A. Analogi Evolusi
Evolusi merupakan suatu perubahan dari sederhana menjadi kompleks
secara perlahan. Evolusionisme merupakan landasan awal bagi pembentukan
berbagai paradigma dalam antropologi walaupun hal ini masih menjadi suatu hal
yang dipertentangkan apakah perilaku manusia dapat dijelaskan oleh hereditas-
suatu hal yang identik dengan evolusionisme. Namun tak dapat dipungkiri bahwa
kebudayaan memang berevolusi dan mengalami apa yang dinamakan seleksi
alam. Hal ini menunjukkan bahwa evolusi biologi dan evolusi kebudayaan pada
manusia tidak sepenuhnya terpisah satu sama lain. Ridley (1991) menyatakan
bahwa terjadinya seleksi alam haruslah memenuhi syarat berikut: (1) adanya
variasi (2) adanya reproduksi diferensial (3) adanya mekanisme untuk
menduplikasi unsur-unsur adaptif.
Dalam evolusi kebudayaan, variabilitas datang dari rekombinasi perilaku
yang dipelajari serta dari penemuan-penemuan. Kebudayaan juga tidak terisolasi
secara reproduktif artinya kebudayaan dapat meminjam hal-hal baru dari perilaku
dari kebudayaan lain. Walaupun tidak diwariskan secara genetik, unsur-unsur
perilaku adaptif pun juga dapat diturunkan melalui proses peniruan maupun
proses pembelajaran dari orangtua.
Neo-Darwinisme adalah suatu perspektif yang terdiri dari dua arus pikiran
dasar dan jelas batasannya yakni sosiobiologi dan apa yang disebut sebagai
revolusionis
Sosiobiologi merupakan suatu bahasan yang mengkaji masyarakat dan
kebudayaan dalam pandangan biologi. Tokoh yang menggagas kajian ini adalah
Wilson, dimana ia memandang masyarakat dan kebudayaan manusia semata-mata
perpanjangan dari makhluk hewan yang berwujud manusia. Sedangkan Fox
berargumen bahwa aspek-aspek sistem kekerabatan manusia ditemukan juga di
kalangan primata bukan manusia. Sosiobiologi in tidak berubah menjadi ‘sintesis
baru’ dalam antropologi. Hal ini karena sosiologi tidak memiliki dampak yang
besar terhadap antropologi walaupun pandangan ini sukses dalam biologi.
Pemikiran revolusionis adalah karakter dari abad ke-19 mengenai asal usul
dan bahkan kembali kepada pokok perhatian di abad 19 yaitu totemisme dan
promiskuitas primitif. Gagasan revolusioner sendiri muncul sebagai paradigma
baru pada tahun 1980-an. Ciri sentral kini adalah upaya menemukan asal-usul
kebudayaan simbolik atau culturo genesis. Suatu versi ekstrem dari pendekatan ini
adalah teori Knight. Teori Knight adalah evolusionis karena menekankan faktor
pencetus dari manusia pra-simbolik ke manusia simbolik-budaya, tetapi titik fokus
adalah revolusi instan.