Anda di halaman 1dari 23

Kelompok 3

Permasalahan
Pendidikan
Anggota :

01 Rissa Amalia
(2001913)
05 Hilmi Nabila Chosiyah
(2001919)

02 Diana Kulsum
(2001914)
06 Yusy Yus Sinta Dewi
(2001922)

03 Kelia Rani Dewi


(2001915)
07 Marni Siti
Nuradha
(2001923)

Gani
04 Sri Wulandhari
(2001916)
08 (2001925)
Permasalahan Pokok Pendidikan
Sepanjang sejarah perjalanan pendidikantentulah mengalamai berbagai masalahyang dialami yang diupayakan
pemecahan permasalahnya untuk menuju pendidikan yang lebih baik dan mencetak siswa-siswi atau sumber daya
manusia yang bermutu dan berkualitas.
Dalam (Syafril dan Zelhendri Zen, 2017:180-183) terdapat lima permasalahan pokok pendidikan yaitu:
1. Kuantitas, yaitu permasalah mengenai banyaknya murid yang harus ditamppung dalam system pendidikan.
2. Kualitas, pada umumnya dilihat dari hasil (output) pendidikan itu sendiri. Kadar ketercapaian tujuan tersebut
tergantung pada lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tersebut serta sukar ditetapkan secara pasti , karen
alat ukur keberhasilan (kualitas) seseorang siswa atau anak di sekolah belum ada yang baku.
3. Efisiensi, dikatakan ideal apabila penyelenggaraan pendidikannya hemat waktu, tenaga dan biaya tetapi
produktivitasnya tetap optimal.seperti keseuaian jadwal mata pelajarannya dengan guru pembelajaran tersebut.
4. Efektivitas, mengenai pencapaian hasil program yang dibuat. Bila rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru
sesuai dengan silabus maka pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif.
5. Relevansi, mengenai sistem pendidikan dapat menghasilkan output (keluaran) yang sesuai dengan kebutuhan.
Kesesuaian (relevansi) tersebut meliputi kuantitas dan kualitas output tersebut.
Lanjutan

Kesenjangan pendidikan Pendidikan di Indonesia menunjukkan kualitas yang


rendah. Asumsinya hal ini terjadi karena pemerintah kurang serius
memperhatikan bidang pendidikan. Sementara kemajuan bangsa salah satunya
yang terpenting adalah pendidikan, karena pendidikan merupakan modal dasar
untuk kemajuan suatu bangsa. Pembenahan pendidikan dalam hal pemerataan
sangat penting untuk mewujudkan kualitas pendidikan di semua daerah. Hal
dapat diwujudkan salah satunya apabila didukung oleh dana yang cukup dan
pengelolaan yang baik. Tentunya kita berharap banyak pada pemberlakuan
otonomi pendidikan sebagai salah satu kebijakan pendidikan nasional dapat
dilaksanakan dengan baik dan terarah.
Kuantitas dan kualitas guru saat ini, juga merupakan hal yang dilematis.
Secara objektif jumlah guru saat ini memang kurang memadai, namun hal ini
tidak dapat dipukul rata begitu saja Tetapi harus diakui bahwa jumlah guru
yang sedikit salah satu indicator kesenjangan dalam masalah pemerataan guru.
Cara Penanggulangan Permasalahan Pokok
Pendidikan
Proses pembelajaran berjalan dengan baik apabila didukung oleh berbagai unsur pendidikan
diantaranya tenaga pendidik, peserta didik, sarana pembelajaran, kurikulum bahkan lingkungan
sekitar. Sebagai contoh apabila unsur sarana yang ada di sekolah tersebut lengka, Sedangkan tenaga
pendidik kurang terampil , hal ini menyebabkan kurang optimalnya proses pembelajaran dalam
rangkan meningkatkan kualitas dan hasil belajar. Masalah mutu pendidikan berkaitan erat dengan
ketersediaan akses pada semua jenjang pendidikan, yang mana kondisi di Indonesia masih belum
merata terutama di daerah pedesaan yang masih rendah bila dibandingkan dengan di kota. (Meirawan,
2010: 126-127).
Berkenaan dengan hasil yang akan diperoleh dalam pendidikan merupakan suatu proses
pembentukan yang direncanakan agar peserta didik lebih aktif dalam belajar dan dapat
mengembangkan potensi dirinya. Keterkaitan itu juga terdapat penghambat atau berupa masalah,
masalah tersebutlah yang perlun mendapatkan penanganan yang khusus. Jadi dari situ dapat kita
katakan masalah pendidikan merupakan suatu pendidikan yang hasilnya belum sesuai atau belum
dapat disesuaikan secara khusus.maka dariitu perlulah kita mencari solusi untuk mengatasinya.
Perlu adanya perbaikan yang menyeluruh
terhadap masalah pendidikan di negara kita ini.
Asri budi ningsih dalam bukunya belajar dan
Guru harus memperhatikan kemjuan pembelajaran menuliskan bahwa memasuki era
siswanya, selain itu wali kelas serta orang milenium ketiga, masyarakat dan bangsa
tua juga sangat berperan dalam memajukan indonesia perlu mempersiapkan diri
kecerdasan seseorang murid. Mengingat menghadapi berbagai tuntutan global. Tidak
bahwa faktor yang mempengaruhi tidak \hanya berupa materi namun,pengetahuan dan
hanya berasal dari dalam diri siswa keterampilan yang cukup memadai hendaknya
diharapkan guru mampu bekerja sama memiliki oleh generasi muda kita. Anak-anak
dengan berbagai pihak, baikitu para guru, bangsa perlu dipersiapkan menjadi generasi
wali kelas, kepala Sekolah bahkan orang tua yang tagguh, siap bersaing dan
siswa demi menjalan kanproses belajar berkompeten.Maksudnya anak-anak
mengajar secara maksimal(Ahmadi & dipersiapkan menjadi pribadi yang berfikir
Supriyono, 2008). kreatif, mampu mengambil keputusan yang
tepat, memecahkan masalah, belajar
berbagaihal, serta lebih giat dan belajar dengan
sungguh-sungguh.
Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh
pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia
untuk menunjukan pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apa bila masih banyak
warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung di dalam sistem atau
lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di
tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan dalam undang-undang no. 4 Tahun
1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah.Pada Bab XI, pasal berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi
murid suatu sekolah jika syart-syarat yang di tetepkan untuk pendidikan dan pengajaran pada
sekolah itu sepenuhi.
a. Cara Konvesional 2. Masalah Mutu Pendidikan
• Membangun gedung sekolah seperti SD Mutu pendidikan di permasalahkan jika hasil
Inpres atau ruang belajar pendidikan belum mencapai taraf seperti yang di
• Menggunakan gedung sekolah untuk
double shift (sisteme pergantian pagi
01
harapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan
pertama dilakukan oleh lembaga penghasil
dan sore) sebagai produsen tenaga terhagdap calon luaran,
b. Cara Inovatif dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran
• Sistem pamong (pendidikan oleh tersebut terjun kelapangan kerja penilaian
masyarakat,orang tua, dan guru) atau dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai
inpacts system (Instrutional konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja
Management by Parent, Community (performance test). Jadi mutu Pendidikan pada
and teacher). Sistem tersebut di rintis di akhirnya dilihat pada kualiutas keluarannya. Jika
sekolah dan didiseminasikan ke tujuan pendidikan nasiomnal dijadikaln kritetria,
beberapa provinsi. maka pertanyaannya adalah: Apakah keluarga
• SD kecil pada daerah terpencil dari suautu sistem pendidikan menjadi pribadi
• Sistem guru kunjung yang bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota
• Kejar paket A dan B masyarakat yang social dan
• Belajar jarak jauh, seperti Universitas
terbuka.
bertangguang jawab, warga Negara yang
cinta kepada tanah air dan memiliki rasa
kesetiakawanan social.
besar jenis bidang studi, sebab ada
3. Masalah Efisiensi Pendidikan bidang studi tertentu yang belum
Masalah Efisiensi pendidikan tersedia tenaganya) lebih besat dari
mempersoalkan bagaimana suautu sitem kebutuhan di lapangan. Dengan
pendidikan mendayagunakan sumber daya demikian berarti lebih dari 80% tenaga
yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. yang tersedia tidak segera di
Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran fungsikan. Ini berarti pemubaziran
dikatakan efisiensinya tinggi. Masalah terselubung karena biaya investasi
pengangkatan terletak pada kesenjangan antara pengadaan tenaga tidak segera terbayar
stok tenaga yang tersedia dengan jatah kembali melalui pengabdian (belum
pengangkatan yang sangat terbatas. Pada masa terjadi rate of return). Sebab tenaga
5 tahun terahir ini jatuh pengangkatan setiap kependidikan khususnya guru tidak
tahunnya hanya sekitar 20% dari kebutuhan dipersiapkan untuk berwirausaha.
tenaga dilapangan. Sedangkan persediaan
tenaga yang siap di angkat (untuk sebagian
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan
mencangkup sejauh mana sistem
pendidikan menghasilkan luaran yang Jika sitem pendidikan manghasilakan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan, luaran yang dapat mengisi semua sektor
yaitu masalah-masalh seperti yang pembangunan yang aktual (yang tersedia)
digambarkan dalam rumusan tujuan maupu potensial dengan memenuhi kriteria
pendidikan nasional.Luaran pendidikan yang di persyaratkan oleh lapangan
diharapkan dapat mengisi semua sektor kerja,maka relevansi pendidikan di anggap
pembangunan yang beraneka ragam tinggi.
seperti sektor produksi, sektor jasa dan
lain-lalin. Baik dari segi jumlah maupun
dari segi kualitas.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Permasalahan mutu pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan suatu sistem yang saling
berpengaruh. Mutu keluaran dipengaruhi oleh mutu masukan dan mutu proses. Pembahasan dalam hal ini
didasarkan pada komponen masukan, proses, dan keluaran. Mutu masukan pendidikan dapat dilihat dari
kesiapan murid dalam mendapatkan kesempatan pendidikan. Data Pusjas tahun 2004 menunjukkan bahwa
sebagian siswa (46%) berada dalam kategori tingkat kebugaran kurang, dan (37%) dalam tingkat kebugaran
sedang. Data Susenas tahun 2003 mengungkapkan bahwa dari sekitar 18 juta anak usia balita, sekitar 28% atau
lima juta anak berstatus kekurangan gizi dan lebih dari 50% anak SD/MI menderita cacingan. (Depkes, 2003).
Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pendidikan meliputi (1) ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai baik secara
kuantitas dan kualitas, maupun kesejahteraannya; (2) prasarana dan sarana belajar yang belum tersedia dan
belum didayagunakan secara optimal; (3) pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu
pembelajaran; dan (4) proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif.
Upaya pemecahan masalah mutu Pendidikan dalam garis besarnya:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.

b. Pengembangan kemampuan ketenaga kependidikan melalui studi lanjut misalnya berupa pelatihan, penataran,
seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.

c. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar

d. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan laboratorium

e. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.

f. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan-kegiatan laporan penyelenggaraan Pendidikan oleh semua
Lembaga Pendidikan, supervisi dan monitoring Pendidikan oleh penilik dan pengawas, system ujian nasional atau
UMPTN, dan akreditasi terhadap Lembaga Pendidikan untuk menetapkan status suatu Lembaga.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Berkembangnya Masalah Pendidikan
1. Perkembangan Iptek Dan Seni
Perkembangan Iptek a. Perkembangan Iptek
Dan Seni

Laju Pertumbuhan Ilmu pengetahuan ialah hasil eksplorasi secara sistem


Penduduk. dan terorganisasi mengenai alam semesta , dan teknologi
adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu
Aspirasi Masyarakat pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat. Sebagai contoh hubungan antara pendidikan
dan iptek, misalnya sering suatu teknologi baru yang
Arus Globalisasi
digunakan suatu proses produksi menimbulkan kondisi
ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan
Persoalan Karakter kerja,pada berkembangnya gaya hidup baru, kondisi
tersebut minimal bisa mempengaruhi perubahan isi
Keterbelakangan pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan
Budaya dan Sarana baru tunjangan pendidikan. Semua perubahan tersebut
Kehidupan tentu juga membawa masalah dalam skala nasional yang
tidak sedikit memakan biaya. Contoh di atas memberikan
gambaran pengaruh tidak langsung iptek terhadap sistem
pendidikan.
b. Perkembangan Seni

b. Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara


individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yamg indah.
Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi
(mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan
spontanitas dalam menemukan keindahan. Dilihat dari segi tujuan
pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian
mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan
dominan afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta
keterampilan disamping domain kognitif yang sudah digarap melalui
program /bidang studi yang lain. Dilihat dari segi lapangan kerja,
dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah mengalami
perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan
masyarakat.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk.
a. Pertambahan Penduduk. b. Penyebaran Penduduk
Dengan bertambahnya jumlah penduduk Penyebaran penduduk diseluruh pelosok
maka penyediaan prasarana dan sarana tanah air tidak merata. Ada daerah yang
pendidikan beserta komponen penunjang padat penduduk, terutama di kota-kota besar
terselenggaranya pendidikan harus di tambah. dan daerah yang penduduknya jarang yaitu
Dan ini berarti beban pembangunan nasional daerah pedalaman khususnya di daerah
menjadi bertambah. Pertumbuhan penduduk terpencil yangberlokasi di pegunungan dan di
yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata- pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti
rata dan penurunan angka kematian, digambarkan itu menimbulkan kesulitan
mengakibatkan berubahnya struktur dalam penyediaan sarana pendidikan.
kependudukan.Dengan demikian terjadi Sebagai contoh adalah dibangunya SD kecil
pergesaran permintaan akan fasilitas untuk melayani kebutuhan akan pendidikan di
pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan daerah terpencil pada pelita V, di samping SD
cenderung lebih meningkat dibanding dengan yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam hal
permintaan akan fasilitas sekolah dasar. penyediaan dan penempatan guru.
Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk
lanjutan keperguruan tinggi juga meningkat,
khusus untuk penduduk usia tua yang
jumlahnya meningkat perlu disediakan
pendidikan non formal.
3. Aspirasi Masyarakat 4. Arus Globalisasi
` Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi Sejarah globalisasi menunjukkan bahwa setiap
masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya  perubahan zaman memiliki core (penggeraknya)
aspirasi terhadap pendidikan aspirasi terhadap masing-masing. Uraian Friedman, Ritzer, dan
pekerjaan, dan dapat mempengaruhi peningkatan Toffler menunjukkan bahwa gerak perubahan itu
aspirasi terhadap pendidikan. Pendidikan dianggap selalu dipicu oleh perkembangan teknologi yang
memberi jaminan bagi peningkatan pendakian melahirkan era baru seperti Revolusi Industri 4.0 di
ditangga sosial.  Gejala yang timbul ialah awal abad ke 21, yang sebelumnya diawali dengan
membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus Revolusi Indusri 1.0 yang tidak hanya sekadar
pelajar menjadi meningkat. Beberapa hal yang tidak membuka interaksi secara luas namun juga
dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa mendisrupsi berbagai bidang kehidupan manusia.
pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi Disruptif awalnya merupakan fenomena yang
kurang objektif, kurang sarana belajar, kekurangan terjadi dalam dunia ekonomi, khususnya di bidang
guru. Keterbelakangan budaya adalah istilah yang bisnis. Disruptif sendiri merupakan kondisi ketika
diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang sebuah bisnis dituntut untuk terus berinovasi
menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat mengikuti perkembangan, sehingga bisnis tidak
lain pendukung suatu budaya . bagi masyarakat hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sekarang, namun dapat mengantisipasi kebutuhan
sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. di masa mendatang.
5. Persoalan Karakter
6. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
`Menurut DITNAGA-DIKTI (2010) di kalangan
pelajar dan mahasiswa reduksi atau penurunan Perkembangan media sosial yang masif,
moral ini tidak kalah memprihatinkan. Perilaku telah merekonstruksi struktur budaya
menabrak etika, moral dan hukum dari yang masyarakat. Relasi sosial hubungan
ringan sampai yang berat masih kerap masyarakat kini lebih erat terbangun dalam
diperlihatkan oleh peserta didik dan mahasiswa. dunia maya, sehingga hubungan dalam
Kebiasaan “mencontek” pada saat ulangan atau dunia nyata justru menjadi relatif. Peraturan
ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan Peraturan hukum pun harus mengikuti Jika
cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian terjadi pertautan antara unsur kebudayaan
nasional menyebabkan mereka berusaha mencari baru dari luar dengan unsur kebudayaan
jawaban dengan cara tidak beretika. Mereka lama yang lambat berubah, maka terjadilah
mencari bocoran jawaban dari berbagai sumber kesenjangan kebudayaan (cultural lag).
yang tidak jelas. Apalagi jika keinginan lulus Keterbelakangan budaya terjadi karena:
dengan mudah ini bersifat institusional karena - Letak geografis
- Penolakan masyarakat terhadap datangnya
direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan
sekolah dan guru secara sistemik. - unsur budaya baru karena tidak dipahami
atau karena dikhawatirkan akan merusak
sendi masyarkat
Permasalahan Aktual
Pendidikan
1. Masalah keutuhan pencapaian sasaran

Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang sehat jasmani dan rohani. Jadi
konsepnya sudah baik, namun dalam pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani semestinya.
Kecendrungan mengarah pada pengutamaan pengembangan aspek kognitif. Contoh: pendidikan agama
dan Pendidikan Moral Pancasila, semestinya mengutamakan penanaman nilai, bergeser kepada
pengetahuan agama dan Pancasila, keberhasilan pendidikan hanya dinilai dari kemampuan kognitif atau
penguasaan pengetahuan. Hal ini mengalami hambatan karena:
- Beban kurikulum sudah terlalu berat
- Pendidikan efektif sulit diprogramkan secara eksplisit
- Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu,sehingga memerlukan ketekunan dan
- kesabaran pendidik.
- Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.
 
Permasalahan Aktual
Pendidikan
2. Masalah Kurikulum

Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Sebagai sumber masalah
ialah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke lapangan kerja (bagi
yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi
yang melanjutkan). Jika Kurikulum 1975/1976 berorientasi kepada produk pendidikan dan kurang
memenuhi proses pembelajaran, maka kurikulum 1984 lebih peduli terhadap kualitas proses pembelajaran.
Sehingga kurikulum 1984 memberi peratian yang besar pada CBSA dan keterampilan proses, juga
pelaksanaan ko dan ekstra kurikuler dengan mempertimbangkan hasilnya sebagai bahan untuk nilai akhir.
Kurikulum 2004, berbasis kompetensi, sehingga dikenal dengan KBK 2004 dan tahun 2008, menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan disempurnakan lagi menjadi Kurikulum 2013 (K13).

3. Masalah Peranan Guru


Tugas guru bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan saja melainkan terutama menunjukkan jalan
bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan dan mengembangkan dorongan untuk berilmu. Dengan
kata lain, tugas guru menumbuh kembangkan budaya membaca dan budaya meneliti untuk menemukan
sesuatu (scientific curiosity) pada diri peserta didik.
4. Relevansi Pendidikan dan Dukungan Masyarakat 5. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun

`Permasalahan relevansi pendidikan bisa dilihat UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 6


dari tiga indikator yakni kemitraan dengan Dunia menyatakan tentang hak warga Negara untuk
Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang belum mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya
optimal, kurikulum yang belum berbasis tamat pendidikan dasar. PP No. 28 Tahun
masyarakat dan potensi daerah, serta kecakapan 1990 tentang Pendidikan Dasar, Pasal 2
hidup (life skill) yang dihasilkan belum optimal. menyatakan bahwa: pendidikan dasar
Jika dicermati sungguh-sungguh bahwa dukungan merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas
masyarakat, terutama masyarakat dunia usaha dan program pendidikan 6 tahun SD dan
dunia industri (DUDI) terhadap penyelenggaraan program pendidikan 3 tahun di SMP. Pasal 3
semua jenjang pendidikan masih terbatas. Padahal memuat tujuan pendidikan dasar yaitu
tanggung jawab pendidikan ada di pundak memberikan bekal kemampuan dasar kepada
pemerintah, sekolah, dan masyarakat. DUDI peserta didik untuk mengembangkan
cenderung menanti lulusan untuk rekruitmen kehidupannya sebagai pribadi, anggota
tenaga barunya, tanpa ada sharing yang cukup masyarakat, warga Negara dan anggota umat
dalam proses pendidikannya. manusia, serta mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan menengah.
 
Upaya Penanggulangannya

a) Pendidikan afektif yang sekarang lebih populer dengan pendidikan karakter perlu ditingkatkan
secara terprogram tidak cukup hanya secara insidental. Pendekatan keterampilan proses yang
sudah disebarluaskan konsepnya perlu ditindak lanjuti.
b) Pelaksanaan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya
diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan. Untuk itu perlu dikaitkan dengan
pemberian insentif kepada guru yang mengajar.
c) Pemilihan peserta didik atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan
yang akan terjun ke masyarakat melalui pendidikan vokasi berupa pendidikan kejuruan merupakan
hal yang prinsip, karena pada dasarnya tidak semua peserta didik secara potensial mampu belajar
di perguruan tinggi.
d) Pendidikan tenaga pendidik perlu diberi perhatian khusus, karena tenaga pendidik khususnya guru
menjadi penyebab utama lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas. Perlu ditumbuh
kembangkan terus kegiatan yang berupa PKG (Pusat Kegiatan Guru), MGBS (Musyawarah Guru
Bidang Studi) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan pertemuan bentuk lain sebagai
model pengembangan kemampuan guru (self sustaining competencies).
Kesimpulan
Permasalahan pendidikan adalah persoalan atau permasalahan yang dihadapi oleh dunia
pendidikan, khususnya Negara Indonesia. Permasalahan yang muncul antara lain seperti masalah
pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, dan masalah
relevansi pendidikan.
Adapun faktor – faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah
kurangnya proses pembelajaran yang menarik perhatian siswa, karena masih menggunakan metode
tutur yang akan mengurangi minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dan model
pembelajaran tersebut belum dapat secara efektif menanamkan konsep materi, sehingga
mengakibatkan prestasi akademik siswa rendah.
Solusi yang dapat dilakukan untuk permasalahan pendidikan tersebut adalah menyediakan
kesempatan pemerataan belajar, mencapai hasil pendidikan yang bermutu, meningkatkan kualitas
pendidik, pembelajaran terlaksana secara efisien dan efektif serta menghasilkan produk bermutu yang
relevan.
Do you have
Thank you! any questions?
CREDITS: This presentation template
was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai