Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

HENNY RISNAWATY PUTRI 2020143572

KELAS 1O

MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : AAN SURIADI,MPd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Permasalahan Pendidikan di Indonesia” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
tidak lupa saya ucapkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw. yang
syafaatnya kita nantikan di akhir zaman.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengantar Pendidikan oleh Bapak Aan Suriadi,M.Pd.. Selain itu makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan
dalam pendidikan di Indonesia, baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Terkhusus saya
ucapkan terima kasih kepada seluruh member NCT dan juga NCTZen. Saya harap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca dan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menambah ilmu dan wawasan.

Selain itu saya sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan serta jauh dari kata kesempurnaan. Oleh sebab itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kemudian dapat
saya jadikan bahan perbaikan untuk karya tulis saya selanjutnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, 15 Oktober 2020

Henny Risnawaty Putri

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……….……………...…………………………………………………i

Daftar Isi………………….…………………………….……………………………..ii

Abstrak………………………………………………………………………………...1

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………….….…………………………….2


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..4
1.3 Tujuan………………………………………………………………………....4

Bab 2 Pembahasan

2.1 Permasalahan Pendidikan di Indonesia….........


……………………………….5
2.2 Faktor Berkembangnya Masalah Pendidikan……………………………...
…..9
2.3 Penanggulangan Masalah
Pendidikan………………………………………..16

Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..……21
3.2 Saran…………………………………………………………………………21

Daftar Pustaka……………………………………………………..…………………22

ii
iii
ABSTRAK

Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di


Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur,
pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud), dahulu bernama Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia ( Depdiknas). Di Indonesia, semua
penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan
tahun, enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah pertama. Saat
ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai
jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia
dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang
banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.
Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan
sebagainya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan hak bagi semua orang, dan pemerintah
memfasilitasinya dengan membangun sekolah-sekolah sebagai salah satu cara untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun timbul banyak permasalahan pendidikan di
Indonesia. Pendidikan harus mampu menyiapkan SDM atau sumber daya manusia
yang berkualitas dan mampu bersaing ke depannya. Sistem pendidikannya sendiri
terus diperbarui agar sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini.
Namun, seiring perkembangan zaman yang cukup pesat seperti sekarang ini, di mana
informasi mudah didapat dan teknologi begitu canggih, timbul masalah baru,
khususnya dalam dunia pendidikan yang belum terpikirkan sebelumnya. Karena itu
munculah berbagai permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan.

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting untuk meningkatkan kualitas hidup


manusia. Menurut Prof. Herman H. Horn: Beliau berpendapat bahwa pendidikan
adalah suatu proses dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah
berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti
termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari
manusia.

Pendidikan adalah hal yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Untuk
menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita setiap negara di
dunia.pendidikan merupakan proses melahirkan generasi penerus yang
berkualitas. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang masih
mempunyai masalah serius dalam dunia pendidikan.

Kualitas pendidikan di Indonesia masih dikategorikan rendah jika


dibandingkan negara berkembang lain di ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan
Filipina. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari peringkat
Humand Development Indeks (HDI) Indonesia yang masih berada di urutan ke
111 dari 185 negara (Depdiknas: 2009).

Pada tahun 2014 posisi pendidikan Indonesia sangatlah buruk. The Learning


Curve Pearson 2014, sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia
memaparkan bahwa Indonesia menempati peringkat terakhir dalam mutu
pendidikan di dunia. Sedangkan di tahun 2015 mutu pendidikan di Indonesia
masih saja berada di 10 negara yang memiliki mutu pendidikan yang rendah,
peringkat tersebut di dapat dari Global School Ranking. Dilihat dari tahun 2014

2
berjalan ke tahun 2015 mutu pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mengalami
peningkatan, meskipun tidak mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Indonesia berada di papan bawah peringkat pendidikan dunia 2018 yang


disusun International Student Assessment (PISA). Posisi Indonesia "tertinggal"
dari negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei. Hari Selasa (03/12), PISA
menerbitkan hasil penelitian pengetahuan murid dalam hal membaca, matematika
dan ilmu pengetahuan, serta apa yang dapat mereka lakukan dengan pengetahuan
tersebut. Indonesia mendapatkan angka 371 dalam hal membaca, 379 untuk
matematika dan 396 terkait dengan ilmu pengetahuan

Keadaan pendidikan Indonesia saat ini sudah cukup mengkhawatirkan.


