Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Oleh:

Nama

: OKTARINI MULYO CAHYANDARI

NIM

: 1551700076

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO

2015

DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Daftar Isii............................................................................................................... i
Daftar Tabelii......................................................................................................... i
Daftar Gambari...................................................................................................... v
Daftar Lampiran.................................................................................................... v
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................... 1
1. Latar Belakang .................................................................................... 1
2. Tujuan.................................................................................................. 1
3. Ruang Lingkup.................................................................................... 1
Bab II Isi................................................................................................................ 3
1. Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat................................................... 3
2. Perkembangan Ilmu Kedokteran......................................................... 4
3. Periode-Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat..................... 5
4. Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia.......................... 7
5. Definisi Kesehatan Masyarakat...........................................................11
6. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat...............................................12
Bab III Penutup......................................................................................................15
1. Kesimpulan................................................................................................15
2. Saran..........................................................................................................15
Daftar Pustaka.......................................................................................................16

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 1
Era Perkembangan Kesehatan Masyarakat Unsur Pengembangan
Unsur
Pengembangan

EMPIRICAL
HEALTH
ERA <1850

BASIC
SCIENCE
ERA
(18501900)

CLINICAL
SCIENCE
ERA (19001950)

PUBLIC
HEALTH
SCIENCE
ERA (19501900)

POLITICAL
SCIENCE ERA
(>1900)

Titik berat
pelayanan

Gejala-gejala
penyakit

Bakteri &
penyakit

Pasien
(penderita)

Masyarakat /
penduduk

Masyarakat dan
lingkungan
kesehatan

Poliklinik /
balai
pengobatan
sebagai tempat
praktik

Klinik & balai


kesehatan
masyarakat
dan
masyarakat
sebagai tempat
praktik

RS pendidikan
dan daerah lokasi
praktik

Pengembangan
masyarakat
dan dengan
pengembangan
tolok ukur dan
kriteria-kriteria

Selain
pengembangan
iptek kedokteran
dan masyarakat,
juga
dikembangkan
bidang ilmu yang
lain seperti
ekonomi, social,
dan politik

Cara
penyelenggaraan
pendidikan

Penelitian dan
pengembangan

Mengikuti
petunjuk
secara mutlak
dari pengajar

Pengalaman
empiris
(historical)

Diagnosa
Laboratoriu
m

Pengemban
gan
laboratoriu
m

Pengembangan
iptek
kedokteran

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1
Asclepius: dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan
dengan cara tertentu

iv

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan saat ini menjadi sesuatu yang sangat kita butuhkan. Setiap
orang pasti mendambakan hidupnya selalu sehat. Oleh karena itu kita harus
memperhatikan hidup kita masing-masing, sehingga kita akan menemukan
hidup yang penuh kebahagiaan.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa
Indonesia. Oleh karena itu pemerintah mengupaya kesehatan kepada seluruh
masyarakat Indonesia. Upaya kesehatan itu sendiri adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah.
Terlepas dari upaya kesehatan dari pemerintah tersebut, permasalahan
kesehatan merupakan masalah yang harus di hadapi oleh masyarakat kita saat
ini. Semakin maju teknologi di bidang kedokteran, semakin banyak pula
penyakit yang dihadapi oleh masyarakat masyarakat. Hal ini disebabkan
karena dengan peralatan yang semakin canggih, akan semakin banyak
ditemukan penyakit di tubuh kita. Secara tidak langsung faktor tingkah laku
dan lingkungan di sekitar kita mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap derajat kesehatan masyarakat. Sebelum membahas tentang masalah
kesehatan masyarakat terlebih dahulu kita akan memahami konsep dari
kesehatan masyarakat.
2. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui sejarah ilmu kesehatan masyarakat.
b. Untuk mengetahui periode ilmu kesehatan masyarakat.
c. Untuk mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia.
d. Untuk mengetahui defenisi ilmu kesehatan masyarakat.
e. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat.
f. Untuk mengetahui sasaran kesehatan masyarakat.
3. Ruang Lingkup
Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,
mencakup :
a. Ilmu biologi
b. Ilmu kedokteran
c. Ilmu kimia
d. Fisika
e. Ilmu Lingkungan
f. Sosiologi

g. Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat)


h. Psikologi
i. Ilmu pendidikan
Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang
multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan
Masyarakat ini antara lain sbb:
a. Epidemiologi.
b. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
c. Kesehatan Lingkungan.
d. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
e. Administrasi Kesehatan Masyarakat.
f. Gizi Masyarakat.
g. Kesehatan Kerja.
Untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat,
manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya
selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

BAB II
ISI
1.

SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh
metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos
Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang
tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan
apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat
mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedurprosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Higeia, seorang
asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia
dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius
melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut
terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada
pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui hidup
seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan
yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila
orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan
upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut,
antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang
baik daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya
muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah
kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya
penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif
(pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi,
psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit
baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua,
seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum
terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas
kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka
seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni
pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan
pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini
dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap
sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya
hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan
sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Sedangkan
pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan
perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah
individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran)

lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien. Kedua,


pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang
menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak
ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas
mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.Sedangkan
kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya
tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas
kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau
di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan
mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan
tindakan. Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani
klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya
dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis
dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.Sedangkan
pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena
terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas,
aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya
pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau
holistik.
2.

PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN


Perkembangan ilmu kedokteran pada umumnya dapat dibagi empat
jaman, sebagai berikut:
a. Zaman pengetahuan tentang kesehatan yang hanya didasarkan pada
pengalaman saja (empiris ).
Pada umumnya pengobatan dan pertolongan kepada orang sakit hanya
didasarkan pada gejala gejala penyakit. Periode ini terjadi sebelum
tahun 1850. Tahun 460-370 s.M . Hipokrates berusaha memisahkan
ilmu kedokteran dari ilmu yang berdasarkan mistik (takyul). Dizaman
Yunani kuno, kepercayaan kepada dewa dewa, yaitu Apollo dan
Nymphe Coronis (putri Asclepius, yang terkenal dengan lambang
kedokteran) mempunyai dua orang putri, masing masing Pancea,
dipandang sebagai cabang kuratif; dan Higeia (dari higiene) dipandang
sebagai cabang preventif .
b. Zaman pengetahuan dasar ilmu kedokteran.
Periode ini mulai 1850- 1900. Pada masa ini didapatkan ilmu sebagai
dasar, dengan ditemukannya mikroskop oleh Antonie van
Leuwenhoek, membuka kemungkingan penyelidikan penyebab
penyakit. Dalam hubungan ini perkembangan ilmu kedokteran klinik
melalui etiologi, imunologi, dan sebagainya. Dengan mikroskop
bertambah luaslah penyelidikan berdasarkan observasi klinis.
Kemajuan dalam bidang pengetahuan yang lain dan industri
menimbulkan kemajuan pula dalam bidang ekonomi. Dalam hubungan
ini diperlukan pula keterangan statistik dari penduduk dan penyakit.

c. Zaman pengetahuan secara klinis


Periode ini dimulai tahun 1900-1950. Semua keadaan penderita
diperhatikan dengan sebaik-baiknya misalnya mental atau emosi dan
fisik. Pada waktu ini telah dimulai ilmu kedokteran yang bergerak di
bidang pencegahan. Ditemukan pula ide untuk memperkerjakan
perkerja social di rumah sakit.
d. Zaman pengetahuan kesehatan masyarakat
Periode ini dimulai tahun 1950- sekarang. Pengetahuan membuat
diagnosis dan pengobatan dari masyarakat keseluruhannya. Jadi ada
hubungannya dengan penderita dan keadaan kesehatan seseorang
dengan lingkungannya. Dasar pengetahuan melalui pengetahuan
antropologi sosial, demografi epidemiologi, dan lain lain. Perkerjaan
ditunjukan kepada masyarakat yang dijalankan secara kelompok yang
teroganisir dengan tenaga ahli lainya.
3.

PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada
munculnya ilmu pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum
berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit
diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu
pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu
berkembang (scientific period). Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan Dari
kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma
telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula
bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah
atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan
sebagainya. Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun
tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya
latrine tersebut bukan karena kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat
itu bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit
tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan yang tidak
menyedapkan. Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu
dengan alasan bahwa minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa
tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit
(Greene, 1984). Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi
kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat
mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang
yang berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau, dan
sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan
untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman
(public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya
(Hanlon, 1974). Kemudian pada permulaan abad pertama sampai kira-kira
abad ke-7 kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya karena
berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian besar
penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah
menjadi endemi. Penyakit kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar

dari Asia khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India
disebutkan sejak abad ke-7 tersebut telah menjadi pusat endemi kolera.
Disamping itu lepra juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan
Eropa melalui para emigran. Upaya-upaya untuk mengatasi epidemi dan
endemi penyakit-penyakit tersebut, orang telah mulai memperhatikan
masalah lingkungan, terutama hygiene dan sanitasi lingkungan. Pembuangan
kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan
sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat pada waktu itu. Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang
paling dahsyat, di China dan India. Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000
orang meninggal karena wabah pes, dan di India, Mesir dan Gaza dilaporkan
bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari karena pes. Menurut catatan,
jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu mencapai
lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu disebut the Black
Death. Keadaan atau wabah penyakit-penyakit menular ini berlangsung
sampai menjelang abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah kolera dan
tipus masih berlangsung. Telah tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1
diantara 6 orang meninggal, dan pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang
meninggal karena penyakit menular. Pada tahun 1759, 70.000 orang
penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakitpenyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara lain difteri, tipus,
disentri dan sebagainya. Dari catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat
bahwa masalah kesehatan masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran
penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat, namun upaya
pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum
dilakukan oleh orang pada zamannya. Periode Ilmu Pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia,
termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan
khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan
yang dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19
masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh sebab itu
pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif,
multisektoral. Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai
ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah
penyakit. Louis Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah
penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid) untuk
sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai
anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan
masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada
waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang epidemi (wabah) kolera,
terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang miskin.
Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan
penanganan masalah wabah kolera ini. Edwin Chadwich seorang pakar
sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini akhirnya melaporkan hasil
penyelidikannya sebagai berikut : Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi
yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan
pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak

teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung lalat dan kecoa.
Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin, bekerja ratarata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup. Sehingga
sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi. Laporan
Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih.
Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen
mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya
peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi
tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon
diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan
penduduk (masyarakat). Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai
dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada
tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika
mempelopori berdirinya universitas dan didalamnya terdapat sekolah
(Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai
menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum sekolahsekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah
diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan
kegiatan penerapan ilmu di masyarakat. Pengembangan kurikulum sekolah
kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa penyakit dan
kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor genetik,
lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan
perorangan dan pelayanan kedokteran / kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika telah
membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen
ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public),
termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan. Departemen
kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan departemen kesehatan
kota yang telah dibentuk di masing-masing kota, seperti Baltimor telah
terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia tahun
1818, dan sebagainya. Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan orangorang yang mempunyai perhatian kesehatan masyarakat baik dari universitas
maupun dari pemerintah di kota New York. Pertemuan tersebut
menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika
4.

PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA


Edwin Chadwich adalah orang yang mula mula tertarik kepada
kematian yang terjadi di kalangan masyarakat kota kota besar di Inggris.
Dari pengamatannya yang teliti dapat menghimpun data yang berkaitan
dengan penyakit, sehingga angka kematian pada golongn masyarakat dapat
dicatat dengan sangat teliti. Bertitik tolak dari penelitiannya, ia terjun lebih
dalam lagi dalam bidang kesehatan masyarakat. Generasi generasi setelah
Chadwick adalah Winslow yang menjadi muridnya, yang kemudian dikenal
sebagai Pembina kesehatan Masyarakat Modern(public health modern). Ia
menciptakan defenisi untuk kesehatan masyarakat yang diterima oleh WHO,
yang kemudian lahirlah berbagai definisi sehat, balasan balasan tentang
usaha usaha pokok kesehatan (basic health service). Pengaruh definisi

kesehatan masyarakat dari Winshlow kemudian akan membawa pengaruh


dalam perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia .
Barton membagi 4 tingkatan kesehatan, yaitu:
a. Tingkat I, Pelaksanaan kesehatan masyarakat dlakukan melalui cara cara
pengobatan di klinik.
b. Tingkat II, Pelaksanan kesehatan Masyarakat sudah di perluas melalui
cara cara pengobatan di poliklinik, BKIA,maupun RS. Dari upaya
pengobatan kuratif di kembangkan pula pengobatan preventif pada unit
unit tersebut.
c. Tingkat III, Pelaksanaan kesehatan masyarakat telah dikembangkan
berbagai usaha usaha pokok kesehatan((basic Health Service) secara
bersamaan, semuanya dikordinasi secara menyeluruh yang di kenal
dengan istilah Pelayanan kesehatan Terintegrasi.
d. Tingkat IV, Pada tingkat ini kesehatan masyarakatpelaksanaannya sudah
berorintasi secara lintas sektoral dan multidisiplin.
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia
pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan
kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di
Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia
kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan
mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera
tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat
yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal
Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang
tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena
langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi
dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan
pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi. Pada tahun
1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan
kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah
ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche
Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada
tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama
NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927, STOVIA
berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai andil yang sangat
besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia. Tidak kalah pentingnya
dalam mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah
berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888.
Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini berubah menjadi
Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di
Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium-

laboratorium ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka


menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan
sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi
dan sanitasi. Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933,
1934 dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa.
Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini
dengan melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk
dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah
memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas
kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah
tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada
waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya tersebut ini menyimpulkan
bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena
jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang
kotorannya di sembarang tempat, di kebun, selokan, kali bahkan di pinggir
jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia
berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena
perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan
masyarakat, Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan
melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai
sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di
Indonesia. Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya
Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan
dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena. Dalam konsep
ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.
Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun
1956 ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah
Abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai
pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini disamping sebagai model atau
konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan
medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program
kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini
terpilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat yaitu Inderapura
(Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa
Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan
Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal
bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan November 1967, dilakukan
seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada
waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad
Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi.
Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri

10

dari tipe A, B, dan C. Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut,


Departemen Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan
terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan
nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan
kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu,
menyeluruh dan mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau
sebagian kecamatan, di kotamadya atau kabupaten.
Kegiatan pokok puskesmas mencakup :
- Kesehatan ibu dan anak
- Keluarga berencana
- Gizi
- Kesehatan lingkungan
- Pencegahan penyakit menular
- Penyuluhan kesehatan masyarakat
- Pengobatan
- Perawatan kesehatan masyarakat
- Usaha kesehatan gizi
- Usaha kesehatan sekolah
- Usaha kesehatan jiwa
- Laboratorium
- Pencatatan dan pelaporan
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati 2 saja, yakni tipe A
dan B dimana tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya dikelola
oleh paramedis. Dengan adanya perkembangan tenaga medis maka akhirnya
pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B,
hanya ada satu tipe puskesmas yang dikepalai oleh seorang dokter. Pada
tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna penilaian
puskesmas yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
a. Strata 1 : puskesmas dengan prestasi sangat baik
b. Strata 2 : puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
c. Strata 3 : puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata.
Selanjutnya puskesmas juga dilengkapi dengan 2 piranti manajerial yang
lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan lokakarya mini (Lokmin)
untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi
dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga
berencana (Posyandu). Program ini mencakup :
a. Kesehatan ibu dan anak
b. Keluarga berencana
c. Gizi
d. Penanggulangan penyakit diare
e.
Imunisasi Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan
dan pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing.

11

5.

DEFINISI KESEHATAN MASYARAKAT

Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan


masyarakat ini. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat
mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti
yang kita anut saat ini dapat diringkas sebagai berikut. Batasan yang paling
tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk
mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan
kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan
kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan
diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi,
kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi
dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan
penyakit melalui imunisasi. Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat
sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya
integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu
kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu
sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan
sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan
(kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau
masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu
kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang
sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi
keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam
mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat. Dari pengalamanpengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada
awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan
masyarakat yang disempurnakan oleh WHO ,sebagai berikut.
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan
untuk :
1). Mencegah timbulnya penyakit.
2). Memperpanjang umur.
3). Meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha
kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk memperbaiki kesehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit penyakit infeksi pada masyarakat,
mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan,
mengkordinasi tenaga tenaga kesehatan agar mereka dapat melakukan
perawatan dan pengobatan dengan sebaik-baiknya, mengembangkan usaha
usaha masyarakat agar dapat mencapai tingkat hidupyang setinggi tingginya
sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatannya.
Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948). Kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan
pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari
perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan

12

sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran


pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan
masyarakat. Tujuan kesehatan masyarakat adalah baikdalam bidang
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, adalah agar warga masyarakat
dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya baik
fisik, mental, sosial, serta di harapkan berumur panjang. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut Winslow menetapkan suatu syarat yang sangat
penting yaitu:Harus selalu ada pengertian, bantuan dan partisipasi dari
masyarakat secara teratur dan terus menerus.
6.

RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT


Sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai
pada saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara
lain,mencakup ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika,ilmu
lingkungan,sosiologi, antropologi, psikologi,ilmu pendidikan dan
sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarakat adalah merupakan
ilmu yang multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan
masyarakat ini, antara lain sebagai berikut :
1). Epidemiologi.
2) Biostatistik / Statistik Kesehatan.
3) Kesehatan Lingkungan.
4) Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
5) Administrasi Kesehatan Masyarakat.
6) Gizi Masyarakat.
7) Kesehatan Kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya
harus secara multidisplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni
atau praktinya mempunyai bentangan yang luas .
Ruang lingkup kegiatan kesehatan masyarakat meliputi usaha-usaha :
1). Promotif (peningkatan kesehatan), merupakan usaha yang ditujukan
untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha, peningkatan
gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan,pemeliharaan kesehatan
lingkungan,olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi
sehingga seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
2) Preventif (pencegahan penyakit), adalah usaha yang ditujukan untuk
mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi
pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala
untuk mendeteksi penyakit secara dini.
3) Kuratif (pengobatan), adalah usaha yang ditujukan terhadap orang yang
sakit untuk dapat diobati secara tepat dan adekuat sehingga dalam waktu
singkat dapat dipulihkan kesehatannya.
4) Rehabilitatif (pemulihan kesehatan), merupakan usaha yang ditujukan
terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang dideritanya.
Usaha pemulihan ini ditujukan untuk memperbaiki kelemahan-

13

kelemahan fisik,mentaldan social pasien sebagai akibat dari penyakit


yang dideritanya melalui latihan-latihan yang telah terprogram dan dapat
puladilakukan melalui latihan fisioterapi.
Secara garis besar,upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakatantara lain sebagai berikut :
1) Pemberantasan penyakit,baik menular maupun tidak menular.
2) Perbaiki sanitasi lingkungan
3) Perbaikan lingkungan pemukiman
4) Pemberantasan vector
5) Pendidikan ( penyuluhan ) kesehatan masyarakat
6) Pelayanan kesehatan ibu dan anak
7) Pembinaan gizi masyarakat.
8) Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
9) Pengawasan obat dan minuman.
10) Pembinaan peran serta masyarakat .
Untuk menatalaksanakan suatu usaha ksehatan masyarakat perlu
memperhatikan beberapa prinsip pokok sebagai berikut :
a.
Usaha kesehatan masyarakat lebih mengutamakan usaha promotif dan
preventif daripada kuratif.
b. Dalam melaksanakan usaha promotif dan preventif selalu
mempergunakan biaya yang serendah-rendahnya dan mengharapakan
hasilyang sebaik-baiknya.
c.
Usaha kesehatan masyarakat berlandaskan pada kegiatan-kegiatan
masyarakat sebagai pelaku (subjek) maupun sebagai sasaran (objek),
dengan kata lain, usaha kesehatan masyarakat dari masyarakat,untuk
masyarakat dan oleh masyarakat.
d. Dalam usaha kesehatan masyarakat selalu melibatkan masyarakat
sebagai pelaku melalui kegiatan masyarakat secara terorganisasi.
e. Usaha-usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan harus diangkat dari
masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat, jika masalah
tersebut tidak berhasil ditanggulangi maka akan dapat mengancam
kesehatan dan keselamatan masyarakat itu sendiri.

14

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Asclepius adalah dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan
melakukan pembedahan dengan cara tertentu. Higiena, asisten/istri Asclepius,
mengajarkan pada pengikutnya melalui pendekatan hidup seimbang,
menghindari makanan/minuman beracun, makan makan yang bergizi, cukup
istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut, muncul dua
pendekatan dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan
pengobatan (kuratif), aliran kedua lebih menekankan pencegahan (preventif)
dan peningkatan (promosi) kesehatan.
Periode ilmu kesehatan masyarakat terbagi atas 2 yatu sebelum ilmu
pengetahuan dan sesudahnya. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu
dan seni yang bertujuan untuk :
a. Mencegah timbulnya penyakit.
b. Memperpanjang umur.
c. Meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha
kesehatan masyarakat yang terorganisasi.
Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut:
Epidemiologi, Biostatistik/Statistik kesehatan, Kesehatan lingkungan,
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, Administrasi kesehatan masyarakat,
Gizi masyarakat, Kesehatan kerja. Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor
perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. Sasaran Kesehatan
masyarakat yaitu: individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. SARAN
Hendaknya para mahasiswa belajar agar bisa menanggulangi permasalahan
kesehatan masyarakat yang sangat banyak saat ini.

15

DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
Soekidjo Notoatmojo.2003, Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan
Kebidanan Politeknik, Makassar
Soekidjo Notoatmojo, 2007, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Ed.2. Jakarta : Rineka Cipta.
Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, , Jakarta: Rineka Cipta. Copy the BEST
Traders
and
Make
Money
:
http://bit.ly/fxzulu
KOES IRIANTO, 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung: ALFABETA

16

Anda mungkin juga menyukai