Anda di halaman 1dari 46

KEPERAWATAN KOMUNITAS

PUSKESMAS

OLEH :
Kelompok IV B 14A

1. NI NYOMAN AYU VIRSE SUTRISNI (213221194)


2. NI KETUT SUSILAWATI (213221204)
3. NI WAYAN GOPI SUDHARMADI (213221214)
4. MADE SUARDANA (213221225)
5. NI KOMANG YULIANI (213221237)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM


SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Komunitas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 12 Nopember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian Puskesmas.................................................................................3

2.2 Program Dasar Puskesmas..........................................................................3

2.3 Kasus Terbanyak Di Puskesmas................................................................18

2.4 Sistem Alur Rujukan Kesehatan Puskesmas.............................................19

2.5 Penanganan Keluarga Miskin....................................................................29

2.6 Sistem Pencatatan Di Puskesmas..............................................................31

2.7 Public Health Nursing (PHN)....................................................................34

BAB III PENUTUP...............................................................................................42

3.1 Simpulan....................................................................................................42

3.2 Saran..........................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan bagian integral
daripelayanan kesehatan.Setiap dekade fungsi puskesmas terus berkembang
yang semulasebagai tempat untuk pengobatan penyakit dan luka-luka kini
berkembang kearahkesatuan upaya pelayanan untuk seluruh masyarakat
yang mencakup aspek promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Di Indonesia Pusat Kesehatan Masyarakat merupakan tulang
punggung pelayanankesehatan tingkat pertama dengan wilayah kerja tingkat
kecamatan atau pada suatudaerah dengan jumlah penduduk 30.000 - 50.000
jiwa (Entjang, 2000). Puskesmas adalah salah satu alternatif utama dalam
pemilihan pelayanan kesehatan, tetapi sampai saat inipemanfaatan
pelayanan puskesmas masih rendah.
Menurut Depkes RI (2004) upaya kesehatan di Indonesia belum
terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Jumlah
sarana dan prasaranakesehatan masih rendah tercatat jumlah Puskesmas
untuk seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas Pembantu (Pustu)
21.267 unit, Puskesmas Keliling (Pusling) 6.392 unit. Penyebaran sarana
dan prasarana kesehatan belum merata. Rasio sarana dan prasarana
kesehatan terhadap jumlah penduduk diluar pulau jawa lebih baik
dibandingkan dengan pulau jawa hanya saja keadaan transportasi diluar
pulau jawa lebih baik dibandingkan dengan pulau jawa.
Didalam tata pandangan masyarakat secara sosiologis kuntjaningrat
menyatakan bahwa aspek kesehatan bagi masyarakat traditional, masih
merupakan sesuatu hal yang relatif kehadirannya sudah diterima lama di
tengah-tengah masyarakat untuk berbagai jenis kesehatan. Kebutuhan
kesehatan sebagai kebutuhan fisik minimum sejak lama diakui oleh
masyarakat traditional sebagaimana yang pernah kita rasakan terhadap
peranan ibu bidan atau pak mantri. Oleh karena itu kami membuat makalah

1
tentang puskesmas untuk lebih memahami tentang konsep tentang
puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah


Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa itu pengertian puskesmas?
2. Apa saja program dasar puskesmas?
3. Apa kasus terbanyak di puskesmas?
4. Bagaimana sistem alur rujukan kesehatan puskesmas?
5. Bagaimana penanganan keluarga miskin?
6. Bagaimana sistem pencatatan di puskesmas?
7. Apa itu public health nursing (PHN)?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian puskesmas.
2. Untuk mengetahui dan memahami program dasar puskesmas.
3. Untuk mengetahui dan memahami kasus terbanyak di puskesmas.
4. Untuk mengetahui dan memahami sistem alur rujukan kesehatan
puskesmas.
5. Untuk mengetahui dan memahami penanganan keluarga miskin.
6. Untuk mengetahui dan memahami sistem pencatatan di puskesmas.
7. Untuk mengetahui dan memahami public health nursing (PHN).

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian puskesmas.
2. Mahasiswa dapat mengetahui program dasar puskesmas.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kasus terbanyak di puskesmas.
4. Mahasiswa dapat mengetahui sistem alur rujukan kesehatan puskesmas.
5. Mahasiswa dapat mengetahui penanganan keluarga miskin.
6. Mahasiswa dapat mengetahui sistem pencatatan di puskesmas.
7. Mahasiswa dapat mengetahui public health nursing (PHN).
BAB II

PEMBAHASA

2.1 Pengertian Puskesmas


Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH (1980) pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu
wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.
Puskesmas menurut pedoman kerja puskesmas tahun 1991/1992
didefinisikan sebagai suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi
kepada masyarakat diwilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan
pokok.

2.2 Program Dasar Puskesmas


Kesehatan dasar Basic six atau 6 Program pokok puskesmas yaitu :
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit
4. Kesehatan keluarga dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan

1. Promosi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah upaya memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan,
kelompok dan masyarakat dalam berbagai tatanan dengan membuka
jalur komunikasi, menyediakan informasi dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku dengan melakukan
advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat
untuk mengenali, menjaga atau memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya. Tujuannya untuk Tercapainya perubahan
prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memelihara prilaku sehat, serta berperan sdalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

Sasaran dari promosi kesehatan adalah :


1. Pelaksanaan posyandu dan pembinaan kader
2. Penyuluhan kesehatan
3. Prilaku hidup bersih dan sehat
4. Advokasi program dan program prioritas
5. Promosi kesehatan tentang narkoba
6. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
7. Pembinaan dana sehat

2. Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor
yang pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di
samping faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan prilaku. Bahaya
potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dan
bersifat fisik, kimia dan biologi. Sejalan dengan kebijaksanaan
“Paradigma Sehat” yang mengutamakan upaya-upaya yang bersifat
promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan lingkungan
sangat penting. Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan
oleh para staf puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat
berperan serta dalam pelaksanaannya harus mengikut sertakan
masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan. Kegiatan
peningkatan kesehatan lingkungan memiliki tujuan utama agar
terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat
melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian yang
dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat
keluarga dan masyarakat yang lebih baik. Adapun tujuan khusus
kesehatan lingkungan, meliputi :
1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin
masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikutsertaan sektor
lain yang bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya
peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan
lingkungan dan pemukiman yang berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan
dalam peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukimam.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sasaran sanitasi
perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuatan makanan,
perusahaan dan tempat-tempat umum.
6. Kegiatan
Kegiatan-kgiatan utama kesehatan lingkungan yang harus
dilakukan Puskesmas meliputi :
1. Penyehatan air
2. Penyehatan makanan dan minumam
3. Pengawasan pembuangan kotoran manusia
4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
5. Penyehatan pemukimam
6. Pengawasan sanitasi tempat umum
7. Pengamanan polusi industri
8. Pengamanan pestisida
9. Klinik sanitasi
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent
infeksi atau toksiknya yang berasal dari sumber penularan atau
reservoir yang ditukarkan atau di transmisikan kepada penjamu yang
rentan.
Kejadian luar biasa adalah kejadian kesakitan atau kematian yang
menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan atau
ketakutan dikalangan masyarakat, atau menurut pengamatan
epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang brrarti dari kejadian
kesakitan atau kematian tersebut kepada kelompok penduduk dalam
kurun waktu tertentu.
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Undang-
undang no.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit yang menular).
Penangulangan kejadian luar biasa penyakit menular (P2M)
dengan upaya-upaya :
 Pengobatan dengan memberikan pertolongan penderita,
membangun pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan
dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk
rujukan.
 Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya
: abatisasi pada KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur
yang tercemar pada KLB diare dsb.
 Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan,
pengamatan dan logistik.
Program Pencegahan adalah mencegah agar penyakit menular
tidak menyebar didalam masyarakat yang dilakukan antara lain dengan
memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan imunisasi.
Cara Penularan Penyakit Menular, dikenal beberapa cara
penularan penyakit menular yaitu :
1. Penularan secara kontak
2. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan
minuman yang tercemar
3. Penularan melalui vektor
4. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato
Surveilans epidemiologi Penyakit Menular adalah suatu kegiatan
pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan atau kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya secara sistematik, terus menerus dengan tujuan
untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan
sistem kewaspadaan dini. Program Pemberantasan Penyakit Menular :
1. Program imunisasi
2. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
3. Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
4. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan
penanggulangan pneumonia
5. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
6. Program rabies
7. Program surveilans
8. Pemberantasan P2B2 demam berdarah

4. Kesehatan Keluarga Dan Reproduksi


Kesehatan keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia
dan sejahtera dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya ( UU
RI no 23 tahun 1992 ). Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit dan
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya ( WHO ).
Tujuan Umum :
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan
keluarganya dalam mengatur biologik keluarga termasuk fungsi
reproduksi nya serta berperan aktif dalam mencegah dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga serta meningkatkan
kualitas hidup keluarga.

Tujuan Khusus
1. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah
dan memecahkan masalah kesehatan keluarga dan masalah
reproduksi.
2. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas
dan kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko dari : obat, alat,
perawatan, tindakan serta kemampuan memilih kontrasepsi
dengan tepat.
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi
yang berkualitas.
4. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif.
5. Kehamilan dan persalianan yang direncanakan dan aman.
6. Pencegahan dan penanganan pengguguran kandungan yang
tidak dikehendaki.
7. Pelayanan infertilitas
8. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi
hormon di usia lanjut.

Kebijakan Penyelenggaraan Pembinaan kesehatan keluarga dan


reproduksi sesuai dengan intervensi nasional. Kegiatan Pelayanan
reproduksi adalah :

1. Kesehatan Ibu dan Anak


2. Kesehatan Anak Usia Sekolah
3. Kesehatan Remaja
4. Keluarga Berencana
5. Kesehatan Usia Lanjut

Indikator keberhasilan program diwilayah kerja dinilai dari :


1. Angka kematian bayi
2. Angka kematian Ibu
3. Presentase ibu hamil yang mempunyai berat badan dan
tinggi yang normal
4. Presentase ibu hamil dengan anemia
5. Presentase balita dengan berat badan dan tinggi sesuai

Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya kesehatan primer yang


menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam
menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya
kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan bayi, anak
bawah lima tahun dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh
kembang. Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan
derajat anak dan ibu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan
anak. Pelayanan KIA puskesmas terdiri dari :
1. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah puskesmas
2. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah

Tujuan Umum
Agar terciptanya pelayanan berkualitas dengan partisipasi
penuh pengguna jasa dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa
setiap ibu mempunyai kesempatan yang terbaik dalam hal waktu
dan jarak kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman dalam
lingkungan yang kondusif dan sehat, dengan asuhan antenatal
yang ade kuat dengan gizi dan persiapan menyusui yang baik.

Tujuan Khususnya :
1. Memberikan pelayanan kebidanan dasar kepada ibu hamil
termasuk KB berupa pelayanan antenatal, pertolongan
persalinan dan pelayanan nifas serta perawatan bayi baru
lahir.
2. Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan
kebidanan dan neonatal serta m,erujuk ke fasilitasa rujukan
primer sesuai kebutuhan.
3. Memantau cakupan pelayanan kebidanan dasar dan
penanganan kedaruratan kebidanan neonatal
4. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
5. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta
masyarakat dalam upaya KIA
6. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh
bayi baru lahir yang meliputi usaha pernafasan spontan,
menjaga bayi tetap hangat, menyusui dini dan eksklusif,
mencegah interaksi serta tata laksana neonatal sakit
7. Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita
dan anak pra sekolah yang meliputi perawatan bayi baru
lahir, pemeriksaan kesehatan rutin, pemberian imunisasi dan
upaya perbaikan gizi
8. Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi
tumbuh kembang pada seluruh balita dan anak pra sekolah
yang meliputi perkembangan motorik, kemampuan berbicara
dan kognitif serta sosialisasi dan kemandiriran anak
9. Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang
berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra
rujukan dan tindak lanjutnya.

Kesehatan Anak Usia Sekolah adalah upaya terpadu lintas


program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan serta membentuk prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang
berada di sekolah dan perguruan agama. Anak usia sekolah (7-21 tahun)
sesuai proses tumbuh kembang di bagi 3 kelompok yaitu :

10
1. Pra remaja ( 7-9 tahun )
2. Remaja ( 10-19 tahun )
3. Dewasa muda ( 20-21 tahun )

Tujuan umum
Meningkatkan derajat peserta didik, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis
dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya.

Tujuan khusus
1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsisp hidup sehat serta berpartisipasi aktif di
dalam usaha peningkatan kesehatan sekolah, perguruan
agama, rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.
2. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh
buruk, penyalah gunaan narkotika dan bahan berbahaya,
alkohol, rokok dan sebagainya.
3. Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi
peserta didik sekolah dan diluar sekolah.
4. Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah.

