Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ayu Maharani

Nim : 1905112302
Kelas : 19 A
Mata Kuliah : Ilmu Kewarganegaraan

ASPEK SEJARAH, CIRI KHUSUS, KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN DARI MODEL


KEWARGANEGARAAN LIBERAL, REPUBLICAN, KOMUNITARIAN

1. Kewarganegaraan Liberal

Tradisi ini muncul pada abad 17 serta berkembang kuat pada abad 19 dan 20 dari ideologi
individualisme yang menekankan pada kebebasan individu, terutama kebebasan dari campur
tangan negara dan masyarakat. Teori dalam tradisi liberal ini juga berpendapat bahwa
warganegara sebagai pemegang otoritas untuk menentukan pilihan dan hak. Perspektif ini
bercirikan penekanan pada individu dan berbasis pada hak.

Peter H Scuck dalam Liberal Citizenship (2002), menyatakan bahwa pengaruh besar dari teori ini
diawali oleh penjelasan secara sistematis melalui John Locke. Menurut Locke (1993), individu
dianugerahi dan dihiasi oleh Tuhan dengan hukum alam dan berupa hak-hak alamiah. Individu
sebelumnya hidup dalam alam alamiah, kemudian masuk dalam kehidupan masyarakat politik.
Teori Locke tentang kepemilikian (Locke’s theory of property) menyebutkan ada tiga elemen
sentral bagi kewarganegaraan liberal (Locke, 1993: 113).

Pertama, individu dapat menciptakan kekayaan atau kepemilikan dan menambah dominasi
kepemilikan itu melalui kerja. Kedua, perlidungan terhadap kepemilikan merupakan fungsi
utama hukum dan pemerintahan dan Ketiga, pelaksanaan yang sah menurut hukum atas hakhak
kepemilikan secara alamiah mengasilkan ketidakmerataan yang adil

Sumber utama tradisi kewarganegaraan Liberal adalah karya-karya yang ditulis oleh T.H
Marshall sesudah perang dunia kedua dalam buku Citizenship and Social Class (1950) yang
mengkonseptualisasi kewarganegaraan atas dasar tiga hak yaitu: hak sipil, hak politik, dan hak
sosial. Hak sipil mencangkup perlindungan individu untuk bebas yaitu kebebasan berbicara,
berkeyakinan, berhak atas keadilan. Hak politik mencakup hak berpartisipasi dalam
pemerintahan. Hak sosial adalah hak atas pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial
lainnya.

Pada priode ini konsepsi (liberal) tentang individu dan negara terbentuk. Beberapa pokok pikiran
yang dipandang menjadi ciri chas konsepsi kewarganegaraan liberal terkait dengan penafsiran
atas hak-hak tersebut. Yang paling utama mengenai posisi individu dalam masyarakat dan
hubunganya dengan negara. Hubungan di antara individu diatur berdasarkan kontrak dan negara
bertanggung jawab untuk menjaga agar kontrak ini dipatuhi oleh semua pihak (Soeseno, 2010:
23).

• Ciri Khas Kewarganegaraan Liberal :

1. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama.

2. Ada hukum dan hukum diterapkan.

3. Setiap orang memperoleh hak perlakuan yang sama.

• Kelebihan Kewarganegaraan Liberal:

1. Persaingan yang terjadi di dalam masyarakat bersifat positif. Dengan demikian, setiap individu
berkeinginan untuk bersaing menghasilkan produk yang bermutu tinggi.

2. Masyarakat memiliki keinginan dan inisiatif untuk berkembang agar lebih baik.

3. Setiap individu memperoleh hak dan kebebasan yang sama dalam hidup bermasyarakat.

• Kekurangan Kewarganegaraan Liberal :

1. Menimbulkan adanya kesenjangan sosial di masyarakat karena adanya eksploitasi para pekerja
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai sumber daya

2. Munculnya monopoli pada masyarakat kecil dan miskin

3. Pihak-pihak tertentu memanfaatkan kebebasan pers untuk mendapatkan keuntungan

4. Adanya persaingan bebas sehingga sulit meratakan pendapatan masyarakat


5. Terbentuk kelompok masyarakat yang merasa memiliki derajat tinggi dari kelompok
masyarakat lainnya dan sebaliknya.

2. Kewarganegaraan Republican

Tradisi republikan atau republik sipil sama tujuanya dengan sejarah perpolitikan itu sendiri.
Secara umum, sumber-sumber tradisi kewarganegaraan republik sipil, bisa dibagi kedalam tiga
priode. Tadisi kewarganegaraan yang bersumber dari

(1) Masa yunani dengan tokok pemikiranya dan sekaligus praktisi politik seperti Aristoteles
(yunani kuno)

(2) Tokoh romawi , dengan tokoh-tokohnya Cicero dan Marchiavelli (Romawi),

(3) Teori awal negara moderen dengan J.J Rousseau sebagai tokok pemikirnya. Beberapa
teoritisi kontemporer seperti David Miller, Derek Heater merupakan pendukung utama tradisi
republikan sipil ini. Meskipun para tokok tersebut hidup pada era yang berbeda, sejumlah
persamaan dapat ditafsirkan pada gagasan-gagasan atau dan pemikiran-pemikiran mereka
tentang kewarganegaraan. Persamaan pemikiran atau gagasan di antara tokoh tersebut
merupakan benang merah dalam melihat apa dan bagaimna tradisi kewarganegaraan republik
sipil (Soeseno, 2010: 52).

Teori ini berpendapat bahwa masyarakat sebagai komunitas politik adalah pusat kehidupan
politik. Kewarganegaraan republikan menekankan pada ikatan-ikatan sipil (civic bonds) suatu
hal yang berbeda dengan ikatan-ikatan individual (tradisi liberal) ataupun ikatan kelompok
(tradisi komunitarian). Sementara kewarganegaraan liberal lebih menekankan pada hak (right),
sedangkan kewarganegaraan republikan menekankan pada kewajiban (duty) warganegara.

Pada kewarganegaraan republican kebebasan individu ada pada jaminan keamanan negara yang
berada dibawah aturan hukum (rule of law) dan kebaikan warga negara tersebut dalam
memberikan partisipasi. Maka dari itu, tradisi republican, kewarganegaraan memiliki dimensi
etis dan legal hukum. Status hukum tiap warganegara berkaitan erat dengan kepemilikan
privileges mengenai hak-hak dan kewajiban terhadap kepentingan bersama atau kepentingan
publik. Oleh karenanya kewarganegaraan republican memerlukan komitmen aktif dalam urusan-
urusan publik (Dagger, dalam Turner dan Isin, 2002: 147).

• Ciri Khas Kewarganegaraan Republican :

Teori ini menjadikan suatu masyarakat yang dinamakan komunitas publik sebagai pusat
kehidupan politik dan hak-hak individu dijamin dan tiap individu warga negara dapat berperan
aktif sebagai pelayanan dalam komunitas publik mengisi sejarah perjalanan bangsa.

• Keunggulan dari Kewarganegaraan Republican :

1. Keberanian

2. Kesetiaan

3. Disiplin militer

4. Dan kenegarawan

• Kelemahan dari Kewarganegaraan Republican :

1. Konsepsi militer dianggap tidak peduli terhadap masalah ekonomi dan perdagangan serta
kebutuhan pribadi di individu masyarakat.

2. Pemikiran Republikan dipandang hanya ingin menciptakan satu masyarakat tunggal yang
absolut dan kurang memperhatikan pluralisme nilai-nilai dan kondisi masyarakat yang beragam.

3. Kewarganegaraan Komunitarian

Fokus utama komunitarianisme dalam kajian kewarganegaraan ialah peran serta warga negara
dalam komunitas. Komunitarianisme bukanlah merupakan reaksi terhadap liberalism Klasik,
namun kepada kewarganegaraan yang berdasarkan Dimensi sosial, kewarganegaraan (civic) dan
politik dari komunitas.
Politik. Perspektif  komunitarian  menekankan  pada  kelompok  etnis   atau  kelompok budaya,
solidaritas  diantaranya  orang-orang yang memiliki sejarah atau tradisi yang sama,  kapasitas 
kelompok  tersebut  untuk  menghargai  identitas  orang-orang  yang  dibiarkan teratomisasi 
oleh  kecenderungan yang  mengakar pada masyarakat liberal. Teori  kewarganegaraan 
komunitarian sebagai reaksi dari teori kewarganegaraan liberal, kalau  teori kewarganegaraan
liberal yang berpendapat bahwa masyarakat  terbentuk  dari  pilihan-pilihan bebas  individu,
sedangkan  teori ini  berpendapat  justru masyarakatlah yang menentukan dan membentuk
individu baik karakternya, nilai  keyakinan- keyakinannya. Komunitarianisme  menekankan 
pentingnya  komunitas  dan  nilai sosial bersama.

Komunitarian adalah Teori Kewarganegaraan yang Menekankan pada kelompok etnis atau
kelompok budaya, solidaritas diantara orang-orang yang memiliki sejarah atau tradisi yang sama,
kapasitas kelompok tersebut untuk menghargai identitas orang-orang yang dibiarkan
“teratomisasi” oleh kecenderungan untuk menggali akar masyarakat liberal.

Teori kewarganegaraan Komunitarian sangat menekankan pada fakta bahwa setiap orang,
warganegara perlu memiliki sejarah perkembangan masyarakat. Individualitas yang dimiliki
warganegara berasal dan dibatasi oleh masyarakat (Sapriya, 2007). Hal itu berdasar keyakinan
teori ini bahwa individu dibentuk oleh masyarakat. Di masyarakat ada norma yang disepakati
sebagai code of conduct yang harus dipenuhi anggota karena dengan cara inilah eksistensi dan
keberlangsungan masyarakat terjamin.

Perspektif komunitarian menekankan pada kelompok etnis atau kelompok budaya, solidaritas
diantara orang-orang yang memiliki sejarah atau tradisi yang sama, kapasitas kelompok tersebut
untuk menghargai identitas orang-orang yang dibiarkan “teratomisasi” oleh kecenderungan yang
mengakar pada masyarakat liberal (Ronald Beiner, 1995). Dikatakan bahwa Kommunitarian
menekankan pada kebutuhan untuk menyeimbangkan hak-hak dan kepentingan individu dengan
kebutuhan komunitas sebagai kesatuan dan bahwa individu terbentuk dari budaya dan nilai-nilai
komunitas.
Teori kewarganegaraan komunitarian muncul dan berkembang pada abad-20 sebagai reaksi atas
teori kewarganegaraan liberal. Berbeda dengan liberalisme klasik, yang memahami bahwa
komunitias berasal dari tindakan sukarela individu-individu dari masa pra-komunitas,
komunitarianisme menekankan peranan komunitas dalam mendefinisikan dan membentuk
individu. Kaum komuitarian percaya bahwa nilai komunitas tidak cukup diakui dalam teori-teori
liberal tentang keadilan. Selain itu kemunculan teori ini berlandaskan pandangan bahwa
identitas dan karakter pribadi tidak mungkin terbentuk tanpa dukungan lingkungan masyarakat.
Berbeda dengan teori kewarganegaraan liberal dimana masyarakat terbentuk dari pilihan-pilihan
bebas individu, teori ini berpendapat justru masyarakatlah yang menentukan dan membentuk
individu baik karakternya, nilai dan keyakinan-keyakinannya.

