Dosen Pengampu:
Isroni Astuti, SSiT, M.Kes
Disusun Oleh :
Kelas 1A Kelompok 2
1. Kedua orang tua kami yang memberikan dukungan serta doa yang tak
henti hentinya.
2. Dosen pembimbing yang telah membantu kami sehingga makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 Sejarah Kesehatan Masyarakat.......................................................................5
2.2 Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia..........................................6
2.3 Definisi Kesehatan Masyarakat....................................................................10
2.4 Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat........................................................11
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat......................14
2.7 Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehata Perorangan..................16
BAB III........................................................................................................................19
PENUTUP...................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................19
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan pusat
pelayanan kesehatan masyarakat.Serta perkembangan kesehatan mayarakat di
Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2. Kelompok ke dua (aliran II), yang cenderung melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit (preventif) dan meningkatkan kesehatan (promotif)
sebelum terjadinya penyakit. Pendekatan preventif pada umumnya:
a. Sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perseorangan)
b. Masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang
menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu atau perseorangan.
c. Jarak antara petugas kesehatan masyarakat dengan masyarakat lebih
bersifat kemitraan, tidak seperti antar dokter-pasien
d. Lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak hanya menunggu
pasien datang, tetapi harus turun ke masyarakat
e. Melihat klien sebagai manusia yang utuh, dengan pendekatan yang
holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya
sistem biologi, individual, akan tetapi dalam konteks yang luas seperti
aspek biologis, psikologis dan sosial.
2.2 Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia
6
dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau
sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah
dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederlandsch Indische
Artsen School). Pada tahun 1927, Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran
dan namanya diubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada
tahun 1947.
4. Tahun 1888 di Bandung berdiri Pusat Laboratorium Kedokteran yang
berperan penting dalam mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1938 Pusat Laboratorium ini berubah menjadi Lembaga
Eykman, selanjutnya diikuti dengan pendirian laboratorium lain di Medan,
Semarang, Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium-laboratorium
ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang
pemberantasan penyakit, seperti malaria, lepra, cacar, dan sebagainya, bahkan
untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain, seperti gizi dan sanitasi.
5. Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934, dan 1935 terjadi
epidemi di beberapa tempat, terutama di Pulau Jawa.
6. Tahun 1925 Hydrich seorang petugas kesehatan Pemerintah Belanda
melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan
kesakitan di Banyumas – Purwokerto pada waktu itu. Ia menyimpulkan bahwa
penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan itu adalah karena buruknya
kondisi sanitasi lingkungan. Mereka membuang kotorannya di sembarang
tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan, bahkan di pinggir jalan dan
mereka mengomsumsi air minum juga dari sungai yang tercemar.
Menurutnya, kondisi sanitasi lingkungan yang buruk disebabkan karena
perilaku penduduk. Oleh sebab itu, Hydrich memulai upaya kesehatan
masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan dengan
melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan. Usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
7. Tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes dengan melakukan
penyemprotan pestisida DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga
7
vaksinasi massal. Tercatat 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan
vaksinasi sampai tahun 1941.
8. Salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia
terjadi pada saat memasuki zaman kemerdekaan dengan diperkenalkannya
Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan
dr. Patah, selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini,
diperkenalkan bahwa aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mengembangkan sistem pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan puskesmas di Indonesia, kedua aspek ini tidak
boleh dipisahkan.
9. Tahun 1956 Dr. Y Sulianti dalam kegiatan pengembangan masyarakat
mendirikan Proyek Bekasi’ (Tepatnya Lemah Abang) sebagian proyek
percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Untuk
melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih 8 desa wilayah
pengembangan masyarakat, yaitu Inderapura (Sumatra Utara), Lampung,
Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman, Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa
Timur), Kesiman (Bali), dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan
wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini.
10. Pada November 1967, dr. Achmad Dipodilogo dalam seminar yang membahas
dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan
kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Mengungkapkan “Konsep
Puskesmas” yang mengacu kepada Konsep Bandung dan Proyek Bekasi.
Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri
atas tipe A, B, dan C.
