
 Memberitahu kontrak
waktu
2 10 Menjelaskan materi tentang :
menit  Definisi cuci tangan Mendengarkan dan
 Tujuan cuci tangan menyimak pembicara
 Manfaat mencuci tangan
 Dampak jika tidak cuci
tangan
 Kapan waktu cuci tangan
 Enam langkah cuci
tangan

3 5 Evaluasi:
menit Meminta kepada audiens Bertanya dan menjawab
untuk mengulang kembali apa pertanyaan
yang disampaikan pembicara,
meliputi:
 Definisi cuci tangan

46
 Tujuan cuci tangan
 Manfaat mencuci tangan
 Dampak jika tidak cuci
tangan
 Kapan waktu cuci tangan
 Enam langkah cuci tangan
4 2 Penutup:
menit Penyuluh mengucapkan terima Menjawab salam
kasih atas segala perhatian
peserta dan mengucapkan
salam penutup

F. SETTING TEMPAT

Keterangan :

= Media

= Pemateri

= Peserta penyuluhan

G. EVALUASI
Metode evaluasi :

Metode evaluasi : Tanya Jawab

Prosedur : Post test

47
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan

Kriteria evaluasi

1. Pasien dan keluarga mampu memahami pengertian cuci tangan dengan


benar!
2. Pasien dan keluarga mampu memahami tujuan cuci tangan dengan benar
!
3. Pasien dan keluarga mampu memahami manfaat cuci tangan dengan
benar!
4. Pasien dan keluarga mampu memahami dampak jika tidak cuci tangan
dengan benar!
5. Pasien dan keluarga mampu memahami kapan waktu cuci tangan!
6. Pasien dan keluarga mampu memahami enam langkah cuci tangan!

H. LAMPIRAN MATERI

MENCUCI TANGAN

A. Pengertian Cuci Tangan


Menurut DEPKES RI (2007), mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan
menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan adalah membasahi
tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman
yang menempel pada tangan benar-benar hilang.

B. Tujuan Cuci Tangan


Tujuan mencuci tangan yaitu:
1. Menjaga kebersihan diri
2. Mencegah infeksi silang
3. Sebagai perlindung diri

48
C. Manfaat Cuci tangan
Manfaat cuci tangan yaitu:
1. Untuk menghindarkan penularan penyakit melalui tangan.
2. Untuk menjaga kebersihan diri (perorangan).
3. Untuk membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar.
4. Supaya tidak menjadi agen penularan bibit penyakit kepada orang
lain.

D. Dampak Jika Tidak Cuci Tangan


Berikut ini merupakan dampak jika tidak mencuci tangan yaitu:
1. Keracunan Bakteri Salmonella
Jika Anda sering makan tanpa mencuci tangan maka bisa terkena
infeksi bakteri salmonella. Bakteri ini bisa menyebar secara langsung
dari berbagai tempat. Potensi ini juga bisa disebabkan karena makan
sayuran mentah tanpa di cuci. Telur bakteri salmonella akan
berpindah dari makanan atau tangan ke dalam saluran pencernaan.
Bakteri ini bisa hidup dalam usus dan saluran pencernaan lain. Tanda
keracunan bakteri salmonella adalah seperti diare, sakit perut,
keringat dingin, mual dan muntah. Untuk mencegah agar tidak
terlalu parah maka bisa meminta bantuan dokter.
2. Keracunan Bakteri E. Colli
Keracunan bakteri E. colli juga bisa terjadi jika Anda makan tanpa
mencuci tangan. Bakteri ini bisa berasal dari tempat umum seperti
toilet. Misalnya jika Anda makan setelah menggunakan toilet umum
tanpa mencuci tangan, maka telur bakteri E.colli bisa masuk ke
saluran pencernaan secara langsung. Keracunan ini bisa
menyebabkan diare yang sangat berat, kram perut, nyeri perut yang
parah dan jika tidak segera diobati maka bisa menyebabkan gagal
ginjal.
3. Resiko Tertular Flu atau Pilek

49
Tertular flu atau pilek menjadi resiko yang paling sering terjadi
secara umum. Penularan ini terjadi ketika Anda baru saja
menggunakan fasilitas umum atau bersentuhan dengan orang lain.
Kemudian ketika Anda makan secara langsung maka bisa
menyebabkan virus segera berpindah tangan. Virus akan menyebar
sangat cepat, tidak hanya masuk ke dalam tubuh tapi juga berpindah
lewat saluran pernafasan.
4. Tertular Penyakit Infeksi Tenggorokan
Jika Anda memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan,
maka bisa menyebabkan infeksi tenggorokan. Hal ini terjadi ketika
ada banyak bakteri yang sudah melekat ke tangan kemudian
menyebar ke saluran pencernaan. Makanan yang masuk ke saluran
tenggorokan akan berhubungan langsung dengan lendir. Kemudian
bakteri akan tinggal dalam bagian lendir tersebut dan berkembang
dengan pesat. Kondisi ini bisa menyebabkan sakit tenggorokan dan
infeksi yang lebih buruk. (baca juga : bahaya radang tenggorokan
kronis).
5. Diare
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga sangat rentan
terkena penyakit diare. Infeksi ini bisa disebabkan oleh virus atau
bakteri yang sebelumnya sudah ada di tangan. Kemudian akan
masuk ke saluran pencernaan lewat makanan yang bersentuhan
langsung dengan tangan. Perkembangan bakteri atau virus dalam
saluran pencernaan bisa menyebabkan diare. Usus tidak bisa
menerima bakteri tersebut sehingga membuat reaksi diare. Untuk
mencegah hal yang lebih buruk sebaiknya segera kunjungi dokter
Anda.
6. Infeksi Penyakit Hepatitis B
Bahaya tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena
hepatitis B. Penyakit hepatitis ini akan menyerang organ hati dan
menyebabkan penderita sulit untuk memiliki tubuh yang sehat.

50
Hepatitis B termasuk jenis penyakit yang mudah menular. Salah satu
cara untuk mencegahnya adalah sering mencuci tangan. Mencuci
tangan sebelum makan bisa menurunkan resiko hepatitis B. Virus ini
bisa menyebar dengan mudah lewat udara dan makanan. Bahkan
lingkungan yang buruk bisa menjadi tempat endemi hepatitis B.
7. Resiko Infeksi Shigellosis
Infeksi ini bisa menyebabkan penyakit shigellosis, yang merupakan
infeksi akibat jenis bakteri shigela. Penyakit yang dihasilkan seperti
disentri. Disentri umumnya disebabkan karena kebiasaan tidak
mencuci tangan sebelum makan. Ketika tangan Anda kotor setelah
melakukan berbagai pekerjaan maka mungkin banyak bakteri yang
bersarang dalam tangan Anda. Kontaminasi bisa terjadi lewat
makanan itu sendiri atau tangan yang kotor. Penyakit ini ditandai
dengan demam, diare yang parah, diare bisa disertai darah dan
dehidrasi.
8. Resiko Infeksi Botulisme
Orang yang tidak mencuci tangan sebelum makan juga bisa terkena
infeksi penyakit botulisme. Penyakit ini menular secara langsung
lewat makanan dan tangan yang kotor. Ini termasuk jenis infeksi
yang sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Infeksi
juga membutuhkan perawatan yang segera untuk mengurangi potensi
bahaya yang lebih buruk. Beberapa tanda infeksi ini adalah seperti
diare, sakit perut, mual, muntah, demam, pandangan kabur dan
hilang kesadaran.
9. Resiko Infeksi Amoebiasis
Resiko infeksi amoebiasis adalah jenis penyakit yang bisa
disebabkan karena tidak mencuci tangan sebelum makan. Penyakit
ini akan menyebabkan penderita mengalami disentri. Jenis amuba
penyebab infeksi ini termasuk dalam kelas Entamoeba histolitica.
Infeksi ini tidak hanya menyerang pada saluran pencernaan namun
juga berbagai organ lain. Karena itu infeksi ini cepat berkembang

