Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


DISRITMIA

Disusun oleh: kelompok II

1. Rista aguskurdani
2. Ade irma sulastri
3. Muhajirin
4. Ambara ganda putra
5. Suciyati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TA. 2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kep dan teman–teman semua
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur perspsi sensori Program
Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.

Mataram, 20 Oktober 2016.

Kelompok II

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
1. Tujuan umum .......................................................................................1
2. Tujuan khusus ......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................2

A. Definisi disritmia ......................................................................................2


B. Klasifikasi disritmia ...................................................................................2
C. Etologi disritmia..........................................................................................4
D. Patofisiologi disritmia.................................................................................4
E. Manifestasi klinis disritmia.........................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang disritmia...............................................................6
G. Penatalaksanaan disritmia...........................................................................7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DISRITMIA..............................

A. Pengkajian ..................................................................................................8
B. Diagnosa ....................................................................................................9
C. Intervensi ....................................................................................................9
D. Evaluasi ...................................................................................................15

BAB IV PENUTUP...................................................................................................18

A. Kesimpulan ..............................................................................................18
B. Saran ........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yang


menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia.

Sistem kardiovaskuler mencakup jantung, sirkulasi atau peredaran darah dan


keadaan darah, yang merupakan bagian tubuh yang sangat penting karena merupakan
pengaturan yang menyalurkan O2 serta nutrisi ke seluruh tubuh. Bila salah satu organ
tersebut mengalami gangguan terutama jantung, maka akan mengganggu semua
sistem tubuh.

Disritmia merupakan salah satu gangguan dari sistem kardiovaskuler.


Disritmia adalah tidak teraturnya irama jantung. Disritmia disebabkan karena
terganggunya mekanisme pembentukan impuls dan konduksi. Hal ini termasuk
terganggunya sistem saraf. Perubahan ditandai dengan denyut atau irama yang
merupakan retensi dalam pengobatan. Sebab cardiac output dan miokardiac
contractility.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur
Keperawatan Gawat Darurat dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i
tentang disritmia dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
disritmia.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari disritmia.


b. Untuk mengetahui klasifikasi disritmia.
c. Untuk mengetahui etiologi disritmia.
d. Untuk mengetahui patofisiologi disritmia.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis disritmia.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis disritmia.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan disritmia.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan disritmia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Disritmia

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering


terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau
otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama
jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk
gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak terjadi


sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung yang
abnormal. Sebagai contoh, kadang-kadang denyut atrium tidak terkoordinasi dengan
denyut dari ventrikel, sehingga atrium tidak lagi berfungsi sebagai pendahulu bagi
ventrikel.

Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan system


konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan dan/atau penghantaran
impuls. Terminology dan pemakaian istilah untuk aritmia sangat bervariasi dan jauh
dari keseragaman di antara para ahli.

B. Etiologi

Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan
berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :

1. Irama abnormal dari pacu jantung.


2. Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
3. Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewaktu menghantarkan impuls melalui
jantung.
4. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.

5. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hamper semua bagian
jantung.

Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan aritmia adalah :

1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis


karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (atherosclerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
10. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.

11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).

C. Klasifikasi

Aritmia terbagi menjadi dua :

1. Gangguan Pembentukan Impuls

a. Aritmia Nodus Sinus


1) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat denan kecepatan
kurang dari 60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi pada olahragawan dan
seringkali menunjukkan jantung yang terlatih baik. Bradikardia sinus dapat
juga disebabkan karena miksedema, hipotermia, vagotoni, dan tekanan
intrakarnial yang meninggi. Umumya bradikardia tidak perlu di obati klau
tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi > 40/menit
dan menyebabkan keluhan pada pasien maka sebaikkan di obati dengan
pemberian sulfasatrofin yang dapat diiberikan pada intra vena. Sampai
bradikardia dapat diatasi.
2) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya tidak
melebihi 170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat kelainan
ekstrakardial seperti infeksi, febris, hipovolemia, gangguan
gastrointestinal,anemia, penyakit paru obstruktif kronik, hipertiroidisme.
Dapat terjadi pada gagal jantung.

3) Seinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih cepat
pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu ekspirasi.
4) Henti sinus (sinus arrest)

Terjadi akibat kegagalan simpul SA, setelah jedah, simpul SA akan


aktif kembali

b. Aritmia Atrium
1) Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan dengan
ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada gambaran EKG
ialah adanya irama jantung yag terdiri atas gelombang T yang berasal dari
AV node di ikuti kompleks QRS, biasanya dengan kecepatan 50-60/menit.
Pada trakikardia idionodal (AV junctional tachycardia atau nodal
tachycardia) terdapat dua macam, yaitu : idiojunctional tachycardia dengan
kecepatan denyut ventrikel 100-140/menit, dan axtrasistolik AV junctional
tachycardia dengan denyut ventrikel 140-200/ menit.
2) Paroksimal Takikardi Atriuum
Disebut juga takikardia supra vebtrikular. Merupakan sebuah
takikardia yang berasal dari atrium atau AV node. Biasanya disebabkan
karena adanya re-entry baik di atrium, AV node atau sinus node. Pasien
yang mendapatka serangan ini merasa jantungnya berdebar cepat sekali,
gelisah, keringat dingin, dan akan merasa lemah. Kadang timbul sesak
nafas dan hipotensi. Pada pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran seperti
ekstrasistol atrial yag berturut-turut > 6.
Terdapat sederetan denyut atrial yg timbul cepat berturut- turut dan teratur.
 Gelombang P sering tdk terlihat,
 Rate : 140 – 250x/mnt

3) Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur
 Rate : 250 – 350x/mnt

4) Fibrilasi atrium

Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi (fibrillation


wave) yag berupa gelombang yang sangat tidak teratur dan sangat cepat
dengan frekuensi 300/ menit. Pada pemeriksaan klinis akan ditemukan
irama jantung yang tidak teratur dengan bunyi jantung yang intensitasnya
juga tidak sama.

c. Aritmia Ventrikel

1) Kontraksi prematur ventrikel


Terjadi akibat peningkatan otomatisa sel ataupun ventrikel PVC bias di
sebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asedosis
atau peningktan sirkulkalasi katekolamin. Pada kontraksi premature
ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut:
 Frekuensi:60-100 x/menit
 Gelombang p: tidak akan muncul karena impuls berasal dari
ventrikel
 Gelombang QRS: biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih dari
0,10 detik
 Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan penyambung
atrium
 Irama ireguler bila terjadi denyut premature

2) Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabka oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri
koroner, miokard,infark, akut dan chf. Istilah bigemini mengacu pada
kondisi dimana setiap denyut jantung adalah premature. Karakter:
 frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi
biasanya kuranga dari 90x/menit.
 Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
 Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi
lengkap.
 Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal
namun PVC yang ulai berselang-seling pada ventrikel akan
mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan
atrium
 Irama: ireguler

3) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4 atau lebih.
Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi fibrilasi ventrikel dan
menyebabkan cardiac arrest. Penyebab takikardia ventrikel ialah penyakit
jantung koroner, infark miokard akut, gagal jantung. Diagnosis ditegakkan
apabila takikardia dengan kecepatan antara 150-250/menit, teratur, tapi
sering juga sedikit tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks QRS yang
lebar dari 0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan gelombang P.

4) Fibrilasi ventrikel

Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur. Hal ini
menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga
curah jantung menurun atau tidak ada, tekanan darah dan nadi tidak
terukur, penderita tidak sadar dan bila tidak segera ditolong akan
menyebabkan mati. Biasanya disebabkan oleh penyakit jantung kooner,
terutama infark miokard akut. Pengobatan harus dilakukan secepatnya,
yaitu dengan directed current countershock dengan dosis 400 watt second.
2. Gangguan Penghantaran Impuls

a. Blok :
1) Blok SA,
Impuls yg dibentuk SA node diblok pada batas simpul SA dengan
jaringan atrium di sekitarnya, shg tdk terjadi aktivitas baik di atrium
maupun ventricel
2) Blok AV
Blok AV terjadi jika hambatan konduksi terjadi di jalur antara nodus
SA sampai berkaskis
3) Blok intraventrikular/B.B.B

Menunjukkan adanya gangguan konduksi di cabang kanan atau kiri


sistem konduksi, atau divisi anterior atau posterior cabang kiri. Diagnosis
ditegakkan atas dasar pemeriksaan EKG dengan adanya kopleks QRS yang
memanjang lebih dari 0,11 detik dan perubahan bentuk kompleks QRS
serta adanya perubahan axis QRS. Bila cabang kiri terganggu di sebut left
bundle branch blok mempunyai gamaran EKG berupa bentuk rsR atau R
yang lebar I, aVL, V5, V6.

b. Hantaran yang dipercepat :

Syndrome Wolf Parkinson White. Ditandai dengan adanya depolarisasi


ventrikel yang premature termasuk golongan ini. Syndrom Wolff Pakison
white (WPW), gambaran EKG menunjukkan gambaran gelombang P normal,
interval PR memendek (0,11 detik atau kurang), kompleks QRS melebar
karena adanya gelombang delta. Perubahan gelombang T yang sekunder. Dan
syndrom lown ganong levine (LGL), pada gelombang EKG memperlihatkan
adanya gelombang P normal, interval PR memendek (0,11

D. Patofisiologi

aritmia ventrikel umumnya disebabkan oleh iskemia atau infark


myokard.Lokasi terjadinya infark turut mempengaruhi proses terjadinya aritmia.
Sebagai contoh, jika terjadi infark di anterior, maka stenosis biasanya barada di right
coronary artery yang juga berperan dalam memperdarahi SA node sehingga impuls
alami jantung mengalami gangguan.

Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat menimbulkan gangguan pada
depolarisasi dan repolarisasi jantung, sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan
dilepaskannya berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat ,
maka jalur-jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan
hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan
kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga dapat menstimulus pangaktifan
katekolamin yang meningkatkan rangsang system saraf simpatis, akibatnya akan
terjadi peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan
vasokonstriksi. Selain itu iritabilitas myokard ventrikel juga menjadi penyebab
munculnya aritmia ventrikel, baik VES< VT maupun VF.

Pathway
E. Manifestasi klinis

Manisfestasi klinis yang timbul secara umum pada gangguan irama jantung
sebagai berikt.

1. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi,
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit pucat,
sianosis, berkeringat, edema; keluaran urine menurun bila curah jantung menurun
berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat anti angina,
gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siferfisial); kehilangan tonus otot/ kekuatan.

F. Pemeriksaan penunjang

1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan


tipe/sumber disritmia dan efek ketidak-seimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor halter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, guinidin.
8. Pemeriksaan tyroid : Peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum dapat
menyebabkan meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

10. GDA/nadi oksimatri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi


disritmia.

G. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah :

1. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control),


2. Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control),

3. Mencegah terbentuknya bekuan darah.


Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian gangguan ini tidak perlu
diterapi. Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika kausa aritmia berhasil
dideteksi, maka tak ada yang lebih baik daripada menyembuhkan atau memperbaiki
penyebabnya secara spesifik. Aritmia sendiri, dapat diterapi dengan beberapa hal
yaitu disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis. Pada situasi dimana obat saja
tidak memcukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan. Terapi yang paling
sering adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan pacemaker. Penatalaksanaan bedah,
meskipun jarang, juga dapat dilakukan.

a. Terapi Medis
Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk
mengendalikan aritmia. Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati
karena mereka pun memiliki efek samping. Beberapa di antaranya justru
menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi terhadap efektivitas obat
dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik jantung).
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Antiaritmia Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
— Kelas 1 A
 Quinidin : adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flukter.
 Procainamide : untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmia yang menyertai anestesi.
 Dyspiramide : untuk SVT akut dan berulang.
— Kelas 1 B
 Lignocain : untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
 Mexiletine : untuk aritmia ventrikel dan VT.
— Kelas 1 C
 Flecainide : untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2) Antiaritmia Kelas 2 (Beta Adrenergik Blokade)
 Atenol, Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung, angina
pektoris dan hipertensi.
3) Antiaritmia Kelas 3 (Prolong Repolarisation)
 Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
4) Antiaritmia Kelas 4 (Calsium Channel Blocker)
 Verapamil, indikasi Supraventrikular aritmia.
b. Terapi Mekanis
1) Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif. Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur
elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pda keadaan gawat
darurat. Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi
ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi
akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus,
sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya
sebagai pacemaker.
3) Defibrilator Kardioverter Implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi Pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
5) Pembedahan Hantaran Jantung

Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons terhadap pengobatan


dan tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani dengan metode selain
obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial, reseksi
endokardial, krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio.

Isolasi endokardial dilakukan dengan membuat irisan ke dalam endokardium,


memisahkannya dari area endokardium tempat dimana terjadi disritmia. Batas irisan
kemudian dijahit kembali. Irisan dan jaringan parut yang ditimbulkan akan mencegah
disritmia mempengaruhi seluruh jantung.

Pada reseksi endokardial, sumber disritmia diidentifikasi dan daerah


endokardium tersebut dikelupas. Tidak perlu dilakukan rekonstruksi atau perbaikan.

Krioablasi dilakukan dengan meletakkkan alat khusus, yang didinginkan


sampai suhu -60ºC (-76ºF), pada endokardium di tempat asal disritmia selama 2
menit. Daerah yang membeku akan menjadi jaringan parut kecil dan sumber disritmia
dapat dihilangkan.

Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau dekat sumber
disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300 joule diberikan melalui
kateter langsung ke endokardium dan jaringan sekitarnya. Jaringan jantung menjadi
terbakar dan menjadi parut, sehingga menghilangkan sumber disritmia.

