Anda di halaman 1dari 44

PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

OLEH:

KELOMPOK 9

1. TIAS NANDA PUTRI


2. SELTI PRIYANA
3. SRI MARWA YANTI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS ST FATIMAH MAMUJU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas
“Pelayanan kebidanan komunitas” ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan  penjelasan tentang pelayanan
kebidanan dikomunitas. Semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu
menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam menyusun  makalah ini. Oleh karena itu,  kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pembina mata pelajaran
Kesehatan Masyarakat, dan  kepada pihak  yang telah membantu ikut serta
dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Mamuju, desember 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..............................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................5

C. Tujuan.......................................................................................................6

D. Manfaat penulisan...................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................8
A. PENGERTIAN KEBIDANAN KOMUNITAS DAN TUJUAN..................................8

B. PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS.......................13

C. PERORGANISASIAN PELAYANAN KEBIDANAN DIKOMUNITAS................18

D. PELAKSANAAN PELAYANAN KEBIDANAN DIKOMUNITAS........................26

E. MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN KEBIDANAN DI


KOMUNITAS................................................................................................................32

BAB III PENUTUP..........................................................................................38

A. KESIMPULAN......................................................................................38

B. SARAN....................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................41

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut
pandang yang berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai
kelompok social yang ditentukan oleh batas–batas wilayah, nilai– nilai
keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan
berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani
keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan
yang melayani keluarga dan masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam
konsep tersebut tercakup berbagai unsur.Unsur– unsur tersebut adalah
bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan
komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan,
serta factor yang mempengaruhi seperti lingkungan, masing-masing
usnur memiliki karekteristik. Pendekatan baru mengenai kualitas
pelayanan menuntut pergeseran titik tekan pelayanan kesehatan
terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi
berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini
mengharuskan pihak pengelola program untuk mengoordinasi semua
kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik,
swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes,
bidan di desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya. Praktik
bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam
melakukan tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu
kegiatan kebidanan komunitas, kegiatan praktik kerja dikelola oleh
bidan sendiri sesuai dengan kewenangannya. Dalam kegiatan praktik
ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang

1
kuallifikasi pendidikannaya lebih rendah. Bidan yang bekerja di desa
mempunyai wilayah kerja atau wilayah pelayanan. Masyarakat
yang berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan sasaran utama
pelayanan kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja aktif, tidak
menunggu pasien dating ketempat kerjanya. Bidan harus aktif memberi
pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun diluar
unit kerjanya. Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan
kesehatan masyarakat.
Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service) adalah bagian integral dari
sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah
terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau rujukan. Sehingga Pelayanan kebidanan komunitas pada
hakekatnya adalah upaya yang dilakukan oleh bidan untuk pemecahan
masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga dan
masyarakat. Menurut Syahlan (1996): bidan komuniti adalah bidan
yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Di
Indonesia istilah bidan komuniti tidak sering digunakan.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan
pada aspekaspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart
sekitar). Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
risiko tinggi dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya
yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu
dan balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan
komunitas dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan
komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan
yang diberikan dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi

2
dalam proses kelahiran. Bidan komunitas mempunyai pengetahuan
yang luas dalam segala aspek dalam kehamilan dan persalinan karena
tugasnya adalah bersama-sama perempuan sebagai partner untuk
menerima secara positif pengalaman proses kehamilan dan persalinan,
serta mendukung keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan
secara individual berdasarkan informasi yang telah diberikan. Ketika
konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967, pelayanan BKIA
menjadi bagian dari pelayanan Puskesmas. Secara tidak langsung, hal
ini menyebabkan penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di
Puskesmas tetap memberikan pelayanan KIA dan KB di luar gedung
maupun di dalam gedung, namun hanya sebagai staf pelaksana
pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan sebagai perencana dan
pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa disadari, bidan
kehilangan keterampilan menggerakkan masyarakat, karena hanya
sebagai pelaksana.
PERENCANAAN Rencana merupakan suatu pola pikir yang sistematis
untuk mewujudkan suatu tujuan dengan mengorganisasikan dan
mendayagunakan sumber yang tersedia. Jadi yang disebut dengan
perencanaan yaitu suatu proses penyusunan rencana yang
menggambarkan keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui
suatu kegiatan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan
sumber yang tersedia. Didalam suatu perencanaan memiliki tujuan
untuk menunjukkan keadaan yang akan dicapai, yaitu: keadaan yang
akan dicapai harus jelas dan dapat diukur baik kuantitas maupun
kualitas. Dalam tujuan suatu perencanaan sebaiknya dinyatakan jangka
waktu, kondisi dan tempat kegiatan. Agar kegiatan penyuluhan
kesehatan masarakat mencapai hasil yang optimal di perlukan
perencanaan yang terarah dan terencana. Yang dimaksud dengan
perencanaan dalam program promosi kesehatan adalah memperkirakan
atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam melaksanakan
pendidikan atau promosi kesehatan. Hakikatnya adalah mengatur dan

3
menetapkan unsur pelaksanaan pengajaran/pendidikan yang meliputi:
topik pelajaran, tujuan, bahan/isi, metode, dan alat serta
evaluasi/penilaian.
Salah satu bentuk perencanaan pengajaran yang paling sederhana
adalah pembuatan Satuan Pelajaran (SATPEL) atau Satuan Acara
Penyuluhan (SAP). SAP adalah program belajar mengajar dalam satuan
terkecil. pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer di Indonesia
tidak hanya dilakukan oleh sektor swasta/mandiri, namun juga
pemerintah (Puskesmas dan Rumah Sakit). Akan tetapi, pelaksaan pada
sektor pemerintah terhambat prosedur tetap yang masih harus mengacu
pada pelayanan kebidanan konvensional, sehingga pelaksanaan
pelayanan kebidanan komplementer lebih banyak dijumpai pada sektor
swasta.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari sitem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat
dilakukan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan kepada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak, serta wanita usia
reproduksi dan usia lanjut. (Kepmenkes RI,
No.369/MENKES/SK/111/2007).
Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur
secara khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer,
namun penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum telah
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-
alternatif. Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari
penerapan pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan
pelayanan kebidanan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan, defenisi pengobatan


komplementer dan alternatif adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

4
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan kualitas, keamanan
dan efektifitas yang tinggi. (Kepmenkes RI,
No.1109/Menkes/Per/IX/2007) Bagi banyak bidan dan wanita,
pelayanan kebidanan komplementer adalah pilihan untuk mengurangi
intervensi medis saat hamil dan melahirkan, dan berdasarkan
pengalaman hal tersebut cukup membantu. Namun, sebagian besar
terapi ini tidak dianggap bermakna dalam pengobatan konvensional.
(Ernst dan Watson, 2012) Hal ini disebabkan oleh kelangkaan dalam
hal bukti klinis dan informasi yang diterbitkan sehubungan dengan
efektivitas pelayanan kebidanan komplementer pada kehamilan,
persalinan dan nifas. Meskipun demikian, seperti yang telah disebutkan
dalam paragraf pertama bahwa telah tersebutkan dalam paragraf
pertama bahwa telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah dan
berbagai informasi mengenai terapi komplementer dalam kebidanan
selama satu dekade terakhir. (Ernst dan Watson, 2012).
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran
kemajuan atas obektif program,/ memantau perubahan, yang focus pada
proses dan keluaran. monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang
kita lakukan dan melibatkan pengamatan attas kualitas dari pelayanan.
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial untuk secara
sistematis menginvestigasi eektifitas program./ menilai kontribusi
program terhadap perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan
perbaikan,kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi ). Evaluasi
memerlukan desain studi terkadang membutuhkan kelompok control
atau nkelompok pembanding, melibatkan pengukuran seiring dengan
berjalannya waktu, dan melibatkan studi/penelitian khusus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pelayanan kebidanan komunitas?
2. Bagaimana Perencanaan pelayanan kebidanan di komunitas?

5
3. Bagaimana pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan di
komunitas?

4. Bagaimana pelaksanaan pelayanan kebidanan di komunitas?


5. Bagaimana monitoring dan evaluasi dalam pelayanan kebidanan di
komunitas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum Menambah pengetahuan tentang Pelayanan
kebidanan di komunitas

2. Tujuan Khusus
Setelah studi kasus diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menerapkan tentang bagaimana pelayanan
bidan di komunitas
2. Mampu memahami bagaimana perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan serta motto dan evaluasi dalam pelayanan kebidanan
di komunitas sehingga nantinya dapat menerapkan di lapangan

D. Manfaat penulisan
Penelitian ini mempunyai dua manfaat, sebagai berikut :
1. Manfaat Obyektif
Manfaat obyektif dari penelitian ini adalah bagi perkembangan ilmu
pelayanan kebidanan pada umumnya dan kebidanan pada khusunya
komunitas.

6
2. Manfaat Subyektif
a. Bagi pembaca
Memberikan gambaran tentang bagaimana pelayanan kebidanan
dikomunitas sehingga nantinya dapat juga di terapkan ketika sudah
menjadi bidan.

b. Bagi Penulis
Untuk dapat dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
Pelayanan kebidanan di komunitas

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBIDANAN KOMUNITAS DAN TUJUAN


Kebidanan/Midwifery adalah satu bidang ilmu yang mempelajari
keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong
persalinan, nifas, dan menyusui, masa interval dan pengaturan
kesuburan, klimaterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi-fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan
pada perempuan, keluarga dan komunitasnya. Selanjutnya apakah
komunitas itu ? Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang
berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari comunnis yang
berarti “sama, public, dibagi oleh semua atau banyak”. (Wenger, 2002:
4). Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 3
komponen yaitu:
1. Berdasarkan lokasi atau tempat/wilayah. Sebuah komunitas dapat
dilihat sebagai tempat di mana sekumpulan orang mempunyai sesuatu
yang sama secara geografis.
2. Berdasarkan minat.
3. Berdasarkan komunitas dapat berarti ide dasar yang dapat
mendukung komunitas itu sendiri.
Menurut Selo Soemardjan (Social Changes: 1962) istilah komunitas
dalam batas-batas tertentu dapat menunjuk pada warga sebuah dusun
(dukuh atau kampong), desa, kota, suku atau bangsa. Komunitas
merupakan suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam
kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of
common interest), baik yang bersifat fungsional maupun yang

8
mempunyai territorial. Komunitas adalah kelompok sosial yang
terbentuk berdasarkan lokalitas.
Contoh: Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk RT (Rukun
Tetangga) dan selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW
(Rukun Warga), RW membentuk Dusun, Dusun membentuk Kelurahan
atau Desa, selanjutnya desa membentuk kecamatan, kecamatan
membentuk kabupaten, kabupaten membentuk.
Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service) adalah bagian integral dari
sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah
terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau rujukan. Sehingga Pelayanan kebidanan komunitas pada
hakekatnya adalah upaya yang dilakukan oleh bidan untuk pemecahan
masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga dan
masyarakat. Menurut Syahlan (1996): bidan komuniti adalah bidan
yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Di
Indonesia istilah bidan komuniti tidak sering digunakan.
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan
pada aspekaspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart
sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan
yang bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu
dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala
seperti berikut ini.
1. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
2. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
3. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
4. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong
(daerah yang terisolir), kumuh, padat, dll.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di
atas adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi

9
masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup
perempuan di lokasi tersebut.
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang
dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan
balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas
dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat
juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan
dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses
kelahiran. Bidan komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam
segala aspek dalam kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah
bersama-sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara
positif pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung
keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan secara individual
berdasarkan informasi yang telah diberikan.
1. Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan
tujuan khusus berikut ini.
a. Tujuan umum Seorang bidan komunitas mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khusunya kesehatan
perempuan diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat mampu
mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan
masalahnya secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas
sesuai dengan tanggung jawab bidan.

10
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan
risiko kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.
d. Medukung program-program pemerintah lainnya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan
tokoh masyarakat setempat atau terkait.

2. SEJARAH KEBIDANAN KOMUNITAS DI INDONESIA


Pada tahun 1849 seiring dengan dibukanya pendidikan dokter jawa di
Batavia (di rumah sakit militer belanda sekarang RSPAD Gatot
Subroto), pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita
pribumi di Batavia oleh dokter Belanda (dr. W. Rosch). Fokus peran
bidan hanya sebatas pelayanan di rumah sakit (bersifat klinis). Pada
tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan pendidikan formal
masih pada kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit. Selain itu
bidan bertugas secara mandiri di biro konsultasi (CB) yang saat ini
menjadi poliklinik antenatal rumah sakit. Dalam peran tersebut, bidan
sudah memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas. Pada
tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan
(KTB), yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian
pemerintah mengakui bahwa peran bidan tidak hanya terbatas pada
pelayanan di rumah sakit tetapi juga meluas pada pelayanan
masyarakat, yang berbasis di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di
tingkat kecamatan. Ruang lingkup pelayanan BKIA meliputi
pelayanan antenatal (pemberian pendidikan kesehatan, nasehat
perkawinan, perencanaan keluarga); intranatal; postnatal (kunjungan
rumah, termasuk pemeriksaan dan imunisasi bayi, balita, dan remaja);
penyuluhan gizi, pemberdayaan masyarakat; serta pemberian makanan
tambahan. Pengakuan ini secara formal dalam bentuk adanya bidan

11
koordinator yang secara struktural tercatat di jenjang inspektorat
kesehatan, mulai daerah tingkat I (Propinsi) sampai dengan II
(Kabupaten). Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun
1967, pelayanan BKIA menjadi bagian dari pelayanan Puskesmas.
Secara tidak langsung, hal ini menyebabkan penyusutan peran bidan
di masyarakat. Bidan di Puskesmas tetap memberikan pelayanan KIA
dan KB di luar gedung maupun di dalam gedung, namun hanya
sebagai staf pelaksana pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan
bukan sebagai perencana dan pengambil keputusan pelayanan di
masyarakat. Tanpa disadari, bidan kehilangan keterampilan
menggerakkan masyarakat, karena hanya sebagai pelaksana.