Komunitarian menekankan pentingnya komunitas dan nilai sosial bersama. Negara yang
menganut teori kewarganegaraan ini dalam prakteknya memiliki Pokok-pokok ajaran
komunitarianisme antara lain, adalah sebagai berikut:

1. Komunitas adalah abtirer dalam kehidupan bersama


2. Nilai-nilai sosial adalah kerangka moral kehidupan bersama
3. Nilai-nilai sosial tersebut pada gilirannya merupakan croos societal moral dialoge.
4. Adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, karena yang terpenting adalah komunitas
tersebut diperlakukan sama oleh warga negara maupun negara.
Dapat dikatakan bahwa Teori Kewarganegaraan ini termasuk sebagai keberanggotaan dalam
suatu komunitas memberikan dimensi eksklusif bagi konsep mengenai warga. Dalam perspektif
ini, kewarganegaraan membentuk identitas dan ikatan khusus yang bersifat lebih tertutup dalam
suatu kelompok tertentu yang mana itu semua dipengaruhi oleh etnis, sejarah dan kebudayaan
yang sama.
Kaum komunitarian menolak negara netral. Mereka percaya bahwa negara netral seharusnya
ditinggalkan demi ’politik kebaikan bersama’ (the politics of common good).Pembedaan antara
‘politik netralitas’ dan ’politik kebaikan bersama’ dari komunitarianisme ini dapat menyesatkan.
Ada ’kebaikan bersama’ yang juga nampak dalam politik liberal, karena berbagai kebijaksanaan
negara liberal ditujukan untuk mempromosikan kepentingan-kepentingan berbagai anggota
masyarakat. Proses-proses politik dan ekonomi yang dengan ini berbagai preferensi individu
dipadukan dalam sebuah fungsi pilihan sosial merupakan cara kaum liberal menentukan
kebaikan bersama. Karena itu, menegaskan netralitas negara bukanlah menolak gagasan tentang
kebaikan bersama, melainkan memberikan sebuah interpretasi mengenainya.

Dalam sebuah masyarakat liberal, kebaikan bersama merupakan hasil dari sebuah proses
memadukan berbagai preferensi, yang semuanya dihitung secara sama (jika konsisten dengan
prinsip-prinsip keadilan). Semua preferensi memiliki bobot pengaruh yang sama ’bukan dalam
arti bahwa terdapat sebuah ukuran yang disepakati publik atas nilai intrinsik yang membuat
semua konsepsi ini menjadi sama, melainkan dalam arti bahwa berbagai preferensi itu sama
sekali tidak dievaluasi dari sudut pandang publik. Seperti yang sudah kita saksikan, penegasan
anti-perfeksionis pada netralitas negara ini mencerminkan kepercayaan bahwa kepentingan orang
dalam membawakan sebuah kehidupan yang baik tidak meningkat ketika masyarakat melakukan
diskriminasi terhadap proyek-proyek yang mereka percayai sebagai paling berharga bagi mereka.
Maka, kebaikan bersama dalam sebuah masyarakat liberal diatur agar sesuai dengan pola
berbagai preferensi dan konsepsi tentang kebaikan yang dipegang oleh individu.

Akan tetapi, dalam sebuah masyarakat komunitarian, kebaikan bersama diterima sebagai sebuah
konsepsi mendasar tentang kehidupan yang baik yang menentukan ’pandangan hidup’
komunitas. Kebaikan bersama ini, alih-alih menyesuaikan dirinya sendiri pada pola preferensi
orang, menyediakan ukuran untuk mengevaluasi berbagai preferensi itu. Pandangan hidup
masyarakat membentuk dasar bagi tata jenjang (rangking) publik mengenai berbagai konsepsi
tentang yang baik, dan bobot yang diberikan pada preferensi individu bergantung pada seberapa
besar ia menyesuikan dengan dan memberikan sumbangan pada kebaikan bersama ini. Pencarian
publik akan tujuan-tujuan yang dirasakan bersama yang menentukan pandangan hidup
komunitas, karena itu, tidak terhambat oleh persyaratan netralitas. Ia berada mendahului klaim
individu-individu terhadap sumberdaya dan kebebasan diperlukan untuk mengejar konsepsi-
konsepsi mereka sendiri akan kebaikan. Sebuah negara komunitarian dapat dan seharusnya
mendorong orang untuk menerima konsepsi-konsepsi tentang kebaikan yang sesuai dengan
pandangan hidup masyarakat, sementara mencegah berbagai konsepsi tentang kebaikan yang
bertentangan dengan pandangan hidup komunitas ini. Sebuah negara komunitarian, karena itu,
merupakan negara perfeksionis, karena melibatkan penjenjangan nilai publik dari berbagai
pandangan hidup yang berbeda. Namun, walaupun erfeksionis Marxis merangking pandangan
hidup menurut penilaian trans-historis atas kebaikan manusia, komunitarianism merangking
pandangan hidup itu menurut kesesuaiannya dengan praktek-praktek yang ada.

• Ciri Khas Kewarganegaraan Komunitarian :

Individu dibentuk oleh masyarakat, karena di masyarakat terdapat sistem norma yang disepakati
sebagai rule of conduct., Tindakan individu harus sesuai dengan batas-batas yang diterima
masyarakat., Identitas dan stabilitas individu WN akan terbentuk dengan baik ketika didukung
oleh masyarakat., Masyarakat merupakan hal sangat vital bagi adanya kewarganegaraan (tiada
kewarganegaraan tanpa masyarakat).

• Keunggulan Kewarganegaraan Komunitarian :

Pertama menyeimbangkan hak-hak dan kepentingan individu dengan kebutuhan komunitas.


Kedua tidak memusatkan tujuannya kepada individu saja tetapi juga memusatkan kepada
pentingnya komunitas dan nilai sosial bersama.

• Kekurangan Kewarganegaraan Komunitarian :

Adalah Kurang peduli dengan kondisi masyarakat yang riil dari pada yang masyarakat dicita-
citakan.

KESIMPULAN

Kewarganegaraan Liberal menganut ideologi individualisme dimana menekankan pada


kebebasan individu, terutama kebebasan dari campur tangan negara dan masyarakat. Teori dalam
tradisi liberal ini juga berpendapat bahwa warganegara sebagai pemegang otoritas untuk
menentukan pilihan dan hak. Perspektif ini bercirikan penekanan pada individu dan berbasis
pada hak.

Kewarganegaraan Republican menekankan pada ikatan-ikatan sipil (civic bonds) suatu hal yang
berbeda dengan ikatan-ikatan individual (tradisi liberal) ataupun ikatan kelompok (tradisi
komunitarian). Sementara kewarganegaraan liberal lebih menekankan pada hak (right),
sedangkan kewarganegaraan republikan menekankan pada kewajiban (duty) warganegara.

Kewarganegaraan Komunitarian  menekankan  pada  kelompok  etnis   atau  kelompok budaya,


solidaritas  diantaranya  orang-orang yang memiliki sejarah atau tradisi yang sama,  kapasitas 
kelompok  tersebut  untuk  menghargai  identitas  orang-orang  yang  dibiarkan teratomisasi 
oleh  kecenderungan yang  mengakar pada masyarakat liberal. Dikatakan bahwa Komunitarian
menekankan pada kebutuhan untuk menyeimbangkan hak-hak dan kepentingan individu dengan
kebutuhan komunitas sebagai kesatuan dan bahwa individu terbentuk dari budaya dan nilai-nilai
komunitas.

Sumber :

Dagger, R. (2002). Republican Citizenship. Dalam Bryan S. Turner dan Engin F. Isin (eds).
Handbook of Citizenship Studies. London, Thousand Oaks, dan New Delhi: Sage
Publication.

Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Kartal, Filiz. (2001-2002). Liberal and Republican Conceptualizations of Citizenship: A


Theoretical Inquiry. Turkish Public Administration. Vol. 27-28.

Anda mungkin juga menyukai