Ablasi frekwensi radio dilakukan dengan memasang kateter khusus pada atau
dekat asal disritmia. Gelombang suara frekwensi tinggi kemudian disalurkan melalui
kateter tersebut, untuk menghancurkan jaringan disritmik. Kerusakan jaringan yang
ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan disritmik saja disertai trauma
kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma luas seperti pada krioablasi atau
ablasi listrik.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DISRITMIA


A. Pengkajian

1. Pengkajian primer

a. Airway
 Apakah ada peningkatan sekret ?
 Adakah suara nafas : krekels ?
b. Breathing
 Adakah distress pernafasan ?
 Adakah hipoksemia berat ?
 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
 Apakah ada bunyi whezing ?
c. Circulation
 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
 Apakah ada takikardi ?
 Apakah ada takipnoe ?
 Apakah haluaran urin menurun ?
 Apakah terjadi penurunan TD ?
 Bagaimana kapilery refill ?

 Apakah ada sianosis ?

2. Pengkajian skunder

a. Riwayat penyakit
 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi
 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
 Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
Aktivitas : kelelahan umum
Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung
menurun berat.
Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit
Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,


edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

B. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d gangguan konduksi elektrikal,
penurunan kontraktilitas miokardia
2. DX 2: Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan b.d inadekuat suplay oksigen ke
jaringan.
3. DX 3: Intoleransi aktivitas b.d kelemahan/kelelahan
4. DX 4: Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan b.d kurang
informasi, salah pengertian kondisi medis, kebutuhan terapi.
C. Intervensi keperawatan
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Perbedaan frekuensi,
keperawatan — Raba nadi (radial, kesamaan dan
diharapkan femoral, dorsalis keteraturan nadi
terjadinya pedis) catat frekuensi, menunjukkan efek
peningkatan curah keteraturan, amplitudo gangguan curah jantung
jantung yang dan simetris. pada sirkulasi
adekuat. sistemik/perifer
Kriteria hasil:
— Disritmia khusus lebih
 Mempertahankan — Auskultasi bunyi jelas terdeteksi dengan
/meningkatkan jantung, catat pendengaran dari pada
curah jantung frekuensi, irama. Catat dengan palpasi.
adekuat yang adanya denyut jantung Pendengaran terhadap
dibuktikan oleh ekstra, penurunan nadi bunyi jantung ekstra
TD/nadi dalam atau penurunan nadi
rentang normal, membantu
haluaran urin mengidentifikasi
adekuat, nadi disritmia pada pasien
teraba sama, tak terpantau
status mental — Meskipun tidak semua
biasa. — Pantau tanda vital dan disritmia mengancam
 Menunjukkan kaji keadekuatan curah hidup, penanganan tepat
penurunan jantung/perfusi untuk mengakhiri
frekuensi/tak jaringan disritmia diperlukan
adanya disritmia pada adanya gangguan
 Berpartisipasi curah jantung dan
dalam aktivitas perfusi jaringan.
yang
menurunkan — Berguna dalam
kerja miokardia — Tentukan tipe menentukan
disritmia dan catat kebutuhan /tipe
irama : takikardi; intervensi.
bradikardi; disritmia
atrial; disritmia
ventrikel; blok jantung

— Berikan lingkungan — Penurunan rangsang dan


tenang. Kaji alasan penghilangan stress
untuk membatasi akibat katekolamin yang
aktivitas selama fase menyebabkan /
akut meningkatkan disritmia
dan vasokontriksi dan
meningkatkn kerja
miokardia
— Demonstrasikan/doron — Meningkatkan
g penggunaan perilaku partisipasi klien dalam
pengaturan stres misal mengeluarkan beberapa
relaksasi nafas dalam, rasa control dalam
bimbingan imajinasi. situasi penuh stress
— Selidiki laporan nyeri, — Sebab nyeri dada
catat lokasi, lamanya, bermacam-macam dan
intensitas dan faktor tergantung penyebab
penghilang/pemberat. disritmia. Namun, nyeri
Catat petunjuk nyeri dada dapat
non-verbal contoh menunjukkan iskemia
wajah mengkerut, karena penurunan
menangis, perubahan perfusi miokardia
D. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan disritmia


diharapkan sebagai berikut:
1. terjadinya peningkatan curah jantung yang adekuat
2. perubahan perfusi jaringan tidak terjadi
3. klien dapat melakukan aktivitas seperti normal.
4. Klien dan keluarga mengerti akan penyakit yang sedang dialami.
BAB IV

PENUTUP
A. Keimpulan

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering


terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau
otomatis (Doenges, 1999).

Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak terjadi


sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung yang
abnormal. Sebagai contoh, kadang-kadang denyut atrium tidak terkoordinasi dengan
denyut dari ventrikel, sehingga atrium tidak lagi berfungsi sebagai pendahulu bagi
ventrikel.

Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan system


konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan dan/atau penghantaran
impuls. Terminology dan pemakaian istilah untuk aritmia sangat bervariasi dan jauh
dari keseragaman di antara para ahli.

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada disritmia untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan disritmia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3. Jakarta:EGC.
2. Carpenito J.L. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
3. Smeltzer, Suzanne & Brenda G. Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Anda mungkin juga menyukai