Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEWARGANEGARAAN

“SISHANKAMRATA MERUPAKAN WUJUD DARI BELA


NEGARA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Disusun Oleh

Nama : Nadya Rizki Umami

Fakultas : Teknik Sipil Reg B

Nim : 171222019151051

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem Pertahanan dan Keamanan
Rakyat Semesta (Sishankamrata)”.

Tidak lupa, kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Imam Soetopo, S.I.P, M.
M. selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” ini, dan juga
pihak-pihak lain yang telah membantu penyusunan makalah kami.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan,
baik dalam tata bahasa, materi, dan lainnya, maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah kami yang selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap Makalah ini dapat menambah pengetahuan teman-teman
sesama mahasiswa, terimakasih.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar………………………………………………………………………….... ii
Daftar ini…………………………………………………………………………………. iii
BAB I(Pendahuluan)…………………………………………………………………….. 1
BAB II(ISI)………………………………………………………………………………. 2
BAB III(PENUTUP)……………………………………………………………………... 13
BAB IV(DAFTAR PUSTAKA)…………………………………………………………. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhineka, dan juga
memiliki unsur-unsur kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan
keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sementara kelemahanya terletak
pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa
dan satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan oleh para pendiri negara ini.

Bangsa Indonesia memandang kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dan
tidak terpisahkan, meskipunterdiri dari berbagai pulau dengan beragam keunikan budaya yang
hidup dalam suku-suku bangsa yang ada. Dengan danya keragaman inilah yang merupakan
kebanggaan sebagai sebuah bangsa, namun di samping kebanggaan tersebut terdapat kerawanan
keamanan yang datangnya dari dalam dan luar negeri. Adanya keragaman sering tidak diikuti
dengan toleransi tinggi, sehingga sering terjadi benturan-benturan kepentingan yang dapat
memecah belah bangsa. Benturan-benturan tersebut berupa perselisihan, perbedaan agama yang
mengakibatkan perprcahan dari tubuh masyarakat Indonesia sendiri. Perselisihan inilah yang
menjadi akar dari perpecahan bangsa.

Adanya ancaman baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, maka
dibutuhkan suatu sistem pertahanan dan keamanan yang mampu menjamin tetaptegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan mendukung terwujudnya tujuan nasional sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan kesejahteraan umum, dan ikut serta dalam usaha melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaanperdamaian abadi dan keadilan sosial.

Di dalam Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Dalam pasal tersebut tertulis
dengan jelas bahwa pertahanan dan keamanan negara adalah merupakan tanggung jawab seluruh
warga Negara Indonesia dan tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab aparat negara dalam hal
ini adalah sebagai tanggung jawab Tentara Nasional Indonesia (TNI)

4
BAB II

Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta


(Sishankamrata)

Dalam kehidupan kita, berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat diperlukan


pengaturan kesejahteraan dan keamanan. Pengaturan kesejahteraan dan keamanan pada
hakikatnya merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan manusia, masyarakat dan bangsa.
Konsep inilah dalam Modul 3 disebut sebagai Konsep Tannas.
Pada modul ini akan dikaji salah satu dimensi kebutuhan hakiki atau kebutuhan dasar
tersebut, yaitu pengelolaan sistem keamanan bangsa Indonesia. Sadar akan probabilitas
terjadinya konflik dan perang seperti yang telah Anda pelajari akan mengganggu masalah
keamanan menyangkut kelangsungan hidup manusia baik sebagai individu maupun sebagai
anggota dalam suatu kelompok masyarakat bangsa dan negara. Oleh karena itu, sebagai bangsa
Indonesia untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara harus mengatur keamanannya dalam
suatu sistem keamanan yang disebut Sishankamrata. Sishankamrata melibatkan kekuatan
seluruh rakyat dan seluruh potensi kemampuan kekuatan nasional.

Sishankamrata adalah suatu sistem pertahanan keamanan dengan komponen-komponen


yang terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan nasional yang bekerja secara total,
integral, serta berlanjut untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya Hankam negara.
Sishankamrata bersifat semesta dalam ruang lingkup dan semesta dalam pelaksanaan.

