i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
Pendahuluan
1
BAB 2
Pembahasan
2
praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik,psikis,mental
maupun sosial.
Sedangkan kelompok kedua,seperti halnya pendekatan
higeia,cenderung melakukan upaya-upaya mencegahan penyakit dan
meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit.kedalam
kelompok ini termasuk para tugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis
pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif
(curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive
health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut.
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap
sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya
hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter,dokter gigi dan
sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.sedangkan
pendekatan preventif,sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan
perorangan).
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif,artinya kelompok
ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang
menunggu pasien datang di puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada
pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka,
bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit.sedangkan kelompok
preventive lebih mengutamakan pendekatan proactive, artinya tidak
menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan
masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang dikantor atau ditempat
praktek, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
3
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau
pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat
secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan biopisikologis dan
sosial, dan terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan
pendekatan preventive melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatan yang holistik.
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan
Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah
ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen
tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang air limbah
atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan
sebagainya. Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun
tempat pembuangan kotoran(latrine) umum, meskipun alasan dibuatnya
latrine tersebut bukan karena kesehatan. Dibangunnya latrine umum pada
saat itu bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit
tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan yang tidak
menyedapkan.
4
Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan
alasan bahwa minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak,
bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit(Greene,1984).
Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah
dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan
pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang
berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau, dan
sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah
kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat
minuman(public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi, dan
sebagainya ( Hanlon,1974)
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-
19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan
manusia, termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah
kesehatan khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan
pendekatan yang dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai
abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh sebab
itu pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif,
multisektoral.
5
dari pada penelitiannya, ia terjun lebih dalam lagi dalam bidang kesehatan
masyarakat.
Generasi-generasi setelah Chadwich adalah Winslow yang menjadi
muridnya, yang kemudian dikenal sebagai pembina kesehatan masyarakat
modern (public health modern). Ia menciptakan definisi untuk kesehatan
masyarakat yang diterima oleh WHO, yang kemudian lahirlah berbagai
definisi sehat, balasan-balasan tentang usaha-usaha pokok kesehatan (basic
health service).
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai
sejak pemerintahan di Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di
Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan
cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah
eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia
melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal
dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Namun demikian di bidang
kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan
Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi pada
dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan
angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak
berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian
pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada
jaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut
dilaksankan lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh Dr. Bosch, kepala
pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan Dr. Bleeker di Indonesia.
Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding
6
Van Indische Artsen) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah
itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan
nama NIAS (Nederland Indische Artsen School).
Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan
akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga
(dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan kesehatan masyarakat
di Indonesia adalah berdirinya pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung
pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini menjadi
Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di
Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium-
laboratorium ini mempunyai peranan sangat penting dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan
sebagainya bahkan untuk bidan kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi
dan sanitasi.
Pada tahun 1922 penyakit pes masuk di Indonesia dan pada tahun
1933, 1934 dan 1935 terjadi epidemi dibeberapa tempat, terutama di pulau
Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini
dengan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi
massal. Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh
suntikan vaksinasi.
Pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah
Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka
kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya tersebut ini menyimpulakan bahwa penyebab
tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi
sanitasi lingkungan.
7
Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya disembarang tempat,
dikebun, selokan, kali bahkan dipinggir jalan padahal mereka mengambil air
minum juga dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk
memulai upaya kesehatan masyarakat Hydrich mengembangkan daerah
percontohan dengan melakukan propoganda (pendidikan) punyuluhan
kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal
kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting
perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia adalah di perkenalkannya
konsep Bandung (plan) pada tahun 1951 oleh Dr.Y.Leimena dan Dr.Patah,
yang selanjutnya kenal dengan Patah-Leimena.
Dalam konsep ini mulai di perkenalkan bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan.
hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di
indonesia kedua aspek ini tidak boleh di pisahkan, baik di rumah sakit
maupun di puskesmas.
Selanjutnya pada tahun 1956 di mulai kegiatan pengembangan
kesehatan sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan
masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh Dr.Y.Sulianti didirikan proyek Bekasi
(tempatnya lemah Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau modal
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini
disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan
kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.
Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih
delapan desa wilayah pengembangan masyarakat yaitu inderapura
(Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa
8
Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan
Barabai (Kalimantan selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal
bakal sistem puskesmas sekarang ini.
Pada bulan november 1967, di lakukan seminar yang membahas dan
merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi
dan kemampuan rakyat indonesia. Pada waktu itu di bahas konsep
puskesmas yang di bawakan oleh Dr.achmad Dipodilogo yang mengacu
kepada konsep Bandung dan proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah
di sepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A , B, dan C.
Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, departemen
kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di
indonesia. Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional,
di cetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan
kesehatan terpadu yang kemudian di kembangkan oleh pemerintah
(Departemen Kesehatan) menjadi pusat pelayanan kesehtan masyarakat
(Puskesmas).
Puskesmas di sepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, penyeluru dan
mudah di jangkau dalam wilayah kerja kecematan atau sebagian kecamatan,
di kota madya atau kabupaten kegiatan pokok puskesmas mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pencegahan penyakit menular
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan gizi
9
10. Usaha kesehatan sekolah
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Laboratorium
13. Pencatatan dan pelaporan.
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya di sepakati dua saja, yakni
tipe A dan B dimana tipe A dikelolah oleh dokter sedangkan tipe B hanya di
kelolah oleh paramedis. dengan adanya perkembangan tenaga medis maka
akhirnya pada tahun 1979 tidak di adakan perbedaan puskesmas tipe A atau
tipe B, hanya ada satu tipe puskesmas yang di kepalai oleh seorang dokter.
Pada tahun 1979 juga di kembangkan satu piranti manajerial guna penilaian
puskesmas yakni strafikasi puskesmas sehingga di bedakan adanya :
1. Strata 1 : puskesmas dengan prestasi sangat baik
2. Strata 2 : puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3. Strata 3 : puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata
10
2.6 Defenisi Kesehatan Masyarakat
11
Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang
telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, winslow (1920) akhirnya
membuat batasan kesehatan masyarakat yang di sempurnakan oleh WHO.
Ilmu kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk:
1. Mencegah timbulnya penyakit
2. Memperpanjang umur
3. Meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental.
Melalui usaha-usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk :
a. Memperbaiki kesehatan lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit infeksi pada masyarakat
c. Mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan
d. Mengkordinasi tenaga-tenaga kesehatan agar mereka dapat
melakukan perawatan dan pengobatan dengan sebaik-baiknya
e. Mengembangkan usaha-usaha masyarakat agar dapat mencapai
tingkat hidupnya yang setingi-tinginya sehinga dapat memperaiki dan
memelihara kesehatannya.
Batasan lain disampaikan oleh ikatan Dokter Amerika (1948).
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatakan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha
masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya
berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran
pencegah sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan
masyarakat.
Tujuan kesehatan masyarakat adalah baik dalam bidang promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif adalah agar warga masyarakat dapat
12
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya baik fisik,
mental, sosial, serta di harapkan berumur panjang. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut Winshlow menetapkan suatu syarat yang sanggat penting
yaitu : “harus selalu ada pengertian, bantuan, dan partisipasi dari masyarakat
secara teratur dan terus menerus”.
1. Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, yaitu (epi = pada, demos =
penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.
Banyak defenisi tentang epidemiologi yang diungkapkan para ahli, beberapa
diantaranya yaitu :
a. W.H. welch
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan,
dan penjegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam
perkembangannya masalah yang di hadapi penduduk tidak hanya penyakit
13
menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif,
kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalulintas, dan sebagainya. Oleh karna
batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Epidemiologi merupakan studi tentang distribusi dan determinan dari
penyakit dan kecelakaan pada populsi manusia.
c. Last
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang
keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi
tertentu dan aplikasih studi untuk menanggulani masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari
penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit
pada manusia.
e. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadi distribusi keadaan
kesehatan, penyakit dan prubahan pada penduduk, begitu juga
determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi,
dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga komponen
penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1. Frekuensi masalah kesehatan
2. Penyebaran masalah kesehatan masyarakat
14
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan
masyarakat.
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahuin distribusi dan faktor-
faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan interfensi yang
diperlukan, maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang
kesehatan masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit
atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang
sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu
penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah yang perlu dipecahkan.
Di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini
memicu jangkauan epidemiologi semakin luas. Secara garis besarnya
jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi antara lain :
1. Epidemiologi penyakit menular
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
3. Epidemiologi kesehatan reproduksi
4. Epidemiologi kesehatan lingkungan
5. Epidemiologi kesehatan kerja
6. Epidemiologi kesehatan darurat
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
8. Epidemiologi perencanaan
9. Epidemiologi perilaku
10. Epidemiologi genetik
15
11. Epidemiologi gizi
12. Epidemiologi remaja
13. Epidemiologi demografi
14. Epidemiologi klinik
15. Epidemiologi kausalitas
16. Epidemiologi pelayanan kesehatan
Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tentang
bagi tenaga kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-
tindakan yang tidak melenceng dari jangkauan tersebut.
Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah
perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang
menuntut peningkatan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks.
Selain itu, metode epidemiologi yang dugunakan untuk penyakit menular
dapat juga dugunakan untuk penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya
berbagai macam fenomena kesehatan seperti penyakit baru dan lama
(prevalensi) mendorong penelitian juga semakin meningkat. Demikian juga
ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari asosiasi-asosiasi sebab-
akibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk.
16
Morbiditas
Pelayanan kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu :
o Penggunaan air bersih
o Rumah sehat
o Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
4. Administrasi kesehatan masyarakat
Administrasi ksehatan masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan penyakit
secara dini.
17
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan
kelengkapansarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan
kesehatan. Faktor Perilaku Masyarakat
Faktor ini terutama di Negara berkembang paling besar pengaruhnya
terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan
masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa
disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan
mengakibatkan masalah kesehatan tetap potensial berkembang di
masyarakat.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan sekitar kita dapat kita
rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak
penduduknya yang mengidap penyakit seperti : gatal-gatal, infeksi saluran
pernapasan,dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya
tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan
perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah
meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki resiko tergigit
nyamuk dan tertular demam berdarah.
Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan, paradigma H.L.
belum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan
masalah sesuai dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada status
kesehatan masyarakat. Analisi ke-4 faktor tersebut perlu dilakukan secara
cermat sehingga maslah kesmas dan masalah program dapat dirumuskan
18
dengan jelas. Analisi ke-4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian
dari fungsi pencernaan) untuk pengembangan program kesehatan disuatu
wilayah tertentu.
individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang
dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posiandu,
keluarga binaan, dan masyarakat binaan.
Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan
kesehatan yang tergolong dalam keluarga resiko-resiko tinggi.
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
adalah :
1. Masyarakat binaan puskesmas
2. Masyarakat nelayan
3. Masyarakat pedesaan
4. Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan
masyarakat seperti puskesmas, posiandu, yang diberikan
penyuluhan kesehatan secara massal.
5. Masyarakat yang luas terkena masalah kesehatan seperti
wabah DHF, muntah berak, dan sebagainya.
19
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, indan. 2000. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung: citra aditya
bakti.
Kumpulan materi kesmas bahan bacaan jurusan kebidanan polikteknik
Makassar.
Soekidjo notoatmojo.2003. prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan
masyarakat.Ed.2. Jakarta : rineka cipta
Soekidjo notoatmojo. 2007. Kesehatan masyarakat, ilmu dan seni. Jakarta:
rineka cipta.
21