Sasarannya adalah masyarakat sekolah di tingkat pendidik dasar


sampai dengan tingkat pendidikan menengah termasuk perguruan
agama beserta lingkunganya.
Kesehatan Remaja adalah pembinaan yang meliputi perencanaan,
penilaian, bimbingan dan pengendalian segala upaya untuk
meningkatkan status kesehatan remaja dan peningkatan peran serta aktif
remaja dalam perawatan kesehatan diri dan kesehatan keluarga dengan
dukungan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.

11
Tujuan umum
Yaitu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat remaja
sebagai unsur kesehatan keluarga guna membina kesehatan diri
dan lingkunganya dalam rangka meningkatkan ketahanan diri,
prestasi dan peran aktif nya dalam pembangunan nasional.

Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan
biologik yang terjadi pada dirinya
2. Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja
3. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan
remaja
4. Menurunnya angka kejadian penyakit akibat hubungan
seksual di kalangan remaja
5. Meningkatnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat
dalam upaya pembinaan kesehatan remaja

Sasaran untuk wilayah puskesmas adalah :


1. Sasarana Remaja
2. Sasaran Pembina Remaja
3. Sasaran Pengelola Kegiatan

Keluarga Berencana adalah upaya kesehatan primer yang


menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia
subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat
kesehatan pasangan usia subur dalam pengaturan kehamilan, baik
jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antara kehamilan guna
menurunkan angka kelahiran nasional.
Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh bagi
pengguna jasa pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan
bahwa setiap pasangan usia subur mempunyai kesempatan yang
terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak antara kehamilan
guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.

Tujuan Khusus
1. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE
kepada pasangan usia subur dan keluarganya.
2. Memberikan pertolongan pertama penanganan efek samping
dan kegagalan metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas
rujukan primer sesuai dengan kebutuhan.
3. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan
metode kontrasepsi.
4. Menigkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan.
5. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta
masyarakat dalam upaya KB.
6. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon
pasangan usia subur serta anggota keluarga yang lain dalam
rangka meningkatkan kualitas kesehatan fungsi
reproduksinya.

Sasaran pelayanan KB adalah :


1. Pasangan usia subur
2. Calon pasangan usia subur
3. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki
masa menopause
4. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja
Puskesmas
5. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan puskesmas
yang dalam fase intervensi pelayanan KB
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
Adalah kegiatan mengupayakan peningkatan status gizi
masyarakat dengan pengelilaan terkoordinasi dari berbagai profesi
kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat. Program baik
berupa Upaya dan Pencegahan dan penangulangan Perbaikan Gizi di
Puskesmas meliputi :
1. Upaya perbaikan gizi keluarga
2. Upaya perbaikan gizi Institusi
3. Upaya penanggulangan kelainan gizi
4. Pencegahan dan penanggulangan gangguan akibat
kekurangan yodium
5. Pencegahan dan penanggulangan anemia besi
6. Pencegahan dan penanggulangan kurang kalori energi protein
dan kurang energi kronis
7. Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A
8. Pencegahan dan penanggulangan masalah kekurangan gizi
mikro lain
9. Pencegahan dan penenggulangan masalah gizi lebih

Tujuan Umum
Masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.

Tujuan Khususnya :
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mewujudkan prilaku
gizi yang baik dan benar sesuai dengan gizi seimbang.
2. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi
warga dari berbagai institusi pemerintah dan swasta.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi
puskesmas lain dalam merencanakan, melaksankan,
membina, memantau dan mengevaluasi upaya perbaikan gizi
masyarakat.
4. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi
keluarga terhadap pencegahan dan penanggulangan masalah
kelainan gizi.
5. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan dan pelaporan
masalah gizi dan tersedianya informasi situasi pangan dan
gizi.

Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang


beresiko menderita kelainan gizi antara lain :
1. Bayi, anak balita, anak prasekolah dan anak usia sekolah.
2. Wanita usia subur termasuk calon pengantin, ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui dan usia lanjut.
3. Semua penduduk rawan gizi.
4. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi.
5. Pekerja penghasil rendah.

6. Penyembuhan Penyakit Dan Pelayanan Kesehatan


Pelayanan Medik Rawat Jalan adalah pelayanan medik yang
dilakukan oleh pelaksana pelayanan baik secara sendiri ataupuan atas
koordinasi bersama dengan sesama profesi maupun pelaksana
penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkanpenyakit yang
ditemukan dari pengguna jasa pelayanan kesehatan dengan tidak
memandang umur dan jenis kelamin yang dapat di selenggarakan pada
ruang praktek.

Tujuan Umum
Pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna
jasa dan keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga
hidup produktif secara sosial dan ekonomi dengan baik.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah
kesehatannya sendiri terutama melalui peningkatan kesehatan
dasar dan pencegahan penyakit.
2. Meningkatkan kesehatan pengguna jasa pelayanan dan
komunikasi yang dilayani oleh puskesmas.
3. Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta
melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan.
4. Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja
puskesmas.

Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan


puskesmas adalah semua anggota masyarakat dengan tidak memandang
umur, dan tidak membedakan strata sosial.
Pelayanan Kedaruratan Medik adalah pelayanan medik terdepan
yang merupakan penatalaksanaan kecelakaan dan keadaan kedaruratan
medik berkenaan dengan perubahan keadaan baik fisiologik, anatomik
dan mental psikologikal dari pengguna jasa pelayanan yang terjadi
mendadak yang tindakan mengatasinya harus segera dilaksanakan di
mulai dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan medik untuk
menyelamatkan kehidupan.
Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah
memberikan pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah
kritis yang ditemukan untuk mengambil fungsi vital tubuh serta
meringankan penderitaan dari pengguna pelayanan.
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut adalah pelayanan gigi dan
mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan medik ataupun
kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang
dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-masing
guna mengantisipasi proses penyakit gigi dan mulut dan
permasalahannya secara keseluruhan yang dapat dilaksanakan dalam
prosedur pelayanan di kamar praktek dan dengan pembinaan kesehatan
wilayah setempat.

Tujuan Umum
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatnya
partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-
sama mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut
masyarakat yang optimal.

Tujuan Khusus
Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat
dalam kemampuan pemeliharaan diri di bidang kesehatan gigi dan
mulut dalam mencari pertolongan sedini mungkin.
1. Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan,
keluarga dan komunikasinya.
2. Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang
berkualitas serta melibatkan partisipasi keluarga terhadap
perawatan.
3. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak
diderita masyarakat terutama pada kelompok masyarakat
yang rawan.

