DISUSUN OLEH :
KELAS 1O
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Permasalahan Pendidikan di Indonesia” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
tidak lupa saya ucapkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw. yang
syafaatnya kita nantikan di akhir zaman.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengantar Pendidikan oleh Bapak Aan Suriadi,M.Pd.. Selain itu makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan
dalam pendidikan di Indonesia, baik bagi penulis maupun bagi pembaca.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Terkhusus saya
ucapkan terima kasih kepada seluruh member NCT dan juga NCTZen. Saya harap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca dan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menambah ilmu dan wawasan.
Selain itu saya sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan serta jauh dari kata kesempurnaan. Oleh sebab itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kemudian dapat
saya jadikan bahan perbaikan untuk karya tulis saya selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……….……………...…………………………………………………i
Daftar Isi………………….…………………………….……………………………..ii
Abstrak………………………………………………………………………………...1
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..……21
3.2 Saran…………………………………………………………………………21
Daftar Pustaka……………………………………………………..…………………22
ii
iii
ABSTRAK
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Untuk
menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita setiap negara di
dunia.pendidikan merupakan proses melahirkan generasi penerus yang
berkualitas. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang masih
mempunyai masalah serius dalam dunia pendidikan.
2
berjalan ke tahun 2015 mutu pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mengalami
peningkatan, meskipun tidak mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Pandemi Covid-19 memang menjadi efek kejut bagi kita semua. Dunia
pendidikan Indonesia mendapatkan banyak tantangan dari Covid-19 ini.
Keberhasilan proses belajar mengajar online learning perlu adanya kerjasama
sinergis antara guru, sekolah, orang tua, dan peserta didik. Sekolah juga perlu
menaruh kepedulian kepada orang tua peserta didik yang memiliki kendala dalam
proses pembelajaran dengan memfasilitasi, agar pembelajaran daring bisa berjalan
optimal.
Perubahan kondisi yang mendadak ini harus ditangani dengan sigap, baik dari
pemerintahan maupun masyarakat. Sistem pendidikan daring yang dilakukan
pemerintah tidaklah mudah untuk dilakukan. Dari segi sistem maupun materi
pelajaran harus dapat dioptimalkan agar pendidikan di tengah pandemi ini dapat
3
berlangsung efektif. Selain itu, dari segi peserta didik sendiri harus dapat
menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Di samping disiplin pribadi untuk
belajar secara mandiri, ada fasilitas dan sumber daya yang mesti disediakan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan aktual yang sedang terjadi di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi berkembangnya
masalah pendidikan Indonesia.
3. Untuk mengetahui cara menanggulangi permasalahan yang terjadi di
Indonesia.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Kesenjangan Pendidikan
Masih ada kesenjangan pendidikan di Indonesia, buktinya saja banyak
wilayah-wilayah di Indonesia masih banyak yang belum mendapat
pendidikan. Banyak juga anak-anak yang dimana orangtuanya tidak mampu
membelikan mereka alat-alat tulis dan juga buku yang dibutuhkan untuk
menunjang mereka untuk bersekolah. Kita dapat juga melihat bahwa wilayah
seperti Papua masih kekurangan tenaga kerja guru dan juga guru yang
berkualitas. Seperti contohnya, guru di Papua yang mengajari bahasa inggris
5
di sekolah, tetapi guru tersebut belum terlalu menguasai di bidang pelajaran
itu. Bapak presiden kita yaitu Jokowi juga berpendapat bahwa pendidikan
yang ada di Indonesia sangatlah kurang. Hal ini bertolak belakang dengan sila
ke 5 pancasila yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat
Indonesia".
Kesenjangan pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pemerataan
akses dan perolehan pendidikan skala nasional. Dalam kesepakatan Millenium
Development Goal’s (MDG’s) dijelaskan bahwa semua anak usia belajar
wajib memperoleh pendidikan pada tahun 2020 (Budimansyah: 2009).
Kesenjangan sosial-ekonomi dari peserta didik memperlebar jurang
ketimpangan antar peserta didik. Jawabannya dapat diketahui, peserta didik
yang memiliki akses dan keterampilan tentu lebih diuntungkan dengan kondisi
ini. Riset yang dilakukan oleh INOVASI (2020), peserta didik dengan latar
pendidikan oran tua SMA dan S1 memiliki akses lebih besar dalam
menggunakan media belajar daring. Sedangkan peserta didik dengan oran tua
berpendidikan akhir SD paling sedikit mengumpulkan tugas melalui media
belajar daring.
6
karena mengetahui kendala ekonomis, fasilitas, dan keadaan geografis
Indonesia yang beragam.
Pada masa pandemi Covid-19, secara teoretis pembelajaran daring
merupakan terobosan besar karena mampu memasifikasi pertukaran informasi
dan keterampilan (mutu), menjangkau siswa di lokasi sulit (Hill, 1997;
Webster & Hackey, 1997).
Namun, pembelajaran daring juga tidak mudah dan bisa merugikan
karena tanpa kedisiplinan, pembelajaran menjadi tak efektif. Seperti yang kita
rasakan saat ini, kegiatan pembelajaran secara daring dirasa kurang efektif.
Banyak siswa yang hanya sekedar absen lalu menghilang selama
pembelajaran, banyak siswa yang tidak mengerti apa yang dipparkan dalam
pembelajaran secara daring, dan bahkan ketika diberikan tugas ada siswa yang
tidak mengerjakannya, melainkan orang tuanya. Tak hanya menyulitkan
siswa, pembelajaran daring jug menyulitkan orang tua siswa. Orang tua yang
bekerja harus dapat membagi waktu untuk mengawasi dan membimbing
anaknya dalam proses pembelajaran. Selain itu, orang tua yang tidak memiliki
ilmu pendidikan akan kesulitan untuk membimbing anaknya.
7
d. Proyek pengembangan sekolah masih belum sesuai dengan
perencanaan awal.
e. Gaji guru non PNS yang masih jauh dari UMR
f. Beasiswa peningkatan kualifikasi guru yang belum tepat
g. Beasiswa bagi siswa yang kurang mampu belum tersalurkan dengan
baik
h. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
5. Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan yang dimaksud adalah kesesuaian hasil
pendidikan (output) dengan kebutuhan dunia kerja. Relevansi pendidikan di
Indonesia masih mengalami permasalahan karena lulusan pendidikan yang
dihasilkan pendidikan hanya dipersiapkan untuk memiliki bekal kemampuan
akademik, sedangkan yang dibutuhkan di dunia kerja adalah lulusan relevan
yang memiliki keterampilan/ skill (Umar: 2010). Indikator permasalahan
relevansi pendidikan tersebut adalah:
a. Kurikulum belum disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja.
Perbandingan antara “supply” yang memadai terhadap “demand”
dunia kerja masih timpang. Di satu sisi terdapat kekosongan peluang
kerja dan menunggu hasil pendidikan (output), disisi lain terjadi
kelebihan kapasitas (overloaded) menghasilkan pengangguran
terdidik.
b. Kurikulum yang belum relevan dengan pengembangan potensi daerah.
Standar pelaksanaan pendidikan di Indonesia, hanya berpusat pada
standar isi kurikulum, sedangkan keadaan dan kebutuhan potensi antar
suatu daerah tidaklah sama, akibatnya banyak potensi daerah yang
belum dikembangkan oleh hasil lulusan pendidikan.
c. Sekolah kejuruan/ vokasi masih berorientasi pada keterampilan
reparasi konsumsi. Banyak sekolah kejuruan yang belum diarahkan
8
untuk mengembangkan atau menciptakan produk yang dibutuhkan
oleh dunia kerja. Sedangkan sekolah kejuruan di luar negeri sudah
dipersiapkan untuk menciptakan produk teknologi Selain itu,rasio
jumlah sekolah kejuruan yang ada di Indonesia masih terlalu kecil jika
dibandingkan dengan jumlah sekolah reguler/ umum maupun
keagamaan. Permasalahan yang muncul dalam pendidikan vokasi
adalah relevansi dasar pendidikan yang telah dimiliki sering tidak
sesuai dengan pengembangan vokasi yang diperoleh.
9
2. Rendahnya Mutu Pendidik
Program sertifikasi yang telah berjalan belum berpengaruh signifikan
terhadap profesionalisme. Sertifikasi sudah berpengaruh terhadap
kesejahteraan guru, namun belum meningkatkan profesionalisme guru.
Kualitas standarisasi kualifikasi akademik pendidik juga belum berhasil
karena banyak guru yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
undang- undang.
Ada tiga faktor yang menjadi penyebab rendahnya mutu guru
sekarang. Pertama, metode rekrutmen guru yang salah kaprah. Sejak
diberlakukannya otonomi daerah, rekrutmen guru PNS menjadi kewenangan
daerah. Kebijakan ini berpotensi negatif terhadap menurunnya kualitas guru.
Saat ini, pemerintah berada di persimpangan jalan untuk mengatasi
permasalahan guru yang termasuk Kategori 2 (K2). Guru-guru K2 rerata
memiliki masa kerja puluhan tahun sehingga kisaran usianya tentu berada
pada usia kurang produktif. Pada sisi lain, pemerintah memerlukan PNS Guru
baru untuk menggantikan pegawai yang memasuki usia pensiun.
Kondisi di atas diperparah dengan kebijakan pemerintah yang
mengizinkan calon guru boleh berasal dari lulusan non-LPTK (Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Pendidikan). Dahulu, calon guru hanya berasal dari
lulusan STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan), IKIP
(Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan), dan FKIP (Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan). Sekarang, semua warga negara bisa menjadi calon guru
asalkan memenuhi persyaratan administrasi. Pemerintah lupa bahwa profesi
guru tidak hanya dibentuk dengan karakter keilmuan, tetapi juga jiwa
pendidik.
Kedua, kemiskinan pendidikan dan pelatihan guru. Pemerintah masih
teramat sedikit mengalokasikan anggaran untuk beasiswa pendidikan dan
pelatihan guru. Kondisi itu menyebabkan minimnya guru yang berasal dari
10
jenjang pascasarjana. Jika guru berkenan meneruskan jenjang pendidikannya,
itu semata berasal dari kesadaran pribadinya. Guru yang memiliki kesadaran
itu masih teramat sedikit, bahkan terbilang langka.
Pemerintah memerparah kondisi itu melalui minimnya kegiatan
pelatihan guru. Dalam setahun, rerata guru Indonesia hanya diberikan dua kali
pelatihan. Bahkan, pelatihan-pelatihan itu pun masih terbatas bagi guru
dengan mata pelajaran tertentu. Kondisi makin memprihatinkan lagi karena
sekolah dan atau dinas pendidikan sering menunjuk guru-guru tertentu yang
sebenarnya sudah memiliki jam terbang pelatihan cukup tinggi. Harus diakui
bahwa pendidikan lanjutan dan pelatihan dapat mengubah mind set guru.
Ketiga, ketidakpastian karier guru. Ada ungkapan bahwa air itu
mengalir ke bawah yang berarti kualitas air di bawah sangat dipengaruhi oleh
kualitas sumber air di atasnya. Filosofis ini mestinya digunakan untuk
memerhatikan karier guru. Banyak sekali guru berprestasi tidak diperhatikan
kariernya. Pengangkatan kepala sekolah, pengawas sekolah, dan pejabat
pendidikan sering diwarnai oleh beragam kebijakan kontraproduktif dengan
tujuan pendidikan.
11
adanya pengawasan dari guru dan mengharuskan siswa untuk mempelajari
materi secara online, mengerjakan tugas mandiri, hingga mengunduh materi
sendiri juga jadi kendala yang harus dihadapi.
Mengatasi rasa bosan dengan kontrol diri sendiri bukanlah hal mudah
bagi siswa, sehingga diperlukan pengawasan orang tua ketika proses
pembelajaran. Bagaimana dengan yang orang tuanya bekerja? Anak-anak
akan lebih tidak terkontrol dalam proses belajarnya. Selain itu, siswa juga
harus menghadapi gangguan eksternal lainnya selama di rumah misalnya
ketika orang tua meminta bantuan mengerjakan pekerjaan rumah, atau
membantu orang tua berjualan.
Kegiatan pendidikan secara daring ini membutuhkan jaringan dan
fasilitas yang memadai, sehingga membutuhkan jaringan internet hingga
fasilitas elektronik lainnya seperti handphone dan laptop. Keduanya tak hanya
digunakan sebagai alat berkomunikasi antara siswa dengan guru, namun juga
sebagai media menyampaikan dan mengirimkan tugas. Hal ini menjadi
kendala karena tak semua siswa memiliki fasilitas tersebut.
Terkait berbagai kendala yang dihadapi siswa, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) menyebut bahwa hingga kini pemerintah dan
masyarakat masih belum memiliki pilihan metode pembelajaran lain selain
PJJ. Menteri Nadiem juga meminta kepada setiap instansi untuk mencari jalan
keluar terkait kendala yang dihadapi selama PJJ. Meski demikian, Menteri
Nadiem menyebut bahwa PJJ hanya dilakukan sementara.
12
c. belum diimbangi dengan sarana teknologi di lembaga pendidikan/
instansi.
d. Akselerasi TIK belum dimasukkan/ dihubungkan dalam kebutuhan
materi pendidikan.
13
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau
daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk
Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan
pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
14
mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji
pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau
tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya.
15
atau soal pilihan ganda, menilainya mudah, begitu kira – kira pemikiran para
guru. Dari segi murid pun belum sepenuhnya siap untuk melaksanakan soal
terbuka.
16
hanya tentang pembelajara akademik, namun juga non akademik dengan hadiah
yang sesuai. Selain itu, diperlukan kesadaran pribadi pelajar bahwa belajar itu
penting. Pelajar harus bias mengatur waktu antara belajar dan istirahat serta para
pelajar juga hrus memiliki tujuan yang ingin dicapai. Hal-hal tersebut dapat
menumbuhkan semangat belajar bagi para pelajar.
17
Indonesia. Hanya saja eksekusi lapangannya saja yang kurang tepat. Pemerintah
perlu membangun pendidikan yang layak di daerah yang kurang, baik dari segi
sarana prasarana maupun tenaga pendidik.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah dalam pemerataan
pendidikan di daerah 3T adalah program GGD (guru garis depan). Guru Garis
Depan adalah suatu program dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
dan kebudayaan (Kemdikbud) yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
yang bertujuan untuk memeratakan pelayanan pendidikan di seluruh wilayah
indonesia. melalui pendistribusian guru-guru ke 93 kabuapaten daerah khusus (3T
dan terpencil) yang tersebar di 28 provinsi. Program ini sangat membantu
pemerintah dalam upaya pemrataan pendidikan.
Dari segi sarana prasarana, pemerintah perlu menaruh perhatian khusus.
Pasalnya banyak oknum yang justru memanfaatkan dana yang seharusnya untuk
membangun sarana prasarana pendidikan malah masuk ke kantong pribadi. Selain
itu pemerintah perlu menyisir daerah-daerah yang benar-benar membutuhkan
sarana prasarana pendidikan. Jangan sampai dana yang dikeluarkan tidak tepat
sasaran.
Menurut kepmendikbud No. 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM), sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan
pendidikan dengan serba lengkap dan cukup, seperti luas lahan, perabot lengkap,
peralatan laboratorium, infrastruktur, dan sarana olahraga yang lengkap dan
memadai.
18
memang kurang. Selain itu, mereka juga dapat membangun yayasan pendidikan
untuk masyarakat yang kurang mampu di daerah sekitar tempat tinggal ata tempat
usaha mereka.
19
dinilai perkembangannya, namun juga bagaimana para guru melakukan pengajaran
kepada muridnya. Sehingga tidak hanya murid yang mendapat tantangan untuk
berkembang, namun juga para guru.
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan diatas, dapat kita
simpulkan bahwa pendidikan adalah hal yang penting untuk meningkatkan
kualitas hidup. Pendidikan adalah hal yang penting untuk kemajuan suatu
bangsa. Untuk menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita setiap
negara di dunia.pendidikan merupakan proses melahirkan generasi penerus
yang berkualitas.
Kualitas pendidikan Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan
negara-negara tetangga. Hal ini dakibatkan oleh berbagai masalah dalam
pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Diantara dari masalah tersebut adalah
kualitas pendidikan yang masih rendah, adanya kesenjangan pendidikan,
permasalahan pendidikan di tengah pandemi, manajemen anggaran
pendidikan yang belum tepat sasaran dan kurangnya relevansi pendidikan.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah
pendidikan di Indonesia diantaranya adalah dengan meningkatkan semangat
belajar pelajar, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan,
pemerataan pendidikan, pelatihan guru secara intensif, pembentukan badan
pengawas di tiap-tiap daerah, dan banyak lagi lainnya.
3.2 Saran
21
Sebagai seorang mahasiswa saya mengharapkan agar seluruh elemen
masyarakat, pemerintah, tenaga didik, dan peserta didik dapat bersatu dalam
membangun pendidikan Indonesia yang berkualitas. Dengan kerjasama yang
baik dan kesadaran dari setiap pihak, saya yakin kita bias mengatasi
permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia dan kita dapat
mewujudkan pendidikan Indonesia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
https://dunia.pendidikan.co.id/sistem-pendidikan/
https://psychology.binus.ac.id/2017/02/17/rendahnya-kualitas-pendidikan-di-
indonesia/
https://mediaindonesia.com/read/detail/311137-pendidikan-indonesia-di-tengah-
pandemi-covid-19
https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/05/03/opchjr354-ini-
tujuh-masalah-pendidikan-di-indonesia-menurut-jppi
https://www.kompasiana.com/fannyflooo/5af44b34ab12ae625177a322/kesenjangan-
pendidikan-di-indonesia
https://www.republika.id/posts/10900/menekan-kesenjangan-pendidikan
https://www.kompasiana.com/www.risauntari.com/54f6786aa33311d87c8b4ed8/mah
alnya-biaya-pendidikan-di-indonesia
https://parenting.orami.co.id/magazine/kendala-dan-dampak-pembelajaran-jarak-jauh
https://nurmadiah62.blogspot.com/2012/12/permasalahan-pendidikan-tentang-
sarana.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia
22
https://ajaib.co.id/permasalahan-pendidikan-di-indonesia-dan-faktor-pendukungnya/
https://pak.pandani.web.id/2016/12/apa-itu-guru-garis-depan-ggd.html
23