Anda di halaman 1dari 13

Pencegahan Penyakit yang Berkaitan dengan Ibu dan Bayi

OLEH KELOMPOK 5:

1. Anggraini Audiyanti
2. Dewi rani
3. Fifi Harmeli
4. Indri Saputri
5. Khusni Habibah
6. Nurhelena
7. Nurlizawati Sahvinas
8. Sonia
9. Suci Ramadhani
10. Tyas Rahmadianti

PRODI DIII KEBIDANAN

STIKes PAYUNG NEGERI PEKANBARU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta
atas segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencegahan Penyakit yang Berkaitan
dengan Ibu dan Bayi” ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yessi
Azwar SST, MKes selaku dosen Kesehatan Masyarakat atas bimbingan dan
pengarahannya selama penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis menerima
kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Pekanbaru, September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 3
C. Tujuan.............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pusat Kesehatan Masyarakat............................................................................4


B. Program Kesehatan Ibu dan Bayi (KIA)..........................................................8
C. Program Kesehatan Reproduksi.......................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................................11
B. Saran...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah salah satu bagian ilmu yang membahas
mengenai kesehatan masyarakat luas di lingkungan komunitas. Sebagai bidan adalah
tugasnya memberikan penyuluhan ataupun mengetahui penatalaksanaan mengenai
kesehatan di masyarakat ataupun di kebidanan komunitas. Kesejahteraan ibu dan
mengurangi angka kesakitan pada bayi merupakan pokok tugas seorang bidan.
Dimana untuk memujudkan itu semua harus dimulai sedini mungkin sejak pasien
kontak pertama dengan tenaga kesehatan khususnya bidan. Bagaimana pelayanan
bidan untuk pencegahan penyakit pada ibu dan anak. Oleh karena itu, pada bagian ini
akan di bahas mengenai pencegahan penyakit yang berkaitan dengan kesehatan ibu
dan anak sehingga kita mengetahui program yang terkait dalam meningkatkan status
kesehatan ibu dan anak.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang penulis mengkaji tentang ” Bagaimana ProsesPencegahan
Penyakit yang Berkaitan dengan Ibu dan Bayi?”

C. Tujuan
Tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah agar dapat mengetahui bagaimana
proses pencegahan penyakit yang berkaitan dengan ibu dan bayi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pusat Kesehatan Masyarakat


1. Definisi
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,  spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis´
(Pasal 1 butir 1 UU No. 36 Tahun 2009)
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan
bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi,
ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan
itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni (kiat/art) untuk :
1.      mencegah penyakit
2.      memperpanjang harapan hidup, dan
3.      meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk :
a.       sanitasi lingkungan
b.      pengendalian penyakit menular
c.       pendidikan hygiene perseorangan
d.      mengorganisir pelayanan media dan perawatan agar dapat dilakukan diagnosis
dini dan pengobatan pencegahan, serta
e.       membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar
kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan. Dengan demikian,
setiap warga negara dapat menyadari haknya atas kehidupan yang sehat dan panjang
(Winslow, 1920)

4
2. Fungsi Kesehatan Masyarakat
Menurut Mubarak (2014) Fungsi Kesehatan Masyarakat ada 3 fungsi:
1. Pusat penggerak pembangun berwawasan kesehatan selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangun lintas sector termasuk
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat selalu berupaya
agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk
dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam kepentingan kesehatan
termasuk sumber pembiayaan, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat kesehatan masyarakat bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama serta menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

3. Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat


Perkembangan Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari sejarah Kesehatan
Masyarakat (Public Health), yaitu tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani
Asclepius atau Aesculapius dan Higea. Aesculapius adalah seorang dokter pertama,
yang tampan dan pandai telah melakukanpengobatan bahkan bedah dengan prosedur
yang baik. Sedangkan Higea adalah asistennya yang cantik dan melakukan
pencegahan penyakit dan mengajarkan kepada masyarakat untuk hidup bersi,
melaksanakan hidup seimbang, kebersihan diri menghindari dari makanan dan
minuman yang kotor dan beracun, makan makanan yang bergizi dan cukup istirahat.
Pada akhirnya kedua orang ini akhirnya menjadi suami istri. Mengabungkan dua
aliran kesehatan yang berbeda tapi tidak saling bertentangan, saling behubungan satu
sama lain. Aliran Aesculapius cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah
sakit yaitu melalui Pengobatan atau Kuratif. Sedangkan aliran Higea cenderung
melakukan pencegahan penyakit (preventif) serta upaya-upaya peningkatan (promosi)

5
kesehatan. Mitologi tersebut menjadi inspirasi bagi embrio Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan Masyarakat.

4. Wilayah Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


Puskesmas harus bertanggung jawab untuk setiap masalah yang terjadi di wilayah
kerjanya, meskipun masalah tersebut lokasinya berkilo-kilo meter dari puskesmas.
Dengan asas inilah puskesmas dituntut untuk lebih mengutamakan tindakan
pencegahan penyakit, dan bukan tindakan untuk pengobatan penyakit. Dengan
demikian puskesmas harus secara aktif terjun ke masyarakat dan bukan menantikan
masyarakat datang ke puskesmas.
Wilayah kerja puskesmas, bisa kecamatan, faktor kepadatan penduduk, luas
daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan
pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian
wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati KDH, mendengar saran teknis di
Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi.
Untuk kota besar wilayah kerja puskesmas bisa satu kelurahan, sedangkan puskesmas
di ibukota kecamatan merupakan puskesmas rujukan, yang berfungsi sebagai pusat
rujukan dari puskesmas kelurahan yang juga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran
penduduk yang dilaksanakan oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.
Luas wilayah yang masih efektif untuk sebuah puskesmas di daerah pedesaan adalah
suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah kerja yang dipandang
optimal adalah area dengan jari-jari 3 km

5. Struktur Organinasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat

Unsur pimpinan
a.    Kepala puskesmas
b.    Unsur tata usaha

6
1)                 Data informasi
2)                 Perencanaan dan penilaian
3)                 Keuangan
4)                 Kepegawaian
c.    Unsur pelaksana teknis fungsional puskesmas
1)                 Upaya kesehatan masyarakat
2)                 Upaya kesehatan perorangan
d.   Jaringan pelayanan puskesmas
1)                 Unit puskesmas pembantu
2)                 Puskesmas keliling
3)                 Bidan desa/komunitas

6. Sistem Rujukan Pusat Kesehatan Masyarakat


1. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus  penyakit.Apabila
suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (baik hotizontal maupun vertical).Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang
hanya memerlukan rawat jalan sederhana, bias dirujuk kembali ke  puskesmas.
2. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan
bencana.Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu
puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya

7
kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan
kabupaten atau kota.

B. Program Kesehatan yang Terkait dalam Peningkatan Status Kesehatan Ibu


dan Bayi
Komponen yang terkait antara lain :
1. Upaya KB
2. Upaya perbaikan gizi

Melaksanakan program :

a. Program perbaikan gizi keluarga ( suatu program menyeluruh yang mencakup


pembangunan masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos pelayanan
terpadu
b. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang cukup
kepada anak-anak dibawah umur lima tahun dan pada ibu yang menyusui
c. Memberikan vitamin A kepada anak-anak di bawah umur lima tahun.

Tujuan dari program pencegahan penyakit dalam peningkatan status kesehatan


ibu dan anak ini :

a.       Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (morbility) dikalangan ibu ,
kegiatan program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan
bersalin dan menyusui
b.      Meningkatkan kesehatan anak melalui pemantauan status gizi dan pencegahan
sedini mungkin berbagai penyakit yang bisa di cegah dengan imunisasi dasar
sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

8
C. Program Kesehatan Reproduksi
Membicarakah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak reproduksi,
kesehatan seksual dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang
meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta untuk memiliki
informasi dan cara untuk melakukannya.
1. Kesehatan Seksual
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi yang
mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan secara
memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan lainnya.
Terkait dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi manusia untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua hal yang
berhubungan dengan seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi, bebas
dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan.
2. Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi
a.       Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan
kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan, kelahiran
dan kenikmatan seks aman.
b.      Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan
pengambilan keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai subyek
dalam kebijakan terkait.
c.       Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan itu
sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan kelas
melainkan juga menjamin adanya keadilan sosial dan kondisi yang menguntungkan
bagi perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.
d.      Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang dimiliki
oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai dengan
keberadaannya sebagai pribadi dan anggota masyarakat tertentu.

9
e.       Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup berbagai
aspek, tidak hanya aspek biologis dan permasalahannya bukan hanya bersifat klinis,
akan tetapi non klinis dan memasuki aspek ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Oleh
karena aitu diintroduksi pendekatan interdisipliner (meminjam pendekatan psikologi,
antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan, hukum dan sebagainya) dan ingin dipadukan
secara integratif sebagai pendekatan transdisiplin.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat ternyata masih
menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak dikeluhkan oleh masyarakat.
Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan prasarana yang kurang memadai, tetapi juga
dari segi tenaga medis yang demikian pula adanya. Oleh karena itu, diperlukan
perhatian khusus dari pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat serta komitmen untuk merubah sistem pelayanan Puskesmas yang dinilai
buruk oleh masyarakat. Selain itu, Puskesmas juga harus memiliki standar pelayanan
yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat untuk mencapai kemakmuran
dan kesejahteraan masyarakat.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan kita harusnya mengetahui cara
,program untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas meningkatkan kualitas tumbuh
kembang dan perlindungan anak. Banyak sekali program kesehatan yang harusnya
kita laksanakan secara tepat. Dan disini peran bidan tak lepas dari promotif dan
preventif dan hendaknya seorang bidan harus lebih memperdalami ilmu kesehatan
masyarakat dalam menggerakkan fungsinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Puji,heni wahyuningsih,ircham,anis indriyani,mina yumei santi.2009.Dasar-dasar


Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya

Soekidjo,notoatmodjo.2011.Kesehatan Masyarakat.Jakarta: PT.Rineka Cipta

Syafrudin,Theresia,Jomima.2009.Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa


Kebidanan.Jakarta: Trans Info Media

Yayah,ai rukiyah,lia yulianti.2009.asuhan kebidanan 1 kehamilan.Jakarta : Trans


Info Media

12

Anda mungkin juga menyukai