Sasaran pada kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan


asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu :
1. Anak sekolah dasar
2. Kelompok ibu hamil dan menyusui
3. Anak pra sekolah
4. Kelompok masyarakat lain berpenghasilan rendah
5. Lansia

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan


masyarakat ternyata masih menyimpan berbagai permasalahan yang
kini banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi
sarana dan prasarana yang kurang memadai tetapi juga dari segi tenaga
medis yang demikian pula adanya. Oleh karena itu diperlukan perhatian
khusus dari pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan serta
komitmen untuk merubah sistem pelayanan kesehatan yang dinilai
buruk oleh masyarakat, selain itu puskesmas juga memiliki standar
pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. (Kristiawan,
Arik)

2.3 Kasus Terbanyak Di Puskesmas


Derajat kesehatan masyarakat di Wilayah Puskesmas III
untuk angka kematian ibu mengalami peningkatan yaitu sebanyak
2 kasus dengan angka kematian sebesar 192/100.000 KH. Oleh
karena perlu dilakukan upaya sehingga dapat mencegah terjadinya
peningkatankasus.Untuk jumlah kematian ibu sebanyak 2 kasus
kematian dan beberapa kasus seperti TBC, Pneumonia,
HIV/AIDS, Kusta, Demam berdarah dan malaria dapat ditekan dan
belum ditemukan kejadian Luar Biasa. Untuk Incident Rate DBD
mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari Tahun 2015 yaitu :
113 insiden per 100.000 penduduk menjadi 439,6 per 100.000
penduduk Tahun2016.Upaya pelayanan keshatan seperti :
Kunjungan ibu hamil, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan
ibu nifas, penanganan komplikasi kebidanan,penanganan
komplikasi neonatal, pelayanan KB, pelayanan Imunisasi,
pelayanan GIZI, pelayanan kesehatan anak sekolah, pelayanan
kesehatan lansia dan promosi kesehatan telah berjalan dengan
lancar dan telah memenuhi target yang telahdiharapkan.
(Puskesmas IV Densel, 2018).
2.4 Sistem Alur Rujukan Kesehatan Puskesmas

Sistem rujukan layanan kesehatan primer dimulai dari Puskemas yang


melakukan tindakan pengiriman pasien yang dilaksanakan sesuai dengan
indikasi medis untuk perawatan dan pengobatan lebih lanjut kesarana
pelayanan yang lebih lengkap/kompeten yaitu Rumah sakit. Rumah sakit
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan ringkat lanjut yang menerima rujukan
harus merujuk kembali pasien ke Puskesmas yang mengirim pasien melalui
adanya surat rujukan balik sebagai sistem informasi timbal balik antara
puskesmas dan Rumah sakit, fungsi adanya surat rujukan balik ini untuk
mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan termasuk rehabilitasi
selanjutnya. Dilakukan menggunakan sistem informasi yang yang sudah
disiapkan. Dinas kesehatan berperan untuk melakukan monitoring dan
evaluasi kegiatan sistem rujukan secara kualitatif, kuantitas rujukan,
epidemiologi serta hambatan yang terjadi pada saat pelaksanaan sistem
rujukan. Puskesmas dan RS wajib melakukan pencatatan kegiatan dan
melaporkan ke Dinas Kesehatan.
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk
dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah
satu dari :
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu
diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
ternyata tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,
tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
5. Mencantumkan terapi sementara
6. Mencantumkan tindakan yang telah diberikan
7. Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk
8. Pasien di dampingi tenaga kesehatan saat merujuk
9. Menggunakan ambulance transport
10. Memberikan edukasi pada pasien tentang proses rujukan
11. Komunikasi dengan RS yang akan menjadi tujuan rujukan
sebelum mengirim pasien
12. Pasien dirujuk 1 x 24 jam sejak diagnosa ditegakkan

Untuk kasus-kasus rujukan tertentu, seperti kasus penyakit dengan pre


Eklamsi berat, DBD, Diabetes, Hipertensi, harus: (Terlampir kasus-kasus
rujukan dengan kasus tertentu):
1. Rujukan dengan kasus PEB: sebelum dirujuk ke fasilitas lain,
maka pasien memiliki salah satu gejala dari pre eklamsia berat,
seperti Tekanan darah yang tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam atau
≥ 2+ dipstik maupun Edema, pandangan kabur, nyeri di
epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen,
sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Tidak perlu

20
dirujuk jika pasien tidak memiliki salah satu gejala dari Pre-
Eklamsia Berat.
2. Rujukan dengan kasus DBD: sebelum dirujuk pada fasilitas lain,
pasien harus memenuhi kriteria untuk dirujuk, seperti tidak
adanya perbaikan kondisi setelah pemberian terapi cairan 15
ml/kgBB/Jam serta ditemukan adanya tanda-tanda shock seperti
Nadi yang tetap tinggi, TD mulai menurun, dan produksi urin
berkurang, atau faskes tidak mampu untuk melakukan
pemeriksaan darah serial berulang setiap 6 jam atau melakukan
pengawasan ketat pada pasien. Pantau ketat kondisi pasien,
monitoring tanda vitasl, rujukan tidak perlu jika pengawasan baik.
Segera rujuk jika ditemukan tanda-tanda syok perdarahan, nadi
meningkat, TD menurun, urin berkurang, kejang , penkes,
hemel,segera stabilisasi dan merujuk agar tidak sampai pada fase
irreversible.
3. Rujukan dengan kasus Diabetes Melitus : Sebelum dirujuk pada
fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria
untuk dirujuk seperti adanya kerusakan target organ atau
komplikasi dari diabetes seperti KAD, nefropati, neuropati,
retinopati, cardiomyopati atau DM tipe 1 atau 2 dengan insulin
dependent atau Diabetes Gestasional. DM tipe 2 tanpa komplikasi
dapat dirujuk apabila setelah pemberian 2 obat dan diet sehat
pasien tidak mengalami perbaikan selama 2-3 bulan.
4. Rujukan dengan kasus Hipertensi: Sebelum dirujuk pada fasilitas
kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria seperti
pasien memiliki hipertensi non esensial atau pasien tidak
mencapai target tekanan darah setelah 2-3 bulan pengobatan.
Rujukan diberikan apabila target tidak tercapai setelah pemberian
obat selama 2-3 bulan atau pasien memiliki hipertensi non
esensia.

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak
yang terlibat yaitu pihak yang merujuk, dalam hal ini Puskesmas dan pihak

21
yang menerima rujukan yaitu Rumah sakit, dengan rincian beberapa
prosedur sebagai berikut:

1. Prosedur Operasional Rujukan Pasien dari Puskesmas ke RS


a. Prosedur Klinis :
1) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosis utama dan
diagnosis banding.
2) Memberikan tindakan stabilisasi sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi tenaga
kesehatan yang kompeten dibidangnya dan mengetahui
kondisi pasien.
5) Pasien (pada point 4) diantar dengan kendaraan ambulans,
agar petugas dan kendaraan pengantar tetap menunggu
sampai pasien di IGD mendapat kepastian pelayanan,
apakah akan dirujuk atau ditangani di fasilitas pelayanan
kesehatan setempat.
6) Rujukan kasus yang memerlukan standart kompetensi
tertentu (sub spesialis) Pemberi Pelayanan Kesehatan
tingkat I (Puskesmas,Dokter Praktek, Bidan Praktek,
Klinik) dapat merujuk langsung ke rumah sakit rujukan
yang memiliki kompetensi tersebut

b. Prosedur Administratif :
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan medis.
2) Membuat rekam medis pasien.
3) Menjelaskan/memberikan Informed Consernt
(persetujuan/penolakan rujukan)
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2, lembar pertama
dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang
bersangkutan. Lembar kedua disimpan sebagai arsip.
5) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan
pasien.
6) Menyiapkan sarana transportasi.
7) Menghubungi rumah sakit yang akan dituju dengan
menggunakan sarana komunikasi dan menjelaskan kondisi
pasien.
8) Pengiriman dan penyerahan pasien disertai surat rujukan
ke tempat rujukan yang dituju.
9) Fasilitas pelayanan kesehatan perujuk membuat laporan

2. Prosedur Operasional rujukan balik ke Puskesmas


a. Prosedur Klinis :
1) Rumah Sakit yang menerima rujukan pasien wajib
memberikan umpan balik ke Puskesmas pengirim setelah
dilakukan proses antara lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat
selanjutnya pasien perlu di tindaklanjuti oleh Rumah
Sakit
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan
kegawatan klinis, tetapi masih memerlukan
pengobatan dan perawatan selanjutnya yang dapat
dilakukan di Rumah Sakit
c. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosis
bahwa kondisi pasien sudah memungkinkan untuk
keluar dari perawatan Rumah Sakit tersebut dalam
keadaan:
d. Sehat atau Sembuh.
e. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
f. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke
tempat lain.
g. Pasien sudah meninggal.
2) Rumah Sakit yang menerima rujukan pasien harus
memberikan laporan / informasi medis / balasan rujukan
kepada Puskesmas/ pengirim pasien mengenai kondisi
klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit.

b. Prosedur Administratif :
1) Rumah Sakit yang merawat pasien berkewajiban memberi
surat balasan rujukan (format terlampir) untuk setiap pasien
rujukan yang pernah diterimanya kepada Puskesmas yang
mengirim pasien yang bersangkutan.
2) Surat balasan rujukan dapat melalui keluarga pasien yang
bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik
tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan
menghubungi melalui sarana komunikasi yang
memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili dan
sebagainya.
3) Bagi Rumah Sakit, wajib mengisi laporan Triwulan

3. Prosedur Operasional menerima rujukan balik pasien.


a. Prosedur Klinis :
1) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh
Rumah Sakit yang terakhir merawat pasien tersebut.
2) Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan
masyarakat dan memantau kondisi klinis pasien sampai
sembuh.

b. Prosedur Administratif :
Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi
tersebut di buku register pasien rujukan, kemudian
menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan
memberi tanda tanggal / jam telah ditindaklanjuti.
4. Prosedur Operasional rujukan lintas batas
a. MOU antara Rumah Sakit dengan Pemerintah Kabupaten atau
Pemerintah Provinsi (Bagi yang belum memiliki Bapel atau
UPT Jamkes)
b. MOU antara Rumah Sakit dengan Pemerintah Kabupaten atau
Pemerintah Provinsi dan MOU antara Rumah Sakit dengan
Badan Penyelenggara Jaminan (Bagi yang telah memiliki
Bapel / UPT Jamkes)
c. Surat Rujukan dikeluarkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan
(Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik, Puskesmas, Rumah
Sakit) berasal dari wilayah terdekat dengan tempat tinggal
pasien.
d. Untuk Kasus Gawat Darurat, tidak perlu surat rujukan.

5. Prosedur Operasional pengelolaan pasien di ambulans


a. Pasien yang dirujuk didampingi oleh petugas kesehatan yang
mampu mengawasi dan antisipasi kegawatdaruratan.
b. Di dalam ambulan tersedia sarana prasarana life saving (sesuai
kondisi pasien).
c. Adanya komunikasi antar petugas yang ada di ambulan dengan
rumah sakit perujuk.
d. Pengoperasian mobil ambulan sesuai aturan lalu lintas.
e. Perkembangan dan tindakan yang diberikan terhadap pasien di
dalam ambulance dicatat dalam catatan perkembangan
pasien/surat rujukan

6. Prosedur Merujuk dan Menerima Rujukan Spesimen


Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat
dirujuk apabila pemeriksaannya memerlukan peralatan medik/tehnik
pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik yang lebih
lengkap.Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien
yang bersangkutan.
Rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima
rujukan spesimen tersebut harus mengirimkan laporan hasil
pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya.
a) Prosedur standar pengiriman rujukan spesimen dan
Penunjang Diagnostik lainnya
Prosedur Klinis :
1. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan
lanjutan.
2. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi
bahan yang akan dikirim dengan memperhatikan aspek
sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan
pasien dan orang lain serta kelayakan untuk jenis
pemeriksaan yang diinginkan.
3. Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim
tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang diinginkan
dan identitas yang jelas (dilengkapi jam pengambilan).

Prosedur Administratif :
1) Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang
diagnostik lainnya secara cermat dan jelas termasuk
nomor surat dan jaminan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta, informasi jenis spesimen/penunjang
diagnostik lainnya pemeriksaan yang diinginkan,
identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas
pengirim.
2) Mencacat informasi yang diperlukan di buku register
yang telah ditentukan masing-masing intansinya.
3) Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik
lainya ke alamat tujuan dan lembar kedua disimpan
sebagai arsip.
b) Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang
diagnostik lainnya
Prosedur Klinis :
1) Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang
diagnostik lainnya sesuai dengan kondisi pasien/bahan
yang diterima dengan memperhatikan aspek : sterilisasi,
kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien,
orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan.
2) Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut
layak untuk diperiksa sesuai dengan permintaan yang
diinginkan.
3) Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan
penunjang diagnostik lainnya dengan mutu standar dan
sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta
oleh pengirim.

Prosedur Administratif :
1) Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang
diagnostik lainnya yang diterima secara cermat dan jelas
termasuk nomor surat dan jaminan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta, informasi pemeriksaan yang
diinginkan, identitas pasien dan diagnosa sementara serta
identitas pengirim.
2) Apabila specimen yang diterima tidak layak, maka
spesimen tersebut dikembalikan.
3) Mencacat informasi yang diperlukan di buku
register/arsip yang telah ditentukan masing-masing
instansinya.
4) Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
5) Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis
dengan format standar masing-masing sarana kepada
pimpinan institusi pengirim.
c) Prosedur standar mengirim balasan rujukan hasil
pemeriksaan spesimen dan Penunjang diagnostik lainnya.

Prosedur Klinis :
1) Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera
di surat rujukan spesimen/ Penunjang diagnostik lainnya
yang diterima, telah dilakukan sesuai dengan mutu
standar dan lengkap
2) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa
dipertanggung jawabkan.
3) Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa
tidak ada tertukar dan keraguan diantara beberapa
spesimen.

Prosedur Administratif :
1) Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip.
2) Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai
ketentuan masingmasing instansi.
3) Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga
kerahasiaannya dan sampai kepada yang berhak untuk
membacanya.
4) Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada
alamat pengirim, dan memastikan laporan tersebut
diterima pihak pengirim dengan konfirmasi melalui
sarana komunikasi yang memungkinkan.

7. Prosedur sistem informasi rujukan dari Puskesmas ke


Rumah Sakit:
a. Surat Rujukan
Tersedia informasi tentang kerjasama dengan fasilitas
rujukan lain Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh
petugas kesehatan pengirim dan dicatat dalam surat rujukan
pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan, yang
berisikan antara lain : no rujukan, nama puskesmas / dokter
keluarga, nama kabupaten / kota, nama pasien yang dirujuk,
status jaminan kesehatan yang dimiliki pasien baik pemerintah
maupun swasta, diagnosa, tindakan dan obat yang telah
diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik,
kemajuan pengobatan, nama dan tanda tangan dokter/bidan
yang memberikan pelayanan serta keterangan tambahan yang
dianggap perlu dan penting.
b. Balasan rujukan
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah
merawat pasien rujukan. Surat balasan rujukan yang
dikirimkan kepada pengirim pasien rujukan, memuat : nomor
surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan
rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil diagnosa
setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan
tindak lanjut yang diperlukan. (format surat balasan rujukan
terlampir).
c. Rujukan Spesimen
Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim
dengan mengisi surat rujukan spesimen, yang berisikan antara
lain : nomor surat, tanggal, status jaminan kesehatan yang
dimiliki, tujuan rujukan penerima, jenis/bahan/asal spesimen,
nomor spesimen yang dikirim, tanggal pengambilan spesimen,
jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas pasien,
serta diagnosis klinis.Surat Rujukan Spesimen). Informasi
balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk
dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan segera
disampaikan pada pihak pengirim dengan menggunakan
format yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan.

2.5 Penanganan Keluarga Miskin


Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor
23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan
negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih
cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI
sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5
Tahun (BPS 2007).
Program program kesehatan yang biasa di gunaakan oleh masyarakat
ialah JAMKESMAS. JAMKESMAS adalah bentuk belanja bantuan social
untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Program ini dilakukan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam
rangka mewujudkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Penyelenggaraan pelayaan kesehatan peserta mengacu pada prinsip-


prinsip :
1. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata
peringatan derajat kesehatan masyarakat miskin
2. Menyeluruh sesuai dengan standar pelayanan medic yang cost
effective dan rasional
3. Pelayanan terstruktur, berjennang dengan portabilitas dan ekuitas
4. Efisien, transparan dan akuntable

Peserta program jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak


mampu selanjutnya disebut peserta jamkesmas sejumlah 76,4 juta jiwa dan
data badan pusat statiska tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah
sasran peserta secar nasional oleh mankes RI.
Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu, tidak
masuk dalam surat keputusan bupati/walikota. Pembiyaan kesehatannya
menjadi tanggungjawab pemda setempat dan mekanisme penegelolaannya
seyogyanya mengikuti JAMKESMAS.

30
Sasaran peserta program keluarga harapan (PKH) yang belummenjadi
peserta jamkesmas dijamin dalam jamkesmas dan dapat menggunakan kartu
PKH pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan.
Bukan hanya JAMKESMAS atau PKH serta yang lainnya, tetapi
semakin banyaknya kapasitas penduduk yang meningkat pesat, maka
pemerintah membentuk suatu program kesehatan yaitu BPJS dan JKN.
Program ini merupakan suatu program yang di pakai oleh masyarakat kota
maupun perdesaan, masyarakat kaya maupun miskin, semua warga yang
berbeda suku dan adat istiadat pun pemerintah memberikan program
jaminan kesehatan ini untuk dapat di pergunakan sebagaimana mestinya.
Program BPJS telah perkembang pesat di lingkungan masyarakat, mulai
dari perusahaan maupun mereka yang mendaftarkan diri untuk mengikuti
program ini.

2.6 Sistem Pencatatan Di Puskesmas


1. Pencatatan
Pencatatan kasus rujukan menggunakan Buku Register rujukan,
dimana setiap pasien rujukan yang diterima dan yang akan dirujuk
dicatat dalam buku register rujukan
Alur Registrasi Pasien Rujukan di fasilitas pelayanan kesehatan
layanan primer sebagai berikut :
a. Pasien umum yang masuk melalui rawat jalan (loket -
Poliklinik) dan UGD dicatat pada buku register pasien di
masing-masing unit pelayanan. Apabila pasien di rawat, dicatat
juga pada buku register rawat inap.
b. Pasien datang dengan surat rujukan dari Poskesdes / Pustu /
Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya tetap
dicatat pada buku register pasien di masing-masing unit
pelayanan dan selanjutnya juga dicatat pada buku registrasi
rujukan.
c. Apabila pasien telah mendapatkan perawatan baik di UGD,
Rawat Inap dan unit pelayanan lainnya yang diputuskan untuk

31
dirujuk, maka langsung dicatat pada buku register rujukan
pasien.
d. Setelah menerima surat rujukan balasan maka dicatat tanggal
rujukan balik diterima pada buku register rujukan pasien
(kolom balasan rujukan).
e. Pada setiap akhir bulan, semua pasien rujukan (asal rujukan, di
rujuk dan rujukan balasan) dijumlahkan dan dicatat pada baris
terakhir format buku register rujukan pasien dan dilaporkan
sesuai dengan ketentuan.
f. Mengumpulkan data dan informasi mengenai kegiatan
Pelayanan rujukan yang telah dilaksanakan di unit pelayanan
kesehatannya.
g. Pimpinan unit pelayanan kesehatan ini menyusun laporan
pelaksanaan sistem rujukan, dan kegiatan rujukan pasien.
h. Laporan ini dibuat dan ditandatangani dalam rangkap dua.
(Rangkap pertama dari laporan ini dikirimkan ke Dinas
Kesehatan setempat untuk bahan penilaian dari pelaksanaan
sistem rujukan). Rangkap kedua dari laporan ini disimpan
sebagai arsip oleh unit pelayanan kesehatan tersebut.