Keadaan dunia termasuk Indonesia yang dilanda wabah virus covid-19 semakin
menambah permasalahan dalam dunia pendidikan Indonesia. Kebijakan physical
distancing untuk memutus penyebaran wabah, memaksa perubahan dari
pendidikan formal di bangku sekolah menjadi belajar dari rumah, dengan sistem
online, dalam skala nasional. Bahkan, ujian nasional tahun ini terpaksa
ditiadakan.

Pandemi Covid-19 memang menjadi efek kejut bagi kita semua. Dunia
pendidikan Indonesia mendapatkan banyak tantangan dari Covid-19 ini.
Keberhasilan proses belajar mengajar online learning perlu adanya kerjasama
sinergis antara guru, sekolah, orang tua, dan peserta didik. Sekolah juga perlu
menaruh kepedulian kepada orang tua peserta didik yang memiliki kendala dalam
proses pembelajaran dengan memfasilitasi, agar pembelajaran daring bisa berjalan
optimal.

Perubahan kondisi yang mendadak ini harus ditangani dengan sigap, baik dari
pemerintahan maupun masyarakat. Sistem pendidikan daring yang dilakukan
pemerintah tidaklah mudah untuk dilakukan. Dari segi sistem maupun materi
pelajaran harus dapat dioptimalkan agar pendidikan di tengah pandemi ini dapat

3
berlangsung efektif. Selain itu, dari segi peserta didik sendiri harus dapat
menumbuhkan semangat belajar yang tinggi. Di samping disiplin pribadi untuk
belajar secara mandiri, ada fasilitas dan sumber daya yang mesti disediakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa permasalahan aktual yang sedang dialami pendidikan Indonesia?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan Indonesia?
3. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan yang terjadi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan aktual yang sedang terjadi di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi berkembangnya
masalah pendidikan Indonesia.
3. Untuk mengetahui cara menanggulangi permasalahan yang terjadi di
Indonesia.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Pendidikan di Indonesia

1. Kualitas Pendidikan yang Masih Rendah


Kualitas pendidikan di Indonesia masih dikategorikan rendah jika
dibandingkan negara berkembang lain di ASEAN seperti Malaysia, Thailand
dan Filipina. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari
peringkat Humand Development Indeks (HDI) Indonesia yang masih berada
di urutan ke 111 dari 185 negara (Depdiknas: 2009). Menurut hasil survei
PISA tahun 2018, skor rata-rata Indonesia turun di tiga bidang kompetensi.
Penurunan paling besar terjadi di bidang membaca, yakni 371 di posisi 74.
Sementara rata-rata kemampuan membaca negara yang tergabung dalam
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
mempunyai skor 487. Lalu untuk kemampuan matematika memperoleh skor
379 dan menempati posisi 73. Lalu kemampuan sains mendapat skor 396 di
posisi 71. Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa kualitas pendidikan
Indonesia masih rendah.

2. Kesenjangan Pendidikan
Masih ada kesenjangan pendidikan di Indonesia, buktinya saja banyak
wilayah-wilayah di Indonesia masih banyak yang belum mendapat
pendidikan. Banyak juga anak-anak yang dimana orangtuanya tidak mampu
membelikan mereka alat-alat tulis dan juga buku yang dibutuhkan untuk
menunjang mereka untuk bersekolah. Kita dapat juga melihat bahwa wilayah
seperti Papua masih kekurangan tenaga kerja guru dan juga guru yang
berkualitas. Seperti contohnya, guru di Papua yang mengajari bahasa inggris

5
di sekolah, tetapi guru tersebut belum terlalu menguasai di bidang pelajaran
itu. Bapak presiden kita yaitu Jokowi juga berpendapat bahwa pendidikan
yang ada di Indonesia sangatlah kurang. Hal ini bertolak belakang dengan sila
ke 5 pancasila yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat
Indonesia".
Kesenjangan pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pemerataan
akses dan perolehan pendidikan skala nasional. Dalam kesepakatan Millenium
Development Goal’s (MDG’s) dijelaskan bahwa semua anak usia belajar
wajib memperoleh pendidikan pada tahun 2020 (Budimansyah: 2009).
Kesenjangan sosial-ekonomi dari peserta didik memperlebar jurang
ketimpangan antar peserta didik. Jawabannya dapat diketahui, peserta didik
yang memiliki akses dan keterampilan tentu lebih diuntungkan dengan kondisi
ini. Riset yang dilakukan oleh INOVASI (2020), peserta didik dengan latar
pendidikan oran tua SMA dan S1 memiliki akses lebih besar dalam
menggunakan media belajar daring. Sedangkan peserta didik dengan oran tua
berpendidikan akhir SD paling sedikit mengumpulkan tugas melalui media
belajar daring.

