Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN HASIL PRAKTEK KEBIDANAN KOMUNITAS

KELUARGA BINAAN DI DESA PANTAI LABU PEKAN DUSUN III


KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN
DELI SERDANG
TAHUN 2023

Disusun Oleh :

NUR KHOLIJAH
NIM . P07524420031

Dosen Pembimbing :

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan di Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang.
Laporan ini merupakan permasalahan dari hasil pendataan selama PKL,
penulis menemukan suatu prioritas masalah kesehatan keluarga yaitu tentang
kesehatan remaja serta pergaulan remaja. Permasalahan ini dapat ditanggulangi
dengan pemberian penyuluhan, diskusi, dan lain-lain. Semua ini tidak lepas dari
kerja sama yang baik antar mahasiswi kebidanan, bidan desa, kepala desa dan
masyarakat Desa Pantai Labu Pekan, sehingga PKL ini dapat berjalan dengan
lancar.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku direktrur Poltekes RI Medan, Betty
Mangkuji, SST, M.Keb, sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekes RI
Medan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan di Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang
2. Yusniar Siregar, SST, M.Kes, sebagai Kaprodi Sarjana Terapan Kebidanan
Poltekkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan
Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.
3. Dr Evi Irianti,SKM,M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan sehingga sehingga Praktek Kerja Lapangan ini dapat
berjalan dengan lancar .
4. Suspita Rama Dani, selaku bidan Desa yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada kami.
5. Samsul Bahri, selaku kepala Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang.

ii
6. Seluruh mahasiswa Kebidanan Poltekkes Medan atas kerjasama dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Hormat saya
NUR KHOLIJAH

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
1.4 Manfaat .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Keluarga ................................................................. 4
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga ............................ 10
2.3 Teori Tentang Kasus ...................................................................... 14
2.4 Metode Kontrasepsi ....................................................................... 15
2.5 Panduan Pemilihan Kontrasepsi .................................................... 19
2.6 Asuhan Keluarga Berencana.......................................................... 20
BAB III ASUHAN KEBIDANAN ............................................................... 32
3.1 Pengkajian Data ............................................................................. 32
3.2 Analisa Data................................................................................... 35
3.3 Perumusan Masalah ....................................................................... 36
3.4 Menentukan Perioritas Masalah .................................................... 36
3.5 Penata Laksanaan........................................................................... 37
BAB IV PEMBAHASAN KHUSUS ............................................................ 45
4.1 Bandingkan Antara Teori Dengan Praktek .................................... 45
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 46
5.2 Saran ............................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan


oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Poltekkes Kemenkes Medan dalam hal ini jurusan Kebidanan Medan memiliki
peran penting dan strategis untuk berkontribusi secara langsung pada
pembangunan kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat sehingga dapat
meningkatkan daya ungkit dalam program pembangunan kesehatan.
Sebagai institusi penghasil tenaga kesehatan yang unggul dan kompeten, maka
dibutuhkan salah satunya pengalaman praktik kerja lapangan bagi mahasiswa
dalam bidang kebidanan komunitas, khususnya bagi Program Studi (Prodi)
Sarjana Terapan Kebidanan Medan. Program kegiatan ini dapat juga dijadikan
sebagai lahan bagi pengembangan tridharma perguruan tinggi yaitu salah satunya
adalah kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat.
Praktik kerja lapangan Kebidanan Komunitas merupakan bagian dari
kegiatan pembelajaran praktek Kebidanan Komunitas yaitu masyarakat di desa,
yang merupakan penjabaran dari kegiatan pembelajaran pendidikan Sarjana
Terapan Kebidanan sehingga diharapkan mahasiswa akan memiliki keterampilan
dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan. Sasaran kegiatan PKL Kebidanan Komunitas adalah mahasiswa
Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Semester VII, dilaksanakan selama 2 minggu.
Kebidanan Komunitas adalah suatu bidang dalam kebidanan yang merupakan
perpaduan antara kebidanan dan kesehatan masyarakat serta mengutamakan
pelayanan Promotif, preventif serta berkesinambungan tanpa mengabaikan
Pelayanan kuratif dan Rehabilitative serta menyeluruh dan terpadu, yang
ditujukan kepada individu, keluarga kelompok masyarakat sebagai satu kesatuan

1
yang utuh melalui proses asuhan kebidanan untuk meningkatkan fungsi kehidupan
secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
Praktik di komunitas merupakan bagian yang tidak terpisahakan dari peran
dan fungsi bidan. Mahasiswa Sarjana Terapan kebidanan diturunkan di desa guna
melaksanakan praktik kebidanan komunitas di masyarakat. Mahasiswa dituntut
untuk dapat memberi pelayanan KIA dan kesehatan wanita yang bersifat promotif,
preventif dan mampu menggerakkan peran serta masyarakat dalam upaya
kesehatan ibu dan anak, serta kespro remaja sesuai dengan prinsip Primary Health
Care (PHC).
Berkaitan dengan hal tersebut, saya telah melaksanakan praktik kebidanan
komunitas di Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang kepada Ibu, bayi, remaja dan serta masyarakat desa .
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumusan bagaimana asuhan kebidanan
yang diberikan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
komunitas pada keluarga Tn. A/Ny. H dan keluarga Tn. R/Ny.S.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah dan memelihara kesehatan mereka sehingga status
kesehatanya semakin meningkat serta mampu melaksanakan tugas-tugas
mereka secara produktif.
2. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampaun keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi khususnya yang berkaitan dengan kesehatan bayi
dan ibu yang menggunakan alat kontrasepsi.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah
kesehatan dasar dalam keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat.

2
4. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan peayanan
terhadap anggota keluarga yang sakit.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan pengalaman, serta penerapan ilmu-
ilmu kesehatan yang telah didapat selama pendidikan di Poltekkes Kemenkes
RI Medan.
2. Bagi Klien
1) Bagi Ibu yang memiliki bayi
Sebagai bahan informasi kepada Ibu tentang pentingnya Imunisasi pada
bayi.
2) Bagi ibu KB
Sebagai bahan informasi kepada ibu KB untuk mengetahui pemilihan dan
pengaruh KB yang digunakan.
3) Bagi keluarga
Sebagai bahan informasi kepada keluarga untuk mengetahui pemilihan
dan pengaruh yang akan akan terjadi.
3. Bagi Institusi Kesehatan

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman institusi pendidikan dalam


pelaksanaan praktik kebidanan komunitas bagi mahasiswa.
2. Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu
pendidikan yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah.
3. Mengetahui adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan
antara teori dan praktek sebagai bahan analisa untuk pendidikan praktik
kebidanan komunitas yang akan datang.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Menurut Depkes RI
(1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Padila, 2012).
Uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga sebagai suatu sistem. Setiap
anggota keluarga harus memiliki hubungan yang erat dalam saling
berinteraksi, interelasi (hubungan sosial), dan interdependensi (saling
ketergantungan) untuk mencapai tujuan bersama (Padila, 2012).

2. Jenis Keluarga
1. Keluarga Berdasarkan Cakupannya
Berdasarkan cakupannya, keluarga dibagi menjadi 3 macam. Yang
pertama adalah keluarga inti. Yang dimaksud dengan keluarga inti adalah
ayah, ibu, dan anak.
Macam yang kedua adalah keluarga konjugal. Keluarga konjugal ini
cakupannya adalah ayah, ibu, anak, kakek, dan nenek. Sedangkan macam
yang ketiga adalah keluarga luas. Keluarga luas ini meliputi ayah, ibu,
anak, kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, dan keluarga yang masih
memiliki ikatan pernikahan.
2. Keluarga Berdasarkan Kekuasaan
Setiap keluarga memiliki aturan dan pimpinan tertinggi. Di dunia ini
setidaknya ada 3 jenis keluarga berdasarkan kekuasaan atau pimpinan
tertingginya.

4
Yang pertama adalah patriarkal. Dalam jenis patriarkal, pimpinan
tertinggi dipegang oleh suami. Sedangkan jenis yang kedua adalah
matriarkal. Pimpinan tertinggi dipegang oleh istri. Kebanyakan di
Indonesia menganut jenis patriarkal.
Sedangnya jenis yang ketiga adalah equalitarian. Untuk jenis yang
ketiga ini kekuasaan dipegang sejajar oleh suami dan istri.
3. Keluarga Berdasarkan Jenis Perkawinan
Berdasarkan jenis perkawinannya, keluarga dibagi menjadi tiga jenis,
antara lain: monogami, poligami, dan poliandri. Monogami adalah suami
memiliki satu istri. Poligami adalah suami memiliki beberapa istri.
Sedangkan poliandri adalah istri memiliki beberapa suami.
Praktik poliandri ini jarang sekali ditemukan di dunia ini. Namun,
Sahabat bisa menemukan praktik poliandri ini di negara India.
4. Keluarga Berdasarkan Jenis Anggotanya
Dalam kehidupan tidak selalu ideal, tidak semua perkawinan bertahan
hingga ajal menjemput. Hal inilah yang menyebabkan beberapa jenis
keluarga berdasarkan jenis anggotanya.
Jenis yang pertama adalah keluarga inti, terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Jenis selanjutnya adalah keluarga besar, yang terdiri dari ayah, ibu, anak,
kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, keponakan, dan lain-lain.
Jenis lainnya adalah keluarga berantai. Keluarga berantai ini biasanya
pernikahan seorang duda dengan janda yang membawa anak dari
pernikahan sebelumnya. Ini cukup sering dijumpai di sekitar kita.

3. Bentuk Keluarga
Tipe keluarga Tradisional (Bakri, 2017: 16). sebagai berikut:
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga inti ialah keluarga kecil dalam satu rumah. Dalam
keseharian, anggota keluarga inti ini hidup bersama serta saling
melindungi. Mereka merupakan bapak, ibu, dan kanak- kanak.
2. Keluarga Besar (extended family)

5
Keluarga besar merupakan gabungan dari beberapa keluarga inti
yang bersumbu dari satu keluarga inti. Satu keluarga memiliki
beberapa anak, lalu anak-anak-nya menikah dan memiliki anak, dan
kemudian menikah lagi dan memiliki anak pula. Anggota keluarga
besar terdiri dari kakek, nenek, paman, tante, keponakan, saudara
sepupu, cucu, cicit, dan lain sebagainya.
3. Keluarga Dyat (Pasangan inti)
Pasangan inti adalah sepasang suami istri yang baru menikah.
Mereka telah membina rumah tangga tetapi belum dikaruniai anak
atau keduanya bersepakat untuk tidak memiliki anak lebih dulu. Akan
tetapi jika dikemudian hari memiliki anak, maka status tipe keluarga
ini menjadi keluarga inti.
4. Keluarga Single Parent
Single parent adalah kondisi seseorang tidak memiliki pasangan
lagi. Hal ini bisa disebabkan oleh perceraian atau meninggal dunia.
Akan tetapi, single parent mensyaratkan adanya anak, baik anak
kandung maupun anak angkat. Jika ia sendirian maka tidak bisa
dikatakan sebagai keluarga meski sebelumnya pernah membina rumah
tangga.
5. Keluarga Single Adult
Keluarga single adult yaitu pasangan yang mengambil jarak atau
berpisah sementara waktu untuk kebutuhan tertentu, misalnya bekerja
atau kuliah. Seseorang yang berada jauh dari keluarga ini kemudian
tinggal di rumah kontrakan atau indekost. Orang dewasa inilah yang
kemudian disebut sebagai single adult. Meski ia telah
memiliki pasangan di suatu tempat namun ia terhitung single di tempat
lain.
Tipe Keluarga Modern (Nontradisional) (Bakri, 2017: 18)
1. The Unmarriedteenage Mother
The Unmarriedteenage Mother adalah kehidupan seorang ibu
bersama anaknya tanpa pernikahan

6
2. Reconstituded Nuclear
Sebuah keluarga yang tadinya berpisah, kemudian kembali
membentuk keluarga inti melalui perkawinan kembali. Mereka tinggal
serta hidup bersama anak-anaknya, baik anak dari pernikahan
sebelumnya, maupun hasil dari perkawinan baru.
3. The Stepparent Family Keluarga
The Stepparent Family adalah seorang anak diadopsi oleh sepasang
suami-istri, baik yang sudah memiliki anak maupun belum.
Kehidupan anak dengan orantua tirinya inilah yang dimaksud dengan
the stepparent family
4. Commune Family
Keluarga ini berada di dalam penampungan atau memang memiliki
kesempatan bersama untuk hidup satu atap titik. Hal ini bisa
berlangsung dalam waktu yang singkat, sampai dengan waktu yang
lama. Mereka tidak memiliki hubungan darah namun memutuskan
hidup bersama dalam satu rumah, satu fasilitas, dan pengalaman yang
sama.
5. Thenon Marital Heretosexual Conhibitang Family
Tanpa ikatan pernikahan, sesorang memutuskan hidup bersama
pasangannya. Namun dalam waktu yang relative singkat, sesorang itu
kemudian berganti pasangan lagi dan tetap tanpa hubungan
pernikahan.
6. Gay and Lesbian Family
Seseorang dengan jenis kelamin yang sama menyatakan hidup
bersama sebagaimana pasangan suami istri (material partners).
7. Cohabiting Couple
Sesorang yang tinggal merantau karena merasa satu negara atau
satu daerah, kemudian dua atau lebih orang bersepakatan untuk
tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan. Kehidupan mereka seperti
kehidupan berkeluarga
8. Group-Marriage Family

7
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama dan mereka merasa sudah menikah, sehingga berbagai
sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
9. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya, dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
10. Foster Family
Seorang anak kehiangan orangtua nya, lalu ada sebuah keluarga
yang bersedia menampungnya dalam kurun waktu tertentu. Hal ini
dilakukan hingga anak tersebut bertemu dengan kedua orangtua
kandungnya. Dalam kasus lain, bisa jadi orangtua si anak menitipkan
kepada seseorang dalam waktu tertentu hingga ia kembali mengambil
anaknya.
11. Institutional
Anak atau orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti. Entah
dengan alasan dititipkan oleh keluarga atau memang ditemukan atau
kemudian ditampung oleh panti atau dinas social.
12. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental

4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman, dalam Bakri, (2017: 31). Mengelompokkan fungsi
pokok keluarga sebagai berikut;
1. Fungsi Reproduktif Keluarga
Fungsi reproduktif keluarga adalah Sebuah peradaban dimulai dari
rumah, yaitu dari hubungan suami-istri terkait pola reproduksi.

8
Sehingga adanya fungsi ini ialah untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
2. Fungsi Sosial Keluarga
Fungsi yang mengembangkan dan melatih anak untuk hidup
bersosial sebelum meninggalkan rumah dan berhubungan dengan
orang lain. Dalam hal ini, anggota keluarga belajar disiplin,
normanorma, budaya, dan perilaku melalui interaksi dengan anggota
keluarganya sendiri.
3. Fungsi Afektif Keluarga
Fungsi ini hanya bisa diperoleh dalam keluarga, tidak dari pihak
luar. Maka komponen yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi
afektif yaitu mendukung, menghormati, dan saling asuh. Intinya,
antara anggota keluarga satu dengan anggota yang lain berhubungan
baik secara dekat, dengan cara inilah, seorang anggota keluarga
merasa mendapatkan perhatian, kasih saying, dihormati, kehangatan
dan lain sebagainya. Pengalaman di dalam keluarga ini akan mampu
membentuk perkembangan individu dan psikologis anggota keluarga.
4. Fungsi Ekonomi Keluarga
Faktor ekonomi menjadi hal penting dalam sebuah keluarga.
Kondisi ekonomi yang stabil akan mampu menjamin kebutuhan
anggota keluarga sehingga mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik. Terutama dalam hal kebutuhan pokok, paling tidak
kebutuhan ini harus terpenuhi. Fungsi ekonomi keluarga meliputi
keputusan rumah tangga, pengelolaan keuangan pilihan asuransi,
jumlah uang yang digunakan, perencanaan pension, dan tabungan.
Kemampuan keluarga untuk memiliki penghasilan yag baik dan
mengelola finansialnya dengan bijak merupakan factor kritis untuk
mencapai kesejahteraan ekonomi.

9
5. Fungsi Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan perawat primer bagi anggotanya. Untuk itu,
fungsi ini penting ada untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetao memiliki produktivitas tinggi.

5. Peran Keluarga
1. Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga


Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien
(Simatupang FJ, 2018),
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab
bidan dalam pelayanan yang di berikan kepada klien yang memiliki kebutuhan

10
atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, hayi baru lahir, keluarga
berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat).
Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan (Varney, 2020) Proses
manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah. Manajemen asuhan kebidanan
dimulai dengan identifikasi data dasar dan diakhiri dengan evaluasi asuhan
kebidanan.
Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan kerangka kerja yang dapat
dipakai dalam segala situasi. Langkah tersebut sebagai berikut:

1. Pengkajian Data
Langkah I. Identifikasi Data Dasar
Identifikasi data merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan,
langkah yang merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi masalah
klien, kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka identifikasi data dasar meliputi
pengumpulan data dan pengolahan,
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data mencari dan menggali data/fakta atau informasi
baik dari klien. keluarganya maupun tim kesehatan lainnya atau data yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan pada pencatatan dokumen medik, hal yang
dilakukan dalam pengumpulan data meliputi:
1) Wawancara
Wawancara/anamnese adalah tanya jawab yang dilakukan antara bidan
dan klien, keluarga maupun tim medis lain dan data yang dikumpulkan mencakup
semua keluhan klien tentang masalah yang dimiliki.
2) Observasi dan pemeriksaan fisik
Pada saat observasi dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).

b. Pengolahan data Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar maka
selanjutnya dikelompokkan dalam:

11
1) Data subyektif
Meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat
menstruasi, riwayat persalinan, riwayat nifas dan laktasi yang lalu, riwayat
ginekologi, dan KB, latar belakang budaya, pengetahuan dan dukungan keluarga
serta keadaan psikososial.
2) Data obyektif
Menyangkut keadaan umum, tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital dan
keadaan fisik obstetri
3) Data penunjang
Meliputi hasil pemeriksaan laboratorium.

2. Analisis Data
Langkah II. Merumuskan diagnosa/masalah actual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan
berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam
menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional sebagai data
dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang ditegakkan harus
berlandaskan ancaman keselamatan hidup klien.

3. Perumusan Masalah
Langkah III. Merumuskan diagnose/masalah potensial
Bab ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan terjadi
pada klien jika tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang dilakukan
melalui pengamatan, observasi dan persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin
terjadi bila tidak segera ditangani dapat membawa dampak yang lebih berbahaya
sehingga mengancam kehidupan klien.

Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi


Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh hidan atau dokter
kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang membutuhkan
kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang lebih ahli sesuai keadaan

12
klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan tindakan emergency sesuai
kewenangannya.kolaborasi maupun konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan
bayi. Pada bagian ini pula.hidan mengevaluasi setiap keadaan klien untuk
menentukan tindakan selanjutnya yang diperoleh dari hasil kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain. Bila klien dalam keadaan normal tidak perlu dilakukan
apapun sampai tahap kelima.

Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan


Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap
sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara
komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui
kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan asumsi yang
seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan.

Langkah VI. Impelementasi


Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan bekerja sama
dengan tim kesehatan lain Bidan harus bertanggung jawab terhadap tindakan
langsung konsultasi maupun kolaborasi implementasi yang efisien akan
mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan kualitas pelayanan
pada klien.

Langkah VII. Evaluasi


Langkah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi. Pada langkah
ini.bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien.

4. Metode Prioritas Masalah


Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau
prioritas masalah, untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat
digunakan dalam menetapkan urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi
atas, Teknik Skoring dan Teknik Non Skoring, sebagai berikut : Teknik scoring

13
dapat digunakan apabila tersedia data kuantitatif atau data yang dapat terukur dan
dapat dinyatakan dalam angka, yang cukup dan lengkap.

2.3 Teori Tentang Kasus


1) KB
Pengertian Keluarga Berencana
KB merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan
pengajaran kelahiran.KB juga membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran interval diantara kelahiran.Disamping itu KB
diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya
manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran
dari program KB, meliputi sasaran langsung yaitu pasangan usia subur yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan
kontrasepsi secara berkelanjutan dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari
pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas dan sejahtera. Peningkatan dan perluasan
KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan kesakitan dan kematian
ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Prijatni dan
Rahayu,2018)

Ruang Lingkup Program KB


1) komunikasi informasi dan edukasi
2) konseling
3) pelayanan infertilitas
4) pendidikan seks
5) konsultasi pra perkawaninan dan konsultasi perkawinan
6) konsultasi genetic

14
Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.Kontra
berarti “mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.Maksud dari
konsepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud
dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah
pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan keduanya memiliki
kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan yang bersifat
sementara dan dapat juga permanen (Prijatni,2018)

2.4 Metode Kontrasepsi


1. Metode pantang berkala ( kalender)
Kb alamiah ada 3 yaitu MOB (Metode ovulasi billing), metode suhu basal dan
metode pantang berkala (kalender).
a) Pengertian
Cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan
suami istri dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur
atau ovulasi.
b) Manfaat
Kontrasepsi sebagai alat mencegah kehamilan, sedangkan konsepsi
dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur atau ovulasi untuk
meningkatkan kesempatan bisa hamil.
c) Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana, dapat
digunakan oleh setiap wanita yang sehat, tidak membutuhkan alat atau
pemeriksaan khusus dalam penerapannya, tidak mengganggu pada saat
berhubungan seksual, kontrasepsi, tidak memerlukan biaya, dan tidak
memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

15
2. Metode Kondom
a) Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi sebagai perlindungan
dan mencegah penularan penyakit menular seksual.
b) Keuntungan
Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan,efektiktifitas segera
dirasakan, murah dan dapat dikai secara umum,praktis, memberi
dorongan bagi pria untuk ikut berpartisipasi dalam kontrasepsi, dapat
mencegah ejakulasi dini, metode kontrasepsi sementara apabila
metode lain harus ditunda
c) Kerugian
Angka kegagalan kondom yang tinggi yaitu 3-15 kehamilan per 100
wanita pertahun, mengurangi sensitifas penis, perlu dipakai setiap
hubungan seksual, mungkin mengurangi kenikmatan hubungan
seksual, pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan
mempertahankan ereksi.
d) Manfaat
Membantu mencegah HIV,AIDS, dan PMS kondom yang
mengandung pelican memudahkan hubungan intim bagi wanita yang
vaginanya kering, membantu mencegah ejakulasi dini.

3. KB Hormonal (PIL kombinasi)


a) Macam-macam nama dagang alat kontrasepsi pil
Mengandung 2 hormon (Andalan pil KB, Microgynon) dan
mengandung 1 hormon (Andalan pil KB, microlut)
b) Cara kerja pil kombinasi
Mencegah pengeluaran hormone dari keempat hipofise ( hormone
LH) sehingga tidak terjadi ovulasi, menyebabkan perubahan pada
endometrium, sehingga endometrium tidak siap untuk nidasi,
menambah kepekatan lender serviks, sehingga sulit dilalui sperma.

16
c) Keuntungan
Alat kontrasepsi yang sangat efektif bila mium secara teratur (tidak
lupa), tidak menggaggu senggama,reversibilitas (mencegah anemia)
tidak terjadi nyeri haid, dapat digunakan jangka panjang selama
perempuan masih menggunakannya untuk mencegah kehamilan, dapat
digunakan sejak usia remaja hingga menopause,mudah dihentikan
setiap saat.
d) Kerugian
Membosankan karena harus minum setiap hari,mual, pusing terutama
pada 3 bulan pertama,perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama,
nyeri payudara, berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan
tertentu berat badan justru memiliki dampak positif. Tidak boleh
diberikan pada ibu yang menyusui karena akan mengurangi produksi
ASI.

4. Implan atau Susuk


a) Metode implant merupakan metode kontrasepsi efektik yang dapat
memberi perlindungan 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena,
indoplant atau implanon, terbuat dari bahan semacam karet lunak berisi
hormon levonorgestrel.
b) Jenis Implan
Norplant terdiri 6 kapsul silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, diameter 2,4 mm berisi 36 mg levonorgestrel, implanon, tersiri
satu batang putih lentuh, panjangnya 40mm, diameter 2 mm, berisi 68
mg desogestrel, jedena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang berisi
75 mg levonorgestrel

c) Mekanisme kerja
Menghambat ovulasi sehingga ovum tidak diproduksi, membentuk
secret serviks yang tebal untuk mencegah penetrasi sperma, menekan
pertumbuhan endometrium sehingga tidak siap untuk nidasi,

17
mengurangi sekresi progesteron selama fase luteal dalam siklus
terjadinya ovulasi
d) Keuntungan
Tidak mengganggu ASI,mengurangi nyeri haid, jumlah darah haid
dan mengurangi anemia, melindungi terjadinya kanker endometrium,
dan menurunkan angka kejadian endometriosis.

5. KB suntik 3 Bulan
Menurut Maryunani (2018), kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu:
a) KB suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi
progesterone asetat 150 gram disuntik secara intramuscular di
daerah bokong yang diberikan setiap 3 bulan sekali.
b) Cara kerja :
1) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.
2) Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak
dapatmasuk dalam rahim.
3) Menipiskan endometrium.
c) Keuntungan :
1) Sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%.
2) Tidak mempengaruhi produksi ASI.
3) Sedikit efek samping
4) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35
tahun sampaiperimenopause
5) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
d) Kerugian :
1) Gangguan haid.
2) Pusing, mual kenaikan berat badan.
3) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian

18
2.5 Panduan Pemilihan Kontrasepsi
Pemberian pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilisator, sesuai
denganlangkah-langkah di bawah ini, ( Kemenkes, 2019) :
1. Jalin komunikasi yang baik denga ibu
Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri. Gunakan komunikasi
verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang
identitas dan keinginannya pada kunjungan ini.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang
dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah
memikirkan pilihanmetode tertentu.
Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Urutan Fase menunda Fase menjarangkan Fase tidak hamil


prioritas kehamilan kehamilan (anak < 2) lagi (anak > 3)

1 Pil AKDR Steril

2 AKDR Suntikan AKDR

3 Kondom Minipil Implant

4 Implant Pil Suntikan

5 Suntikan Implant Kondom

6. Kondom Pil

1. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat


digunakan ibu. Berikan informasi objektif dan lengkap tentang
berbagai metode kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping,
dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk
menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan
tersebut.

19
2. Bantu ibu menentukan pilihan
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan
sesuai bagi dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk
mempertimbangkan pilihannya. Apalagi ingin mendapat penjelasan
lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali atau rujuk pada
konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
3. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah
dipilih ibu Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya,
jelaskan mengenai :
a) Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian alat
kontrasepsi.
b) Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.
c) Cara mengenali efek samping/komplikasi.
d) Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk
kunjunganulang bila diperlukan.
e) Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi.
4. Rujuk ibu bila diperlukan
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini belum
mendapat informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas
pelayanan kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik
KB setempat tidak mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau
memenuhi keinginan ibu. Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu
dikirim kembali oleh fasilitas rujukan.

2.6 Asuhan Keluarga Berencana


a. Pengertian Asuhan pada Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan bahagia dan sejahtera (Setiyaningrum,
2018).

20
b. Konseling Keluarga Berencana
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni, pada saat pemberian pelayanan.
Tehnik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan
dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai
dengan budaya yang ada ( Handayani, 2019).
c. Tujuan Konseling
1. Meningkatkan penerimaan
2. Menjamin pilihan yang cocok
3. Menjamin penggunaan cara yang efektif
4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama
d. Jenis Konseling KB
1. Konseling Awal
Bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai didalamnya
termasuk mengenalkan pada klien semua cara KB atau pelayanan kesehatan,
prosedur klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya
itu.
2. Konseling Khusus
Koseling khusus mengenai metode KB memberi kesempatan pada klien untuk
mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan
pengalamannya, mendapatan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia
yang ingin dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang
cocok serta mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan
metode tersebut dengan aman, efektif dan memuaskan.
3. Konseling tindak lanjut
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka
penting untuk berpijak pada konseling yang dulu.

21
e. Langkah Konseling KB SATU TUJUH
1) SA: Sapa dan Salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri,
tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa
yang dapatdiperolehnya.
2) T: Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tenttang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
3) U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling ia ingini serta jelaskan
pula jenis - jenis lain yang ada. Jelaskan alternative kontrasepsi lain yang
mungkin diingini oleh klien.
Uraukan juga mengenai resiko penularan HIV/ AIDS dan pilihan metode
ganda
4) TU: Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai
apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, doronglah klien
untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi
secara terbuka, petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan
keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah
pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut.
5) J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan
alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut

22
digunakan dnabagaimana cara penggunaannya.
6) U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian,
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.

2) REPRODUKSI MASALAH KESEHATAN REMAJA


Masa remaja (usia 11 – 20 tahun) adalah masa yang khusus dan penting,
karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja
disebut juga masa pubertas, merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan
berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Remaja berada dalam situasi yang
sangat peka terhadap pengaruh nilai baru, terutama bagi mereka yang tidak
mempunyai daya tangkal. Mereka cenderung lebih mudahmelakukan penyesuaian
dengan arus globalisasi dan arus informasi yang bebas yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku menyimpang karena adaptasi terhadap nilai-nilai
yang datang dari luar. Masalah yang paling menonjol dilakangan remaja saat ini,
misalnya masalah seksualitas, sehingga hamil di luar nikah dan melakukan aborsi.
Kemudian rentan terinfeksi penyakit menular seksual (IMS), HIV dan AIDS serta
penyalahgunaan Narkoba. Adanya motivasi dan pengetahuan yang memadaiuntuk
menjalani masa remaja secara sehat, diharapkan remaja mampu untuk memelihara
kesehatan dirinya sehingga mampu memasuki masa kehidupan berkeluargadengan
reproduksi sehat.
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang
besar dari penduduk dunia, WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia
adalah remaja. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Di
Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar
22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki- laki dan 49,1% remaja perempuan
(dikutip dari Nancy P, 2002). Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan
seksual. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak

23
termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan dewasa.
Perkembangan biologis dan psikologis remaja dipengaruhi oleh perkembangan
lingkungan dan sosial. Oleh karena itu remaja akan berjuang untuk
melepaskanketergantungannya kepada orang tua dan berusaha mencapai
kemandirian sehingga mereka dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa.
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual,
maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk
dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan
terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan
remaja. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik
terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai
muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis. Menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas dan UNFPA tahun 2010, sebagian
dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berperilaku tidak sehat. Tingginya
kehamilan tidak diinginkan (KTD) erat kaitannya dengan aborsi. Dari estimasi
jumlah aborsi per tahun di Indonesia bisa mencapai 2,4 juta, sekitar 800.000
diantaranya terjadi di kalangan remaja. Penyebab hamil di luar nikah di kalangan
remaja semakin bervariasi. Penggunaan drug, permen memabukkan, lem hisap
seringkali menjadi alat ”coba-coba” kaum remaja untuk mendapat rangsangan
tertentu.
1 DEFINISI
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistim reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh
ka arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan. Masa remaja merupakan
periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.

24
2 TAHAPAN REMAJA
a) Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual,semua remaja akan melewati tahapan berikut :
Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya,
mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya.
b) Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16 tahun.
Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk
berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
mendalam.
c) Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam
mencari teman sebaya,mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri. Tahapan ini
mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.
Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak
mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan
secara berkesinambungan. Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan
somatik pada remaja, yaitu peningkatan massa tulang, otot, massa
lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang terjadi pada
kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun
polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti
pertumbuhan payudara pada remaja perempuan dan rambut muka
(kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.

3 PERUBAHAN FISIK PADA MASA REMAJA


Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting
dalam kesehatan reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang
sangat cepat untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi

25
sehingga mampu melaksanakan fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi
yaitu :
1) Munculnya tanda-tanda seks primer; terjdi haid yang pertama (menarche)
pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
2) Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
A. Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar
bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah
besar, dada lebih besar, badan berotot, tumbuh kumis diatas bibir,
cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
B. Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan
vagina, tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara
membesar.

1. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA


Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-
kesulitan yang membutuhkan suatu ketrampilan untuk mengatasinya. Pada masa
remaja, mereka dihadapkan kepada dua tugas utama, yaitu :
a) Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.
Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antara
remaja
dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang
dan remaj sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua,
misalnya dalam hal memilih teman ataupun melakukan aktifitas. Sifat
remaja yang ingin memperoleh kebebasan emosional sementara orangtua
yang masih ingin mengawasi dan melindungi anaknya dapat menimbulkan
konflik diantara mereka.Pada usia pertengahan, ikatan dengan orangtua
semakin longgar dan mereka lebihbanyak menghabiskan waktunya
bersama teman sebayanya. Pada akhir masa remaja, mereka akan berusaha
mengurangi kegelisahannya dan meningkatkan integritas pribadinya,
identitas diri lebih kuat, mampu menunda pemuasan, kemampuan untuk
menyatakan pendapat menjadi lebih baik, minat lebih stabil dan mampu

26
membuat keputusan dan mengadakan kompromi. Akhir masa remaja
adalah tahap terakhir perjuangan remaja dalam mencapai identitas diri.
Bila tahap awal dan pertengahan dapat dilalui dengan baik, yaitu adanya
keluarga dan kelompok sebaya yang suportif maka remaja akan
mempunyai kesiapan untuk mampu mengatasi tugas dan tanggungjawab
sebagai orang dewasa.
b) Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan
pribadi.
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang dan
kompleks, yangmembutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan
yang akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini akan membentuk
kerangka berfikir untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan perilaku
ke dalam berbagai bidang kehidupan.