3. PRINSIP PELAYANAN ASUHAN DAN TANGGUNG JAWAB


BIDAN
PADA PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS Prinsip pelayanan
asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.
a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien.
c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis.
Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah
Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah
balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh
bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau
1 kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran. 4. Ukuran keberhasilan
bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil kerjasama
dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader
kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll. 5. Sitem

12
pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik. Sistem
pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas
meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu,
keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk
menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang
sensitif gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan
tidak, dan hukum serta norma yang ternyata masih melanggar hak asasi
manusia.
Disamping itu, bidan harus mampu bertindak profesional dalam bentuk:
a. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan
tugas kemanusiaan sebagai bidan, dan
b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non
discriminative (tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar
prosedur kepada semua klien (perempuan, laki-laki, transgender).

B. PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS


PERENCANAAN Rencana merupakan suatu pola pikir yang sistematis
untuk mewujudkan suatu tujuan dengan mengorganisasikan dan
mendayagunakan sumber yang tersedia. Jadi yang disebut dengan
perencanaan yaitu suatu proses penyusunan rencana yang
menggambarkan keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui
suatu kegiatan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan
sumber yang tersedia. Ada beberapa dari bentuk perencanaan yaitu:
1. Perencanaan berdasarkan kurun waktu pelaksanaan
 Jangka panjang: alokasi waktu 25 tahun.
 Jangka menegah: alokasi waktu 5 tahun.
 Jangka pendek: disusun untuk kegiatan tahunan.
Upaya kegiatan komunitas di Indonesia merupakan bagian
pembangunan kesehatan.

13
Oleh karena itu perencanaan kebidanan komunitas mengikuti pada
perencanaan pembangunan tersebut.
2. Perencanaan berdasarkan wilayah
 Rencana pembangunan nasional (pusat)
 Rencana pembangunan daerah
Seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.

3. Perencanaan berdasarkan program


 Rencana pembangunan kesehatan keluarga
 Rencana penyuluhan kesehatan
 Rencana pembangunan puskesmas
Adanya proses penyusunan rencana yaitu:
a. Menentukan tujuan Menentukan tujuan berdasarkan masalah
yang telah diidentifikasi. Bila masalah yang ditemkan tersebut
banyak, maka bentuk-bentuk dari prioritasnya masalahnya
berdasarkan:
• Berdasrakan besarnya masalah
• Berdasarkan luasnya masalah
• Berdasarkan dampak masalah
• Berdasarkan besarnya akibat masalah
• Brdasarkan tingkat kemudahan dalam mengatasinya

Untuk mendukung pencapaian tujuan perlu identifikasi tentang


kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan dan untuk
menentukan tujuan suatu rencana dan strategi pelaksanaannya perlu
dipertimbangkan, sehingga:
• Kekuatan ang dimiliki (Srength)
• Peluang (Opportunity)
• Kelemahan (Wrshness)
• Ancaman (Threat)

14
Didalam suatu perencanaan memiliki tujuan untuk menunjukkan
keadaan yang akan dicapai, yaitu: keadaan yang akan dicapai harus
jelas dan dapat diukur baik kuantitas maupun kualitas. Dalam tujuan
suatu perencanaan sebaiknya dinyatakan jangka waktu, kondisi dan
tempat kegiatan.

b. Menentukan strategi Strategi pelaksanaan rencana biasanya


diungkapkan dalam kebijaksanaan dan langkahlangkah pelaksanaan
kebijaksanaan merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan.
Contohnya dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan ibu dan
anak di desa A, kebijaksanaan yang ditetapkan adalah pelayanan
kesehatan ibu dan anak diarahkan pada upaya peningkatan sumber
daya manusia, hal ini dituangkan dalam undang-undang no. 23 th
1992, hal tersebut disusun dalam langkah-langkah pelaksanaannya.

c. Menentukan kegiatan Berdasarkan kegiatan pokok disusun


program lebih rinci yang mencakup aktifitasaktifitas, dilakukan
dengan target yang akan dicapai. Rencana kegiatan secara rinci
mencakup latar belakang disusunnya rencana. Tujuan yang akan
dicapai:
 Kegiatan yang akan dilakukan
 Tempat pelaksanaan Waktu dan penjadwalan pelaksanaan
 Pelaksana yang bertanggung jawab

d. Menentukan sumber daya Menentukan sumber daya yang


dimaksud adalah tenaga, sarana, fasilitas, dana, manajemen serta
informasi.

e. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dilakukan berdasarkan rencana


yang telah ditetapkan. Rencana pelaksanaan menjabarkan program

15
atau kegiatan lebih rinci dan mencakup waktu, tempat pelaksanaan
kegiatan. Disamping itu pengawasan, pengendalian, supervisi,
bimbingan dan konsultasi dilaksanaan didalam pelaksanaan program.
Dalam kegiatan pelaksanaan juga dikembangkan sistem pencatatan
dan pelaporan kegiatan. Yang berguna sebagai bahan evaluasi dan
penyusunan rencana selanjutnya.

f. Evaluasi Pentingnya penyusunan rencana evaluasi ini adalah untuk


memudahkan pelaksanaan evaluasi bila kegiatan telah selesai.
Langkah-langkah dari evaluasi adalah sebagai berikut:
 Menetukan tujuan evaluasi Kriteria keberhasilan
pelaksanaan
 Pelaksanaan evaluasi
 Metode serta tekhnik yang digunakan.
 Perencanaan dilakukan berdasarkan pada kurun waktu
pelaksanaan, wilayah, dan program.
Kriteria keberhasilan pelaksanaan memenuhi persyaratan.:
• Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan.
• Dapat diukur.
• Berkaitan dengan program/ kegiatan yang dievaluasi.
• Dapat dipahami maksudnya.
Agar kegiatan penyuluhan kesehatan masarakat mencapai hasil yang
optimal di perlukan perencanaan yang terarah dan terencana. Yang
dimaksud dengan perencanaan dalam program promosi kesehatan adalah
memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam
melaksanakan pendidikan atau promosi kesehatan. Hakikatnya adalah
mengatur dan menetapkan unsur pelaksanaan pengajaran/pendidikan
yang meliputi: topik pelajaran, tujuan, bahan/isi, metode, dan alat serta
evaluasi/penilaian. Salah satu bentuk perencanaan pengajaran yang
paling sederhana adalah pembuatan Satuan Pelajaran (SATPEL) atau
Satuan Acara Penyuluhan (SAP). SAP adalah program belajar mengajar

16
dalam satuan terkecil. SAP harus dibuat sebelum penyuluhan dilaksnakan
dan harus ada agar tujuannya dapat diketahui dengan jelas pula. Unsur
yang terdapat di dalam perencanaan pengajaran/satpel secara garis besar
harus memenuhi unsur berikut ini.
1. Tujuan instruksional
Tujuan yang berbentuk tingkah laku atau kemampuan yang diharapkan
dapat dimiliki oleh target audience setelah proses penyuluhan
berlangsung. Tujuan instruksional terdiri dari dua jenis yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum: Menggambarkan bentuk kemampuan umum yang
diharapkan tetapi belum terukur
b. Tujuan Khusus: Menggambarakan kemampuang yang spesifik dan
terukur. Tujuan khusus merupakan jabaran dari tujuan umum

2. Bahan materi pengajaran Bahan materi secara umum. Contoh


pentingnya kalsium untuk ibu hamil.
3. Topik Isi
topik adalah penjabaran lebih spesifik dari bahan materi yang umum.
Contoh: Fungsi kalsium, Akibat kekurangan kalsium, Bahan makanan
sumber kalsium.
4. Metode dan alat bantu mengajar
Metode yang digunakan adalah sesuai dengan kondisi audiensinya.
Contoh: Mengggunakan metode eramah atau diskusi. Alat bantu yang
digunakan biasanya TOA (pengeras suara, Papan Tulis dan spidol, dan
sebagainya).

5. Evaluasi/penilaian Dilakukan pada akhir kegiatan penyuluhan: seperti


postest, dengan cara lisan maupun tulisan. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman audiensi tentang materi
penyuluhan yang disampaikan misalnya terjadi peningkatan pengetahuan,
sikap dan perilaku. Selain itu evaluasi juga dapat menilai hasil kegiatan

17
apakah sudah sesuai dengan langkah – langkah yang dijadwalkan.
Kemampuan bidan dalam menentukan prioritas masalah promosi
kesehatan, akan menjadi bahan pemikiran membuat topik/pokok bahasan
yang akan diberikan pada sasaran sesuai kebutuhan belajarnya. Maka
untuk membiasakan bidan bekerja secara profesional dan sesuai
kompetensinya melakukan asuhan kebidanan berdasarkan proses asuhan
kebidanan, cantumkanlah diagnosa masalah yang menjadi masalah/dasar
alasan/pemikiran Anda mengapa klien/sasaran tersebut diberikan
pengajaran promosi kesehatan tersebut. Kaitkanlah dengan hasil
pengkajian yang Anda dapat (sesuai karakteristik/kebutuhan belajar
sasaran agar rasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dengan demikian Anda akan dapat membuat diagnosa masalah terkait
promosi kesehatan yang akan dilakukan.

C. PERORGANISASIAN PELAYANAN KEBIDANAN DIKOMUNITAS


Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi
(manusia dan yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya
dengan personil, finansial, material dan tatacara untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah disepakati bersama (Muninjaya, 2004).

Salah satu fungsi manajerial yang berpengaruh langsung pada kepuasan


adalah pengorganisasian. Pengorganisasian (organizing) merupakan fungsi
manajemen yang mengatur proses mobilisasi dalam suatu organisasi.

18
Menurut Hubber (2006) dalam Herlambang (2012) menyatakan bahwa
pengorganisasian merupakan fungsi kedua dari fungsi manajemen setelah
perencanaan yang menggerakkan seluruh sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya (material) dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Melalui fungsi ini, manajer keperawatan akan mengatur seluruh
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang disesuaikan dengan
karakteristik pekerjaan masing-masing sehingga tujuan organisasi dapat
dicapai secara maksimal. Aspek yang dikemukakan pada pengorganisasian ini
adalah struktur organisasi, pengelompokan kegiatan, koordinasi kegiatan,
evaluasi kegiatan serta kelompok kerja.

Keberhasilan fungsi manajerial tidak terlepas dari faktor menjaga kualitas


hubungan pimpinan dengan stafnya dalam memotivasi dan meningkatkan
kepuasan staf (Nursalam, 2008). Perilaku dan kemampuan pemimpin
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja. Gruenberg (1980 dalam Mangkunegara, 2004) menyebutkan bahwa
hubungan yang akrab dan saling tolong menolong dengan teman sekerja serta
penyelia (pemimpin) adalah sangat penting dan memiliki hubungan kuat
dengan kepuasan kerja dan tidak ada kaitannya dengan keadaan tempat kerja
serta jenis pekerjaan. Disinilah peran kepemimpinan kepala ruangan sangat
penting sebagai pemimpin yang mengatur perawat dalam memberikan
pelayanan langsung pada pasien, terutama dalam menerapkan fungsi
pengorganisasian.

Keperawatan sebagai profesi bertanggungjawab meningkatkan kesehatan,


mencegah penyakit, memulihkan dan mengurangi kesakitan yang diberikan
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri
maupun bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain, sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dicapai dan ditingkatkan. Disadari bahwa
pelayanan keperawatan yang ada saat ini masih belum mencapai kualitas,
karena belum semua jenis pelayanan keperawatan memiliki standar, prosedur

19
dan kriteria tertentu baik dari segi pendidikan, pelayanan maupun kompetensi
yang diharapkan.(Simanjuntak, 2011).

Hingga saat ini, Indonesia masih kekurangan tenaga perawat. Rasio


perbandingan antara jumlah perawat dan pasien yang idealnya 1:4.000, di
Indonesia masih satu perawat bisa melayani 10.000 pasien atau bahkan lebih.
Ketua Umum Persatuan Perawat Indonesia (PPNI) Dewi Irawaty (2012)
mengatakan, beban perawat yang terlalu banyak itu akhirnya berdampak
buruk pada kualitas pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien.

Beberapa alasan yang mendukung pendapat bahwa perawat adalah komponen


penting dalam rumah sakit adalah karena perawat adalah ujung tombak
pelayanan dirumah sakit, penerima sekaligus pengantar pasien pulang rumah
sakit, personil rumah sakit yang kontak terlama dan tersering dengan pasien,
jumlah perawat terbesar. Sebelum seorang penderita mendapatkan pelayanan
dokter, maupun rumah sakit, mereka terlebih dahulu akan berhadapan dan
melakukan kontak dengan para perawat. Bahkan posisi perawat dapat
memberikan kesan pada pelayanan kesehatan ataupun pelayanan rumah sakit.
Baik buruknya keseluruhan suatu pelayanan kesehatan akan dinilai oleh
konsumen berdasarkan kesan pertama terhadap mutu pelayanan perawatnya
(Sudiro, 2012).

Saat ini perawat ada diberbagai tempat dengan berbagai peran dan
berkolaborasi dengan berbagai profesi kesehatan yang ada. Praktik
keperawatan diatur oleh pihak administrasi rumah sakit, lembaga kesehatan
diwilayah dan provinsi, serta menetapkan regulasi legal yang spesifik untuk
praktik keperawatan. Selain itu organisasi profesi keperawatan juga
menetapkan standar kerja sebagai kriteria untuk asuhan keperawatan
profesional (Mubarok dan Chayatin, 2009).

20
Kepuasan perawat adalah bagian dari rangkaian proses mutu layanan
keperawatan pada fungsi pengendalian manajemen keperawatan. Sebagai
organisasi yang bergerak dibidang jasa, rumah sakit seharusnya
memperhatikan mutu layanan karena mustahil kepuasan pasien akan optimal
jika pemberi layanan merasa tidak puas dalam bekerja. Menurut hasil survei
dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI (2006, dalam Adysetiadi,
2012) melaporkan sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di
Indonesia mengalami stress kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat
karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa
insentif memadai.

Kepala ruangan sebagai firstline manajer bisa dikatakan sebagai manajer


operasional yang merupakan pemimpin langsung mengelola seluruh sumber
daya diunit perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu.
Ditingkatan manajer jabatan kepala ruangan adalah jabatan yang penting
dalam keberhasilan layanan langsung pasien (Soejitno, 2005). Penelitian
Rahmawati (2013) hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian dan
fungsi pengawasan dengan kepuasan perawat pelaksana diruang rawat inap
RSJDAG Semarang (p<0,05).

1. Tujuan organisasi
Tujuan organisasi secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Merupakan arah akhir dimana semuan kegiatan organisasi di
arahkan
b. Sebagai bentuk kegiatan yang diperlukan sebelum menetapkan
haluan, prosedur, metode, strategi peraturan.
c. Merupakan kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang
diusahakan untuk dicapai dengan kerja sama sekelompok orang.

2. Hal yang di organisasikan yaitu:

21
Ada 2 macam hal yang diorganisasikan yaitu:
a. Kegiatan
Pengorganisasian kegiatan adalah pengaturan berbagai kegiatan
yang ada dalam rencana sehingga terbentuk satu kesatuan yang terpadu,
secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
 b. Tenaga pelaksana
Pengorganisasian tenaga pelaksana mencakup pengaturan struktur 
organisasi, susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap
tenaga pelaksana,sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada
tanggung jawabnya.
3. Proses pengorganisasian
Proses yang dimaksudkan adalah yang menyangkut pelaksanaan,
langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua
kegiatan yang
akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan, mendapatkan
 pengaturan yang sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan tersebut memiliki penanggung jawab pelaksanaannnya.
4. Hasil pengorganisasian
Hasila pengorganisasian adalah terbentuknya suatu wadah (entity) yang
 pada dasarnya merupakan perpaduan antara kegiatan yang akan
dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan
untukmelaksanakan kegiatan tersebut.
5. Prinsip pokok organisasi
Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik perlu
 pula dipahami berbagai prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi.
Prinsip pokok yang dimaksud banyak macamnya. Beberapa diantaranya
yang terpenting ialah:
a. Mempunyai pendukung
Pendukung yang dimaksud adalah setiap orang yang bersepakat
untuk membentuk organisasi. Tentu mudah dipahami bahwa

22
untuk satu organisasi yang bersifat badan usaha, pendukung yang
dimaksud di sisni termasuk juga karyawan yang bekerja di
perusahaan tersebut.
b. Mempunyai tujuan
Setiap organisasi harus mempunyai tujuan, baik yang bersi#at
umum dan ataupun yang bersiat khusus. Pada dasarnya tujuan
yang dimaksud ini adalah sesuatu yang mengikat para pendukung
yakni orangorang yang bersekutu dalam organisasi. Secara
umum disebutkan makin sesuai tujuan organisasi dengan tujuan
 para pendukung, maka makin kokoh lah ikatan persekutuan
antara para pendukung. Agar organisasi dapat berfungsi
sebagaimana yang diharapkan maka tujuan organisasi ini haruslah
dipahami oleh semua pihak yang berada dalam organisasi.
c. Mempunyai kegiatan
Agar tujuan organisasi dapat dicapai, diperlukan adanya berbagai
kegiatan. Suatu organisasi yang baik adalah apabila organisasi
tersebut memiliki kegiatan yang jelas dan terarah. Secara umum
disebutkan, makin aktif suatu organisasi melaksanakan
kegiatannya, maka baik pula lah organisasi tersebut. Sama halnya
dengan tujuan, maka kegiatan ini haruslah dipahami oleh semua
pihak yang berada dalam organisasi.
d. Mempunyai pembagian tugas
Yang dimaksud dengan kegiatan organisasi pada dasarnya adalah
kegiatan yang dilakukan oleh para pendukung organisasi. Agar
kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik, perlu diatur
pembagian tugas antara para pendukung.
Secara umum disebut organisasi dinilai suatu organisasi yang
baik, apabila setiap tugas yang ada dalam organisasi tersebut
dapat dibagi habis antar para pendukung untuk selanjutnya setiap
pendukung tersebut mengetahui serta dapat melaksanakannya
setiap tugas dan tanggung jawab masing-masing. Prinsip

23
pembagian tugas ini dalam organisasi dikenal dengan nama
prinsip bagi habis tugas.
e. Mempunyai perangkat organisasi
Agar tugas-tugas yang dipercayakan kepada pendukung dapat
terlaksana, diperlukan adanya perangkat organisasi yang popular
disebut dengan satuan organisasi. Satuan organisasi banyak
macamnya, yang jika ditinjau menurut tugas, tanggung jawab
serta wewenang yang dimiliki dapat dibedakan atas beberapa
macam. Mulai dari yang bersifat pengarah dan penentu kebijakan
sampai dengan yang bersifat pelaksana kegiatan. Tentu mudah
dipahami setiap organisasi ini harus dimiliki fungsi dan
wewenangnya yang jelas. Prinsip memiliki fungsi yang seperti ini
dalam organisasi dikenal dengan nama prinsip fungsional.
f. Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang
Karena peranan yang dimiliki oleh setiap satuan organisasi tidak
sama, perlu diatur pembagian dan pendelegasian wewenang untuk
setiap satuan organisasi. Secara umum disebutkan, wewenang
suatu organisasi pimpinan semestinya hanya bersifat memutuskan
hal-hal yang bersifat penting saja. Sedangkan wewenang
pengambilan keputusan yang bersifat rutin harus didelegasikan
kepada suatu organisasi yang lebih bawah. Prinsip pendelegasian
wewenang yang seperti ini dikenal dengan nama prinsip
pengecualian.
g. Mempunyai kesinambungan kegiatan,kesatuan perintah dan arah
Agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, kegiatan yang
dilaksanakan oleh suatu organisasi bersifat kontinu, fleksibel serta
sederhana. Selanjutnya untuk  menjamin kegiatan yang
dilaksanakan oleh setiap perangkat organisasi sesuai dengan yang
telah ditetapkan yakni dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, perlu ada prinsip kesatuan perintah serta kesatuan arah
yang semuanya harus dapat membentuk suatu hubungan mata

24
rantai yang tak terputus. Sebab, apabila tidak demikian halnya,
akan menyebabkan tujuan organisasi akan sulit dicapai.

6. Manfaat pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi organisasi, seorang menajer
akan dapat mengetahui:
a.Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b.Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam
organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
c. Pendelegasian wewenang
d. Pemanfaatan sta dan fasilitas fisik.
7. Langkah-langkah pengorganisasian
a .Tujuan organisasi harus dipahami. Tujuan organisasi sudah
disusun pada saat fungsi perencanaan.
 b. Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
pokok untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang
mengemban tugas pokok organisasi sesuai dengan "isi dan misi
organisasi untuk itu membagi tugas pokok pada staf yang ada.
dari sini akan muncul gagasan pengembangan bidang-bidang,
seksi-seksi dan sebagainya sesuai dengan kegiatan pokok.
c. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang
prkatis. Pembagian tugas pokok ke dalam elemen kegiatan harus
mencerminkan apa yang harus dikerjakan oleh staf.
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan dan
menyediakan fasilitas  pendukung yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas nya. Pengaturan ruangan dan dukungan
alat-lat kerja adalah salah satu contohnya.
e. Penugasan personel yang cakap yang memilih dan menempatkan
staf yang dianggap mampu melaksanakan tugas. bagian ini
penting dipahami oleh manajer personalia pada saat mengangkat

25
atau memilih staf pejabat atau yang akan melaksanakan tugas-
tugas tertentu organisasi.

f. Mendelegasikan wewenang, tugastugas sta# dan mekanisme


pelimpahan wewenang dapat diketahui melalui struktur
organisasi yang dianut. untuk organisasi seperti puskesmas yang
mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup
kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerja sama yang
sifatnya integrati perlu diterapkan. contohnya: kegiatan
imunisasi. Staf puskesmas yang diberikan kewenangan
mengoordinasi kegiatan imunisasi hanya satu, tetapi sasaran
kelompok penduduk dan wilayah kerjanya cukup luas. untuk
melaksanakan kegiatan ini, staf lain diberikan tugas dan
wewenang membantu melaksanakan kegiatan imunisasi tersebut
sehingga semua penduduk sasaran dapat diberikan pelayanan
imunisasi secara efisien dan efektif.

D. PELAKSANAAN PELAYANAN KEBIDANAN DIKOMUNITAS


Paradigma pelayanan kebidanan saat ini telah mengalami pergeseran. Selama
satu dekade ini, asuhan kebidanan dilaksanakan dengan mengkombinasikan
pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer, serta telah menjadi
bagian penting dari praktek kebidanan. (Harding dan Foureur, 2009).

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari sitem pelayanan


kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi dan rujukan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak, serta wanita usia reproduksi dan usia
lanjut. (Kepmenkes RI, No.369/MENKES/SK/111/2007).

26
Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur secara
khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, namun
penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum telah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
pengobatan komplementer-alternatif. Pelayanan kebidanan komplementer
merupakan bagian dari penerapan pengobatan komplementer dan alternatif
dalam tatanan pelayanan kebidanan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan, defenisi pengobatan


komplementer dan alternatif adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan kualitas, keamanan dan
efektifitas yang tinggi. (Kepmenkes RI, No.1109/Menkes/Per/IX/2007) Bagi
banyak bidan dan wanita, pelayanan kebidanan komplementer adalah pilihan
untuk mengurangi intervensi medis saat hamil dan melahirkan, dan
berdasarkan pengalaman hal tersebut cukup membantu. Namun, sebagian
besar terapi ini tidak dianggap bermakna dalam pengobatan konvensional.
(Ernst dan Watson, 2012) Hal ini disebabkan oleh kelangkaan dalam hal bukti
klinis dan informasi yang diterbitkan sehubungan dengan efektivitas
pelayanan kebidanan komplementer pada kehamilan, persalinan dan nifas.
Meskipun demikian, seperti yang telah disebutkan dalam paragraf pertama
bahwa telah tersebutkan dalam paragraf pertama bahwa telah terjadi
peningkatan tajam dalam jumlah dan berbagai informasi mengenai terapi
komplementer dalam kebidanan selama satu dekade terakhir. (Ernst dan
Watson, 2012).

Dari beberapa informasi yang peneliti peroleh, pelaksanaan pelayanan


kebidanan komplementer di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh sektor
swasta/mandiri, namun juga pemerintah (Puskesmas dan Rumah Sakit). Akan
tetapi, pelaksaan pada sektor pemerintah terhambat prosedur tetap yang masih

27
harus mengacu pada pelayanan kebidanan konvensional, sehingga
pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer lebih banyak dijumpai pada
sektor swasta.

a. pelaksanaan di tingkat provinsi


Langkah-langkah atau urutan yang dilaksanakan meliputi:
a). perttemuan orientasi
pertemuan ini merupakan pertemuan dengan tujuan:
1). Menyamakan persepsi mengenai PWS KIA
2). Menentukan kebijakan dalam pelaksanaan PWS KIA
3). Merencanakan fasilitas tingkat kabupaten/kota dan puskesmas
4). Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan pelaksanaan proses
yang perlu dilakukan dalam penerapan monitoring dan evaluasi
dimulai langkah-langkah sosialisasi, fasilitasi, dan evaluasi yang
diikuti dengan tindak lanjut sesuai kebutuhan.
pihak yang terlibat meliputi:
(a). subdinas/bidang yang menangani KIA dari dinas kesehatan
propinsi dan kabupaten kota.
(b). subdinas/bidang yang menangani KIA dari dinas kesehatan
propinsi dan kabupaten kota
(c). subdinas/bidang yang menangani pengendalian penyakit dari
dinas kesehatan propinsi dan kabupaten kota.
b) pertemuan sosialisasi
focus pertemuan ini adalah untuk lintas sector di tingkat propinsi,
dengan tujuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA, menyepakati peran
lintas sector dalam PWS KIA dan menyusun mekanisme pemantauan
kegiatan.
Pihak yang terlibat meliputi:
(a) Dinas kesehatan 2) BAPPEDA
(b) Dinas Pembangunan Masyarakat Desa

28
(c) Biri PP dan KB c. Fasilitasi Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan bantuan teknis berupa kunjungan ke lapangan atau
pertemuan di kabupaten/kota dan puskesmas. petugas propinsi
dibekali untuk dapat memfasilitasi petugas kesehatan kabupaten/kota
dan puskesmas.
(d) Peserta terdiri dari unsur-unsur lain dari dinas kesehatan
kabupaten/kota seperti: Gizi, Imunisasi, Yankes, Yanfar, P2PL dan
lain-lain. setiap kali fasilitasi sebaiknya peserta 30 orang.
Materi fasilitasi:
1) Pedoman PWS KIA
2) Kebijakan program KIA
3) Pedoman pelayanan kebidanan dasar
4) Perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiaatan
Evaluasi/Tindak lanjut kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemajuan
cakupan program KIA dan merencanakan kegiatan tindak lanjut.

b) Pelaksanaan PWS KIA di tingkat Kabupaten


pertemuan yang diperlakukan di tingkat kabupaten/kota adalah
pertemuan intern kesehatan yang dihadiri oleh para kepala saksi
terkait dilingkungan dinas kesehatan/kota,serta puskesmas dan
pertemuan lintas sector yang dihadiri oleh sector terkait ditingkat
kabupaten dan kecamatan.
pertemuan Ini bertujuan memberikan informasi mengenai PWS KIA,
rencana yang akan dilakukan dan peran masing-masing yang
diharapkan.
Langkah-langkah atau urutan yang dilaksanakan meliputi:
a) pertemuan reorlentasi
pertemuan ini merupakan pertemuan dengan tujuan:
(a) Menyamakan presepsi mengenai PWS KIA
(b) Sosialisasi kebijakan kabupaten/kota dalam pelaksanaan PWS
KIA

29
(c) Merencanakan asilitas ke desa
(d) Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
Pihak yang terlibat meliputi:
(a) bidan desa
(b) bidan coordinator
(c) Pengelolaan program KIA
(d) Kepala puskesmas
(e) Petugas gizi
(f) P2PL
(g) Data Operator
(h) Farmasi
b) Pertemuan sosialisasi
Fokus pertemuan ini adalah untuk lintas sector tingkat kecamatan dan
desa, dengan tujuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA, menyepakati
peran lintas sector dalam PWS KIA dan menyusun mekanisme
pemantauan kegiatan.
pihak yang terlibat meliputi:
(a) Puskesmas
(b) Camat
(c) kepala desa
(d) Dewan kelurahan
(e) LKMD
(f) PKK
(g) Koramil
(h) Polsek
c) Memasilitasi bidan desa
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan teknis berupa
kunjungan ke lapangan atau pertemuan di desa.
petugas puskesmas memfasilitasi bidan di desa dan lintas sector
terkait.
Materi fasilitasi:

30
(a) Pedoman PWS KIA
(b) Pedoman pelayanan kebidanan dasar
(c) Kebijaksanaan program KIA
(d) Perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kegiatan
Implementasi PWS KIA puskesmas
puskesmas melaksanakan kegiatan PWS KIA melalui pengumpulan,
pengolahan, analisis, penelusuran, dan pemanfaatan data PWS KIA
termasuk dalam implentasi PWS KIA di puskesmas adalah
pemanfaatan PWS KIA dalam loka karya mini, pertemuan bulanan
kecamatan,dan musrenbangcam/kel
Tindak lanjut kegiatan ini bertujuan untuk menindak lanjuti hasil-hasil
pembahasan implementasi PWS KIA di tingkat puskesmas.
c. Pelaksanaan PWS KIA ditingkat Desa
Langkah-langkah urutan pelaksanaan meliputi:
(a) Implementasi PWS KIA oleh bidan di desa. bidan di desa
melaksanakan kegiatan PWS KIA melalui pengumpulan,
pengolahan, analisis, penelusuran dan pemnfaatan data PWS KIA
sesuai dengsn yang diterangkan pada pembahasan sebelumnya.
Termasuk dalam implantasi PWS KIA di tingkat desa adalah
pemanfaatan PWS KIA untuk dibahas dalam lokakarya mini
puskesmas, pertemuan bulanan desa dan musrenbangdes.
(b) Tindak lanjut kegiatan ini bertujuan untuk menindaklanjuti hasil-
hasil pembahasan implemantasi PWS KIA di tingkat peskesmas
desa.
(c) Pemantauan dan pelaporan
Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui laporan
kegiatan PWS KIA bulanan dengan melihat kelengkapan data PWS
KIA berikut dengan:
(1) Hasil analisis Indikator PWS KIA, antara lain: grafik hasil
cakupan ,hasil penelusurn dan lain-lain.
(2) Rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana kegiatan..

31
E. MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN KEBIDANAN
DI KOMUNITAS
1. pengertian monitoring dan evaluasi
a. Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan
pengukuran kemajuan atas obektif program,/ memantau
perubahan, yang focus pada proses dan keluaran. monitoring
melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan
melibatkan pengamatan attas kualitas dari pelayanan.
b. Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial untuk secara
sistematis menginvestigasi eektifitas program./ menilai kontribusi
program terhadap perubahan (Goal/objektif) dan menilai
kebutuhan perbaikan,kelanjutan atau perluasan program
(rekomendasi ). Evaluasi memerlukan desain studi terkadang
membutuhkan kelompok control atau nkelompok pembanding,
melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu, dan
melibatkan studi/penelitian khusus.
2. pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelayanan kebidanan di
komunitas
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan monitoring
dan evaluasi pelayanan kebidanan di komunitas adalah register
kohort.
a. pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil,bulin,ibu
nifass,neonatal, bayi,dan balita
b. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang
terdeteksi dari data bidan.\

32
c. Jenis Register kohort
1) Register kohort ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil
dan bersalin, serta keadaan/resiko yang di punyai ibu yang di
organisir sedemikian rupa yang pengoleksiannya melibatkan kader
dan dukun bayi di wilayahnya setiap bulan yang mana informasi
pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru
lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
2) Register kohort bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk
neonatal.
3) Register kohort balita
Merupakan sumber data pelayanan balita, umur 12 bulan sampai
dengan 5 tahun.
pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh
komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui
situasi serta dari keadaan masyarakat tersebut. Sumber daya
masyarakat itu adalah kader dan dukun bayi serta tokoh
masyarakat. bersama-sama dengan bidan desa, pendataan ibu
hamil,ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita dapat dilakukan.
Dengan mendata mendata seluruh ibu hamal yang ada di suatu
komunitas tanpa terlewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun
bayi kemudian bidan desa memasukkan data seluruh ibu hamil
kedalam kohort yang telah disediakan puskesmas, sehingga data
yang dimiliki desapun ada di puskesmas.
Dengan puskesmas juga memilika data dasar, bidan desa dan
puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat
memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada di daerah
tersebut.

33
Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa
memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah
ibu hamil tersebut mempunyai actor resiko atau tidak sehingga
dapat menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.

4) Cara pengisian kohort


a) Kohort ibu

KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut
2 Diisi nomor indeks dari family folder
3 Diisi nama ibu hamil
4 Diisi nama suami Ibu hamil
5 Diisi alamat ibu hamil
6 Diisi umur ibu hamil
7 Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama
dalam minggu/ tanggal HPL
8 Faktor resiko: diisi v ( rumput ) untuk umur ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
9 Paritas siisi gravid
10 Diisi bila jarak umur kehamilan<2 tahun
11 Diisi bila BB ibu <45 kg, lila<23,5cm
12 Diisi bila TB ibu <145cm
13 sd 17 Resiko tinggi: diisi dengan tanggal ditemukan ibu
hamil dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan
ditulis hasil pemeriksaannya,
18 Pendeteksiaan faktor resiko: diisi tanggal
ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh
petugas kesehatan.
19 Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko
tinggi oleh non NAKES,
20 sd 22 Diisi tanggal imunisasi sesuai dengan statusnya.
23 sd 34 Diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian
sebagai berikut:
K I: Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan
dimana saja pada kehamilan 1s/d 5 bulan dengan
rambu-rambu O dan secara langsung juga akses

34
dengan rambu-rambu 0
K4: kunjungan ibu hamil yang ke empat kalinya ,
untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1-
2 atau 0-2-2 dangan rambu ∆perhatian: K4 tidak
boleh pada usia kehamilan 7 bulan pada ibu hamil
pertama kunjungan, pada usia kehamilan 5 bulan
pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harys
berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan
K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota,
dan pada akhir keamilannya periksa di wilayah
kita karena untuk melahirkan dan penduduk
setempoat bisa mendapatkan K1,K4 dan sekaligus
Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukkan
pemeriksaan dengan jelas Akses: kontak pertama
kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang
usia kehamilan dengan rambu-rambu O
35 Penolong persalinan, diisi tanggal penolong
persalinan tenaga kesehatan
36 Diisi tanggal bila yang menolong bukan NAKES
37 Hasil akhir kehamilam: Abortus diisi tanggal
kejadian abortus
38 Diisi lahir mati
39 Diisi BB bila BBL<2500gram
40 Diisi BB bila BBL>2500gram
41 Keadaan ibu bersalin, diberi tanda v bila sehat
42 Dijelaskan sakitnya,
43 Diisi sebab kematiannya
44 Diisi v (Rumput)
45 Diisi apabila pindah, atau yang perlun di
terangkan.

b) Kohort Bayi

35
KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut sebaiknya nomor urut bayi
disesuaikan dengan nomor urut ibu pada register
kohort ibu
2 Diisi nomor indeks family folder
3 sd 7 3 sd 7 jelas
8 Diisi angka berat bayi lahir dalam gram
9 sd 10 Diisi tanggal pemeriksaan neonatal ole tenaga
kesehatan.
11 Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh
petugas kesehatan
12 sd 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu
gizi yaitu : N = Naik, T= turun, R= bawah garis
titik┐= titik (BGT) , BGM= Bawah garis merah,
24 sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat imunisasi
36 Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal
37 Diisi penyebab kematian bayi tersebut
38 Diisi bila pindah atau ada kolom yang perlu
keterangan.

c) Kohort balita

KOLOM PENGISIAN
1 Diisi nomor urut, sebaiknya nomor urut bayi
disesuaikan dengan nomor urut ibu pada register
kohort ibu.
2 Diisi nomor indeks family folder
3 sd 7 3 sd 7 jelas
8 sd 31 Diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu
gizi
32 sd 35 Diisi tanggal pemberian vit A bulan februari dan
agustus
36 Diisi tanggal bila ditemukan sakit
37 Diisi penyebab sakit
38 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat imunisasi
39 Diisi tanggal bayi ditemukan meniggal

36
40 Diisi sebab meninggal
41 Diisi bila ditemukan kelainan tumbuh kembang
42 Diisi bila ada keterangan penting tentang balita
tersubut.

Setiap bulan data di kohort direkap kedalam suatu laporan yang


disebut dengan PWS KIA atau pemantauan wilayah setempat yaitu
alat menajemen program KIA untuk menmantau suatu wilayah
(puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan
tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan
pelayanan KIA nya masih rendah.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan
komunikasi kepada sector terkait, khusuhnya pamong setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan
pelayanan KIA dan membantu memecahkan maslah nonteknis,
sehingga semua maslah ibu hamil dapat ditangani secara memadai,
yang pada akhirnya AKI dan AKB akan turun sesuai harapan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko

37
tinggi dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Kewenangan bidan komunitas adalah bidan komunitas adalah hak
bidan untuk melakukan sesuatu atau memberikan asuhan kebidanan
bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok, dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat. Dalam menjalankan
praktiknya, bidan berwenang memberikan pelayanan meliputi pelayanan
kebidanan, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan kebidanan ditujukan pada ibu anak. Pelayanan kebidanan pada
ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilann, masa
persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara kehamilan (periode
internal). Pelayanan kebidanan pada anak diberikan pada masa bayi baru
lahir, masa bayi, masa anak balita, dan masa pra sekolah.
 Kewajiban Bidan Dalam Menjalankan Kewenangannya : Meminta
persetujuan, memberi informasi dan melakukan rekam medic.
Perencananaan pelayanan kebidanan adalah suatu proses
mempersiapkansecara sistimatis kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan dalan manajemen pelayanan
kebidanan merupakan bagian dari administrasi kesehatan,yang mana
terdiri atas beberapa unsur pokok yaitu: input, proses, output, effect, dan
outcome. Untuk membuat perencanaan kita harus mengetahui Why:
Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan, dengan penjelasan yang jelas.
What: Apa tujuanyang ingin dicapai, How: Bagaimana cara
mengerjakannya, Who: siapa yang akan mengerjakan, dan sasarannya
harus jelas, What kind of support : Sumber daya pendukung,
Where: di mana kegiatan akan dilakukan tertera jelas,
When:Kejelasan waktu untuk melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan.
Jika perlu ditambah dengan which: Siapa yang terkait dengan kegiatan
tersebut (lintas sektor walaupun lintas program yang terkait)

38
.Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan
danmengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok
dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan dalam
rangka mencapaitujuan organisasi.
Perencanaan yaitu suatu proses penyusunan rencana yang
menggambarkan keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui suatu
kegiatan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang
tersedia.
Upaya kegiatan komunitas di Indonesia merupakan bagian pembangunan
kesehatan. Oleh karena itu perencanaan kebidanan komunitas mengikuti
pada perencanaan pembangunan tersebut.
Pelaksanaan atau actuating merupakan setelah perencanaan dan
pengorganisasian maka perlu mewujudkan perencanaan tersebut dengan
menggunakan organisasi yang terbentuk berarti ini merupakan rencana
tersebut dilaksanakan (IMPLEMENTATING) atau diaktuasikan
(actuating).
Pelaporan merupakan catatan yang memberikan informasi tentang
kegiatan tertentu dan hasilnya yang disampingkan ke pihak yang
berwenang atau berkaitan terhadap kegiatan tersebut.
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang
dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan
balita dalam keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas
dilakukan diluar rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat
juga merupakan bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan
dirumah sakit dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses

39
kelahiran. Bidan komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam
segala aspek dalam kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah
bersama-sama perempuan sebagai partner untuk menerima secara
positif pengalaman proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung
keluarga agar dapat mengambil keputusan atau pilihan secara individual
berdasarkan informasi yang telah diberikan.

B. SARAN
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masi jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritiknya,
agar menjadi lebih baik lagi dan kami harap pembuatan makalah ini
dapat membarikan manfaat bagi para pembacadan pengetahuan
wawasan yang lebih luas mengenai pelayanan kebidanan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Asuhan Kebidanan-Komunitas_SC.pdf

http://repo.unand.ac.id/22762/1/editkebidanan%20komunitas%20lusiana
%20edit.pdf

40
https://pdfcoffee.com/pengelolaan-pelayanan-kebidanan-komunitas-
perencanaan-pdf-free.html

http://repository.poltekkesmanado.ac.id/388/1/Buku%20Asuhan
%20Kebidanan%20Komunitas.pdf

https://www.academia.edu/37985892/PERENCANAAN_DAN_PENGO
RGANISASIAN_PELAYANAN_KEBIDANAN

41

Anda mungkin juga menyukai