51
dalam tubuh dan membutuhkan perawatan darurat. Mencuci tangan
sebelum makan bisa mencegah kondisi yang lebih berbahaya.
10. Resiko Radang Pernafasan
Orang yang memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum
makan juga bisa terkena penyakit radang saluran pernafasan.
Penyakit ini bisa menyebabkan sesak nafas, batuk, flu dan radang
tenggorokan. Penyakit ini bisa menyebar lewat bakteri atau virus
yang masuk ke tubuh lewat makanan. Ketika bakteri atau sumber
penyebab infeksi bersentuhan dengan lendir dalam tenggorokan,
maka sumber infeksi akan berkembang dalam tempat itu. Kemudian
akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh dan membuat
penderita mudah sakit. Sumber penyebab penyakit seperti bakteri
atau virus mungkin memang tidak terlihat oleh mata secara
langsung. Sumber infeksi bisa saja berasal dari makanan, lingkungan
atau tangan yang kotor ketika makan. Untuk mengatasi berbagai
bahaya tersebut maka biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum
makan. Anda bisa mencoba untuk melakukan cara mencuci tangan
yang benar dan steril agar benar-benar bersih dan tidak terkena
resiko penyakit.

E. Kapan Watu Cuci tangan


Menurut Handayani , dkk (2000) waktu pelaksanaan cuci tangan adalah
sebagai berikut:
a. Sebelum dan setelah makan.
b. Setelah memegang gadget seperti hp, laptop,dan lainnya.
c. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
d. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
e. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.
f. Setelah menangani sampah.
g. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan
lain – lain).

52
h. Pulang bepergian dan setelah bermain.
i. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.

F. Prinsip Cuci Tangan


Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain :
1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan
antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik
(handwash).
2.  Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60
detik.
3.  5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash.

G. Prosedur Cuci Tangan yang Benar


1 momen cuci tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik/steril
3. Setelah melakukan tindakan/terpapar cairan tubuh pasien
4. Setelah menyentuh pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

6 langkah cuci tangan


1. Ratakan sabun dengan kedua telapak
tangan.

53
2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya.

3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan.

4. Jari- jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

54
5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.

6. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak


tangan kiri dan sebaliknya.

55
SATUAN ACARA PENYULUHAN GOSOK GIGI
DI DESA REMPOAH DUSUN 3 BATURADEN II

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan Profesi


Ners Stase Keperawatan Komunitas di Universitas Harapan Bangsa

Disusun Oleh :

MAHASISWA PROFESI NERS

KELOMPOK DESA REMPOAH

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPANBANGSA

56
T.A 2021/2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Gosok Gigi


Sub pokok bahasan : Gosok Gigi pada balita
Sasaran : Anak Balita
Hari/Tanggal : Rabu , 27 Oktober 2021
Tempat : Paud
Pukul : 08.30 - selesai
Penyuluhan : Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Harapan Bangsa

I. TUJUAN
 Tujuan Umum : Diharapkan setelah dilakukan penyuluhan tentang
Menggosok gigi yang baik dan benar, diharapkan keterampilan menggosok
gigi siswa-siswi meningkat.
 Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang menggosok gigi yang baik dan
benar, siswa - siswi mampu mengetahui tentang :
a. Pengertian Menggosok gigi
b. Manfaat Menggosok gigi
c. Waktu yang tepat menggosok gigi
d. Cara Menggosok gigi yang benar
e. Akibat jika tidak menggosok gigi

J. MATERI
Terlampir

57
K. METODE
3. Ceramah
4. Tanya jawab
L. MEDIA
4. Media Poster
5. SAP
6. Panthom Gigi
7. Sikat gigi
8. Pasta gigi

M. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 3 Pembukaan: Menjawab salam
menit  Memberi salam 2.   Mendengarkan dan
 Perkenalan diri memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan
 Memberitahu kontrak
waktu
2 10 Menjelaskan materi tentang :
menit  Pengertian menggosok Mendengarkan dan
gigi menyimak pembicara
 Manfaat menggosok gigi
 Waktu yang tepat
menggosok gigi
 Cara menggosok gigi yang
benar
 Akibat jika tidak
menggosok gigi
3 5 Evaluasi:

58
menit Meminta kepada audiens Bertanya dan menjawab
untuk mengulang kembali apa pertanyaan
yang disampaikan pembicara,
meliputi:
 Menanyakan kepada peserta
tentang materi yang telah
diberikan
 Memberi reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
4 2 Penutup:
menit Penyuluh mengucapkan terima Menjawab salam
kasih atas segala perhatian
peserta dan mengucapkan
salam penutup

N. SETTING TEMPAT

Keterangan :

= Media

= Pemateri

= Peserta penyuluhan

59
EVALUASI
1. Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan
2. Memberi reinforcement kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan.

O. LAMPIRAN MATERI

GOSOK GIGI

A. Menggosok gigi
Menggosik gigi adalah membersihkan gigi dengan sikat gigi dan pasta
gigi. Merawat gigi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga
agar gigi tetap dalam keadaan yang bersih dan sehat. Kegiatan rutin yang
selalu kita lakukan tiap hari, setidaknya 2 kali sehari kita menggosok gigi.
B. Manfaat menggosok gigi
1. Gigi tampak bersih dan putih
2. Mengurangi bau mulut
3. Mencegah sakit gigi (misalnya: caries gigi atau gigi berlubang)
C. Waktu yang tepat untuk menggosok gigi
1. Minimal kita menggosok/menyikat gigi dua kali dalam sehari yaitu pagi
setelah sarapan dan kedua menjelang tidur
2. Yang paling ideal sebaiknya menyikat gigi setelah makan dan sebelum
tidur
3. Pada kesempatan dimana kita tidak mungkin melakukannya segera setelah
makan, dianjurkan untuk kumur-kumur dengan air yang bersih untuk
mengurangi sisa-sisa makanan yang masih menempel di gigi.
D. Cara Menggosok Gigi Yang Benar
Persiapan alat
1. 1 buah sikat gigi

60
2. Gelas berisi air
3. Pasta gigi
4. Lap / tisu
Cara Menggosok gigi :
1. Keluarkan isi pasta gigi dan ratakan pada permukaan sikat gigi
2. Tutup kembali pasta gigi dan kembalikan pada tempatnya
3. Mulailah berkumur dengan air
4. Gerakan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan
setiap gigi atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45derajat berlawanan
dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat
dibersihkan.
5. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan
gigi.
6. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah.
Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan
tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat
membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.
7. Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi
tegak dan gerakkan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.
8. Sikat lidah untuk menyingkirkan bakteri dan agar nafas lebih segar
9. Berkumur- kumur sampai mulut terasa bersih
10. keringkan mulut dengan handuk/ tisu
11. alat – alat

61
E. Akibat jika tidak menggsok gigi
1. Mulut berbau
2. Gigi berlubang
3. Banyak terdapat kuman di dalam mulut
4. Sakit gigi

62
SATUAN ACARA PENYULUHAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI
DI DESA REMPOAH DUSUN 3 BATURADEN II

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan Profesi


Ners Stase Keperawatan Komunitas di Universitas Harapan Bangsa

Disusun Oleh :

MAHASISWA PROFESI NERS

KELOMPOK DESA REMPOAH

(Nama Mahasiswa Terlampir)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPANBANGSA

63
T.A 2021/2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Kehamilan Resiko Tinggi


Sub pokok bahasan :
Sasaran : Ibu Hamil
Hari/Tanggal : Jumat, 29 Oktober 2021
Tempat : Posyandu
Pukul :
Penyuluhan : Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Harapan Bangsa

P. TUJUAN
 Tujuan Umum : Setelah proses penyuluhan diharapkan ibu mengerti
tentang kehamilan resiko tinggi.
 Tujuan Khusus :
g. Menyebutkan pengertian kehamilan resiko tinggi
h. Menyebutkan faktor resiko terjadinya kehamilan resiko tinggi
i. Menyebutkan tanda bahaya kehamilan
j. Mengetahui deteksi pada kehamilan resiko tinggi
k. Mengetahui cara pencegahan kehamilan resiko tinggi

Q. MATERI
Terlampir

R. METODE
5. Ceramah
6. Tanya jawab

64
S. MEDIA
7. Materi SAP
8. Infocus
9. Leaflet

T. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 5 Pembukaan: Menjawab salam
menit  Memberi salam 2.   Mendengarkan dan
 Perkenalan diri memperhatikan
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan
 Memberitahu kontrak
waktu
2 10 Pelaksanaan:
menit 1.      Menjelaskan materi Mendengarkan dan
penyuluhan secara berurutan menyimak pembicara
dan teratur
Materi:
 Menggali pengetahuan
peserta tentang kehamilan
risiko tinggi
 Menjelaskan tentang
pengertian kehamilan
risiko tinggi
 Menjelaskan tentang
penyebab/faktor risiko
kehamilan risiko tinggi
 Menyebutkan tanda

65
bahaya kehamilan
 Menjelaskan tentang
deteksi pada kehamilan
risiko tinggi
 Menjelaskan tentang
pencegahan kehamilan
risiko tinggi
3 5 Evaluasi:
menit Meminta kepada audiens Bertanya dan menjawab
untuk mengulang kembali apa pertanyaan
yang disampaikan pembicara,
meliputi:
 Jelaskan pengertian
kehamilan risiko tinggi ?
 Jelaskan tentang
penyebab/faktor risiko
kehamilan risiko tinggi
 Jelaskan tanda bahaya
kehamilan
 Jelaskan tentang deteksi
pada kehamilan risiko
tinggi
 Jelaskan tentang
pencegahan kehamilan
risiko tinggi

4 2 Penutup:
menit Penyuluh mengucapkan terima Menjawab salam
kasih atas segala perhatian
peserta dan mengucapkan

66
salam penutup

U. SETTING TEMPAT

Keterangan :

= Media

= Pemateri

= Peserta penyuluhan

EVALUASI
7. Jelaskan pengertian kehamilan resiko tinggi
8. Jelaskan faktor resiko terjadinya kehamilan resiko tinggi
9. Jelaskan tanda bahaya kehamilan
10. Jelaskan deteksi pada kehamilan resiko tinggi
11. Jelaskan cara pencegahan kehamilan resiko tinggi

67
V. LAMPIRAN MATERI

KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Latar Belakang

Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik,


metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari
tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di
atas terganggu, maka janin seperti “tercekik”, dan pertumbuhannya akan
terganggu.

Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa


kelainan bawaan ataupun - kelainan karena pengaruh lingkungan, maka
pertumbuhan   dan perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami
gangguan. gangguan. 

Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah proses


yang dilalui dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10% dari kehamilan
termasuk kehamilan dengan risiko tinggi, wanita dengan kehamilan risiko tinggi,
mereka harus mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan
kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan risiko tinggi ini. tinggi ini. 

1. Definisi
Kehamilan risiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor
risiko yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau
mengancam  jiwa ibu dan janin. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan
yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih
besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya
selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan
dengan kehamilan  persalinan dan nifas normal.

68
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat.
Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara
kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan,
adanya rasa  penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung
bayinya. bayinya. 
2. Faktor Risiko
Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian
terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan
atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan
terhadap  penyakit atau kematian (keadaan (keadaan atau ciri tersebut
disebut faktor risiko). risiko). Faktor risiko bisa memberikan suatu angka
yang sesuai dengan beratnya risiko. Secara umum, kelompok ibu hamil
yang tergolong resiko tinggi antara lain:
1) Umur di bawah 20 tahun, karena rahim dan panggul ibu belum
berkembang.
2) Umur diatas 35 tahun, karena kesehatan dan keadaan rahim sudah
tidak sebaik umur sebelumnya
3) Pernah mengalami kesulitan dan kehamilan dalam persalinan
sebelumnya
4) Jumlah anak lebih dari 4 orang, karena makin banyak anak, rahim
ibu makin lemah makin lemah 
5) Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang
dari 2 tahun, karena pada keadaan tersebut rahim dan kesehatan ibu
belum pulih kembali dengan baik
6) Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang lebih
dari 10 tahun (terlalu lama) tahun (terlalu lama) 
7) Tinggi badan kurang dari 145 cm, karena ibu mungkin mempunyai
panggul sempit, sehingga sulit melahirkan  panggul sempit,
sehingga sulit melahirkan 
8) Kebiasaan ibu (merokok,alkohol, dan obat-obatan)
a. Faktor Risiko Sebelum Kehamilan

69
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang
menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika
seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka
resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan
datang adalah lebih  besar.
 Karakteristik Ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan
berusia   15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap
terjadinya preeklamsi (suatu keadaan yang ditandai yang ditandai
dengan tekanan dengan tekanan darah tinggi, tinggi,  protein dalam
air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) kehamilan)
dan eklamsi (kejang akibat (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka
juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau
bayi kurang gizi.
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul
karena mereka belum siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis,
umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Bisa saja kehamilan
terjadi karena "kecelakaan". Akibatnya, selain tidak ada persiapan,
kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik. Kondisi psikis yang
tidak sehat ini dapat membuat kontraksi selama proses persalinan
tidak berjalan lancar sehingga kemungkinan operasi sesar jadi lebih
besar.
Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ
reproduksi remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk
menanggung beban kehamilan. Bagian panggul juga belum cukup
berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan letak janin.
Kurangnya persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan defisiensi
asam folat dalam tubuh. Akibat kurangnya asam folat, janin dapat
menderita spina bifida (kelainan tulang belakang) atau janin tidak
memiliki batok kepala. Risiko akan berkurang pada ibu yang hamil

70
di usia tua karena biasanya mereka sudah mempersiapkan
kehamilan dengan  baik.
Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada primigravida tua
hampir mirip pada primigravida muda. Hanya saja, karena faktor
kematangan fisik yang dimiliki maka ada beberapa risiko yang akan
berkurang pada  primigravida   tua. Misalnya menurunnya risiko
cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat. Risiko kelainan
letak janin juga berkurang   karena rahim ibu di usia ini sudah
matang. matang. Panggulnya juga sudah berkembang baik. Bahaya
yang mengancam primigravida tua justru  berkaitan dengan fungsi
organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah menurun
sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses  persalinan
dan preeklamsia.
Hal yang patut dipertimbangkan adalah meningkatnya risiko
kelainan sindrom down pada janin, yaitu sebuah kelainan kombinasi
dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan
kelainan kromosom. "Pada kehamilan di bawah usia kromosom.
"Pada kehamilan di bawah usia 30 tahun ke 30 tahun kemungkinan
adanya memungkinkan adanya sindrom down hanya 1:1600, tapi di
atas 35 tahun menjadi 1:600, dan di usia 40 tahun menjadi 1:160.
Peningkatan beberapa kali lipat ini dikarenakan perubahan
kromosom akibat usia ibu yang semakin tua. Pada wanita hamil
yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan
ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, rentan terhadap tekanan
darah tinggi, diabetes atau obesitas dan terhadap keadaan medis
lainnya. Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat
badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih
kecil dari usia kehamilan ( KMK , kecil untuk masa kehamilan).
Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg,
maka risikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang wanita

71
gemuk lebih mungkin melahirkan bayi  besar. Obesitas juga
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diabetes mellitus dan
tekanan darah tinggi selama kehamilan. Seorang wanita yang
memiliki tinggi badan kurang dari 1,4 meter, lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan
prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
 Riwayat Kehamilan Sebelumnya
Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran
pada trimester pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk
mengalami keguguran lagi. Keguguran juga lebih mungkin terjadi
pada wanita yang  pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal
pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi
prematur. Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita
yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan untuk :
a) Kelainan kromosom atau hormone
b) Struktur rahim atau leher rahim Kelainan struktur rahim atau
leher rahim 
c) Penyakit jaringan ikat (misalnya lupus) 
d) Reaksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh) 
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan
tindakan pengobatan. Kematian di dalam kandungan atau kematian
bayi  baru lahir bisa terjadi akibat :
a) Kromosom pada bayi Kelainan kromosom pada bayi 
b) Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus 
c) Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
d) Tekanan darah tinggi 
e) Penyalahgunaan obat Penyalahgunaan obat 
f) Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus). Penyakit
jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus). 

72
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada
kehamilan  berikutnya.  berikutnya. Seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi dengan berat  badan kurang  badan kurang dari 1,5
kg, , memiliki resiko sebesar 50% untuk 50% untuk melahirkan
bayi prematur pada kehamilan berikutnya.  bayi prematur pada
kehamilan berikutnya. Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi
dengan berat badan lebih dari 4 kg, mungkin dia menderita diabetes.
Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka
resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun
bayinya meningkat. kematian ibu maupun bayinya
meningkat. Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada wanita
hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu. Seorang
wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih,
lebih mungkin mengalami :

a) Kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot


rahimnya lemah) 
b) Perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah) 
c) Persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya
resiko  perdarahan vagina yang berat  perdarahan vagina yang
berat 
d) Plasenta previa (plasenta letak rendah)

Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita


penyakit hemolitik , maka bayi berikutnya memiliki resiko
menderita  penyakit yang sama.  penyakit yang sama. Seorang
wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi,
kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya,
terutama jika diluar kehamilan dia menderita tekanan darah tinggi
menahun. Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan
kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum

73
merencanakan kehamilan  berikutnya, dilakukan analisa genetik
pada bay  berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan
kedua orangtuanya. 

 Kelainan Struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim
ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko
terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur,
bisa dilakukan  pembedahan  pembedahan diagnostik, diagnostik,
USG atau rontgen. rontgen. Fibroid Fibroid (tumor jinak) di dalam
rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya :
a) kelahiran premature
b) gangguan selama persalinan
c) kelainan letak janin
d) kelainan letak plasenta
e) keguguran berulang
 Keadaan Kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan
ibu dan bayi yang dikandungnya. Keadaan kesehatan yang sangat
penting adalah :
a) Tekanan darah tinggi menahun
b) Penyakit ginjal
c) Diabetes Mellitus
d) Penyakit jantung yang berat
e) Penyakit sel sabit
f) Penyakit tiroid
g) Lupus
Kelainan pembekuan darah
 Riwayat Keluarga

74
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan
lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang
dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya
diturunkan
b. Faktor Risiko Selama Kehamilan
Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu
perubahan   yang menyebabkan bertambahnya resiko yang
dimilikinya. dimilikinya. Dia mungkin terpapar oleh teratogen (bahan
yang bisa menyebabkan cacat  bawaan),  bawaan), seperti radiasi,
bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bisa mengalami
kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari
asap rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama
terhadap janinnya. Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih
sering ditemukan pada bayi yang ibunya merokok. sering ditemukan
pada bayi yang ibunya merokok. Merokok selama hamil juga bisa
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma kematian bayi
m  sindroma kematian bayi mendadak  . Selain itu, anak-anak yang
dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya
ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan
perilaku.. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang
menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan
nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan
pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan
rahim). Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan
oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa
menyebabkan gangguan  pertumbuhan   berbagai organ dan biasanya
menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus. serta
penyempitan sebagian usus. 

75
3. Tanda Bahaya Kehamilan Risiko Tinggi
a. Perdarahan
b. Bengkak di kaki/ tangan/ wajah, dan sakit kepala disertai kejang
c. Demam tinggi
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya
e. Bayi dalam kandungan tidak bergerak
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
 Bahaya yang dapat ditimbulkan
a. Bayi lahir belum cukup bulan
b. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR).
c. Keguguran (abortus).
d. Persalinan tidak lancar / macet.
e. Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
f. Janin mati dalam kandungan.
g. Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
h. Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
4. Deteksi Kehamilan Risiko Tinggi
Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di dokter/bidan terdekat. 
5. Pencegahan
1. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikinya, dan  , kenyataannya, banyak dari faktor resiko aktor resiko
ini sudah ini sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi.
diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi. 
2. Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan
penanganan   kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus
diperhatikan bahwa pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan
normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian. tetapi mendapatkan
masalah kemudian. 
3. Sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC (Antenatal
Care) atau pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat

76
untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya. Dengan
memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
4. Mendapatkan imunisasi TT 2X.
5. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif.
6. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
sempurna. 
7. Hindari rokok, alkohol, dll

Cara mencegah kehamilan risiko tinggi


1. Usia hamil tidak kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Rencanakan jumlah anak 2 orang saja.
3. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat atau terlalu jauh.
4. Memeriksa kehamilan secara teratur kepada tenaga kesehatan.
5. Menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.
6. Melahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan

Lampiran 2 : Nama Mahasiwa


1. Topik Hidayat

77
2. Amalia Diah Intan Pratiwi
3. Arif Nur Hodayanto
4. Agnes Ditasari
5. Anggraini Dwi Larasati
6. Bekti Sri Utami
7. Zaeni Nur Khozin
8. Lutfia Ainna Shafa
9. Lutfiyatul Mutawadingah
10. Maudwi Ehnis Swihasnika
11. Melinda
12. Milina Setianingsih

78
Lampiran 3 : Foto Kegiatan

79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
DAFTAR PUSTAKA

Khuzaiyah S, Khanifah M, Chabibah N. Evaluasi Pencatatan Dan Pemanfaatan Buku


Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Oleh Bidan, Ibu Dan Keluarga. Indonesia Journal Of
Nursing Practices. 2018;2.

Nurhudayaeni, Majid, R., & Ainurafiq. (2017). Model prediksi berat lahir bayi
berdasarkan berat badan ibu sebelum hamil dan pertambahan berat badan
pertrimester di wilayah kerja puskesmas puuwatu tahun 2015-2016. Llmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1–10.
Profil Kesehatan Indonesia. (2019). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Santika, I. G. P. N. A. (2015). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Umur
Terhadap Daya Tahan Umum (Kardiovaskuler) Mahasiswa Putra Semester II
Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan Ikip PGRI Bali Tahun
2014. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 1, 2015.
http://weekly.cnbnews.com/news/article.html?no=124000
Sebayang, I. D. B. (2020). Pengantar Keperawatan Keluarga.
Soekidjo Notoatmodjo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. PT Rineka
Cipta.
Sadiman. 2006. Pendidikan Kesehatan untuk Meningkatkan Kepatuhan Berobat
Penderita TB Paru di RSU Jenderal A. Yani Metro. Jurnal Pendidikan, Vol
3 No. 1 April 2006. Program Pasca Sarjana. FETP UGM. Yogyakarta.
ISSN: 3659 9631

89
Siswosudarmo, R., Emilia, O. 2008. Obstetri Fisiologi. Jogjakarta: Pustaka
Cendekia. Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta: Salemba Medika.
Sumantri, A. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rajawali. WHO.
2013. Child Health. http://www.who.int/gho/child_health/en/. Diakses
tanggal 29 Oktober 2021.
WHO. 2013. Maternal and Reproductive Health. http://www.who.
int/gho/maternal_health/en/. Diakses tanggal 29 Oktober 2021.
Widodo, A. 2007. Perilaku Manusia: Teori, Konsep, dan Aplikasinya Dalam
Keperawatan. Surakarta. Wiratih, A. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Buku Kesehtan Ibu Dan Anak (KIA) di BPS Titik Desa Padas
Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen Tahun 2013. Jurnal Keperawatan. Vol
1, No. 2. Januari 2013. ISSN: 2264 2156
Wulanda, A. F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

90

Anda mungkin juga menyukai