2. Pelaporan
Secara rutin sarana pelayanan kesehatan Puskesmas dan Rumah
sakit melaporkan kasus rujukan menggunakan format sebagai berikut :
1. P 001
Merupakan laporan rujukan PPK I yg mencakup berbagai
kegiatan Rujukan Pasien, Rujukan Spesimen/Penunjang
Diagnostik lainnya
2. Format laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan rekapan rujukan PPK I yg mencakup berbagai
kegiatan Rujukan Pasien, Rujukan Spesimen/Penunjang
Diagnostik lainnya
Frekuensi, Periode Laporan dan Format yang digunakan
dijelaskan sebagai berikut :
1) P 001
Laporan rujukan Puskesmas yang menggunakan format P
001 dibuat setiap bulan oleh masing-masing Puskesmas
berdasarkan registrasi pasien rujukan, rujukan
spesimen/penunjang diagnostik lainnya dan pengetahuan.
Laporan ini dikirim ke Dinas Kesehatan Kab/Kota paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
2) K 001
Merupakan laporan rekapan setiap bulan oleh masing-masing
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota berdasarkan laporan
Puskesmas pasien rujukan, rujukan spesimen/penunjang
diagnostik lainnya. Laporan ini dikirim ke Dinas Kesehatan
Provinsi setiap triwulan paling lambat minggu pertama
triwulan berikutnya.
3) R 001Tabel
Laporan kegiatan rujukan pasien yang mengunakan formulir
R 001 dibuat setiap triwulan oleh masing-masing Rumah
Sakit berdasarkan kompilasi pencatatan harian /register
pasien rujukan setiap bulan. Laporan ini disampaikan paling
lambat tanggal 5 bulan pertama triwulan berikutnya dan
dilaporkan jadi satu dengan data kegiatan pelayanan rawat
inap rumah sakit.

Seluruh laporan/format monitoring dan evaluasi dibuat rangkap 2


(dua), 1 (satu) rangkap untuk dilaporkan dan 1 (satu) rangkap sebagai
tertinggal/arsip.
2.7 Public Health Nursing (PHN)
1. Pengertian
WHO & UNICEF (1978), definisi keperawatan kesehatan
masyarakat dari Seksi Keperawatan Kesehatan Masyarakat dari
American Public Health Association (1996) adalah yang paling
berguna : “Keperawatan kesehatan masyarakat adalah praktek
mempromosikan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari keperawatan, sosial, dan ilmu
kesehatan masyarakat“.
Definisi ini menyarankan target yang mendasari perawatan
adalah masyarakat; masyarakat baik secara langsung maupun tidak
merupakan klien utama. Individu, keluarga, dan kelompok merupakan
subunit masyarakat dan menerima baik perawatan secara langsung
dalam konteks sebagai anggota dari masyarakat atau secara tidak
langsung sebagai hasil dari menjadi anggota klien masyarakat.
Meskipun keperawatan keluarga harus jelas dalam setiap setting
klinis, sangat penting dalam keperawatan kesehatan komunitas /
masyarakat di mana perawat berusaha untuk memberdayakan keluarga
untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan melalui promosi
kesehatan dan pendidikan (Duffy, Vehvilainen - Julkunen, Huber, &
Varjoranta 1998, Spoth, Kavanagh, & Dishion, 2002).
Public Health Nursing merupakan istilah lama, tetapi dalam
bukunya Community Health Nursing Practice (1981), Freman tidak
lagi menggunakan istilah Public tetapi menggantinya dengan istilah
Community. Perubahan istilah tersebut disebabkan karena, Public
Health Nursing mengandung pengertian yang sangat luas, tidak
terbatas, misalnya masyarakat indonesia, masyarakat jepang dan
sebagainya. Tidak jelas batasnya, sulit untuk mengukur sasarannya
dalam pembinaan perawatan kesehatan masyarakat, sehingga
terjadilah perubahan istilah menjadi Community Health Nursing.
CHN (Community Health Nursing) adalah sebuah sintesis dari
praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk mempromosikan dan melestarikan kesehatan
penduduk Tidak terbatas pada kelompok umur tertentu diagnosis, dan
terus, tidak episodik.Promosi kesehatan, pemeliharaan, pendidikan
kesehatan, manajemen, koordinasi, dan kontinuitas perawatan
kesehatan individu, keluarga, kelompok, dalam masyarakat (ANA di
Stanhope dan Lancaster, 1999). Dalam perawatan kesehatan
masyarakat (Community Health Nursing), Community (masyarakat)
merupakan sasaran yang dibina atau yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dan keperawatan, Health(Kesehatan) adalah tujuan yang
ingin dicapai, dan Nursing (keperawatan) adalah pelayanan yang
diberikan, dan inilah inti dari perawatan kesehatan masyarakat.
Cakupan masyarakat dalam CHN adalah terbatas, artinya masyarakat
yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga. Misalnya masyarakat
suku terasing, masyarakat sekolah, masyarakat pekerja, masyarakat
petani, dan dalam bidang kesehatan kita kenal dengan kelompok ibu
hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, ibu nifas, kelompok bayi, kelompok
anak balita, kelompok usia lanjut, dan lain lain. Dengan demikian
dalam pembinaannya akan lebih mudah, karena telah diketahui
karakteristik dari tiap-tiap kelompok tersebut.

