Anda di halaman 1dari 20

PELAYANAN KEBIDANAN DALAM SISTEM PELAYANAN KEBIDANAN

KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT

Dosen Pengampu :

Ridha Wahyuni, S.ST.,M.Keb

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Puji Hartati NIM: R220412012
Ria Irma Safitri NIM : R220412014
Romiatiningsih NIM : R220412015

PRODI S1 KEBIDANAN TRANSFER

ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga
kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Makalah yang berjudul “Konsep Kesehatan Masyarakat” dapat terselesaikan Makalah ini disusun
untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Pelayanan Kebidanan Dalam Sistem Pelayanan
kebidanan. Sehubungan dengan penulisan Makalah sampai penyelesaian Makalah ini,dengan
rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Hestri M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Pelayanan Kebidanan Dalam
Sistem Pelayanan kebidanan

2. Teman-Teman seperjuangan yang ikut serta membuat tugas modul, memberikan


masukan, arahan dan saran.

3. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dari makalah ini,oleh karena itu setiap upaya
perbaikan, kritik maupun saran yang di berikan kepada penulis akan diterima dengan senang
hati.Semoga keberadaan modul ini bermanfaat bagi Kampus ITKES Wiyata Husada Samarinda
hususnya,dan bagi segenap pembaca yang budiman umumnya.

Samarinda, 28 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……….....……………………………………….....…………………….....……. i

Daftar Isi………………………………………………......…….……………………………...... ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang………………….....………………...…………………………...…….....
1

B. Rumusan Masalah…………….....………………………....…………………………...... 1

C. Tujuan………………………….....……………………...……………………................. 2

D. Manfaat………………………….....……………………………………………..…….... 2

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Konsep dan definisi kesehatan masyarakat………………...…………………………… 3


B. Perkembangan peran dan perspektif kesehatan masayarakat dalam kebidanan..………. 7
C. Peran bidan dalam kesehatan masyarakat (the public health role of the midwife)…...… 8
D. Epidemiologi dalam kebidanan……………………………………………….………… 10
E. Ketidaksetaraan dalam kesehatan……………….……..…..………………………….…
12

Bab III Penutup

Kesimpulan………...……….....……………………………………………….........……… 15

Daftar Pustaka…………………………....……………………….....………………....……...... 16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata,
serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat. Kesehatan sebagai modal
pembangunan memerlukan dukungan dari tenaga kesehatan termasuk bidan dan perawat.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah
berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Upaya-upaya penyelenggaraan
kesehatan senantiasa beriringan dengan fenomena globalisasi dan perkembangan dunia
teknologi, mempengaruhi pelaksanaan upaya-upaya penyelenggaraan kesehatan secara
menyeluruh. Tenaga kesehatan memberikan kontribusi sebanyak 80% untuk keberhasilan
tujuan pembangunan kesehatan. Kinerja sistem kesehatan telah ditunjukkan melalui
peningkatan status kesehatan yaitu penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Namun perbaikan indikator tersebut belum seperti yang
diharapkan. Oleh karena itu, selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pelayanan
kebidanan dalam sistem pelayanan kebidanan, penulis mengambil judul konsep kesehatan
masayarakat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari Latar Belakang diatas maka rumusan masalah ini adalah
1. Menjelaskan Konsep dan definisi kesehatan masyarakat
2. Menjelaskan Perkembangan peran dan perspektif kesehatan masayarakat dalam
kebidanan
3. Menjelaskan Peran bidan dalam kesehatan masyarakat (the public health role of the
midwife)
4. Menjelaskan Epidemiologi dalam kebidanan
5. Menjelaskan Ketidaksetaraan dalam kesehatan

1
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas akademik
2. Memahami Konsep dan definisi kesehatan masyarakat
3. Memahami Perkembangan peran dan perspektif kesehatan masayarakat dalam
kebidanan
4. Memahami Peran bidan dalam kesehatan masyarakat (the public health role of the
midwife)
5. Memahami Epidemiologi dalam kebidanan
6. Memahami Ketidaksetaraan dalam kesehatan

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai referensi bagi mahasiswa yang berhubungan dengan Pelayanan kebidanan
dalam sistem pelayanan kebidanan, konsep kesehatan masyarakat, untuk menambah
wawasan tentang hubungan pengetahuan pembaca dengan Pelayanan kebidanan
dalam sistem pelayanan kebidanan, konsep kesehatan masyarakat. Di harapkan hasil
penulisan ini menjadi informasi di bidang kebidanan dan kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk dapat menambah kepustakaan dan pengetahuan serta untuk meningkatkan
mutu pendidikan yang berguna bagi mahasiswa ITKES Wiyata Husada Samarinda.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Definisi Kesehatan Masyarakat


Kesehatan Menurut WHO (1947) Adalah suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental dan social serta tidak hanya bebas dari segala penyakit atau
kelemahan. Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi
Yunani, yakni Asclepius dun Higia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius
disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak
disebutkan sekolah atau pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia
dapat mangobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur prosedur
tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higea, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya, juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam
pendekatan/ penanganan tnasalah kesehatan sebagai berikut: 1) Asclopus melakukan
pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2)
Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan malalui
‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang
bergizi (baik), cukup istirahat, dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuli sakit,
Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya sacara alamiah untuk
menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat
tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/ pembedahan.
Abad Ke-16 Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan
kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari wabah
kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat.

3
Tahun 1807 Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi
dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka
kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga
pelatih.
Tahun 1888 Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian
berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan
Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra,
cacar, gizi dan sanitasi.
Tahun 1925 Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan)
penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan
kesakitan.
Tahun 1927 STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah
menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah
menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalammenghasilkan tenaga-
tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia
Tahun 1930 Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
Tahun 1935 Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan
penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
Tahun 1951 Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y.
Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya
bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat
dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah
yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan
tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan
Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan
kemudian disebut Puskesmas.
Tahun 1952 – Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
Tahun 1956 – Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat

4
pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan
medis.
Tahun 1967 – Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah
disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
Tahun 1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah
merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh
pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam
wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969 : Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan
tipe B (dikelola paramedis).
Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program
kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas
saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik,
rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang
lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk
pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Tahun 1984
Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas
(KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi) Awal tahun 1990-an Puskesmas
menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat,
selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
1. Definisi Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan
meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian
pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit den
beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit

5
yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan
penyakit Melalui imunisasi.Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat
yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat
batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan, yakni: kesehatan
masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit memperpanjang
hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui Usaha-usaha Pengorganisasi
Masyarakat.Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi,
teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu
sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
Definisi ilmu kesehatan masyarakat (bahasa Inggris: public health) menurut
Profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental,
dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini,
pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap
orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga
kesehatannya.
Ikatan Dokter Amerika, AMA, (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat
adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Menurut Prayitno (1994) dalam
pandangan yang sempit mungkin dapat dikatakan bahwa Ilmu Kesehatan Masyarakat itu
adalah ilmu yang mempelajari sehat dan sakit saja, dan dalam arti yang luas ternyata Ilmu
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang lebih menitikberatkan penanganan kasus-kasus
pada upaya-upaya pencegahan, bukan pada upaya kuratif, sebab dalam IKM dikenal
adanya 5 tahap pencegahan (The Five Level of Prevention) yang terdiri atas :
a) Upaya Promotive (meningkatkan pemahaman kesehatan)
b) Upaya Preventive (miningkatkat upaya pencegahan penyakit)
c) Upaya Protective (meningkatkan perlindungan terhadap penyakit)
d) Upaya Curative (upaya penyembuhan terhadap penyakit)

6
e) Upaya Rehabilitative (upaya pemulihan)
2. Tujuan dan Manfaat Kesehatan Masyarakat
Terciptanya keadaan lingkungan yang sehat, terbatasnya penyakit menular, meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang prinsip-prinsip kesehatan perseorangan, tersedianya
berbagai usaha kesehatan yang dibutuhkan masyarakat yang terorganisir dan terlibatnya
badan-badan kemasyarakatan dalam usaha kesehatan.
Tujuan Akhir : Terciptanya jaminan bagi tiap individu masyarakat untuk mencapai
suatu derajat hidup yang cukup guna untuk mempertahankan kesehatan
B. Perkembangan peran dan perspektif kesehatan masayarakat dalam kebidanan
Perkembangan Kesehatan Masyarakat dibagi dalam 3 priode :
1. Priode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Zaman Romawi kuno telah dikeluarkan peraturan yang mengharuskan masyarakat
mencatat tentang pembangunan rumah, binatang-binatang yang berbahaya bahkan
ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan
kepada tempat minum masyarakat, warung makan, dan tempat-tempat prostitusi.
Pada abad ke-7 kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya karena
berbagai penyakit menular makin menyerang sebagian besar penduduk dan telah
menjadi epidemi bahkan di beberapa menjadi epidemi misal penyakit
2. Periode ilmu pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai
dampak yang luas terhadap aspek kehidupan manusia termasuk kesehatan, jika pada
abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit hanya dilihat sebagai
fenomenal biologis dan pendekatan yang dilakukan serta, secara biologis dan sempit
maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks.
Pada abad ini mulai ditemukan berbagai penyebab penyakit dan vaksin sebagai
pencegah penyakit. Leuwis Pasteur menemukan vaksin untuk mencegah penyakit
cacar, Joseph liter menemukan asam karbon untuk sterilisasi William Marton
menemukan ether untuk anestesi.
Pada tahun 1832 dilakukan penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat oleh
Edwin chadwich dkk, pada saat itu masyarakat Inggris terserang penyakit epidemi
wabah kolera laporan hasil penyelidikannya adalah masyarakat hidup di kondisi

7
sanitasi yang jelek sumur penduduk berdekatan dengan air kotor dan pembuangan
kotoran manusia air limbah mengalir terbuka tidak teratur makanan yang dijual di
pasar banyak dikerubung lalat di samping itu ditemukan sebagian besar masyarakat
miskin tidak mampu membeli makanan yang bergizi.

Pada tahun 1955 pemerintah Amerika telah membentuk departemen Kesehatan yang
pertama kali yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk. Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai
perhatian terhadap kesehatan masyarakat di new York dan menghasilkan asosiasi
masyarakat Amerika (American publik health association).
3. Perkembangan di Indonesia
Sejarah perkembangan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan
Belanda pada abad ke-16. kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat pada waktu itu. Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter di Jawa untuk
pendidikan dokter pribumi selanjutnya pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter di
Surabaya. Kedua sekolah tersebut mempunyai hal yang andil yang sangat besar dalam
menghasilkan tenaga Dokter yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Kemudian pada tahun 1888 didirikan laboratorium pusat di Bandung yang
mempunyai peranan sangat penting dalam langkah menunjang pemberantas penyakit
malaria, cacar dan malaria bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain
seperti gizi dan sanitasi. Pada zaman kemerdekaan Indonesia salah satu tonggak
penting perkembangan masyarakat di Indonesia adalah dengan diperkenalkannya
konsep Bandung pada tahun 1951 oleh dr. Y.Laimena dan dr Patah dalam konsep ini
mulai dikenal konsep kuratif dan preventif.
C. Peran bidan dalam kesehatan masyarakat (the public health role of the midwife)
Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai komunikator motivator
fasilitator dan konselor bagi masyarakat (Potter dan Perry, 2007).
Macam-macam peran tersebut yaitu :
1. komunikator

8
komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang yang
menerimanya. Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang
menyampaikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan
pihak lain yang menerima pesan atau komunikan tersebut memberikan respon
terhadap pesan yang diberikan (Putri, 2016). Proses dari interaksi komunikator ke
komunikan disebut juga dengan komunikasi.
Seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan informasi secara
jelas kepada pasien, memberikan informasi sangat diperlukan karena komunikasi
bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat yang
salah terhadap kesehatan dan penyakit. Komunikasi dikatakan efektif jika dari tenaga
kesehatan mampu memberikan informasi secara jelas kepada pasien, sehingga dalam
penanganan selama kehamilan diharapkan tenaga kesehatan bersikap ramah, dan
sopan pada setiap kunjungan ibu hamil (Notoatmojo, 2007). Tenaga kesehatan juga
harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang informasi yang diberikan dan juga
memberikan pesan kepada ibu hamil apabila terjadi efek samping yang tidak bisa
ditangani sendiri segera datang kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan
(Mandriwati, 2008).
2. Sebagai Motivator
Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai suatu
tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku
yang dilakukan (Notoatmodjo,2007).
Menurut Saifudin 2008 motivasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Peran tenaga kesehatan sebagai motivasi tidak kalah penting dari
peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan,
dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh ke
arah pencapaian tujuan yang diinginkan (Mubarak, 2012). Tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu
melakukan pendampingan menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali
masalah yang dihadapi dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan
masalah tersebut (Novita, 2011).

9
Tenaga kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil
untuk patuh dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dan menanyakan apakah Ibu
sudah memahami isi dari buku KIA. Tenaga kesehatan juga harus mendengarkan
keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat dan yang perlu diingat
adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan moril selama kehamilannya sehingga
dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi
(Notoatmojo, 2007).
3. Sebagai fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan dalam
menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga kesehatan
dilengkapi dengan buku KIA dengan tujuan agar mampu memberikan penyuluhan
mengenai kesehatan ibu dan anak (Putri, 2006). Tenaga kesehatan juga harus
membantu klain untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal agar sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
D. Epidemiologi dalam kebidanan
Epidemiologi berasal dari kata Yunani yaitu (epi = pada, demos = penduduk,
logos = ilmu ) dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
terjadi pada rakyat. Beberapa definisi epidemiologi sebagai berikut :
W. H. Welch epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang timbulnya
perjalanan dan pencegahan penyakit terutama penyakit infeksi menular.
Mac mahon dan Pugh ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit dan faktor-
faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
Lach, beagehole et Al, (1993) studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang
menentukan keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-kejadian pada
kelompok penduduk tertentu.
W.H. Forst ilmu yang mempelajari timbulnya distribusi dan jenis penyakit pada manusia
menurut waktu dan tempat.
Azrul Azwar: ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan pada sekelompok manusia atau masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
1. Ruang Lingkup Epidemiologi

10
Ruang lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut :
a. Subjek dan objek epidemiologi: masalah kesehatan (penyakit menular penyakit
tidak menular kecelakaan, bencana alam dan sebagiannya).
b. Masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia (bedakan dengan
ilmu kedokteran klinik).
c. Dimanfaatkan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.
dalam metode penelitian epidemiologi akan melihat penyebab masalah dan
timbulnya masalah kesehatan.
2. Macam-macam epidemiologi dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. epidemiologi deskriptif ( deskriptive epidemology). Merupakan tentang frekuensi
dan penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa memandang perlu mencari
jawaban terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut.
Pada epidemiologi deskriptif informasi dikumpulkan untuk menandai atau
merangkum kejadian atau masalah kesehatan, epidemiologi deskriptif
mengevaluasi semua keadaan yang berada di sekitar seseorang yang dapat
mempengaruhi sebuah kejadian kesehatan, yang menjadi fokus dalam
epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan pola (Ellis Christensen, 2012).
Frekuensi digunakan untuk menilai, tingkat kejadian, sedangkan pola dapat
digunakan untuk membantu epidemiologi analitik menunjukkan faktor risiko.
Penelitian deskriptif ini juga berfokus pada pertanyaan who (siapa saja yang
terkena atau terpenuhi), When (kapan mereka terpengaruhi) dan where (Dimana
mereka terpengaruhi).
1) Pada Who (orang) epidemologi deskriftif meliputi factor-faktor antara lain:
- Variabel Demografi, sebagai contoh: usia, jenis kelamin, ras, penghasilan,
Pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama, dan lain-lain.
- Variabel keluarga, Sebagai contoh: jumlah anggota keluarga, usia melahirkan,
Pendidikan Ibu, pengaturan jarak kehamilan, dan lain-lain.
- Prilaku, misalnya penyalahgunaan narkoba, shift kerja, makan dan pola
olahraga.
- Variabel lain, seperti: golongan darah, paparan factor, lingkungan tertentu,
status kekebalan, status kekebalan, status imunisasi, status gizi.

11
Contoh: penelitian epidemilogi deskriptif yang menganalisis factor orang
antara lain tekanan darah tinggi pada orang yang bekerja shift malam, obesitas
pada remaja siswi SMA, Diabetes Millitus pada lansia Desa Z, dan lain-lain.
2) Hal penting lain yang diamati pada epidemilogi deskriptif ada Where
(tempat). Tempat disini dapat berupa:
- Tempat tinggal
- Tempat bekerja
- Sekolah
- Rumah Makan
- Tempat Rekreasi
3) Hal ketiga yang penting dan sering dievaluasi dalam epidemologi
Deskriptif adalah factor when ( waktu), yang dimaksud dengan waktu disini
merupakan waktu tahun, atau hal yang terjadi pada waktu tertentu setiap hari atau
setiap jam.
b. Epidemilogi Analitik (Analytic Edemiology)
Epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban terhadap penyebab
terjadinya frekuensi, penyebaran serta, munculnya suatu masalah kesehatan.
Dalam epidelogi analitik diupayakan untuk mencari jawaban mengapa (why),
kemudian dianalisis hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan, Faktor
penyebab diarahkan kepada factor-faktor yang mempengaruhi , sedangkan akibat
menunjuk kepada frekuensi, penyebaran, serta adanya suatu masalah kesehatan.
Oleh karna itu perlu dirumuskan hipotesa yang berkaitan dengan masalah yang
timbul, lalu dilanjutkan dengan menguji hipotesa melalui suatu penelitian yang
selanjutnya ditarik suatu kesimpulan tentang sebab akibat dari timbulnya suatu
penyakit.
c. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelomok
subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol ( yang tidak dikenakan
percobaan).
E. Ketidaksetaraan dalam kesehatan

12
Ketidaksetaraan dalam kesehatan adalah indicator dari perbedaan status kesehatan
dalam populasi. Komisi WHO dalam Social Determinants of Health telah mengundang
berbagai pihak untuk mengurangi kesengajaan antara kelompok yang berbeda sepanjang
generasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas kondisi kehidupan
sehari-hari, menangani, ketidaksetaraan distribusi pemegang kekuasaan, uang maupun
sumber daya, serta mengukur dan memastikan dan dampak dari intervensi, akan tetapi
ada beberapa tantangan untuk mencapai hal tersebut. Faktor kesehatan umumnya tidak
ditempatkan sebagai agenda utama dalam dunia politik, kebijakan kesehatan di
kebanyakan negara. Memajukan kondisi terhadap rekomendasi yang dianjurkan oleh
komosi memerlukan untuk menolak biomedical model dalam kausa penyakit, dan
menemukan, konsep social medicine. Kedua langkah tersebut tidak akan menguntungkan
kelompok yang berkuasa yang disebutkan sebelumnya.

Untuk meyakinkan politikus dan biokrat mengenai keuntungan jangka lama


melalui intervensi social akan susah dilakukan, dimana kelompok tersebut akan berfokus
pada intervensi biomedis yang menguntungkan mereka dalam jangka pendek. Sulit untuk
mengetahui sebab akibat melalui analisis hasil dari intervensi sosial yang dilakukan
dalam jangka panjang. Selain itu, ditemukan juga kesulitan untuk melakukan randomized
controlled trials mengenai intervensi sosial yang ditujukan untuk menurunkan
ketidaksetaraan, menyamaratakan penemuan dari satu konteks penelitian dengan yang
lainnya, maupun menghasilkan bukti dari efektivitas biaya dari intervensi sosial.

Mengingat terbatasnya sumber daya, diperlukannya bukti-bukti tersebut. Program


pencegahan kesehatan, baik yang diberikan kepada individu atau populasi, dapat
memperburuk ketidaksetaraan. Penerapan pendekatan berbasis populasi yang
mengandalkan pendidikan kesehatan untuk mendorong perilaku sehat telah memperburuk
ketidaksetaraan sosial dalam kesehatan karena hal tersebut telah dimanfaatkan oleh
mayoritas kelas social ekonomi atas. Untuk memantau tingkat ketimpangan, diperlukan
statistic vital dari semua strata sosial ekonomi. Untuk mengatasi ketidaksetaraan
kesehatan yang mengakar dalam faktor- faktor determinan sosial, diperlukan tindakan
bersama, terutama yang dating dari luar sektor kesehatan. Hal ini melibatkan koordinasi
lintas sektoral, masalah yang disorotkan dalam pendekatan perawatan kesehatan primer

13
dan telah ditinjau kembali dalam laporan oleh Komisi. Namun, koordinasi lintas sektoral
lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, dimana dibutuhkan kerja sama antara sektor.
Berbagai pihak yang berperan dalam hal ini dapat dating dari perusahan laba, nirlaba, dan
masyarakat sipil. Untuk mengelola semua pihak ini, kementerian kesehatan harus
semakin memainkan peran penatalayanan. Kesehatan populasi dapat ditempatkan sebagai
aset yang meningkatkan

produktivitas sebuah negara. Namun, akan selalu ada persaingan dari prioritas
investasi yang dapat mempunyai dampak lebih besar terhadap perekonomian.
Kesehatan dan ketidaksetaraan perlu ditempatkan ke agenda kebijakan
sebagai masalah keadilan sosial, karena ini mempengaruhi semua orang.
Gagalnya melakukan tindakan sekarang akan menjadi kerugian bagi
kesejahteraan masyarakat kita semua.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara
sanitasi dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau
masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek
(seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Sehat secara sosial adalah
perikehidupan seseorang dalam masyarakat, yang diartikan bahwa seseorang
mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya
sendiri dan kehidupan keluarga sehingga memungkinkan untuk bekerja, beristirahat
dan menikmati liburan. Kesehatan ada empat dimensi, yaitu fisik (badan), mental
(jiwa), sosial dan ekonomi yang saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat
kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Epidemiologi adalah Ilmu
yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada
sekelompok manusia/masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Epidemiologi Analitik (analytic edemiology) adalah epidemiologi yang menekankan
pada pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta
munculnya suatu masalah kesehatan. Epidemiologi Eksperimen, dilakukan dengan
mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek, kemudian
dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).

15
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid I,II,III,IV: Jakarta.


Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 1987. Upaya Kesehatan Puskesmas dan Keterpaduan
KB Kesehatan: Jakarta
Effendi Nasrul, Drs, 1994, Primary Health Care, EGC, Jakarta. Indonesia
Nasrul Effendi 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC,
Jakarta.
Notoatmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta
Indang Encang. 1988. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Alumni: Bandung. Indonesia
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Buku Kedokteran Ege: Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Andi Offset: Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai