POSYANDU lANSIA
Oleh Kelompok 7:
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Ideologi
Negara. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini
dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritikserta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi
kita sekalian
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelayanan dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), peran serta masyarakat dan rujukan kesehatan. Upaya
kesehatan melalui Puskesmas merupakan upaya menyeluruh dan terpadu yang meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Departemen Kesehatan, Departemen
Dalam Negeri serta Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah
merumuskan tatanan tersebut yang dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat secara rutin setiap
bulannya (Departemen Kesehatan RI, 2001).
Pembinaan Lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan
Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lansia yang menyebutkan
bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dan kemampuan lansia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan
lembaga (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Sasaran Posyandu Lansia meliputi beberapa kelompok di mana ada sasaran langsung
dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah usia virilitas/pra senilis 45 s.d. 59 tahun,
lansia 60 s.d. 69 tahun, dan lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sedangkan
sasaran yang tidak langsung adalah keluarga di mana lansia berada, masyarakat di
lingkungan lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia,
petugas kesehatan yang melayani kesehatan lansia dan masyarakat luas (Departemen
Kesehatan RI, 2006).
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Pelaksanaan Sistem 5 Meja Posyandu
Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang terlatih, tokoh dari
PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat baik seorang
dokter bidan atau perawat. Menurut Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana (2018), penyelengaraan posyandu lansia dapat dilakukan dengan sistem 5 meja meliputi
1. Meja 1: Pendaftaran
yaitu dengan mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang
sudah terdaftar di buku registrasi langsung menuju ke meja selanjutnya.
2. Meja 2: Pengukuran
Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah
3. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS))
Kader melakukan pencatatan di KMS lanjut usia yang meliputi Indeks Massa Tubuh,
tekanan darah, berat badan, tinggi badan
4. Meja 4: Penyuluhan,
Penyuluhan disini dapat dilaksanakan secara perorangan maupun secara kelompok dan
pemberian makanan tambahan
5. Meja 5: Pelayanan Medis
Pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan yang
meliputi kegiatan pemeriksaan dan pengobatan ringan.
Selain menggunakan sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang hanya menggunakan
sistem 3 meja yaitu:
1. Meja 1: meliputi kegiatan pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan, berat badan, dan
tekanan darah
2. Meja 2: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)) yang meliputi Indeks Massa
Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan, pelayanan kesehatan seperti pengobatan
sederhana dan rujukan kasus
3. Meja 3: Penyuluhan atau konseling, pelayanan pojok gizi
4
B. Tugas Organisasi
Menurut Kemenkes RI (2012) menyatakan bahwa kader posyandu memiliki kontribusi
besar dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak balita, oleh karena itu menurut
Kemenkes RI (2011) kader posyandu memiliki tugas sebagai berikut:
C. Pendanaan Kader
Pembiayaan posyandu berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a) Masyarakat :
1. Iuran pengguna / pengunjung Posyandu.
2. Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat.
3. Sumbangan/donator dari perorangan atau kelompok masyarakat.
4. Sumber dana sosial lainnya, missal dana sosial keagamaan, zakat, infaq,
sodaqoh , dsb.
b) Swasta/Dunia Usaha
Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat ,menunjang pembiayaan
Posyandu,. Misalnya dengan menjadikan posyandu sebagai anak angkat
perusahaan. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau
tenaga, yakni sebagai sukarelawan posyandu.
5
c) Hasil usaha
Pengurus dan kader posyandu dapat melakukan usaha yang hasilnya disumbangkan
untuk biaya pengelolaan posyandu. Contoh, kegiatan usaha yang dilakukan antara
lain :
1. Kelompok Usaha Bersama (KUB)
2. Hasil karya kader posyandu, misalnya kerajina, Taman Obat Keluarga
(TOGA).
d) Pemerintah
Bantuan dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal pembentukan, yakni
berupa dana stimulant atau bantuan lainnya dalam bentuk sarana dan prasarana
posyandu yang bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten/Kota, APBDes dan sumbe lain yang sah dan tidak mengikat.
2.5 KMS
KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang
bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir
sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “ rapor “ kesehatan dan gizi (Catatan
riwayat kesehatan dan gizi ) balita ( Depkes RI, 1996 ).
Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan dengan
timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut “Kartu Menuju
Sehat “ (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak yang dipantau dapat segera
terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang dicatat dan tertera pada KMS
tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah
dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik ( bulan ) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa
sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil tindakan penanggulangannya secepat mungkin.
Kondisi kesehatan masyarakat secara umum dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya
dilakukan di Posyandu ( Pos Pelayanan terpadu ), ( Sediaoetama, 1999 ). Indikator BB / U dipakai
di dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk memantau pertumbuhan anak secara
perorangan. Pengertian tentang “ Penilaian status Gizi ” dan “ Pemantauan pertumbuhan ” sering
dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan. KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat
6
pendidikan kepada masyarakat terutama orang tua agar dapat memantau pertumbuhan anak,
dengan pesan “ Anak sehat tambah umur tambah berat” ( Soekirman, 2000 ).
Khusus : 1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbuhan
dan perkembangan balita yang optimal.
2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan – tindakan untuk
mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal.
3. Sebagai alat bantu bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan
dan gizi kepada balita. ( Depkes RI, 1996 )
Fungsi KMS
1. Sebagai media untuk mencatat / memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap.
2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua balita tentang kesehatan balita
3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan bagi petugas untuk menentukan
tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik bagi balita.
4. untuk memantau pertumbuhan bukan untuk penilaian status gizi. Artinya penting untuk
memantau apakah berat badan anak naik atau turun, tidak untuk menentukan apakah status
gizinya kurang atau baik,
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Posyandu Lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap
lansia ditingkat desa/kelurahan dalam masing-masing di wilayah kerja Puskesmas. Dasar
pembentukan Posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama
lansia. Adapun beberapa tujuan dari Posyandu Lansia yaitu untuk memelihara kesadaran
pada lanjut usia untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan
peran serta keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan menghargai kesehatan lansia,
meningkatkan jenis dan jangkauan pelaanan kesehatan lansia, meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan lansia, dan membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual.
Sasaran Posyandu Lansia dibagi menjadi dua kelompok yaitu sasaran langsung
(kelompok virilitas/pra senilis adalah usia 45 s.d 59 tahun dan kelompok lansia 60 s.d 69
tahun, serta kelompok lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun) dan tidak
langsung yaitu, keluarga yang mempunyai lansia, masyarakat di lingkungan lansia berada,
organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan Lansia, masyarakat luas.
Menurut Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (2018),
penyelengaraan posyandu lansia dapat dilakukan dengan sistem 5 meja meliputi meja1
(Pendaftaran), meja 2 (Pengukuran), meja 3 (Pencatatan), meja 4 (Penyuluhan), dan meja
5 (Pelayanan Medis). Dalam pelaksanaan posyandu lansia ini memiliki beberapa kendala
yaitu seperti pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu, jarak rumah
dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau, dukungan keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia,
dan sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
8
3.2 Saran
Dalam pelaksanaan posyandu lansia apabila mendapatkan beberapa kendala maka
sebaiknya kita sebagai tenaga kesehatan dan petugas penyelenggaraan harus mencari solusi
secara bersama-sama agar kendala mampu diatasi. Selain itu juga sangat diperlukan
keaktifan dari setiap pihak baik dari petugas kesehatan, kader, maupun lansia agar
posyandu lansia tersebut dapat berjalan dengan semestinya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Dwi Danis. 2014. Peran Kader Posyandu dalam Meningkatkan Kunjungan Balita Ke
Posyandu Desa Sidodadi Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun. Ponorogo :
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana .(2018). Kegiatan posyandu
lansia di Puskesmas Mengkubang. Belitung Timur: Zymphonies.
Putra, D. (2015). Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas Sikapak Kota Pariaman. Online. Padang: Fakultas kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas.
10