Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

Dosen Pengampu
Diana Noor Fatmawati ,SST., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 4:

Cintia Savitri Wulandari


Maria Cresensia Akwin Guino
Triwinda Astuti Male

STIKES MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Kewirausahaan tepat pada

waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas .Selain itu, makalah ini

juga bertujuan untuk membantu mempermudah pemahaman dalam mendalami

mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas bagi para pembaca maupun kami

sebagai penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Diana Noor

Fatmawati,SST., M.Kes selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan

wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yangan membangun akan kami

nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 15 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

A. Latar Belakang .....................................................................................4


B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan Penulisan..................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Kebidanan Komunitas.............................................................7
2. Riwayat Kebidanan Komunitas Di Indonesia ............................................
Dan Beberapa Negara Lain.........................................................................8
3. Tujuan Dari Kebidanan Komunitas...........................................................9
4. Karakteristik Kebidanan Komunitas...........................................................
5. Pekerjaan Kebidanan Di Komunitas..........................................................
6. Indonesia Sehat 2025 Sebagai Landasan ..................................................
Fikir Pelayanan Kebidanan.........................................................................
BAB lll PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................11
B. Saran....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani

keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan

yang melayani keluarga dan masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam konsep

tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur – unsur tersebut adalah bidan sebagai

pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai sarana

pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti

lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik.

Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik

tekan pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target

peencapaian menjadi berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan

semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk mengoordinasi semua

kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, swasta atau

yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di desa,

petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.

Kewenangan bidan ditetapkan dalam peraturan menteri kesehatan

(Permenkes) no. 900 tahun 2002. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa

bidan adalah seorang bidan yang telah lulus mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah yang lulus ujian sesuai dengan

persyaratan yang berlaku.


Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk suatu

konsep kebidanan komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan

komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan

pengetahuan, serta teknologi.

Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit

analisis. Populasi dapat kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala

keluarga, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam area yang dapat

ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk

melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah.

Sementara dalam menjalankan praktiknya, bidan berwenang memberikan

pelayanan meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan

masyarakat. Pelayanan kebidanan ditujukan pada ibu dan anak. Pelayanan

kebidanan pada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilann,

masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara kehamilan (periode

internal). Pelayanan kebidanan pada anak diberikan pada masa bayi baru lahir,

masa bayi, masa anak balita, dan masa pra sekolah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas?


2. Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa
Negara lain?
3. Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas?
4. Bagaimana karakteristik kebidanan komunitas?
5. Bagaimanakah bekerja kebidanan di komunitas?
6. Apa itu Bidan Delima?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas.


2. Bagaimana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa
Negara lain.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan kebidanan komunitas.
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kebidanan komunitas.
5. Untuk mengetahui bagaiamana bekerja di kebidanan komunitas.
6. Untuk mengetahui apa itu Indonesia sehat 2025 sebagai landasan fikir
pelayanan kebidanan?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian kebidanan komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang

ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,

dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan,

menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan

klien sebagai mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

kebidanan.

Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor

lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual

terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan,

peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi berikut.

1) Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.

2) Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen

system pelayanan kesehatan.

3) Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil pendidikan

dan penelitian yang melandasi praktik.

4) Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga kebidanan

komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan utama.


Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan

dasar yang melibatkan komunitas secara aktif dans sesuai keyakinan komunitas.

Beberapa keyakinan yang mendasari praktik kebidanan komunintas adalah

sebagai berikut.

1) Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat

diterima semua orang.

2) Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam

hal ini komunitas.

3) Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan

perlu menjalin kerja sama yang baik.

4) Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang

mendukung maupun mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.

5) Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.

6) Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.

Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan

masyarakat agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus

kebidanan komunitas sebagai berkut :

1) Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.

2) Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatan.

3) Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.


4) Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat

yang optimal.

5) Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan

masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang

berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau

pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk

beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal. Intervensi kebidanan yang

dilakukan mencakup pendidikan kesehatan, mendemonstrasikan keterampilan

dasar yang dapat dilakukan oleh komunitas, melalui intervensi kebidanan yang

memerlukan keahlian bidan (konseling pasangan yang akan menikah, melakukan

kerja sama lintas-program dan lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah

komunitas serta melakukan rujukan kebidanan dan non kebidanan jika perlu.

Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu

sebagai berikut.

1) Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang

sebenarnya, ketika teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan

primer mencakup peningktan kesehatan pada umumnya dan perlindungan

khusus terhadap penyakit, health promotion, health education, specific

protection dan environmental protection. Contoh kegiatan di bidang

prevensi primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi, dan

penyuluhan untuk mencegah keracunan.


2) Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini

dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis sehingga

memperpendek waktu sait dan tingkat keparahan/keseriusan penyakit,

contoh: mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/belita

atau memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan

berkala termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara berkala.

3) Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan

atau ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai

tujuan pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses

penyakitnya sendiri, yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi

yang optimal dari ketidakmampuannya. Contoh: bidan mengajarkan

kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan kolostomi di

rumah atau membantu keluarga yang mempunyai anak dengan

kelumpuhan anggota gerak untuk latihan secara teratur di rumah.

2. Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan di Negara lain.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan

persalinan dilakukan oleh dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita

pribumi di Batavia kemudian tahun 1953 kursus tambahan bidan (KTB) di

masyarakat Yogyakarta dan berkembang di daerah lain. Seiring dengan pelatihan

ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan pelayanan

antenatal care, post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intranatal di rumah,

kunjungan rumah pasca salin. Tahun 1952 diadakan pelatiihan secara formal
untuk kualitas persalinan, tahun 1967 kursus tambah bidan (ktb) ditutup,

kemudian BKIA terintegrasi dengan puskesmas.

Munculnya gagasan kebidanan komunitas merupakan upaya tindak lanjut

dari konferensi internasional tentang Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987,

kemudian dilaksanakan suatu Lokakarya Nasional tentang kesejahteraan ibu, yang

menghasilkan komitment lintas – sektoral unruk menurunkan AKI (Angka

Kematian Ibu) sebesar 50% dari 450 pada tahun 1986 menjadi 225 per 100.000

kelahiran hidup di tahun 2000.

Tingginya AKI di Indonesia ini dipengaruhi pula oleh belum memadainya

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan

kasus obstetric. Ada korelasi yang jelas Antara cakupan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan dan AKI. Semakin tinggi cakupan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan maka akan semakin rendah AKI suatu Negara. Salah satu

analisis yang melatarbelakangi keadaan tersebut adalah tidak adanya atau

kurangnya tenaga kesehatan yanga da di dekat masyarakat terutama daerah

pedesaan. Salah satu upaya penting yang ditempuh dalam mempecepat penurunan

AKI dan AKB adalah dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat berarti menempatkan tenaga kesehatan di tengah-tengah masyarakat

Pada tahun 1989 pemerintah membuat kebijakan melaksanakan “cash

program” secara nasional yang memperbolehkan lulusan sekolah pendidikan

kepeawatan (SPK) untuk langsung masuk ke Progran Pendidikan Bidan yang

dikena dengan Program bidan A (PBB A). lama pendidikan na 1 tahun dan
lulusannya langsung ditempatkan di desa-desa yang kemudian disebut sebagai

bidan desa (BDD),

Namun selama bekerja didesa, tugas pokok BDD tidak hanya

melaksanakan pelayanan kebidanan, tetapi juga harus dapat melayani pengobatan

umum. Masyarakat menganggap BDD tidak hanya sebagai tenaga kesehatan yang

menolong persalinan tetapi juga sebagai tenaga promotif, preventif, dan kuratif

yang sangat diandalkan oleh masyarakat desa. Bidan di desa dianggap sebagai

ujung tombak peningkatan status kesehatan ibu dan anak di desa/masyarakat yang

mempunyai peran penting dalam pembangunan investasi dini, yaitu penanganan

kesehatan ibu hamil dan laktasi sebagai modal dasar pembangunan sumber daya

manusia (SDM). Pada awalnya BDD diangkat sebagai PNS, namun kemudian

dalam perjalanannya BDD di berikan status kontrak atau PTT sesuai dengan

kemampuan daerah setempat.

Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah

kerja. Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)

termasuk keluarga berencana (KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan kkeluarga

dan posyandu yang mencakup pemeriksaan kehamilan. KB, imunisasi, gizi dan

kesehatan lingkungan. Instruksi presiden secara llisan pada siding cabinet tahun

1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai

pelaksana KIA. Tahun 1994 merupakn ttik tolak dan koferensi kependudukan

dunia di kairo yang menekankan pada reproduksi health memperluas garapan

bidan Antara lain safe motherhood, keluarga berencana, kesehatan reroduksi

remaja, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan kesehatan reproduksi orang tua.
3. Tujuan dari Kebidanan Komunitas

Pemberian asuhann kebidanan di komunitas harus terarah atau mempunyai

tujuanyang jelas, adapun tujuan pemberian asuhan kebidanan dikomunitas sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Asuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerja bidan.

2. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung

jawab bidan.

2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalnan,

perawatan nifas dam perinatal secara terpadu.

3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,

persalinan, nifas dan perinatal.

4) Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.

5) Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat

setempat atau terkait.

Prinsip pelayanan atau asuhan kebidanan komunitas.

1) Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan

masyarkat, social, psikolgi, ilmu kebidanan, dan ilmu lainnya yang

mendukung peran bidan di komunitas.


2) Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan

martabat kemanusiaan klien.

3) Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit

analisis. Populasi bias berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,

jumlah Kepala keluarga, jumlah laki-laki, jumlah nonatus, jumlah

perempuan usia subur dalam1 RT atau 1 kelurahan kawasan

perumahan/perkantoran.

4) Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup sebagai target sasaran

pelayanan, namun perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan seperti:

PKK, kelompok ibu-ibu pengajian dan kader kesehatan.

5) Sistem pelaporan kebidanan komunitas, berbeda dengan kebidanan di

klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan

wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

a. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang

berguna untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka

meningkatkan kesehatan dan memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan

anak. Kemitraan dibentuk dengan klien, keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan

komponen tersebut sangat penting demi keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang

dilakukan kebidanan.

Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan

pengembangan komunitas. Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya


untuk mengarahkan para akademisi, pemuka masyarakat, dan pemberi pelayanan

kesehatan untuk bersama-sama mencapai perubahan. Unsur yang penting dalam

menjalin jaringan di komunitass adalah sensitivitas terhhadap aspek kultural, yang

berarti bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan presepsi masyarakat.

Secara garis besar peran bidan dalam komunitas adalah sebagai berikut :

1) Pemberi pelayanan kesehatan.

2) Pendidik.

3) Pengelola.

4) Konselor.

5) Kolaborator / koordinator.

6) Perencana.

7) Peneliti.

Sementara untu pelayanan yang bias diberikan terdapat 10 pelayanan

kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menjamin

praktik kebidanan komunitas yang komperhensif, yakni :

1) Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan

melalui pengkajian komunitas dengan menggunakan data statistk vital atau

profil risiko.

2) Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal

yang dapat membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan

melekat di komunitas.

3) Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai

issue.
4) Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi

dan memecahkan masalah kesehatan contoh, mendiskusikan dan

memfasilitasi kelompok komunitas untu promosi kesehatan.

5) Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan

kounitas individu.

6) Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan

yang melindungi dan menjamin keamanan.

7) Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan

personal yang dibutuhkan dan memastikan penyediaan layanan kesehatan

tersebut.

8) Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat

atau individu.

9) Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan

individu dan masyarakat.

10) Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan

solusi terhadap masalah kesehatan masyarakat.

Bekerja di komunitas juga tidaklah mudah, agar dapat diterima

masyarakat setidaknya seorang bidan harus memliki profil berikut:

1) Mempunyai kemampuan intelektual yang luas berkaitan dengan

kebidanan, kesehatan masyarkat dan pengetahuan social.

2) Terampil dalam teknik kebidanan.

3) Menguasai teknik pemecahan masalah kesehatan dan prioritas pemecahan

masalah kesehatan.
4) Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain

(hubungan antar manusia).

5) Luwes dan melakukan pendekatan kepada masyarakat.

6) Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif).

7) Memiliki kemampuan berorganisassi.

8) Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

Bekerja di komunitas mempunyi keunikan tersendiri. Ada beberapa

strategi umum dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas yaitu:

1) Pendekatan pada masyarakat

a) Pengenalan masyarakat (denga cara survey tentang keberadaan

masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan ibu bayi, dan anak serta

kesehatan reproduksi dengan mengikutsertakan masyarakat).

b) Bersama masyarakat menganalisis survey dan melihat masalah yang

ada di masyarakat.

c) Bersama masyarakat menentukan proritas masalah kesehatan yang

ada.

d) Penanganan masalah kesehatan bersama dengan masyarakat.

2) Pemasaran social

3) Menginformasikan pelayanan kebidanan tingkat dasar dan rujukan.

4) Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan serta

pelaksanaan program kesehatan di masyarakat.

Ruang lingkup kerja dikomunitas meliputi upaya peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pemeliharaan atau pengobatan


(kuratif), pemulihan embali (rehabilitaif), serta mengembalikan serta

memfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok masyarakat ke lingkungan

social dan masyarakatnya (resosiantitatif). Bidan dapat melakukan asuhan primer

meliputi :

1) Pencegahan penyakit

2) Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.

3) Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.

4) Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.

5) Pengobatan ringan.

6) Asuhan pada kondisi kronik.

7) Memberikan pendidikan kesehatan.

8) Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Selain memberikan asuhan primer kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang

dilakukan bidan di komunitas adalah sebagai berikut :

1) Memberikan asuhan langsung kepada individu keluarga dan kelompok

khusus.

2) Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

3) Konsultasi dan pemecahan masalah.

4) Penemuan kasus

5) Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.

6) Melaksanakan asuhhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah,

kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian

kegiatan.
7) Mengadakan koordinasi.

8) Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral.

b. Bidan Delima

Gambar 1. Bidan Delima

Arti logo bidan delima

1. Bidan merupakan petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang

berkualitas, ramah - ramah, aman-nyaman, terjangkau dalam bidang

kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan kesehatan umum dasar

selama 24 jam.

2. Delima: Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji

dan cairan manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).

3. Merah :Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan

dan pengambilan keputusan yang cepat, tepat dalam membantu

masyarakat

4. Hitam : Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam

melayani kaum perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.

5. Hati : Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih

sayang (sayang Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi

pelayanan.
Visi : Meningkatkan kualitas pelayanan untuk memberikan yang terbaik,

agar dapat memenuhi keinginan masyarakat

Misi : Bidan Delima adalah Bidan Praktek Swasta yang mampu

memberikan pelayanan berkualitas terbaik dalam bidang kesehatan

reproduksi dan keluarga berencana, bersahabat dan peduli terhadap

kepentingan pelanggan, serta memenuhi bahkan melebihi harapan

pelanggan.

Strategi yang diterapkan Bidan Delima diantaranya :

1) Menyiapkan pengelola program Bidan Delima di setiap jenjang

kepengurusan IBI.

2) Mengembangkan jaringan pelayanan Bidan Delima yang dirancang secara

sistematis sesuai dengan standar kualitas pelayanan yang baku.

3) Mensosialisasikan program Bidan Delima kepada seluruh jajaran IBI dan

Bidan Praktek Swasta dalam rangka meningkatkan minat dan jumlah

Bidan berpredikat Bidan Delima.

4) Memberikan penghargaan kepada Bidan Delima yang berprestasi.

5) Meluncurkan program pemasaran Bidan Delima untuk meningkatkan

minat masyarakat menggunakan jejaring pelayanan Bidan Delima

Untuk memonitoring dan mengevaluasi dilakukan dengan :

1) Laporan bulanan

2) Merancang Instrumen Penilaian Kualitas.

3) Monitoring lapangan untuk observasi konsistensi kualitas pelayanan Bidan

Delima
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang

ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,

dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan,

menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan

klien sebagai mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

kebidanan.

Kewenangan bidan komunitas adalah hak bidan untuk melakukan sesuatu

atau memberikan asuhan kebidanan bermutu tinggi dan komprehensif pada

keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Dalam

menjalankan praktiknya, bidan berwenang memberikan pelayanan meliputi

pelayanan kebidanan, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan kebidanan ditujukan pada ibu dan anak. Pelayanan kebidanan pada ibu

diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilann, masa persalinan, masa

nifas, menyusui dan masa antara kehamilan (periode internal). Pelayanan

kebidanan pada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak

balita, dan masa pra sekolah. Kewajiban Bidan Dalam Menjalankan


Kewenangannya : Meminta persetujuan, memberi informasi dan melakukan

rekam medis.

B. Saran

Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar

menjadi lebih baik lagi, dan kami harap pembuatan makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih

luas mengenai Kewenangan Bidan Komunitas.


DAFTAR PUSTAKA

Eka, Arsita Prasetyawati. (2011) Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Nuha


Medika; 2011.
Friedman, Marilyn M. (2012). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. 2012.
Hani, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika
Jannah, Nurul. (2010) Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: AR-RUZZ
MEDIA; 2011.
Lisnawati, Lilis. (2012). Panduan Praktis Menjadi Bidan Komunitas. Jakarta :
Tran Info Media
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/MENKES/SK/III/2007. Tentang
Standar Profesi Bidan.
Syafrudin, Hamidah (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC; 2009.
Yulifah, Rita (2011), Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai