POSYANDU BALITA
OLEH:
KELOMPOK IV
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi
Wasa atas berkat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Posyandu Balita pada mata kuliah Komunitas di Stikes Wira Medika ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
sehingga dapat terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, sehingga kami dapat
menyempurnakan makalah ini untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar bisa lebih
baik lagi.
“Om Santih, Santih, Santih, Om”
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam
penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan memperkuat dukungan
pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat,
termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Peningkatan kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi pelayanan
posyandu yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, pemberantasan
penyakit menular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi serta adanya
penimbangan balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui,
pasangan usia subur dan balita. Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan
dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan.
Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah
kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau
5 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pendaftaran; (2) Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian
Kartu Menuju Sehat (KMS); (4) Penyuluhan; dan (5) Pelayanan kesehatan sesuai
kewenangannya (Depkes RI, 2006).
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami konsep dari posyandu balita
b. Untuk mengetahui hal-hal yang berkontribusi mengenai ketidakberhasilan
posyandu balita.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai posyandu balita.
2
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam praktik keperawatan komunitas.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.2 Sasaran
4
2.3 Tujuan
a. Bagi Masyarakat
Menurut Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) manfaat posyandu bagi
masyarakat adalah:
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi anak balita dan ibu.
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau
gizi buruk.
3. Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A.
4. Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta
imunisasi tetanus toxoid (TT).
5. Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah.
6. memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan
anak.
7. apabila mendapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas
menyusuidapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
5
8. dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan anak balita.
b. Bagi Kader
Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) mengidentifikasi manfaat Posyandu bagi
kader antara lain:
1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
2) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak balita
dan kesehatan ibu.
3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam
bidang kesehatan.
4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.
c. Bagi Puskesmas
Menurut Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat posyandu
bagi puskesmas adalah:
1. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama,
2. dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat,
3. Meningkatkan efesiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian pelayanan
terpadu.
d. Bagi Sektor lain
Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat posyandu bagi
sektor lain adalah:
1. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor
terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai
kondisi setempat.
2. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.
6
2.5 Jenis-Jenis Posyandu
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes RI 2006,
posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu :
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya
kegiatan rutin bulanan posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat
pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk
perbaikkan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah
kader.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali pertahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau
lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50 %.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikkan peringkat adalah meningkat
cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta
lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan posyandu.
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali pertahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang
atau lebih. Cakupan utamanya > 50 % serta mampu menyelenggarakan
program tambahan serta telah memproleh sumber pembiayaan dari data sehat
yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang
dari 50 % KK di wilayah kerja posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat meaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali pertahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau
lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50 % mampu menyenggarakan
program tambahan serta telah memproleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50 % KK yang bertempat
tinggal di wilayah kerja posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat
7
pembinaan termasuk pembinaan dana sehat sehingga terjamin
kesinambungannya.
Menurut Depkes RI (2011), kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan
kegiatan pengembangan atau pilihan. Secara rinci kegiatan utama Posyandu adalah
sebagai berikut:
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan
atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid,
pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca
pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader.
Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan
Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai
dengan kesepakatan.
2. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:
Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera
setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul
pertama).
Perawatan payudara.
Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh
petugas pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan
8
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
3. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.
Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang
terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant (Depkes RI, 2011).
4. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program
terhadap bayi dan ibu hamil (Depkes RI, 2011). Menurut Syarifuddin,
Theresia, dan Jomima (2009), survey epidemiologi untuk menemukan kasus
penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk memberikan perlindungan
kepada kelompok-kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah terjadi
penularan penyakit seperti TBC, tetanus, difteri, batuk rejan (pertusis), folio
nyelitis, campak dan hepatitis B.
5. Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader
Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan,
deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi,
pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet
Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang
berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis
merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
6. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan
melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan
diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
Menurut Meilani, (2011), pada saat dikenal beberapa kegiatan
tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain: 1) Bina Keluarga
Balita (BKB), 2) Kelompok peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA), 3)
9
Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB),
misalnya ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak, difteri, pertusis,
tetanus neonatorum, 4) Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD), 5) Usaha
Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD), 6) Penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman (PAP-PLP), 7) Program diversifikasi
tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), 8) desa siaga, 9) Pos Malaria desa (Polmades), 10) Kegiatan Ekonomi
produktif, seperti Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha
simpan pinjam, 11) Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat
(Tabumas).
10
diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke
tempat penimbangan.
2) Pendaftaran Ibu Hamil
a) Ibu hamil didaftarkan dalam formulir catatan untuk ibu hamil.
b) Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke
meja 4 untuk mendapatkan pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan
oleh petugas kesehatan di meja 5.
c) Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik
kertas, dan ibu menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas
kesehatan di meja 5.
Kegiatan di Meja 2
a) Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat badan anak
dicatat pada secarik kertas yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini
kembali ke dalam KMS.
b) Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilahkan menu meja 3 yaitu
meja pencatatan.
Kegiatan di Meja 3
a) Buka KMS balita yang bersangkutan.
b) Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya.
c) Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada
KMS. Bila ada kartu kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu
tersebut, setelah anak ditimbang tuliskan titik berat badannya pada titik
temu garis tegak dengan garis datar.
Kegiatan di Meja 4
a) Diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil
dengan resiko tinggi, WUS yang belum mengikuti KB.
b) Penyuluhan kesehatan untuk semua balita, mintalah KMS anak,
perhatikan umur dan hasil penimbangan pada bulan ini. Ibu balita
diberikan penyuluhan pentingnya menimbang balita setiap bulan untuk
mengetahui pertumbuhan balita, pentingnya ASI saja (Asi Eksklusif)
sampai anak umur 6 bulan, pentingnya pemberian makanan
pendamping ASI bagi anak berumur di atas 6 bulan, pentingnya ibu
11
memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun, pentingnya imunisasi
lengkap untuk pencegahan penyakit.
Kegiatan di Meja 5
a) Pemberian imunisasi.
b) Jenis imunisasi.
c) Pemeriksaan kehamilan.
d) Pengobatan.
e) Pelayanan kontrasepsi IUD, Suntik, Pil KB, dan Kondom.
A. Posyandu
1. Kader
Kendala-kendala yang dapat menganggu pelaksanaan Posyandu karena faktor
kader adalah:
a. Kurangnya kader.
b. Banyak terjadi angka putus (drop-out) kader.
15
c. Kepasifan dari pengurus Posyandu karena belum adanya pembentukan
atau resuffle pengurus baru dari kegiatan tersebut.
d. Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS).
e. Sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap.
f. Kader Posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan
atau training sehingga kemampuan teknis gizi para kader yang aktif tidak
memadai. Hal ini mengakibatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita tidak dapat dilakukan secara optimal sehingga upaya pencegahan
timbulnya kasus gizi kurang dan buruk menjadi kurang efektif.
g. Kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan konseling dan
penyuluhan gizi menjadi macet. Akhirnya balita yang datang hanya
ditimbang, dicatat/dituliskan hasil penimbangannya di KMS atau buku
KIA tanpa dimaknakan kemudian mengambil jatah PMT dan pulang.
Balita yang sudah selesai mendapatkan imunisasi lengkap tidak mau
datang lagi ke Posyandu, karena merasa tidak memperoleh manfaat apa-
apa.
2. Ketersediaan Dana
16
d. Kurang kelengakapan untuk pelaksanaan KIE seperti buku-buku yang
berkaitan dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet, lembar balik,
modul, dan lain-lain.
e. Kurangnya kelengkapan alat ukur dan timbangan.
f. Sarana dan peralatan yang ada dipuskesmas dan Posyandu masih kurang.
B. Masyarakat
Kegunaan KMS
1) Bagi Orang Tua Balita
Jika orang tua rutin setiap bulan melakukan penimbangan di posyandu atau di
sarana kesehatan lainnya, maka mereka dapat mengetahui status pertumbuhan
anaknya dan dapat melakukan antisipasi pencegahan jika kurva pertumbuhan
sudah mulai menunjukkan penurunan. Disamping itu, orang tua juga bisa
mengetahui kapan seharusnya anak mendapatkan imunisasi atau pemberian
kapsul vitamin A selanjutnya.
2) Bagi Kader Posyandu
KMS digunakan oleh kader sebagai media untuk penyuluhan kepada ibu-ibu
balita, serta indikator untuk merujuk si anak jika kurva pertumbuhan berada di
bawah garis merah (BGM) untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.
3) Bagi Petugas Kesehatan
KMS menjadi media yang efektif dan cepat bagi petugas kesehatan untuk
mengetahui pelayanan kesehatan apa saja yang sudah didapatkan oleh si anak,
khususnya pemberian imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A. KMS juga
bisa digunakan oleh petugas kesehatan untuk melakukan edukasi ke ibu
tentang pemberian makanan bergizi untuk meningkatkan status gizi anak.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
Jakarta.
Depkes RI. 2009. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Direktorat Bina Gizi Keluarga,
Jakarta.
Karwati, Pujiati, Dewi & Mujiwati, Sri. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas).
Jakarta : Trans Info Media (TIM).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju
Keluarga Sadar Gizi. Direktorat Bina Gizi.
20