A. KOMPONEN KEKUATAN DALAM SISHANKAMRATA

Hankamrata sebagai suatu sistem pada hakikatnya ialah jalinan dari semua komponen
Hankamrata dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sifat kesemestaannya.
Kekuatannya, antara lain ditentukan oleh tingkat "militansi rakyat" dan potensi, serta kekuatan
yang secara nyata terdapat dalam wilayah. Dilihat dari pendekatan sistem (systems approach) di
dalam Hankamrata, komponen dasarnya ialah rakyat terlatih (ratih) yang berfungsi untuk
ketertiban umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan rakyat yang
diupayakan melalui mobilisasi. Komponen utamanya ABRI dan cadangan TNI yang berfungsi
subjek kekuatan Hankam negara dan kekuatan sosial. Komponen khusus yaitu Perlindungan
Rakyat (Linmas) yang berfungsi menanggulangi akibat bencana perang, bencana alam atau
bencana lainnya, dan komponen pendukung yaitu; sumber daya dan prasarana nasional yang
berfungsi menjamin kemampuan bangsa dan negara dalam meniadakan setiap ancaman dari luar
negeri dan dalam negeri. Jika dilihat dari kekuatan perlawanan yang ada maka dalam
Sishankamrata terdapat dua kekuatan perlawanan, yaitu sebagai berikut.

1. Kekuatan perlawanan bersenjata, yaitu Bela Semesta. TNI yang terdiri dari:
a. Bela Negara :
1. ABRI (AD, AL, AU, dan POLRI) ~ Kekuatan Hankam negara
2. Cadangan: AD, AU, AL
b. Bela Potensial, yaitu rakyat yang berfungsi untuk ketertiban umum, keamanan rakyat,
perlawanan rakyat dan perlindungan rakyat.

5
2. Kekuatan Perlawanan Tidak Bersenjata yaitu rakyat di luar Bela Semesta yang berfungsi
untuk perlindungan masyarakat dalam menanggulangi akibat bencana perang. Untuk
lebih jelasnya kekuatan Hankam dan fungsinya dapat dilihat dalam Gambar 9.2 berikut
ini.

Berdasarkan UU RI No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara, Komponen Kekuatan


pertahanan dibagi menjadi 3 komponen, yaitu komponen utama adalah TNI yang siap digunakan
untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan, komponen cadangan adalah sumber daya nasional
yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui "mobilisasi" guna memperbesar dan memperkuat
kekuatan dan kemampuan komponen utama, dan komponen pendukung adalah sumber daya
nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama
dan komponen cadangan.
Jadi, komponen kekuatan pertahanan dan keamanan yang didasarkan pada UU No. 20
Tahun 1982 diintegrasikan ke dalam UU No. 3 tentang Pertahanan Negara maka dapat lihat pada
Gambar 9.3.

6
Dengan demikian TNI menjadi komponen utama, Kepolisian, Ratih, dan komponen
khusus/perlindungan masyarakat melalui suatu sistem rekruitmen dan pelatihan yang baik dapat
dijadikan komponen cadangan, seperti Sumber daya nasional dan prasarana nasional menjadi
komponen pendukung.

1. Doktrin Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta


Penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan mengalami perkembangan sejalan
2. dengan pengalaman di dalam penyelenggaraan pertahanan diri keamanan tersebut.

Pengalaman penyelenggaraan pertahanan dan keamanan ini dapat dilihat dari doktrin
dalam pertahanan dan keamanan yang dikembangkan, yaitu sebagai berikut.

a. Perang gerilya rakyat semesta


Konsep perang gerilya rakyat semesta dirumuskan pada tahun 1948. Konsep
ini memperoleh bentuknya setelah adanya kenyataan pengalaman pertempuran-
pertempuran dengan pihak tentara penjajah dan dalam keadaan tentara penjajah sudah
menduduki sebagian wilayah RI. Pada pertempuran tersebut kita mempergunakan sistem
pertahanan garis linier (linier warfare) dan kita mendapatkan kenyataan-kenyataan pahit
meskipun kita dapat menahan serbuan-serbuan tentara penjajah secara menghambat.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman menghadapi serbuan-serbuan tersebut maka timbul
pemikiran untuk menukar ruang dengan waktu, waktu yang sangat dibutuhkan untuk
memperoleh keseimbangan kekuatan, untuk kemudian beralih kepada serangan-serangan
balasan terhadap tentara pendudukan.
Pokok pikiran tersebut dituangkan ke dalam konsep perang gerilya rakyat
semesta dengan pola pelaksanaan sebagai berikut.

1. Pola penggunaan kekuatan fisik dengan sasaran-sasaran

a. Menghambat selama mungkin serangan/serbuan tentara penjajah (Belanda) sehingga


diperoleh waktu untuk menempati daerah-daerah gerilya yang sudah ditentukan,
termasuk kembalinya pasukan-pasukan yang dihijrahkan ke daerah asalnya.

b. Dalam daerah-daerah yang diduduki tentara penjajah (Belanda) mengadakan


serangan-serangan untuk menghancurkan pos-pos yang terpencil letaknya, patroli-
patroli kecil dan jaringan-jaringan perhubungannya, mengganggu dan mengikat
pasukan lawan (Belanda) sehingga kekuatan lawan (Belanda) terpaksa terpaku dan
tersebar sebagai pos-pos pengawalan, pos-pos pengamanan dan patroli-patroli kecil.
2. Pola pemanfaatan kekuatan potensial wilayah

Pemanfaatan ini bertujuan menguasai suatu wilayah tempat pemerintah RI dapat


berj alan lancar untuk dij adikan daerah pangkal (basis) untuk pelaksanaan perlawanan-
perlawanan rakyat semesta.
3. Pola Perebutan Kembali Daerah yang Diduduki Lawan Dalam usaha merebut kembali
daerah-daerah yang diduduki lawan (Belanda) maka perebutan-perebutan daerah tersebut
didahului oleh serangan-serangan fisik, dilanjutkan dengan penguasaan wilayah oleh
kelengkapan pemerintah RI dan unsur-unsur perlawanan rakyat sehingga lambat laun
daerah-daerah yang kita kuasai makin meluas.

7
b. Perang wilayah
Sejak tahun 1950 situasi dan kondisi yang mempengaruhi sistem pertahanan-
keamanan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Perlengkapan angkatan perang
mulai diperbaiki mutunya, pendidikan dan latihan kemiliteran mulai diadakan dan juga
organisasi pertahanan-keamanan disempurnakan. Dengan bekal pengalaman pelaksanaan
perang gerilya rakyat semesta, sejak tahun 1958 dirumuskan konsep doktrin sendiri untuk
menghadapi serangan dari luar. Doktrin ini selanjutnya dikenal sebagai doktrin perang
wilayah, yang menggariskan adanya empat tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap ke-1, menghancurkan serangan musuh yang hendak memancangkan kaki di


bumi Indonesia, baik pada waktu di sumber asalnya, dalam perjalanan, maupun di
wilayah perairan atau di wilayah udara Indonesia.
2. Tahap ke-2, mengadakan pertahanan pantai untuk menghalang-halangi musuh,
menghambat dan menghentikan serbuannya apabila musuh sempat memancangkan
kakinya di bumi Indonesia untuk kemudian mengadakan serangan balasan guna
menghalau musuh kembali ke laut.
3. Tahap ke-3, di bagian wilayah yang diduduki musuh atau apabila musuh mampu
menduduki seluruh wilayah Indonesia, mengadakan perang gerilya semesta, menukar
ruang dengan waktu untuk memperoleh keseimbangan kekuatan serta kemudian
mengadakan serangan balasan.
4. Tahap ke-4, apabila sudah dicapai keseimbangan antara kekuatan kita dan kekuatan
tentara lawan, kita mengadakan serangan balasan.

Di dalam doktrin perang wilayah ini mulai diperkenalkan penggunaan sistern


senjata teknologi (Sistek) dan sis tern senjata sosial (Sissos).

c. Perang rakyat semesta


Di dalam konsepsi perang wilayah, ternyata masih terdapat beberapa masalah yang belum
tercakup di dalam pelaksanaannya, antara lain bagaimana menghadapi subversi dan
pemberontakan dalam negeri. Pada Seminar TNI-AD II yang diselenggarakan di Seskoad
(Bandung) tanggal 1 Agustus 1966 telah menghasilkan konsep Doktrin Perang Rakyat Semesta,
sebagai pelaksanaan dari Doktrin TNI - AD Tri Ubhaya Cakti. Pokok-pokok doktrin Perang
Rakyat Semesta, meliputi berikut ini.

1. Perang Rakyat Semesta (Perata) merupakan bagian mutlak dan tidak terpisahkan dari
pertahanan-keamanan nasional (Hankamnas).
2. Perata adalah perang yang bersifat semesta, yang menggunakan seluruh kekuatan
nasional secara total dan integral, dengan menggunakan militansi rakyat sebagai
unsur kekuatannya untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara
Republik Indonesia dan mengamankanjalannya Pembangunan Nasional.
3. Perang Rakyat Semesta mempunyai pola operasi

i. Pola operasi keamanan dalam negeri (Operasi Kamdagri), yang


bertujuan memelihara dan mengembalikan kekuasaan pemerintah/
negara RI dan menggunakan jenis-jenis operasi intelijen-tempur dan
teritorial.
ii. Pola operasi pertahanan yang bertujuan menggagalkan serangan dan
ancaman nyata dari kekuatan perang musuh, dengan jenis-jenis
operasi intelijen tempur dan teritorial. Sifat operasi pertahanan ini
adalah defensif-strategis dan ofensif-strategis. Perlawanan rakyat dan

8
pertahanan sipil merupakan unsur yang penting dalam kekuatan
perang dengan angkatan bersenjata sebagai intinya.

d. Pertahanan dan keamanan rakyat semesta


Di dalam doktrin perata terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki,
antara lain berikut ini.
1. Bagaimana usaha-usaha kita mencegah terjadinya subversi, infiltrasi, dan
pemberontakan.
2. Bagaimana usaha-usaha kita mencegah adanya serangan mendadak dari luar.
3. Bagaimana usaha-usaha kita untuk mengamankan jalan-jalan pendekatan ke wilayah
Indonesia dengan mengadakan kerja sama pertahanan-keamanan di wilayah Asia
Tenggara.

Pada Rapat Kerja Hankam di Jakarta pada tanggal 17 sampai dengan 28 November 1967
telah dapat dirumuskan pelaksanaan Doktrin Hankamnas yang selanjutnya kita kenai dengan
Sishankamrata. Doktrin itu berisikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1. Sasaran Operasi Hankamnas
a. Mencegah dan menghancurkan serangan terbuka terhadap kedaulatan nasional
negara Rl.
b. Menjamin penguasaan dan pembinaan wilayah nasional Rl.
c. Ikut serta dalam pemeliharaan kemampuan Hankam di Asia Tenggara oleh
negara-negara Asia Tenggara, bebas dari campur tangan asing.

2. Pola-pola Operasi Hankamrata


a. Pola Operasi Pertahanan.
b. Pola Operasi Keamanan Dalam Negeri.
c. Pola Operasi Intelijen Strategis.
d. Pola Operasi Kerja Sarna Hankam Asia Tenggara

9
Operasi-operasi Hankamrata menggunakan jenis-jenis operasi intelijen, tempur, khusus,
teritorial dan keamanan-ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Penggunaan sistek dan sissos
dilaksanakan secara serasi, berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Di dalam Hankamrata, ABRI merupakan intinya dan mempunyai fungsi tempur,


teritorial, intelijen, dan keamanan-ketertiban masyarakat, dalam hubungannya dengan cadangan
nasional maupun rakyat sebagai landasannya. Hankamrata dapat dibagi dalam komponen-
komponen kekuatan:
1. Unsur-unsur ABRI
2. Unsur-unsur Non-ABRI
3. Unsur-unsur ABRI mencakup komponen-komponen seperti berikut.
a. Unsur pembina dan pengendali kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan
Hankamnas terdiri dari TNI, meliputi AD, AL, AU, dan fungsi utamanya pembinaan
kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan Hankamnas, Kepolisian RI (Polri)
dengan fungsi utama pembinaan kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan
ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

b. Unsur pengguna dan pengendali kekuatan serta kemampuan Hankamnas, terdiri dari
unsur-unsur berikut ini.
1. Ofensif strategis, yang mampu meniadakan usaha-usaha dan persiapan-
persiapan musuh untuk melakukan serangan/invasi terhadap RI, serta
menangkis gerakan-gerakan musuh di laut dan udara, sebelum dapat
mendaratkan pasukannya di wilayah kekuasaan negara kita.
2. Defensif strategis, yang mampu menangkis serangan-serangan udara
musuh sebelum ia mencapai objek-objek vital kita, baik di darat maupun
di laut, menghalau dan menggagalkan setiap serangan musuh dengan
menghancurkan kesatuan-kesatuannya sebelum mereka bergerak lebih
lanjut.
3. Unsur kamtibmas yang mampu memelihara dan mengendalikan
Kamtibmas
i. Komponen-komponen teritorial terdiri dari badan-badan pembina
tentorial, menyelenggarakan pembinaan teritorial, mobilisasi, dan
demobilisasi pada saat-saat yang diperlukan, menunjang secara fisik
operasi-operasi Hankam serta menjalankan perlawanan wilayah dalam
waktu yang lama.
ii. Komponen-komponen cadangan nasional yang mampu memperbesar
kekuatan aktif ABRI dalam jumlah golongan kualifikasi serta dalam
waktu dan tempat yang diperlukan. Komponen ini terdiri dari
purnawirawan ABRI, mahasiswa, unsur-unsur perlawanan rakyat
(Wanra) serta unsur-unsur keamanan rakyat (Kamra) untuk membantu
Kamtibmas.
e. Unsur-unsur Non-ABRI
ABRI sebagai inti dalam Sishankamrata harus didukung oleh kekuatan rakyat
yang terlatih (Ratih). Pada dasarnya seluruh rakyat harus memperoleh latihan kemiliteran
yang ditujukan kepada perwujudan tannas, ideologi, dan fisik rakyat yang terlatih
dimasukkan ke dalam sektor pertahanan militer yang terdiri dari Wanra dan Kamra, juga
dalam sektor pertahanan sipil yang terdiri dari unsur-unsur hansip.
Kekuatan fisik dan teknologi diartikan strategi kekuatan fisik manusia serta
kelengkapan teknologi, termasuk keterampilan yang diperlukan untuk memelihara atau
membuat alat-alat perlengkapan tersebut.

10
Sissos ialah pengintegrasian dari semua unsur kekuatan sosial secara menyeluruh,
teratur, interaktif, berdaya guna, dan berhasil guna yang diwujudkan dalam suatu pola
tertentu yang merupakan kondisi atau alat untuk memenangkan perang.
Selain itu, di dalam pelaksanaan Sishankamrata ini dikenal beberapa pola operasi,
yaitu sebagai berikut.
1. Pola operasi pertahanan ialah kerangka yang tetap dalam menggunakan
segala unsur, kekuatan, yang berfungsi sebagai alat untuk menj amin
kemerdekaan, kedaulatan negara, dan keutuhan bangsa Indonesia terhadap
serangan dan ancaman nyata dari kekuatan perang negara lain.
2. Tujuan, yaitu pola operasi pertahanan ialah untuk menggagalkan serangan
dan ancaman nyata dari kekuatan perang musuh.
3. Sifat, yaitu pola operasi ini menggunakan Sistatek dan Sistasos secara
serasi agar tercapai basil maksimal. Sesuai dengan tingkat serangan dan
ancaman nyata musuh serta persenjataan yang digunakan maka operasi
Pertahanan dapat berada dalam bidang perang terbatas rnaupun perang
umum.
f. Tahap – tahap operasi pertahanan
Pola operasi pertahanan dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap operasi defensif
strategis dan tahap operasi ofensif strategis.
1. Tahap operasi defensif strategis digunakan apabila perbandingan kekuatan perang musuh
terhadap kekuatan perang kita sedemikian rupa sehingga tidak mungkin bagi kita
melakukan operasi ofensif strategis. Operasi defensif strategis diselenggarakan
berlandaskan:
a. Keharusan untuk menjamin kemerdekaan dan kedaulatan negara RI.
b. Tujuan untuk menjamin terselenggaranya garis-garis komunikasi antarpulau.

2. Tahap operasi ofensif strategis bertujuan untuk menghancurkan kekuatan perang musuh
atau memaksanya menyerah baik dalam bentuk ofensif awal maupun ofensif balas.
Operasi ofensif strategis digunakan apabila perbandingan antara kekuatan perang musuh
dengan kita adalah sedemikian rupa sehingga menguntungkan kita.
g. Penyelenggaraan pola operasi pertahanan
1. Operasi-operasi udara diselenggarakan untuk menghancurkan sumber-sumber kekuatan
nasional musuh, menghancurkan kekuatan perangnya dan meniadakan mobilitasnya,
mengamankan sumber-sumber kekuatan nasional kita sendiri.
2. Operasi-operasi di lautan dilaksanakan untuk menguasai perairan-perairan yang penting
dalam menyelenggarakan operasi pertahanan secara keseluruhan, menghancurkan
kekuatan perang musuh, terutama kekuatan-kekuatan maritimnya.
3. Operasi-operasi di daratan diselenggarakan untuk merebut dan menguasai sumber-
sumber kekuatan nasional musuh, menghancurkan kekuatan nasional musuh,
menghancurkan kekuatan-kekuatan perang musuh terutama yang berada di wilayah
daratan, mempertahankan dan membina daratan nasional, terutama sumber-sumber
kekuatan nasional terhadap serangan musuh.
4. Bentuk-bentuk operasi dalam rangka operasi pertahanan
a. Operasi perlawanan daerah (setempat/lokal), dilakukan untuk mempertahankan
posisi dan medan-medan penting yang sangat menentukan bagi kelanjutan
operasi.

11
b. Operasi perlawanan wilayah dilaksanakan apabila musuh telah menguasai
sebagian besar wilayah kita.
c. Operasi geril ya adalah operasi fisik yang menj adi inti dari operasi perlawanan
wilayah.
d. Operasi balas dilakukan sebagai tahap terakhir dari pola operasi pertahanan di
mana keunggulan terhadap musuh sudah diperoleh.
5. Penggambaran pelaksanaan operasi menghadapi kegiatan musuh berdasarkan
pembabakan kegiatan musuh
a. Babak musuh masih berada di luar wilayah nasional kita, baik di wilayahnya
sendiri maupun dalam perjalanan.
b. Babak musuh di wilayah udara dan laut nasional kita.
c. Babak pendaratan di pantai dan usaha perluasan daerah tumpuan.
d. Babak musuh berhasil menguasai sebagian wilayah kita.
e. Babak musuh menguasai sebagian besar atau seluruh wilayah nasional kita.
f. Babak musuh kehilangan momentum dan keunggulannya sehingga minimum
tercapai keseimbangan kekuatan.
B. POLA OPERASI KEAMANAN DALAM NEGERI
Pola Operasi Keamanan Dalam Negeri, ialah kerangka tetap dalam menggunakan segala
unsur kekuatan yang berfungsi sebagai alat untuk memelihara atau mengembalikan
kekuasaan pemerintahan negara RI terhadap subversi dan pemberontakan dalam negeri.
1. Tujuan, yaitu operasi Kamdagri bertujuan memelihara atau mengembalikan
kekuatan pemerintah/negara RI pada salah satu atau beberapa daerah (bagian
wilayah) negara yang terganggu keamanan dan kestabilannya.
2. Sifat, yaitu operasi Kamdagri dilakukan dengan menggunakan Sistasos dan Sistatek
secara serasi. Berhubungan dengan sasarannya, operasi Kamdagri dilakukan di
seluruh wilayah nasional dan diarahkan kepada:
a. masyarakat sehingga tidak dapat dijadikan bagian dari usaha-usaha spionase,
subversi, infiltrasi, sabotase, dan pemberontakan;
b. wilayah daratan yang menjadi bagian utama wilayah nasional sehingga tidak
dapat dimanfaatkan oleh usaha-usaha spionase, subversi, infiltrasi, sabotase,
dan pemberontakan;
c. wilayah lautan yang menjadi bagian integral dari wilayah nasional sehingga
tidak dapat dimanfaatkan oleh usaha-usaha spionase, sabotase dan gangguan
keamanan lainnya.
3. Babak – Babak operasi Kemdagri
Pelaksanaan operasi kamdagri, meliputi babak-babak berikut ini.

a. Pemisahan yang bertujuan memisahkan musuh dengan rakyat.


b. Penggiringan dan pengalokasian musuh pada tempat-tempat kita
inginkan/rencanakan.
c. Penghancuran; pada babak ini diusahakan penghancuran kekuatan musuh secara
total.
d. Konsolidasi dan rehabilitasi yang bertujuan untuk mengobati luka-luka yang
ditimbulkan oleh operasi Kamdagri dan mengembalikan potensi dan ketahanan
wilayah.
4. Penyelenggaraan operasi Kamdagri
Operasi-operasi Kamdagri diselenggarakan di dara tan, di lautan, di udara
dengan pembagian fungsi sebagai berikut.

12
a. Operasi di udara dan di lautan guna menciptakan kondisi yang menguntungkan

1. Penghancuran fisik dari usaha-usaha subversi di perjalanan berupa


penerbangan gelap (black flight) sebagai sarana kekuatan luar negeri untuk
membantu kaum subversi dan pemberontakan dengan menerjunkan para
pelatih, perlengkapan perang atau kebutuhan lainnya
2. Pengintaian untuk identifikasi atau mengawasi penerbangan atau pelayaran
gelap. Pengamanan dan pengintaian dilakukan secara terintegrasikan antara
alat ABRI dan masyarakat.
3. Isolasi dan pemutusan hubungan musuh.
4. Penyediaan angkutan dan perhubungan.
5. Pemberian bantuan tambahan.
b. Operasi-operasi di daratan harus memungkinkan pengembalian dan pemeliharaan
kekuasaan pemerintah RI dan dalam waktu sesingkat-singkatnya dengan menggunakan
jenis-jenis operasi Kamdagri sesuai dengan situasi dan kondisi serta peningkatan
ancaman dan kegiatan musuh. Apabila tingkat usaha lawan masih rendah maka hal ini
dapat dihadapi dengan kegiatan-kegiatan penertiban hukum yang dilakukan oleh setiap
unsur masyarakat dan pemerintah. Kalau kegiatan musuh meningkat terus maka perlu
dilakukan operasi Kamtibmas dengan kegiatan-kegiatan berupa berikut ini
1. Tindakan tegas dalam usaha pemberantasan kriminalitas, khususnya
penodongan, perampokan, pembunuhan, dan kerusuhan.
2. Penyelesaian segera terhadap perkelahian-perkelahian dan menindak tegas
biang keladinya.
3. Melalui organisasi -organisasi sosial untuk menyadarkan para remaja guna
menjauhkan diri dari tindakan-tindakan dan tingkah laku yang negatif.
4. Memperketat pengawasan lalu-lintas dan mengambil tindakan tegas terhadap
setiap pelanggaran lalu-lintas dan pelanggaran hukum lainnya.
c. Operasi intelijen dapat memberikan keterangan-keterangan mengenai lokasi musuh,
kekuatan, dan tingkat moralnya sehingga dapat dibuat rencana-rencana operasi
penumpasan musuh melalui pentahapan (babak) sebagai berikut.

1. Operasi tentorial sebagai operasi pokok, dibantu oleh kegiatan-kegiatan


intelijen, tempur, dan Kamtibmas melaksanakan operasi pemisahan kekuatan
musuh dari rakyat dengan mempergunakan Sistasos sebagai titik beratnya.
2. Dilanjutkan dengan operasi lokalisasi serta penggiringan musuh ke dalam
daerah penghancuran dengan operasi teritorial sebagai operasi pokok, dibantu
kegiatan-kegiatan tempur, intelijen, dan Kamtibmas.
3. Diadakan operasi penghancuran kekuatan musuh dengan operasi tempur
sebagai operasi pokok.
4. Diadakan operasi konsolidasi dan rehabilitasi wilayah dengan operasi
teritorial sebagai operasi pokok. Rehabilitasi wilayah melibatkan seluruh
potensi dan aparatur pemerintahan serta partisipasi masyarakat.
d. Penyelenggaraan Operasi Pemulihan Keamanan Menghadapi Perang Terbatas dengan
Ciri-ciri Perang Pembebasan Nasional
Perang terbatas dengan ciri -ciri "perang pembebasan nasional" pada hakikatnya
oleh rakyat (sebagian) negara itu sendiri, sedangkan bantuan yang diberikan oleh negara
asing, baik berupa perlengkapan maupun personalia atau pasukan, diselubungi dengan
dalih-dalih pasukan suka rela atau atas permintaan rakyat negara tersebut.

13
Operasi-operasi khusus perlu dilancarkan ke dalam daerah kekuasaan lawan dengan
tujuan menghancurkan tempat-tempat penyimpanan perbekalan, penghancuran dan peniadaan
sel-sel lawan termasuk tokoh-tokoh pendukungnya, juga untuk menanggulangi operasi-operasi
khusus lawan yang ditujukan terhadap bagian-bagian vital wilayah pertahanan kita.

C. POLA OPERASI INTELIJEN STRATEGIS (INTELSTRAT)

1. Operasi intelstrat adalah semua operasi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan intelijen,


lawan intelijen (kontra intelijen), dan perang urat saraf (perang psikologis) di tingkat
strategis. Agar dapat melaksanakan hubungan-hubungan internasional secara tepat, setiap
negara harus memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai negara-negara lain yang
akan berurusan dengan dirinya. Pengetahuan tersebut mencakup segi-segi kemampuan,
kerawanan, dan kemungkinan cara bertindak suatu negara.

2. Tujuan Intelstrat

a. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk pelaksanaan strategi nasional


pada umumnya dan operasi-operasi hankamnas pada khususnya.
b. Menghancurkan sumber-sumber infiltrasi, subversi, dan spionase yang terdapat
di wilayah musuh.
c. Mengadakan perang urat saraf dan kegiatan-kegiatan tertutup lainnya untuk
mewujudkan kondisi-kondisi strategis yang menguntungkan.

3. Sifat Operasi lntelstrat

a. dilakukan pada setiap saat dengan intensitasnya yang disesuaikan dengan


keadaan politik nasional.
b. pada dasarnya dilakukan di luar wilayah nasional
c. pada dasarnya bersifat tertutup.
d. menggunakan Sistek dan Sissos disesuaikan dengan ruang dan waktu
4. Perbandingan antara lntelstrat dengan lntelijen pada Operasi-operasi Pertahanan dan
Kamdagri
a. Kedua-duanya berusaha mendapatkan keterangan yang mempunyai arti
militer dari negara-negara lain.
b. Intelstrat dihasilkan secara terus-menerus, baik dalam masa perang atau masa
damai.
c. lntelstrat tidak terbatas pada situasi lokal, tetapi meliputi semua faktor yang
merupakan potensi perang suatu negara.
5. Arti pentingnya kemampuan lntelstrat
a. Kemampuan intelstrat yang merupakan salah satu kemampuan utama,
harusdikembangkan dalam usaha menyempurnakan sishankamrata.
b. Intelstrat dalam sishankamrata pada dasamya bersifat strategis defensif yang
berarti secara strategis tidak akan menyerang terlebih dahulu.
c. Kita harus selalu waspada terhadap kemungkinan diserang baik bersifat
terbuka konvensional maupun serangan subversi ataupun serangan nuklir.

14
D. POLA OPERASI KERJA SAMA HANKAM ASIA TENGGARA

Pola operasi kerja sama hankam Asia Tenggara merupakan salah satu pola utama
sishankamrata. Agar dalam pelaksanaan pembangunan berhasil baik, diperlukan stabilitas dan
perdamaian, yang berarti bahwa kekacauan dan gangguan keamanan harus dicegah.
Kerja sama hankam adalah usaha bersama dalam menghadapi kemungkinan gangguan-
gangguan (keamanan, stabilitas nasional, dan perdamaian). Perlu dipahami bahwa kerja sama
hankam ini bukanlah suatu pakta pertahanan karena pakta pertahanan pada umumnya ditujukan
kepada negara tertentu atau gabungan negara tertentu di luar negara-negara yang bergabung
dalam pakta (contoh: NATO dan Pakta Warsawa).
Kerja sama hankam justru melihat ke dalam untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
yang terjadi di kawasan tersebut. Kerja sama ini ingin menciptakan suatu kawasan yang damai
(aman) dan bebas dari pengaruh negara-negara lain.
Bentuk-bentuk kerja sama ini dapat berupa tindakan-tindakan bersama mengenai masalah
perbatasan (koordinasi lintas batas, border crossing), latihan-latihan bersama, operasi-operasi
keamanan bersama (terhadap PGRS dan Paraku).
Jadi, operasi kerja sama hankam Asia Tenggara bukanlah suatu pakta pertahanan yang
ditujukan kepada negara tertentu atau gabungan negara
tertentu, tetapi merupakan suatu usaha untuk mewujudkan daerah damai (aman) dan bebas
dari pengaruh negara-negara asing dalam rangka menciptakan dan meningkatkan ketahanan
regional di kawasan Asia Tenggara.

Selain itu, Anda juga perlu memahami beberapa istilah operasi di dalam
Sishankamrata maupun kegiatan-kegiatan dalam menghadapi lawan, di antaranya berikut ini.
1. Operasi Tempur adalah segala kegiatan, tindakan dan usaha secara berencana dengan
menitikberatkan pada penggunaan sistek untuk menghancurkan musuh.
2. Operasi Intelijen adalah bagian kegiatan, tindakan dan usaha secara berencana dengan
menggunakan kekuatan fisik (Sistek) maupun nonfisik (Sissos) serta bertujuan
memperoleh data berupa keterangan-keterangan mengenai kemampuan, kerawanan, serta
kelemahan musuh untuk dapat dimanfaatkan bagi operasi-operasi hankam, dan
dilaksanakan secara tertutup. Kegiatan-kegiatan lain yang menonjol ialah lawan intelijen
(counter intelligence) dan perang urat saraf (psychological waifare).
3. Operasi Teritorial adalah segala kegiatan, tindakan dan usaha secara berencana dengan
memanfaatkan segala bidang kehidupan sosial untuk memungkinkan dilakukannya
pembinaan militansi rakyat (Sissos) serta penyusunan potensi hankam (Sistek) dalam
rangka Sishankamrata.
4. Operasi Keamanan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) adalah segala kegiatan,
tindakan dan usaha secara berencana dengan memanfaatkan unsur kekuatan politik,
ekonomi, sosial dan budaya untuk menegakkan dan mengendalikan (memelihara)
kewibawaan pemerintah dan ketertiban umum.
5. lnfiltrasi adalah kegiatan menyelundupkan perorangan atau kelompok orang melalui
celah-celah atau kelemahan ke dalam wilayah lawan untuk melemahkan/mengacaukan
kekuatan lawan sebagai tindakan pendahuluan bagi suatu penguasaan wilayah lawan.
6. Invasi adalah kegiatan musuh memasuki atau menyerang wilayah negara lain dengan
tujuan menjajah atau menduduki wilayah tersebut.
7. Subversi adalah kegiatan untuk meniadakan, menghancurkan atau mengancam
eksistensi, kedaulatan, pengaruh atau wibawa lawan dengan jalan perorangan ataupun
kelompok terhadap kelembagaan atau pemerintah lawan.
8. Sabotase adalah kegiatan penghancuran atau perusakan terhadap milik atau sumber
kekuatan daya yang ada dengan tujuan mengacaukan aspek-aspek kehidupan lawan atau
melemahkan pemerintah lawan.

15
BAB III
PENUTUP

Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang
kurang jelas, karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian
makalah dari kami semoga dapat bermanfaat , dan kami ucapkan terima kasih.

16

Anda mungkin juga menyukai