1. Rista aguskurdani
2. Ade irma sulastri
3. Muhajirin
4. Ambara ganda putra
5. Suciyati
TA. 2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kep dan teman–teman semua
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur perspsi sensori Program
Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
1. Tujuan umum .......................................................................................1
2. Tujuan khusus ......................................................................................1
A. Pengkajian ..................................................................................................8
B. Diagnosa ....................................................................................................9
C. Intervensi ....................................................................................................9
D. Evaluasi ...................................................................................................15
BAB IV PENUTUP...................................................................................................18
A. Kesimpulan ..............................................................................................18
B. Saran ........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur
Keperawatan Gawat Darurat dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i
tentang disritmia dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
disritmia.
2. Tujuan khusus:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Disritmia
B. Etiologi
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan
berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
5. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hamper semua bagian
jantung.
11. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).
C. Klasifikasi
3) Seinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih cepat
pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu ekspirasi.
4) Henti sinus (sinus arrest)
b. Aritmia Atrium
1) Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan dengan
ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada gambaran EKG
ialah adanya irama jantung yag terdiri atas gelombang T yang berasal dari
AV node di ikuti kompleks QRS, biasanya dengan kecepatan 50-60/menit.
Pada trakikardia idionodal (AV junctional tachycardia atau nodal
tachycardia) terdapat dua macam, yaitu : idiojunctional tachycardia dengan
kecepatan denyut ventrikel 100-140/menit, dan axtrasistolik AV junctional
tachycardia dengan denyut ventrikel 140-200/ menit.
2) Paroksimal Takikardi Atriuum
Disebut juga takikardia supra vebtrikular. Merupakan sebuah
takikardia yang berasal dari atrium atau AV node. Biasanya disebabkan
karena adanya re-entry baik di atrium, AV node atau sinus node. Pasien
yang mendapatka serangan ini merasa jantungnya berdebar cepat sekali,
gelisah, keringat dingin, dan akan merasa lemah. Kadang timbul sesak
nafas dan hipotensi. Pada pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran seperti
ekstrasistol atrial yag berturut-turut > 6.
Terdapat sederetan denyut atrial yg timbul cepat berturut- turut dan teratur.
Gelombang P sering tdk terlihat,
Rate : 140 – 250x/mnt
3) Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur
Rate : 250 – 350x/mnt
4) Fibrilasi atrium
c. Aritmia Ventrikel
2) Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabka oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri
koroner, miokard,infark, akut dan chf. Istilah bigemini mengacu pada
kondisi dimana setiap denyut jantung adalah premature. Karakter:
frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi
biasanya kuranga dari 90x/menit.
Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi
lengkap.
Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal
namun PVC yang ulai berselang-seling pada ventrikel akan
mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan
atrium
Irama: ireguler
3) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4 atau lebih.
Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi fibrilasi ventrikel dan
menyebabkan cardiac arrest. Penyebab takikardia ventrikel ialah penyakit
jantung koroner, infark miokard akut, gagal jantung. Diagnosis ditegakkan
apabila takikardia dengan kecepatan antara 150-250/menit, teratur, tapi
sering juga sedikit tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks QRS yang
lebar dari 0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan gelombang P.
4) Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur. Hal ini
menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga
curah jantung menurun atau tidak ada, tekanan darah dan nadi tidak
terukur, penderita tidak sadar dan bila tidak segera ditolong akan
menyebabkan mati. Biasanya disebabkan oleh penyakit jantung kooner,
terutama infark miokard akut. Pengobatan harus dilakukan secepatnya,
yaitu dengan directed current countershock dengan dosis 400 watt second.
2. Gangguan Penghantaran Impuls
a. Blok :
1) Blok SA,
Impuls yg dibentuk SA node diblok pada batas simpul SA dengan
jaringan atrium di sekitarnya, shg tdk terjadi aktivitas baik di atrium
maupun ventricel
2) Blok AV
Blok AV terjadi jika hambatan konduksi terjadi di jalur antara nodus
SA sampai berkaskis
3) Blok intraventrikular/B.B.B
D. Patofisiologi
Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat menimbulkan gangguan pada
depolarisasi dan repolarisasi jantung, sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan
dilepaskannya berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat ,
maka jalur-jalur hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan
hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan
kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga dapat menstimulus pangaktifan
katekolamin yang meningkatkan rangsang system saraf simpatis, akibatnya akan
terjadi peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan
vasokonstriksi. Selain itu iritabilitas myokard ventrikel juga menjadi penyebab
munculnya aritmia ventrikel, baik VES< VT maupun VF.
Pathway
E. Manifestasi klinis
Manisfestasi klinis yang timbul secara umum pada gangguan irama jantung
sebagai berikt.
1. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi,
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit pucat,
sianosis, berkeringat, edema; keluaran urine menurun bila curah jantung menurun
berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat anti angina,
gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siferfisial); kehilangan tonus otot/ kekuatan.
F. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan
a. Terapi Medis
Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk
mengendalikan aritmia. Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati
karena mereka pun memiliki efek samping. Beberapa di antaranya justru
menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi terhadap efektivitas obat
dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik jantung).
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Antiaritmia Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
— Kelas 1 A
Quinidin : adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flukter.
Procainamide : untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmia yang menyertai anestesi.
Dyspiramide : untuk SVT akut dan berulang.
— Kelas 1 B
Lignocain : untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
Mexiletine : untuk aritmia ventrikel dan VT.
— Kelas 1 C
Flecainide : untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2) Antiaritmia Kelas 2 (Beta Adrenergik Blokade)
Atenol, Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung, angina
pektoris dan hipertensi.
3) Antiaritmia Kelas 3 (Prolong Repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
4) Antiaritmia Kelas 4 (Calsium Channel Blocker)
Verapamil, indikasi Supraventrikular aritmia.
b. Terapi Mekanis
1) Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif. Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur
elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pda keadaan gawat
darurat. Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi
ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi
akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus,
sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya
sebagai pacemaker.
3) Defibrilator Kardioverter Implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi Pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
5) Pembedahan Hantaran Jantung
Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau dekat sumber
disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300 joule diberikan melalui
kateter langsung ke endokardium dan jaringan sekitarnya. Jaringan jantung menjadi
terbakar dan menjadi parut, sehingga menghilangkan sumber disritmia.
Ablasi frekwensi radio dilakukan dengan memasang kateter khusus pada atau
dekat asal disritmia. Gelombang suara frekwensi tinggi kemudian disalurkan melalui
kateter tersebut, untuk menghancurkan jaringan disritmik. Kerusakan jaringan yang
ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan disritmik saja disertai trauma
kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma luas seperti pada krioablasi atau
ablasi listrik.
BAB III
1. Pengkajian primer
a. Airway
Apakah ada peningkatan sekret ?
Adakah suara nafas : krekels ?
b. Breathing
Adakah distress pernafasan ?
Adakah hipoksemia berat ?
Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
Apakah ada bunyi whezing ?
c. Circulation
Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
Apakah ada takikardi ?
Apakah ada takipnoe ?
Apakah haluaran urin menurun ?
Apakah terjadi penurunan TD ?
Bagaimana kapilery refill ?
2. Pengkajian skunder
a. Riwayat penyakit
Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi
Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
Aktivitas : kelelahan umum
Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung
menurun berat.
Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit
Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
B. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d gangguan konduksi elektrikal,
penurunan kontraktilitas miokardia
2. DX 2: Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan b.d inadekuat suplay oksigen ke
jaringan.
3. DX 3: Intoleransi aktivitas b.d kelemahan/kelelahan
4. DX 4: Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan b.d kurang
informasi, salah pengertian kondisi medis, kebutuhan terapi.
C. Intervensi keperawatan
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Perbedaan frekuensi,
keperawatan — Raba nadi (radial, kesamaan dan
diharapkan femoral, dorsalis keteraturan nadi
terjadinya pedis) catat frekuensi, menunjukkan efek
peningkatan curah keteraturan, amplitudo gangguan curah jantung
jantung yang dan simetris. pada sirkulasi
adekuat. sistemik/perifer
Kriteria hasil:
— Disritmia khusus lebih
Mempertahankan — Auskultasi bunyi jelas terdeteksi dengan
/meningkatkan jantung, catat pendengaran dari pada
curah jantung frekuensi, irama. Catat dengan palpasi.
adekuat yang adanya denyut jantung Pendengaran terhadap
dibuktikan oleh ekstra, penurunan nadi bunyi jantung ekstra
TD/nadi dalam atau penurunan nadi
rentang normal, membantu
haluaran urin mengidentifikasi
adekuat, nadi disritmia pada pasien
teraba sama, tak terpantau
status mental — Meskipun tidak semua
biasa. — Pantau tanda vital dan disritmia mengancam
Menunjukkan kaji keadekuatan curah hidup, penanganan tepat
penurunan jantung/perfusi untuk mengakhiri
frekuensi/tak jaringan disritmia diperlukan
adanya disritmia pada adanya gangguan
Berpartisipasi curah jantung dan
dalam aktivitas perfusi jaringan.
yang
menurunkan — Berguna dalam
kerja miokardia — Tentukan tipe menentukan
disritmia dan catat kebutuhan /tipe
irama : takikardi; intervensi.
bradikardi; disritmia
atrial; disritmia
ventrikel; blok jantung
PENUTUP
A. Keimpulan
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada disritmia untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.