11. Akhirnya tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional dicetuskan bahwa
puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi pusat
pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah
8
kerja kecamatan atau sebagian kecamatan. Kegiatan pokok puskesmas
mencakup:
a. kesehatan ibu dan anak,
b. keluarga berencana,
c. gizi,
d. kesehatan lingkungan,
e. pencegahan penyakit menular,
f. penyuluhan kesehatan masyarakat,
g. pengobatan,
h. perawatan kesehatan masyarakat,
i. usaha kesehatan gizi,
j. usaha kesehatan sekolah,
k. usaha kesehatan jiwa,
l. laboratorium,
m. pencatatan dan pelaporan.
12. Tahun 1969 disepakati hanya ada dua sistem puskesmas, yaitu tipe A dan B.
puskesmas tipe A dikelola oleh dokter dan tipe B dikelola oleh seorang tenaga
paramedis.
13. Tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial penilaian berupa
stratifikasi puskesmas, yang dibedakan menjadi
a. strata satu: puskesmas dengan prestasi sangat baik,
b. strata dua: puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar,
c. strata tiga: puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.
14. Tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan dengan mempunyai
tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan posyandu di wilayah
kerjanya masingmasing. Program posyandu ini mencakup kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, gizi masyarakat, penanggulangan penyakit diare,
dan imunisasi. Tujuan dikembangkannya posyandu sejalan dengan tujuan
pembangunan kesehatan, yakni
9
a. mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita dan
angka kelahiran,
b. mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera (NKKBS),
c. berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis,
sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau
dengan istilah lain saling berinteraksi.
Arti kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Sehat menurut UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
mungkin hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sehat secara mental
(kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Sehat secara sosial adalah
perikehidupan seseorang dalam masyarakat, yang diartikan bahwa seseorang
mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya
sendiri dan kehidupan keluarga sehingga memungkinkan untuk bekerja,
beristirahat dan menikmati liburan.
10
mengendalikan emosinya ketika sedih maupun senang dengan mengekspresikan
ke dalam bentuk perilaku berteriak atau menangis keras-keras, atau tertawa
terbahak-bahak yang membuatnya sulit untuk bisa kembali ke kondisi normal,
maka orang tersebut tidak sehat. Begitu pula orang yang kelihatan sehat dari segi
fisiknya, akan tetapi tidak mampu memajukan kehidupannya sendiri dengan
belajar, bekerja, ataupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, maka orang
tersebut tidak bisa dikatakan sehat.
11
sciences), sejalan dan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat mencakup: ilmu
biologi, kedokteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial, antropologi, pendidikan dan
sebagainya. Secara garis besar disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat sebagai berikut:
a. Epidemiologi.
b. Biostatistik/statistik kesehatan.
c. Kesehatan lingkungan.
f. Gizi masyarakat.
g. Kesehatan kerja.
d. Pemberantasan vector.
12
h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
3. Kuratif (pengobatan).
Pengobatan adalah usaha yang ditujukan terhadap orang sakit untuk dapat
diobati secara tepat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulikan
kesehatannya.
13
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat
14
dengan cara perorganisasian yang umumnya secara bersama sama dalam suatu
organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat.
15
Pelayanan Kedokteran Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam
kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara
perorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice)atau secara bersama
sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan
keluarga.
16
Sebagai Unit Pelaksana Teknis, Puskesmas bertigas menjalankan kebijakan
kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Terkait hal tersebut, Puskesmas
berperan dalam menyelenggarakan:
4) Pelayanan gizi
a. Rawat jalan
17
b. Pelayanan gawat darurat
d. Home care
a. Manajemen Puskesmas
b. Pelayanan kefarmasian
d. Pelayanan laboratorium.
b. Survei lapangan
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
7. Penyakit Menular
19
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Werni, Safrina., Iin Nurlinawati., dan Rosita. 2017. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 1. 50-51
dr. Putri, Wayan Citra Wulan Sucipta dkk. 2017. “Modul Pembelajaran
Manajemen dan Program Puskesmas” Dasar-Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas. Bali. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Ilmu Kedokteran
Pencegahan Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana.
21
LEMBAR PERSETUJUAN
Dosen Pengampu
22