2. HAK-HAK REMAJA TERKAIT DENGAN KESEHATAN


REPRODUKSI
1) Selain kebutuhan-kebutuhan tersebut, remaja juga memiliki hak-
hak mendasar terkait kesehatan reproduksinya. Hak-hak itu juga
harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar mereka. Hak-hak itu
adalah:
Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali
remaja, untuk terbebas dari resiko kematian karena kehamilan,
khususnya bagi remaja perempuan.
2) Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam
hal ini adalah perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan
kesinambungan.
3) Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan
reproduksi bagi remaja dansetiap individu harus menjaga
kerahasiaan atas pilihan pilihan mereka.
4) Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan
kesehatan dan kesejahteraanperorangan maupun keluarga dengan

27
adanya informasi dan pendidikan kesehatanreproduksi yang
memadai tersebut.
5) Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan
berpendapat, terbebas daripenafsiran ajaran yang sempit,
kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi yangdapat
membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan
reproduksi danseksual.
6) Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk
mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah
kesehatan reproduksi menjadiprioritas kebijakan negara.
7) Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini
terutama bagi anak-anakdan remaja untuk mendapatkan
perlindungan dari eksploitasi, pelecehan, perkosaan,penyiksaan,
dan kekerasan seksual.
8) Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu
hak mendapatkanpelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman,
dan dapat diterima.
9) Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
10) Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini
berarti setiapindividu dan juga remaja berhak bebas dari segala
bentuk diskriminasi termasukkehidupan keluarga, reproduksi, dan
seksual.
11) Hak untuk memilih bentuk keluarga. Artinya, mereka berhak
merencanakan, membangun, dan memilih bentuk keluarga (hak
untuk menikah atau tidak menikah).
12) Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur
kehidupan seksual danreproduksinya, sehingga tidak seorang pun
dapat memaksanya untuk hamil, aborsi,ber-KB dan sterilisasi.
 MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan
berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan seksualitas

28
terintegrasikan kedalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak reformasi bergulir
hal ini telah diupayakan oleh sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non
pemerintah (NGO), dan juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen
Pendidikan Nasional), untuk memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran
’Pendidikan Reproduksi Remaja’; namun hal ini belum sepenuhnya mampu
mengatasi problem riil yang dihadapi remaja. Faktanya, masalah terkait
seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak dihadapi oleh remaja.
Masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Perkosaan.
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya
tidak hanyaremaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan
rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk
menunjukkan bukti cinta.

2. Free sex.
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti.
Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat
memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV
(Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel
kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17
tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks
bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di
kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang
dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.

3. Kehamilan Tidak Diinginkan


Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-
mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitosberhubungan seksual
dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwaberhubungan seksual
hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks

29
sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama siremaja
perempuan dalam masa subur.

4. Aborsi.
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum
waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori
aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun
begitu, adajuga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini
terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang
mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial
ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan
kehamilan.

5. Perkawinan dan kehamilan dini.


Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Dibeberapa daerah,
dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak
dalam hal ini remaja perempuan. Alasan terjadinya pernikahan dini adalah
pergaulan bebas seperti hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja
yang menikah dini, baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk
memiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat
melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani
kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan
dengan distribusi makanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih
dalam tahap proses pertumbuhan.

6. IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan
HIV/AIDS.
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar menular melalui
hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri

30
bisa menular dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang
dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sekali, mulai dari
gangguan organ reproduksi,keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga
cacat pada bayi dan kematian.

 PENANGANAN MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki
menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan masalah yang terjadi
pada setiap fase kehidupan, maka upaya-upaya penanganan masalah kesehatan
reproduksi remaja sebagai berikut :

1. Gizi seimbang.
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi.
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.
4. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA.
5. Pernikahan pada usia wajar.
6. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan.
7. Peningkatan penghargaan diri.
8. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman

31
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
3.1 PENGKAJIAN DATA
FORMAT PENGKAJIAN DATA KELUARGA
PKL KEBIDANAN KOMUNITAS MAHASISWA PRODI SARJANA
TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN POLTEKKES KEMENKES
MEDAN TAHUN 2023

Data Desa
 Wilayah Desa
- Luas : 707 Ha
- Keadaan Geografis : Dataran Rendah
- Fasilitas Kesehatan : Tenaga Medis, Sanitasi dan Sumber Air
Bersih
 Penduduk
- Jumlah : 4438 jiwa
- Jumlah dusun : 4 dusun
- Sebelah utara berbatasan dengan desa rugemuk/selat malaka
- Sebelah selatan berbatasan dengan desa perkebunan ramunia/bandara
kualanamu
- Sebelah timur berbatasan dengan desa pantai labu baru/desa paluh sibaji
- Sebelah barat berbatasan dengan desa kubah sentang, pematang biara dan
bandara kualanamu
- Mata Pencaharian
1. Nelayan : 19,3 %
2. Buruh : 5,3 %
3. Wiraswasta : 4,1 %
4. Petani : 2,8 %
- Angka kelahiran :8%
- Mata Pencaharian : Nelayan, buruh, wiraswasta, dan petani

32
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA BINAAN
“TN. M ” DUSUN III DESA PANTAI LABU PEKAN KECAMATAN
PANTAI LABU TAHUN 2022
KELUARGA 1
Identitas Keluarga
I. Pengkajian
Pengumpulan data dan pengelohan data ( tanggal 19 Agustus 2023)
1.1 Identitas Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu
Pendidikan : SD Sederajat
Pekerjaan : Nelayan
Status pernikahan : Sah
- Usia Menikah suami : 23 tahun
Istri : 22 tahun
- Lama Pernikahan : ± 18 tahun
Alamat : Dusun III Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai
Labu

1.2 Anggota Keluarga


Hub. Ket
No Nama L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
1. Evin P 35 Thn Istri SD Sederajat IRT Ada

2. Fitriani P 17 Thn Anak SMA Belum Ada


Bekerja
3. Fauzan L 13 Thn Anak SMP Belm Ada
bekerja

33
Ny.J mengatakan memiliki keluhan dalam menggunakan kb suntik 3 bulan yaitu
tidak haid dan BB bertambah.

Asuhan kebidanan pada wanita subur yang sudah menikah

S Nama : Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SD Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Pada saat wawancara
Pengetahuan
1. Apakah saudara ber KB?
Ya, apa jenisnya : Suntik 3 bulan
O 2. Apakah ada efek samping/keluhan dalam menggunakan alat kontrasepsi?
Ya, sebutkan : Tidak haid, BB bertambah
3. Apakah ibu sudah pernah menggunakan KB yang non hormonal seperti
spiral (IUD)?
Tidak pernah, alasan : Takut
Ibu wanita subur yang sudah menikah sebagai akseptor KB suntik 3 bulan dengan
A
keluhan kenaikan berat badan dan tidak haid
Memberikan penyuluhan dan konseling kepada ibu mengenai keuntungan dan
kerugian dari KB suntik 3 bulan, Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur,
Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori, Menganjurkan ibu untuk mengganti
P
kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan menggunakan kontrasepsi yang non hormonal
(misalnya IUD). Bila cara diatas tidak berhasil berat badannya bertambah terus dan
tetap tidak haid serta Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang apabila ada keluhan.

34
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA BINAAN
“TN. E ” DUSUN 1II DESA PANTAI LABU PEKAN KECAMATAN
PANTAI LABU TAHUN 2023
KELUARGA 2

Identitas Keluarga
I. Pengkajian
Pengumpulan data dan pengelohan data ( tanggal 19 Agustus 2023)
1.1 Identitas Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn.E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Nelayan
Status pernikahan : Sah
- Usia Menikah suami : 25 tahun
Istri : 24 tahun
- Lama Pernikahan : ± 10 tahun
Alamat : Dusun III Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu

1.2 Anggota Keluarga


Hub. Ket
No Nama L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
1. Endang P 31 Istri SLTP IRT Ada
Thn

2. Revina P 10 Anak Sekolah Belum Ada


Thn dasar bekerja

35
3. Alpin L 6 Thn Anak Belum Belum Ada
tamat SD bekerja
Sederajat

Ny. S mengatakan Kurang pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja dan


mengatakan akan membina anak remaja

A. Asuhan kebidanan pada remaja


S Nama : Ravina
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 10 tahun
Pendidikan : Sd
Pekerjaan : Tidak/ Belum bekerja
 Pada saat wawancara
Pengetahuan anak remaja atas kesehatan reproduksi remaja
a. Apakah yang dimaksud dengan remaja?
Jawaban : remaja adalah seseorang yang dalam perkembangan
dari anak-anak ke dewasa
b. Apa saja perubahan yang dirasakan ?
Jawaban : perubahan pada fisik dan mengalami haid pada masa
pubertas
O
c. Bagaimana tanggapan atas perubahan tersebut ?
Jawaban : sudah agak terbiasa.
d. Usia berapa mulai mengalami menstruasi?
Jawaban: pada usia 10 tahun
e. Apakah remaja dapat melakukan atau menjaga kespro dalam
masa peralihan ini ?
Jawaban Ny.N : sudah mulai terbiasa menjaga kebersihan dan
kesehatan reproduksinya.
A Anak remaja usia 12 tahun sudah mulai terbiasa dalam masa

36
peralihan yang terjadi pada kesehatan reproduksinya dan anak mulai
mengetahui bahaya dalam melakukan pernikahan dini yang
berdampak pada reproduksinya.
Memberikan penyuluhan kepada anak remaja dan keluarga tentang
manfaat kespro remaja dan menunda pernikahan dini dalam usia
P
remaja
Pada tanggal 26 Agustus 2023, pukul 02.00 WIB

3.2 ANALISA DATA


Dari ke lima KK (Kepala Keluarga) yang saya data,ditemukan keluarga binaan
dengan prioritas masalah:
1. Tn. S dengan masalah
Wanita usia subur yang aktif berhubungan seksual dan sebagai akseptor KB
suntik 3 bulan dengan keluhan kenaikan berat badan dan tidak haid
2. Tn. E dengan masalah
Keluarga tidak mengerti tentang Bagaimna seorang anak memberikan
penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada keluarga Tn. E khususnya pada
anak remajanya yang bernama Mutiara

3.3 PERUMUSAN MASALAH


Bagaimana seorang mahasiswa memberikan penyuluhan dan pendekatan
yang baik kepada keluarga Tn. S hususnya PUS sebagai akseptor KB. Sedangkan
Masalah yang ada pada keluarga Tn. E ini adalah ibu tidak mengerti tentang
masalah kesehatan reproduksi pada anaknya.

37
3.4 MENENTUKAN PERIORITAS MASALAH
Dari rumusan masalah yang ditemukan tentukan perioritas masalah
sebagai berikut:
1. Keluarga Tn. S
No Kriteria Nilai Pembenaran
Perhitung Skoring
an
1 Sifat Masalah 3/3 x 1 1 Tidak/kurang sehat & biasanya wanita
merasa tidak nyaman jika tidak dapat haid
dan tubuhnya bertambah gemuk
2 Kemungkinan 2/2 x 2 2 Masalah ini dapat diatasi dengan mudah yaitu
masalah dapat memberikan penyuluhan kepada wanita
diubah subur yang tidak cocok menggunakan KB
jenis ini untuk mengganti jenis lain
3 Potensial 2/3 x 1 2/3 PUS yang sudah menikah menyadari masalah
masalah untuk cukup mudah diubah karena adanya
dicegah penyuluhan yang telah diberikan diharapkan
pasangan usia subur bisa mengerti dan
mampu menetapkan jenis KB yg dipilih
4 Menonjolnya 1/2 x 1 ½ Ada masalah tetapi tidak perlu segera
masalah ditangani

Total Skor 4,1


3.5 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Masalah Keluarga Tn. S
a) Melakukan pemeriksaan kepada ibu dengan hasil TD: 110/70 mmHg
HR : 76 x/i
RR : 22x/i
Temp : 35,2°C
b) Menjelaskan kepada ibu keuntungan dan kerugian dari KB suntik 3 bulan.
Keuntungan :
1. Mengurangi nyeri haid

38
2. Mengurangi perdarahan
3. Mencegah anemia
Kerugian :
1. Terjadinya perubahan pola haid
2. Penambahan berat badan
3. Tidak melindungi dari PMS
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui keuntungan dan kerugian KB suntik 3
bulan
c) Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur. Jenis olahraga yang biasa
dilakukan adalah olahraga senam, jogging atau berjalan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan berolahraga secara teratur.
d) Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori. Diet rendah kalori yaitu diet
yang diberikan untuk menurunkan berat badan dengan makan makanan
yang mengandung serat misalnya nasi, lauk, tempe dan sayur serta minum
air mineral yang cukup .
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan menjaga pola makan.
e) Menganjurkan ibu untuk mengganti kontrasepsi KB suntik 3 bulan dengan
menggunakan kontrasepsi yang non hormonal (misalnya IUD). Bila cara
diatas tidak berhasil dan berat badannya tidak bertambah terus.
f) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang apabila ada keluhan.

2. Penatalaksanaan Masalah Keluarga Tn. E


1. Memberitahukan kepada keluarga melalui konseling bahwa keadaan
kesehatan reproduksi remaja sangat penting dan sangat berbahaya apabila
salah langka dalam remaja yang sangat berpengaruh dalam reproduksi
remaja.
Evaluasi: keluarga telah menerima konseling
2. Memberitahukan bahwa bahaya adanya pernikaha dini bagi kesehatan
remaja
Evaluasi : keluarga telah mengetahui keadaannya normal
3. Menganjurkan keluarga untuk menjaga personal hygiene

39
4. Mengingatkan keluarga kembali untuk memakan makanan bergizi dan
asupan nutrisi yang cukup untuk metabolisme tubuh dalam kesehatan
reproduksi, dll.
Evaluasi: keluarga bersedia memakan makanan bergizi seimbang
5. Memberikan keluarga penkes tentang kespro remaja yang benar
Evaluasi: keluarga mengerti tentang kespro remaja.
6. Memberikan keluarga penkes tentang pentingnya cukup umur dalam
menikah agar baik pada kesehatan reproduksi remaja
Evaluasi: anak remaja dalam keluarga telah mengerti penkes remaja
7. Memberikan konseling tentang macam-macam jenis kontrasepsi dalam
pernikah dini remaja .
Evaluasi: anak remaja dalam keluarga sudah mengerti tentang macam-
macam jenis kontrasepsi

40
41
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

4.1 Bandingkan Antara Teori dengan Praktek


Keluarga Tn. S/ Ny. E :
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3
bulan pada Ny. E dengan menerapkan manajemen kebidanan, maka penulis akan
membahas serta membandingkan antara teori dan pelaksanaan teori dengan
kenyataan yang terjadi saat memberikan asuhan.
Sewaktu melakukan kunjungan rumah, ibu mengaku telah mendapatkan
informasi tentang Keluarga Berencana dari petugas kesehatan dan sudah tau jenis,
keefektifan, keuntungan, efek samping dan cara pemakaian KB yang mungkin ibu
gunakan sesuai dengan keadaan ibu untuk menunda kehamilan. Ny. E memakai
alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan karena lebih praktis dan ibu sudah mengetahui
efek samping dari pemakaian KB suntik 3 bulan.
Menurut Affandi (2018) suntik kombinasi merupakan suntik yang hormone
sitetis estrogen dan progesteron, keuntungan pada suntik ini yaitu sangat efektif,
resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri,
dapat dipakai dan diberikan pasca persalinan, tidak terganggu pengeluaran laktasi
dan tumbuh kembang bayi.
Kemudian ibu mengatakan mengalami kenaikan berat badan, aktivitasnya
berkurang dan nafsu makannya bertambah serta ibu tidak mendapati haid. Penulis
memberikan KIE yaitu penjelasan sebab terjadinya penambahan berat badan
bersifat sementara dan individu (tidak terjadi pada semua pemakai suntikan,
tergantung reaksi tubuh wanita terhadap metabolism progesterone). Dan
menganjurkan pasien untuk diet rendah kalori untuk akseptor yang mengalami
kenaikan berat badan dianjurkan olahraga yang teratur dan bila cara tersebut tidak
berhasil dan berat badannya bertambah, pemakaian kontrasepsi dihentikan dan
ganti cara kontrasepsi yang lain.
Setelah diberikan suntik 3 bulan Ny. E akan diberikan kartu dan kunjungan
ulang setelah 3 bulan yang akan datang kembali. Meningkatkan kembali untuk
46
tidak lupa tanggal penyuntikan kembali dengan keadaan setelah haid dan belum
berhubungan seks dengan suami, jika ibu ada keluhan yang tidak nyaman atau
tidak mengerti anjuran kepada ibu untuk datang kemali ke rumah bersalin untuk
mendapatkan pelayanan atau informasi yang lebih lengkap.

Keluarga Tn. E/ Ny. E


Dari pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis pada keluarga Tn.E
dan Ny.3 ditemukan masalah tentang kuranganya penegtahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja.
Oleh sebab itu penulis telah melakukan intervensi berupa penyuluhan
sehingga diharapkan pengetahuan kepada Mutiara dapat bertambah dan dapat
menerapkan ilmu yang didapatnya. Penyuluhan dilakukan pada hari jumat
tanggal 26 agustus 2022 pukul 02.00 WIB dengan materi tentang penyuluhan
kepada kepada anak Ny.E yaitu Mutiara tentang pentingnya menjaga
kesehatan reproduksi remaja. Sebagai evaluasi, anak remaja telah mengerti
tentang materi yang diberikan dibuktikan dengan anak remaja dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan seputar materi tentang kesehatan reproduksi remaja.

45
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pengkajian data yang dilakukan pada keluarga Tn. S/Ny.E Dusun III
pantai labu pekan kecamatan pantai labu. Penulis menemukan masalah tentang
akseptor kb suntik 3 bulan dengan keluhan tidak haid dan BB bertambah. Maka
penulis dapat mengambil kesimpulan yang mungkin dijadikan pertimbangan dan
pelayanan asuhan kebidanan pada keluarga binaan.
Masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga Tn.S/Ny E,
disebabkan karena Tidak cocok dalam menggunakan KB suntik 3 bulan. Maka
penulis memberikan intervensi berupa:
1. Menginformasikan kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian dari KB
suntik 3 bulan
2. Menganjurkan ibu untuk olahraga secara teratur
3. Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori
Masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga Tn E /Ny E, disebabkan
karena kurangnya pengetahuan mengenai masalah kesehatan reproduksi yang
dihadapinya. Maka penulis memberikan intervensi berupa:
 Penyuluhan tentang manfaat menjaga kesehatan reproduksi remaja
maka dari itu keluarga sudah mengerti tentang masalahnya dan bersedia
melakukan untuk menjaga kesehatannya.

5.2 Saran
Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan hendaknya dapat
memberikan atau menggunakan alat kontrasepsi yang dapat digunakan jangka
panjang, hal ini dikarenakan alat kontrasepsi jangka panjang dinilai lebih efektif
dan efisien. Selain itu masyarakat diharapkan juga dapat meningkatkan rasa ingin
tahunya tentang alat kontrasepsi yang sebaiknya di pakainya, karena setiap wanita
usia subur (WUS) atau pasangan usia subur (PUS) memiliki kebutuhan yang

45
berbeda-beda.

Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan Pendidikan Prodi Sarjana Terapan dapat memfasilitasi
perpustakaan dengan memperbanyak buku terbitan tahun terbaru dalam bidang
kesehatan khususnya seputar asuhan kebidanan.

Bagi Keluarga
Diharapkan pada keluarga binaan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
seperti klinik dan puskesmas di Dusun III Desa Pantai labu pekan Kecamatan
pantai labu Diharapkan pada keluarga binaan agar dapat berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan.

Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan kepada petugas kesehatan masyarakat secara optimal dan tetap
memberikan pelayanan kesehatan dengan baik kepada masyarakat desa
dikarenakan Sangat penting untuk melakukan imunisasi sejak dini karena dengan
melakukan imunisasi semua anak-anak akan terhindar dari segala jenis penyakit
menular seperticampak,polio dll.

45
DAFTAR PUSTAKA

AH,2012. Imunisasi. Edisi Kedua.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.


Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga, Konsep Teori, Proses, dan
Praktik Keperawatan Edisi Pertama.Yogyakarta: Graha Ilmu
EGC Maryunani, Anik. 2016. Management Kebidanan Terlengkap. Jakarta
Buku Kesehatan
Friedman, M. M et al. 2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan
Praktik Ed. 5.Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. 2015. Buku Ajar Imunisasi.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/10/03B
uku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf(diakses 27 Agustus 2022).
Kemenkes . 2016. Info DATIN Pusat Data dan Informasi.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodat in-
ibu.pdf (diakses 27 Agustus 2022 ).
Kurniasih, dkk, 2014. Panduan Imunisasi. Jakarta : PT Gramedia
Markum
Setyaningrum, Erna. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : CV Infomedia

45
LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

45
Lampiran 3

45

Anda mungkin juga menyukai