2. Sejarah CHN
a. Early Home care Nursing (Before mid-1800s)
b. District Nursing (Mid-1800s to 1900)
c. Visiting nurse William Rathbone (Inggris)
d. Public Health Nursing (1900 to 1970)
e. Robert Koch’s TB program
f. Community Health Nursing (1970 to the present)

3. Model Sistem CHN


a. Menjelaskan perilaku individu, keluarga, kelompok & komunitas
b. Menekankan bagaimana masing-masing komponen
mempengaruhi keseluruhan komunitas sebaliknya
c. Menjelaskan komunitas sebagai kumpulan sub sistem yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sub-sub sistem yang lain

4. Konsep Falsafah CHN


Menurut Helvie (1991) :
a. Kesehatan yang baik dan usia panjang produktif adalah hak setiap
individu tanpa membedakan suku dan jenis kelamin
b. Semua orang mempunyai kebutuhan belajar
c. Beberapa klien mungkin tidak memahami kebutuhan belajarnya
atau kebutuhan bantuan utk mencapai tingkat sehat yang tinggi
d. Orang akan menerima dan menggunakan informasi yang
bermanfaat untuk dirinya, shg pengetahuan memiliki makna
tertentu
e. Kesehatan yang baik dan pelayanan kesehatan memberi
kesempatan masyarakat luas untuk hidup lebih baik sesuai potensi
dan pengaruh standar hidup
f. Kesehatan merupakan salah satu nilai saing klien dan memiliki
prioritas yang berbeda pada waktu yang berbeda
g. Nilai dan konsep sehat berbeda tergantung pada budaya, agama
dan latar belakang sosial klien
h. Otonomi individu dan komunitas membri prioritas yang berbeda
pada waktu yang berbeda
i. Klien → fleksibel dapat berubah sesuai stimulus internal
atau eksternal
j. Klien termotivasi untuk berkembang
k. Kesehatan merupakan penyesuaian klien yang dinamis thd
lingkungan
l. Klien dapat berpindah kearah yang berbeda sepanjang rentang
pada waktu yang berbeda
m. Fungsi utama CHN→ membantu klien mencapai tingkat sehat
yang tinggi

5. Karakteristik Community Health Nursing (CHN )


Enam karakteristik penting dari keperawatan kesehatan masyarakat :
a. Bidang spesialis keperawatan
b. Praktek menggabungkan kesehatan masyarakat dengan
keperawatan
c. Terfokus pada populasi masyarakat
d. Menekankan pada kesehatan selain penyakit
e. Melibatkan kolaborasi yang disiplin
f. Mempromosikan tanggung jawab dan perawatan diri klien

6. Community Health Nursing (CHN ) di Indonesia


Di beberapa daerah di Indonesia, profesional kesehatan adalah
komoditi yang langka. Seorang profesional kesehatan, baik itu dokter,
perawat atau bidan di daerah-daerah yang sangat terjebak dalam
permintaan merawat pasien di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas
(pusat kesehatan masyarakat). Tantangannya adalah bahwa pada
mereka sulit untuk menjangkau daerah-daerah atau populasi,
penjangkauan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Bahkan, jangkauan bisa menguntungkan setiap masyarakat.
Dalam kebanyakan kasus, dibandingkan dengan dokter dan bidan,
perawat lebih luas didistribusikan. Mereka memegang kunci bagi
kesehatan masyarakat. Memahami situasi di atas, Departemen
Kesehatan memulai program perawat kesehatan masyarakatdi mana
perawat pergi ke luar fasilitas kesehatan, memberikan perawatan
penjangkauan. Sementara mereka menyediakan perawatan di rumah
dan membantu anggota memantau masyarakat dalam mengambil obat-
obatan mereka, esensi pekerjaan perawat kesehatan masyarakat adalah
untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah masyarakat dari sakit
atau tidak sehat.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/
SK/II/Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,
Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan pelayanan
penunjang yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila di suatu daerah terdapat
masalah kesehatan spesifik (mis. Endemis malaria, DBD, dsb) yang
membutuhkan intervensi keperawatan kesehatan masyarakat, maka
Perkesmas menjadi upaya kesehatan pengembangan.

A. Tujuan
1. Umum
Meningkatnya kemandirian masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan khususnya masalah keperawatan kesehatan
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat tentang kesehatan.
b. Meningkatnya penemuan dini kasus-kasus prioritas.
c. Meningkatnya penanganan keperawatan kasus prioritas di
Puskesmas.
d. Meningkatnya penanganan kasus prioritas yang mendapatkan
tindak lanjut keperawatan di rumah.
e. Meningkatnya akses keluarga miskin mendapat pelayanan
kesehatan/keperawatan kesehatan masyarakat.
f. Meningkatnya pembinaan keperawatan kelompok khusus.
g. Memperluas daerah binaan keperawatan di masyarakat.

B. Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat meliputi upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun
upaya kesehatan masyarakat (UKM). Pelayanan kesehatan yang
diberikan lebih difokuskan pada promotif dan preventif tanpa
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama (primary
prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
maupun pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention).

C. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu,
keluarga, kelompok, masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
akibat factor ketidak tahuan, ketidak mauan maupun ketidakmampuan
dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah
yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah kesehatan
prioritas daerah, terutama :
1. Belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas
serta jaringannya)
2. Sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi
memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Sasaran terdiri
dari :
a. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil
risiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l TB
Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare,
ISPA/Pneumonia), penderita penyakit degeneratif.
b. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan
terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko
tinggi (high risk group), dengan prioritas :
 Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum
mempunyai kartu sehat.
 Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reproduksi, penyakit menular.
 Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai
masalah kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan.
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang
rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang
terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi :
 Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu
institusi antara lain Posyandu, Kelompok Balita,
Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut, Kelompok
penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal.
 Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu
institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan,
panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga
pemasyarakatan (lapas).
d. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah
kesehatan, diprioritaskan :
1. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa)
yang mempunyai :
 Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan
daerah lain
 Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain
 Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari
daerah lain
2. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular
(malaria, diare, demam berdarah, dll)
3. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana
atau akibat lainnya

40
4. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit
antara lain daerah terpencil, daerah perbatasan
5. Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan
transportasi sulit seperti daerah transmigrasi.

41
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.Kesehatan dasar Basic six atau 6 Program pokok puskesmas yaitu
:Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan Pemberantasan
Penyakit, Kesehatan keluarga dan Reproduksi, Perbaikan Gizi Masyarakat,
Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan. Sistem rujukan layanan
kesehatan primer dimulai dari Puskemas yang melakukan tindakan
pengiriman pasien yang dilaksanakan sesuai dengan indikasi medis untuk
perawatan dan pengobatan lebih lanjut kesarana pelayanan yang lebih
lengkap/kompeten yaitu Rumah sakit. JAMKESMAS adalah bentuk belanja
bantuan social untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu. Program ini dilakukan secara nasional agar terjadi subsidi silang
dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi
mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Kristiawan, Arik. Program Pokok Pelayanan di


Puskesmas. https://id.scribd.com/doc/301943517/Program-Pokok-
Pelayanan-Di- Puskesmas
Puskesmas IV Densel, 2018. Profil Puskesmas IV Densel Tahun 2017.
https://denpasarkota.go.id/.../PROFIL%20PUSKESMAS%20DENSEL%20I
V%20TH%2.

DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.


Mubarak, Wahit Iqbal. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba
Medika.
https://mutupelayanankesehatan.net/images/2014/.../Draf_Sistem_Rujukan_DKI.d
ocx

Anda mungkin juga menyukai