3. Kegiatan Pendidikan di Tengah Pandemi


Kehadiran virus korona (Covid-19) telah memorakporandakan tatanan
kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Sebagian besar anak tidak bisa belajar
di sekolah atau kampus karena risiko penularan semakin mengkhawatirkan.
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan teknologi daring
menjadi alternatif yang tak terhindarkan. Pembelajaran jarak jauh membantu
banyak anak untuk bisa tetap melakukan pembelajaran. Namun, tak sedikit
anak yang tidak bisa mengikutinya karena tak memiliki gawai atau komputer,
ketiadaan jaringan internet, dan tak mampu membeli kuota. Di sinilah,
kekhawatiran mulai mengemuka. Kekhawatiran tersebut cukup beralasan,

6
karena mengetahui kendala ekonomis, fasilitas, dan keadaan geografis
Indonesia yang beragam.
Pada masa pandemi Covid-19, secara teoretis pembelajaran daring
merupakan terobosan besar karena mampu memasifikasi pertukaran informasi
dan keterampilan (mutu), menjangkau siswa di lokasi sulit (Hill, 1997;
Webster & Hackey, 1997).
Namun, pembelajaran daring juga tidak mudah dan bisa merugikan
karena tanpa kedisiplinan, pembelajaran menjadi tak efektif. Seperti yang kita
rasakan saat ini, kegiatan pembelajaran secara daring dirasa kurang efektif.
Banyak siswa yang hanya sekedar absen lalu menghilang selama
pembelajaran, banyak siswa yang tidak mengerti apa yang dipparkan dalam
pembelajaran secara daring, dan bahkan ketika diberikan tugas ada siswa yang
tidak mengerjakannya, melainkan orang tuanya. Tak hanya menyulitkan
siswa, pembelajaran daring jug menyulitkan orang tua siswa. Orang tua yang
bekerja harus dapat membagi waktu untuk mengawasi dan membimbing
anaknya dalam proses pembelajaran. Selain itu, orang tua yang tidak memiliki
ilmu pendidikan akan kesulitan untuk membimbing anaknya.

4. Manajemen Anggaran Pendidikan yang Belum Tepat Sasaran


Permasalahan pendidikan yang saat ini menjadi perhatian masyarakat
adalah permasalahan penggunaan dan wujud anggaran pendidikan. Alokasi
anggaran biaya pendidikan sebesar 20% dari APBN apabila dikelola dengan
baik dan terencana, akan berdampak pada peningkatan kemajuan pendidikan
di Indonesia (Sutomo: 2009). Indikasi permasalahan manajemen anggaran
pendidikan terlihat dari:
a. Pemenuhan standar minimal sarana dan prasarana sekolah yang belum
terwujud
b. Masih terdapat sekolah yang rusak
c. Rasio sumber belajar dengan siswa belum proporsional

7
d. Proyek pengembangan sekolah masih belum sesuai dengan
perencanaan awal.
e. Gaji guru non PNS yang masih jauh dari UMR
f. Beasiswa peningkatan kualifikasi guru yang belum tepat
g. Beasiswa bagi siswa yang kurang mampu belum tersalurkan dengan
baik
h. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

5. Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan yang dimaksud adalah kesesuaian hasil
pendidikan (output) dengan kebutuhan dunia kerja. Relevansi pendidikan di
Indonesia masih mengalami permasalahan karena lulusan pendidikan yang
dihasilkan pendidikan hanya dipersiapkan untuk memiliki bekal kemampuan
akademik, sedangkan yang dibutuhkan di dunia kerja adalah lulusan relevan
yang memiliki keterampilan/ skill (Umar: 2010). Indikator permasalahan
relevansi pendidikan tersebut adalah:
a. Kurikulum belum disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja.
Perbandingan antara “supply” yang memadai terhadap “demand”
dunia kerja masih timpang. Di satu sisi terdapat kekosongan peluang
kerja dan menunggu hasil pendidikan (output), disisi lain terjadi
kelebihan kapasitas (overloaded) menghasilkan pengangguran
terdidik.
b. Kurikulum yang belum relevan dengan pengembangan potensi daerah.
Standar pelaksanaan pendidikan di Indonesia, hanya berpusat pada
standar isi kurikulum, sedangkan keadaan dan kebutuhan potensi antar
suatu daerah tidaklah sama, akibatnya banyak potensi daerah yang
belum dikembangkan oleh hasil lulusan pendidikan.
c. Sekolah kejuruan/ vokasi masih berorientasi pada keterampilan
reparasi konsumsi. Banyak sekolah kejuruan yang belum diarahkan

8
untuk mengembangkan atau menciptakan produk yang dibutuhkan
oleh dunia kerja. Sedangkan sekolah kejuruan di luar negeri sudah
dipersiapkan untuk menciptakan produk teknologi Selain itu,rasio
jumlah sekolah kejuruan yang ada di Indonesia masih terlalu kecil jika
dibandingkan dengan jumlah sekolah reguler/ umum maupun
keagamaan. Permasalahan yang muncul dalam pendidikan vokasi
adalah relevansi dasar pendidikan yang telah dimiliki sering tidak
sesuai dengan pengembangan vokasi yang diperoleh.

2.2 Faktor Berkembangnya Masalah Pendidikan

1. Biaya Pendidikan yang Tinggi


Perekonomian Indonesia semakin tak menentu, krisis terus
membelenggu negara kita. Segala jenis kebutuhan sudah tak terjangkau lagi
oleh masyarakat miskin. Biaya untuk kesehatan dan pendidikan semakin
mahal. Biaya pendidikan sekarang ini tidak murah lagi karena dilihat dari
penghasilan rakyat Indonesia setiap harinya, apalagi di masa pandemi ini
banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya.
Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di perguruan
tinggi melainkan juga biaya pendidikan di sekolah dasar sampai sekolah
menengah keatas walaupun sekarang ini sekolah sudah mendapat Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) semuanya masih belum mencukupi biaya
pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu. Pemerintah sudah
mencanangkan pendidikan gratis dan bahkan pendidikan mesti 12 tahun,
bakal namun biaya-biaya lain yang mesti di tangguh oleh para siswa tidaklah
gratis. Selain itu, ongkos hidup yang semakin meninggi kadang kala memicu
masyarakat lebih pilih untuk bekerja melacak nafkah dibanding mesti
melanjutkan pendidikannya.

9
2. Rendahnya Mutu Pendidik
Program sertifikasi yang telah berjalan belum berpengaruh signifikan
terhadap profesionalisme. Sertifikasi sudah berpengaruh terhadap
kesejahteraan guru, namun belum meningkatkan profesionalisme guru.
Kualitas standarisasi kualifikasi akademik pendidik juga belum berhasil
karena banyak guru yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
undang- undang.
Ada tiga faktor yang menjadi penyebab rendahnya mutu guru
sekarang. Pertama, metode rekrutmen guru yang salah kaprah. Sejak
diberlakukannya otonomi daerah, rekrutmen guru PNS menjadi kewenangan
daerah. Kebijakan ini berpotensi negatif terhadap menurunnya kualitas guru.
Saat ini, pemerintah berada di persimpangan jalan untuk mengatasi
permasalahan guru yang termasuk Kategori 2 (K2). Guru-guru K2 rerata
memiliki masa kerja puluhan tahun sehingga kisaran usianya tentu berada
pada usia kurang produktif. Pada sisi lain, pemerintah memerlukan PNS Guru
baru untuk menggantikan pegawai yang memasuki usia pensiun.
Kondisi di atas diperparah dengan kebijakan pemerintah yang
mengizinkan calon guru boleh berasal dari lulusan non-LPTK (Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Pendidikan). Dahulu, calon guru hanya berasal dari
lulusan STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan), IKIP
(Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan), dan FKIP (Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan). Sekarang, semua warga negara bisa menjadi calon guru
asalkan memenuhi persyaratan administrasi. Pemerintah lupa bahwa profesi
guru tidak hanya dibentuk dengan karakter keilmuan, tetapi juga jiwa
pendidik.
Kedua, kemiskinan pendidikan dan pelatihan guru. Pemerintah masih
teramat sedikit mengalokasikan anggaran untuk beasiswa pendidikan dan
pelatihan guru. Kondisi itu menyebabkan minimnya guru yang berasal dari

10
jenjang pascasarjana. Jika guru berkenan meneruskan jenjang pendidikannya,
itu semata berasal dari kesadaran pribadinya. Guru yang memiliki kesadaran
itu masih teramat sedikit, bahkan terbilang langka.
Pemerintah memerparah kondisi itu melalui minimnya kegiatan
pelatihan guru. Dalam setahun, rerata guru Indonesia hanya diberikan dua kali
pelatihan. Bahkan, pelatihan-pelatihan itu pun masih terbatas bagi guru
dengan mata pelajaran tertentu. Kondisi makin memprihatinkan lagi karena
sekolah dan atau dinas pendidikan sering menunjuk guru-guru tertentu yang
sebenarnya sudah memiliki jam terbang pelatihan cukup tinggi. Harus diakui
bahwa pendidikan lanjutan dan pelatihan dapat mengubah mind set guru.
Ketiga, ketidakpastian karier guru. Ada ungkapan bahwa air itu
mengalir ke bawah yang berarti kualitas air di bawah sangat dipengaruhi oleh
kualitas sumber air di atasnya. Filosofis ini mestinya digunakan untuk
memerhatikan karier guru. Banyak sekali guru berprestasi tidak diperhatikan
kariernya. Pengangkatan kepala sekolah, pengawas sekolah, dan pejabat
pendidikan sering diwarnai oleh beragam kebijakan kontraproduktif dengan
tujuan pendidikan.

3. Masalah dalam Pembelajaran Jarak Jauh/Secara Daring


Metode pembelajaran yang tidak fleksibel. Metode pembelajaran jarak
jauh dinilai tidak fleksibel karena beberapa pelatihan hingga praktik harus
dilakukan secara online. Sehingga banyak siswa tidak bisa merasakan
pengalaman seperti ketika melangsungkan praktik secara langsung atau
bertatap muka. Sementara itu, bagi mahasiswa yang mengharuskan ke
laboratorium atau praktikum juga merasa kesulitan karena harus berpindah ke
intruksi online.
Pembelajaran jarak jauh membutuhkan kontrol diri yang tinggi dari
gangguan eksternal. Karena PJJ berlangsung secara online dan di rumah, tak
jarang banyak anak yang menjadi tidak disiplin saat belajar. Selain itu, tak

11
adanya pengawasan dari guru dan mengharuskan siswa untuk mempelajari
materi secara online, mengerjakan tugas mandiri, hingga mengunduh materi
sendiri juga jadi kendala yang harus dihadapi.
Mengatasi rasa bosan dengan kontrol diri sendiri bukanlah hal mudah
bagi siswa, sehingga diperlukan pengawasan orang tua ketika proses
pembelajaran. Bagaimana dengan yang orang tuanya bekerja? Anak-anak
akan lebih tidak terkontrol dalam proses belajarnya. Selain itu, siswa juga
harus menghadapi gangguan eksternal lainnya selama di rumah misalnya
ketika orang tua meminta bantuan mengerjakan pekerjaan rumah, atau
membantu orang tua berjualan.
Kegiatan pendidikan secara daring ini membutuhkan jaringan dan
fasilitas yang memadai, sehingga membutuhkan jaringan internet hingga
fasilitas elektronik lainnya seperti handphone dan laptop. Keduanya tak hanya
digunakan sebagai alat berkomunikasi antara siswa dengan guru, namun juga
sebagai media menyampaikan dan mengirimkan tugas. Hal ini menjadi
kendala karena tak semua siswa memiliki fasilitas tersebut.
Terkait berbagai kendala yang dihadapi siswa, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) menyebut bahwa hingga kini pemerintah dan
masyarakat masih belum memiliki pilihan metode pembelajaran lain selain
PJJ. Menteri Nadiem juga meminta kepada setiap instansi untuk mencari jalan
keluar terkait kendala yang dihadapi selama PJJ. Meski demikian, Menteri
Nadiem menyebut bahwa PJJ hanya dilakukan sementara.

4. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang Semakin Pesat


Kemajuan Iptek ternyata menyebabkan permasalahan terhadap pendidikan.
Indikator ini terlihat dari:
a. Tingginya angka kenakalan dan penyimpangan pelajar.
b. Sistem informasi berbasis internet dalam kebijakan maupun peraturan
dari pemerintah.

12
c. belum diimbangi dengan sarana teknologi di lembaga pendidikan/
instansi.
d. Akselerasi TIK belum dimasukkan/ dihubungkan dalam kebutuhan
materi pendidikan.

5. Pergantian Kurikulum yang Tidak Konsisiten


Contohnya saja penggunakan kurikulum CBSA, KBK, KTSP dan
K2013. Di tengah-tengah ketidak merataannya pendidikan di indonesia
pemerintah tiba-tiba saja mengeluarkan kebijakan pergantian kurikulum
menjadi K2013 padahal saat itu fasilitas yang ada di setiap daerah berbeda-
beda, ada yang sudah maju dan ada pula yang masih sekedarnya. Lalu,
mengapa pemerintah tidak memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhan
sarana prasarana di setiap daerahnya dulu sebelum mengubah kurikulumnya?

6. Fasilitas yang Kurang Memadai


Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan
tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar
rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak
standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.
Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak
memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

7. Pendidikan yang Tidak Merata


Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga
daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi
antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan
pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan
untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol

13
pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau
daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk
Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan
pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

8. Faktor Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk saat ini berjalan cukup pesat dan
berpengaruh dalam pemerataan. Ada daerah yang sangat ramai seperti Jakarta
dan kota besar lainnya. Semakin banyaknya jumlah penduduk, maka semakin
banyak pula membutuhkan sekolah-sekolah.
Jika kapasitas sekolah sudah tidak cukup menampungnya. Maka
banyak peserta didik tidak mendapatkan pendidikan yang layak bahkan tidak
bisa melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi. Jika begitu Indonesia akan
kesusahan dalam persaingan global.
Namun jika kapasitas sekolah dipaksakan. Yang terjadi adalah ketidak
seimbangan antara peserta didik dengan jumlah tenaga pengajar. Hal tersebut
akan berakibat kurang efektifnya proses belajar mengajar yang seharusnya
bisa berlangsung nyaman.

9. Rendahnya Kesejahteraan Guru


Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat
rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah,
terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang
mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang
ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan
sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru
dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan
kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan

14
mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji
pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau
tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya.

10. Peraturan Yang Membelenggu


Peraturan yang membelenggu ini berkaitan dengan kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Seharusnya, sekolah memiliki kurikulum masing-
masing sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi karena
tuntutan RPP, silabus “membelenggu” kreatifitas guru dan sekolah dalam
mengembangkan kemampuannya. Administrasi – administrasi yang
“membelenggu” guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada
administrator sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai motivator,
akselerator, mediator, dan fasilitator

11. Suasana Kelas Yang Kurang Aktif


Pembelajaran di ruang kelas sepertinya sudah diseragamkan. Murid
duduk rapi, tangan dilipat di meja, dan mendengarkan guru menjelaskan.
Murid dipaksa mendengar dan menerimma informasi sejak pagi hingga siang.
Sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Suasana begitu kaku dan tidak
kondusif untuk pembelajaran yang merdeka dan berkualitas.

12. Kurang Kreatifnya Pendidik ( Guru )

Salah satu ciri negara Finlandia, yaitu negara dengan kualitas


pendidikan tertinggi, yaitu dalam ujian guru memberikan soal terbuka. Siswa
boleh menjawab soal dengan membaca buku. Di Indonesia itu tak bisa
dilakukan karena nanti banyak yang menyontek. Guru Indonesia belum siap
menerapkan ini karena masih kesulitan membuat pertanyaan terbuka. Soal
terbuka seolah – olah menjadi beban berat. Lebih baik membuat soal tertutup

15
atau soal pilihan ganda, menilainya mudah, begitu kira – kira pemikiran para
guru. Dari segi murid pun belum sepenuhnya siap untuk melaksanakan soal
terbuka.

2.3 Penanggulangan Masalah Pendidikan

Dari sekian banyak masalah yang dialami pendidikan Indonesia, tentunya


harus ada upaya untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Diperlukan kesadaran
dari semua pihak untuk membangun pendidikan Indonesia yang berkualitas, baik dari
pemerintahan, tenaga pendidik, peserta didik, orang tua, maupun masyarakat. Berikut
beberapa upaya penanggulangan masalah pendidikan di Indonesia :

1) Meningkatkan pemahaman akan betapa pentingnya pendidikan.


Dalam masyarakat menengah ke bawah dan di pedesaan masih saja ada yang
berpikiran bahwa pendidikan kurang penting, sehingga mereka hanya
menyekolahkan anaknya sampai bisa membaca saja atau bahkan tidak
disekolahkan. Mereka berpikir bahwa pendidikan hanya membuang waktu dan
lebih baik bekerja.
Pemikiran masyarakat yang kurang peduli terhadap pendidikan harus segera
diatasi. Pemerintah melalui lembaga pendidikan dapat melakukan sosialisasi
kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan. Sehingga pikiran masyarakat
lebih terbuka dan dapat mengetahui bahwa pendidikan itu sangat penting.

2) Menumbuhkan semangat belajar pada diri pelajar.


Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penghargaan/reward kepada
pelajar jika telah menyelesaikan suatu tugas atau pelajaran. Hal ini dapat
dilakukan oleh orang tua ataupun pelajar itu sendiri. Selain itu dapat juga
dilakukan dengan memberikan motivasi untuk terus semangat belajar. Pemerintah
juga dapat menyelenggarakan perlombaan tentang pendidikan. Namun bukan

16
hanya tentang pembelajara akademik, namun juga non akademik dengan hadiah
yang sesuai. Selain itu, diperlukan kesadaran pribadi pelajar bahwa belajar itu
penting. Pelajar harus bias mengatur waktu antara belajar dan istirahat serta para
pelajar juga hrus memiliki tujuan yang ingin dicapai. Hal-hal tersebut dapat
menumbuhkan semangat belajar bagi para pelajar.

3) Peninjauan ulang kurikulum 2013


Pemerintah perlu meninjau ulang penerapan kurikulum 2013, jangan hanya
demi kepentingan sesaat tetapi melupakan kepentingan masyarakat banyak
terutama para siswa, guru dan orang-orang yang berkecimpung di lingkungan
pendidikan. Beberapa pelajaran yang memang layak ditambah seperti pelajaran
agama dan pendidikan moral harus ditambah, agar para siswa bisa menghargai
orang lain, berperilaku sopan, tidak melanggar susila dan tidak mudah terpancing
emosinya yang berakibat fatal buat dirinya sendiri, dan orang lain. Selain itu
pelajaran TIK sebaiknya jangan dihapuskan karena negara ini akan ketinggalan
mengenai teknologi, informasi dan telekomunikasi dengan negara lain yang
tingkat penggunaan komputer dan gadgetnya sangat tinggi.
Di Indonesia saat ini penerapan kurikulum 2013 masih belum efektif.
Kurikulum yang menekankan kretifitas anak-anak nyatanya belum bisa
diterapkan di seluruh Indonesia. Hanya sebagian kecil saja yang benar-benar
menerapkan kurikulum tersebut. Anak-anak Indonesia belum mampu untuk
mengeluarkan kreatifitasnya. Karena itu, perlunya peninjauan ulang
terhadapkurikulum 2013.

4) Perlunya pemerataan pendidikan


Di Indonesia sendiri, pemerataan pendidikan sudah diupayakan terutama di
daerah-daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Perencanaan yang dilakukan
pemerintah sudah cukup baik untuk mengatasi pemerataan pendidikan di

17
Indonesia. Hanya saja eksekusi lapangannya saja yang kurang tepat. Pemerintah
perlu membangun pendidikan yang layak di daerah yang kurang, baik dari segi
sarana prasarana maupun tenaga pendidik.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah dalam pemerataan
pendidikan di daerah 3T adalah program GGD (guru garis depan). Guru Garis
Depan adalah suatu program dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
dan kebudayaan (Kemdikbud) yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
yang bertujuan untuk memeratakan pelayanan pendidikan di seluruh wilayah
indonesia. melalui pendistribusian guru-guru ke 93 kabuapaten daerah khusus (3T
dan terpencil) yang tersebar di 28 provinsi. Program ini sangat membantu
pemerintah dalam upaya pemrataan pendidikan.
Dari segi sarana prasarana, pemerintah perlu menaruh perhatian khusus.
Pasalnya banyak oknum yang justru memanfaatkan dana yang seharusnya untuk
membangun sarana prasarana pendidikan malah masuk ke kantong pribadi. Selain
itu pemerintah perlu menyisir daerah-daerah yang benar-benar membutuhkan
sarana prasarana pendidikan. Jangan sampai dana yang dikeluarkan tidak tepat
sasaran.
Menurut kepmendikbud No. 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM), sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan
pendidikan dengan serba lengkap dan cukup, seperti luas lahan, perabot lengkap,
peralatan laboratorium, infrastruktur, dan sarana olahraga yang lengkap dan
memadai.

5) Mendorong kesadaran masyarakat yang mampu atau badan-badan usaha untuk


menjadi orang tua asuh bagi anak-anak kurang mampu
Masyarakat yang berkecukupan dan badan-badan usaha dapat sangat
membantu mengurai masalah pendidikan di Indonesia. Mereka dapat
menyalurkan bantuan pendidikan kepada peserta didik yang secara ekonomi

18
memang kurang. Selain itu, mereka juga dapat membangun yayasan pendidikan
untuk masyarakat yang kurang mampu di daerah sekitar tempat tinggal ata tempat
usaha mereka.

6) Membuka jalur-jalur pendidikan alternatif atau nonformal


Untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak Indonesia terhadap dunia kerja,
pemerintah dapat membuka pendidikan alternatif, seperti kursus-kursus
keterampilan sehingga dapat memperkaya kemampuan atau kualitas seseorang.
Pendidikan ini akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan
seseorang sehingga dapat siap menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

7) Membentuk Badan Pengawas di tiap – tiap wilayah


Dari beberapa masalah yang telah ada, sebagian besar disebabkan oleh tidak
adanya pengawasan bagaimana jalannya suatu pendidikan di sebuah wilayah.
Seharusnya dengan diadakannya lembaga pengawasan dan juga penempatan
anggota pengawas di lembaga pendidikan. Dengan begitu, pengawas tersebut
dapat melakukan evaluasi terhadap lembaga yang ditempatinya. Dengan sering
diadakannya evaluasi terhadap metode pembelajaran, kualitas pendidik, alokasi
dana bantuan pendidikan, dapat membantu mengontrol jalannya pengembangan
potensi peserta didik secara optimal. Serta dapat memberikan hukuman tegas
terhadap para pelaku tindak penyelewengan terhadap pendidikan ( malpraktek
pendidikan ).

8) Pelatihan dan Penilaian Guru Secara Intensif

Pengadaan pelatihan dan penilaian kompetensi guru dalam mengajar secara


intensif diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru. Jadi tidak hanya murid yang

19
dinilai perkembangannya, namun juga bagaimana para guru melakukan pengajaran
kepada muridnya. Sehingga tidak hanya murid yang mendapat tantangan untuk
berkembang, namun juga para guru.

9) Fokus Terhadap Pendidikan Dasar


Pendidikan dasar bagaikan pondasi pada bangunan. Kuatnya suatu bangunan
sangat bergantung pada pondasi. Seperti pendidikan yang diterapkan oleh Negara
Finlandia, mereka sangat memperhatikan secara detail perkembangan peserta
didik pada pendidikan dasar. Karena jika peserta didik dapat memahami
pendidikan dasar secara optimal dan mantap, untuk jenjang berikutnya peserta
didik hanya fokus terhadap kejuruan saja tanpa mengulang materi pendidikan
dasar. Sehingga dapat menghasilkan tenaga ahli sesuai profesinya.

10) Kurangi dan Berantas Korupsi


Menurut laporan BPK tahun 2003, Depdiknas merupakan lembaga pemerintah
terkorup kedua setelah Departemen Agama. Laporan ICW menyebutkan bahwa
korupsi dalam dunia pendidikan dilakukan secara bersama-sama dalam berbagai
jenjang mulai tingkat sekolah dinas, sampai departemen. Pelakunya mulai dari
guru. Kepala sekolah, kepala dinas,dan seterusnya. Sekolah yang diharapkan
menjadi benteng pertahanan yang menjunjung nilai kejujuran.

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan diatas, dapat kita
simpulkan bahwa pendidikan adalah hal yang penting untuk meningkatkan
kualitas hidup. Pendidikan adalah hal yang penting untuk kemajuan suatu
bangsa. Untuk menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita setiap
negara di dunia.pendidikan merupakan proses melahirkan generasi penerus
yang berkualitas.
Kualitas pendidikan Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan
negara-negara tetangga. Hal ini dakibatkan oleh berbagai masalah dalam
pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Diantara dari masalah tersebut adalah
kualitas pendidikan yang masih rendah, adanya kesenjangan pendidikan,
permasalahan pendidikan di tengah pandemi, manajemen anggaran
pendidikan yang belum tepat sasaran dan kurangnya relevansi pendidikan.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah
pendidikan di Indonesia diantaranya adalah dengan meningkatkan semangat
belajar pelajar, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan,
pemerataan pendidikan, pelatihan guru secara intensif, pembentukan badan
pengawas di tiap-tiap daerah, dan banyak lagi lainnya.

3.2 Saran

21
Sebagai seorang mahasiswa saya mengharapkan agar seluruh elemen
masyarakat, pemerintah, tenaga didik, dan peserta didik dapat bersatu dalam
membangun pendidikan Indonesia yang berkualitas. Dengan kerjasama yang
baik dan kesadaran dari setiap pihak, saya yakin kita bias mengatasi
permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia dan kita dapat
mewujudkan pendidikan Indonesia yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

https://dunia.pendidikan.co.id/sistem-pendidikan/

https://psychology.binus.ac.id/2017/02/17/rendahnya-kualitas-pendidikan-di-
indonesia/

https://mediaindonesia.com/read/detail/311137-pendidikan-indonesia-di-tengah-
pandemi-covid-19

https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/05/03/opchjr354-ini-
tujuh-masalah-pendidikan-di-indonesia-menurut-jppi

https://www.kompasiana.com/fannyflooo/5af44b34ab12ae625177a322/kesenjangan-
pendidikan-di-indonesia

https://www.republika.id/posts/10900/menekan-kesenjangan-pendidikan

https://www.kompasiana.com/www.risauntari.com/54f6786aa33311d87c8b4ed8/mah
alnya-biaya-pendidikan-di-indonesia

https://parenting.orami.co.id/magazine/kendala-dan-dampak-pembelajaran-jarak-jauh

https://nurmadiah62.blogspot.com/2012/12/permasalahan-pendidikan-tentang-
sarana.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia

22
https://ajaib.co.id/permasalahan-pendidikan-di-indonesia-dan-faktor-pendukungnya/

https://pak.pandani.web.id/2016/12/apa-itu-guru-garis-depan-ggd.html

23

Anda mungkin juga menyukai