Anda di halaman 1dari 56

STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS KONTEKSTUAL

(CTL)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH
yang dibina oleh Ibu Ulfatun Nafiah,. S. Pd, M. Pd

Oleh
Anviko Marshal Pratama (160731614863)
Nicho Alfin Danny Anggara (160731614891)
Safira Putri Huriya (160731614878)
Sulistiyowati (160731614834)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
FEBRUARI 2018
STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS CTL (Contextual Teaching and
Learning) DALAM MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Strategi Pembelajaran Sejarah

yang dibina oleh Ibu Ulfatun Nafi’ah S.Pd, M.Pd

Oleh

Anviko Marshal Pratama (160731614863)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN SEJARAH

Februari 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 25 Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 3

DAFTAR ISI............................................................................................................ 4

BAB I ....................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN ...................................................................................................5

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 5

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

1.3 Tujuan............................................................................................................. 5

BAB II...................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ......................................................................................................5

2.1 Pengertian Konsep CTL. ................................................................................ 5

2.2 Karakteristik strategi pembelajaran CTL ....................................................... 6

2.3 Implementasi CTL dalam Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ........8

BAB III .................................................................................................................. 13

PENUTUP .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada sebuah pendapat yang menyebutkan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih
memunyai makna jika anak mengalami apa yang telah dipelajarinya, bukan hanya
mengetahuinya. Pembelajaran yang memfokuskan atau mempunya orientasi pada penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek akan tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Menurut Nurhadi “CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia
nyata siswa" (Sugiyanto, 2007). Dengan konsep CTL itu, hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna dan bermanfaat bagi siswa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Konsep CTL ?
2. Bagaimana karakteristik dari konsep CTL ?
3. Bagaimana implementasi konsep strategi CTL dalam pembelajaran Sejarah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep pembelajaran CTL.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari konsep CTL.
3. Untuk mengetahui implementasi konsep strategi CTL dalam pembelajaran sejarah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep CTL.


Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata konteks yang berarti “hubungan,
suasana dan keadaan (konteks)” (Poerwadarminta, 1996). Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teching Learning/ CTL) merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Menurut Jonhson “CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk
menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka” (Sugiyanto, 2007).
CTL atau Contextual Teaching and Learning merupakan suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar memahami makna materi pelajaran
yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan peristiwa atau kontek
kehidupan mereka sehari-hari seperti konteks pribadi, sosial, dan kultural sehingga siswa
memiliki pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke
permasalahan lainnya.
CTL juga mempunyai arti lain yaitu sebuah konsep pembelajaran yang membantu
guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata untuk
mendorong pemelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan
penerapannya di kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari berbagai
definisi tentang model pembelajaran CTL maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan
antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari (Depdiknas, 2003).

2.2 Karakteristik strategi pembelajaran CTL


Menurut Johnson dalam bukunya (Nurhadi, Pendekatan Kontekstual, 2003) ada 8
komponen yang menjadi karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut
:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (Making Meaningfull Connection).
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran
kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik tertentu
dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna dan makna memberikan
alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat
proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work).
Siswa membuat hubungan-hubungan antar sekolah dan berbagai konteks yang ada
dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat. Jadi
pembelajaran harus memiliki arti bagi siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning).
Pembelajaran yang diatur sendiri merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri,
melibatkan kegiatan yang menghubungkan masalah dengan kehidupan sehari-hari dengan
cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan
kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerja sama (collaborating).
Siswa dapat bekerja sama. Guru dan siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
guru membantu siswa memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif.
Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam
menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi
dan pencairan ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-
kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian seperti
integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dan sebagainya.
Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standar).
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai
keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan tersebut, asalkan dibantu oleh
gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment).
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu
tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang
telah mereka pelajari untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata. Penilaian autentik
memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil
mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.

2.3 Implementasi CTL dalam Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagai sebuah sistem mengajarkan
didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya.
Konteks memberikan makna pada isi, semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa
dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya. Jadi, sebagian besar tugas
seorang guru adalah menyediakan konteks atau sebuah kajian yang memperjelas materi.
Semakin mampu siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis dengan konteks ini,
semakin banyak siswa mendapatkan makna dari pelajaran tersebut.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu
yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Center daripada
Teacher Centered. Selanjutnya menurut Sounders dalam (Komalasari., 2011), proses
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar
yang penting, yaitu mengaitkan, mengalami, menerapkan, bekerjasama dan mentransfer.
Secara lebih rinci seperti di bawah ini:
a. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengaitkan konsep
baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Dengan demikian, mengaitkan
apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
b. Mengalami merupakan inti belajar konstektual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan.
c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan
yang nyata dan relevan.
d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan
yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang kompleks dengan sedikit bantuan. Pengalaman
kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten
dengan dunia nyata.
e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan
fokus pada pemahaman bukan hafalan.
Nurhadi dalam Sagala (Nurhadi, 2003) menjelaskan terdapat tujuh komponen utama
pembelajaran pada pendekatan kontekstual (CTL). Ketujuh komponen tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kontruktivisme
Merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar mengahafal, mengingat pengetahuan,tetapi merupakan suatu proses
belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun
pengetahuannya, dilandasi oleh struktur pengetahuan dimilikinya.
2. Menemukan
Merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual,
karena pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan
menemukan merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan.
3. Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual.
4. Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagai antar teman,
antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi
apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi
bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru
inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan
satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga
mendatangkan dari luar.
6. Refleksi
Refleksi merupakan cara berfikir atau respon tentan apa yan baru berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam
pembelajaraan, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi berupa
pernyataan lansung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7. Penilaian yang sebenernya
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran
mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL,
gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar.
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang kontekstual jika telah
menerapkan komponen utama. Karena dengan menggunakan komponen-komponen utama ini
diharapkan agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa mengalami bukan
transfer pengetahuan dari guru kepada siswa lagi, sehingga siswa akan mencapai hasil
pembelajaran yang lebih baik (Priyatni, 2002).
Jika dalam proses pembelajaran akan menerapkan pembelajaran kontekstual, maka
ketujuh komponen pembelajaran kontekstual haruslah diterapkan. Seperti dikemukakan oleh
Trianto secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL adalah:
1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri pada semua topik.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menciptakan masyarakat belajar dengan belajar dalam kelompok.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Melakukan penilaian yang sebenernya dengan berbagai cara.
Dalam pembelajaran sejarah banyak materi yang dapat dilaksanakan dengan
pendekatan kontekstual, karena materi sejarah berhubungan dengan kehidupan manusia atau
siswa secara khusus karena sejarah membicarakan apa yang dilakukan oleh manusia dalam
konteks ruang dan waktum (Trianto, 2007)
Langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran CTL dengan materi
kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut:
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
A. AWAL
1. Apersepsi,
Penggalian pengetahuan awal Siswa menyanyikan lagu
siswa tentang materi yang akan di kemerdekaan republik Indonesia.
ajarkan, dengan mengajak
siswanya bernyanyi lagu
kemerdekaan republik Indonesia.
2. Menyampaikan tujuan Siswa melakukan apa yang sudah di
pembelajaran dan membagi siswa intruksikan oleh guru.
menjadi beberapa kelompok
B. INTI
1. Menugaskan siswa bersama Siswa melakukan pencarian informasi
kelompoknya masing-masing tentang kemerdekaan Indonesia.
untuk mencari informasi tentang
kemerdekaan Indonesia.
2. Menjawab setiap pertanyaan yang Siswa bertanya kepada guru tentang
diajukan oleh siswa. materi yang telah dicari informasinya.
3. Menugaskan setiap kelompok Perwakilan kelompok melaporkan
untuk perwakilan melaporkan hasil hasil informasi tentang proklamasi
informasi yang sudah didapat, dan kemerdekaan Indonesia, dan
menugaskan kelompok yang tidak kelompok yang tidak sedang
sedang melaporkan untuk melaporkan, menanggapi dengan
menangapi dengan mengajukan bertanya atau memberi komentar.
pertanyaan.
4. Memberikan masukan atau Mendengarkan masukan atau
memperjelas informasi yang sudah penegasan informasi dari guru.
didapat oleh siswa.
5. Merefleksi dengan menugaskan Siswa mengaitkan materi dengan
siswa untuk mengaitkan informasi kehidupan sehari-hari dengan cara
yang sudah didapat dengan menyebutkan kegiatannya dalam
kehidupan sehari-hari. kehidupan sehari-sehari.
6. Guru memberi lembar kerja untuk Siswa mengerjakan sesuai dengan
menggali pemahaman siswa kemampuannya yang sudah didapat.
tentang informasi yang didapat. Dan menerima penghargaan dari guru.
Dan memberi penghargaan.
C. PENUTUP
Membimbing siswa membuat Mendengarkan dan menyampaikan
kesimpulan yang sudah di pelajari. kesimpulan yang sudah dipelajari.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran berbasis CLT dapat
melatih siswa menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata agar
pembelajaran dapat menarik dan lebih bermanfaat. Contextual Teaching and Learning (CTL)
atau pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang
diajarkan dengan realitas dunia siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya. Pembelajaran bahasa bukan hanya
memberikan pemahaman berupa definisi melainkan siswa dituntut untuk dapat menemukan
pengetahuannya sendiri. Guru harus memiliki strategi yang memacu siswa untuk dapat
berpikir kritis dan kreatif.
Implementasi CTL pada pembelajaran membaca, berbicara, menulis, dan
mendengarkan dapat membuat pembelajaran lebih kreatif, dan menuntut siswa untuk lebih
berpikir kritis. Artinya siswa dipacu untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dengan kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Komalasari. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Refeki


Aditama.

Nurhadi. (2003). Pembelajaran kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM


Press.

Nurhadi. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Poerwadarminta. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Priyatni, E. T. ( 2002). Penerapan Konsep dan Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran dan
Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Kumpulan Materi
TOT CTL Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Lanjutan Tingkat pertama.
Jakarta: Depdiknas.

Sugiyanto. (2007). Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG): Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Trianto. (2007). Model-model pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik: Konsep,


landasan teoritis - praktis dan implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
METODE PEMBELAJARAN CTL OBSERVASI UNTUK MEMAHAMI FUNGSI
CANDI
MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Strategi Pembelajaran

yang dibina oleh Ibu Ulfatun Nafi’ah S.pd M.pd

oleh

Nicho Alfin Danny Anggara

160731614891

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN SEJARAH

MARET 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya , saya mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah strategi pembelajaran.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang-orang di sekitar kami, khususnya dari ibu
Ulfatun sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada ibu dosen pembimbing saya, saya
sangat mengharapkan kritik dan sarannya demi perbaikan pembuatan makalah di masa yang
akan datang.

Wassalamualaikum wr.wb

Malang, 1 Maret 2018


Penulis
Nicho Alfin D.A

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 17
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................................... 19
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 19
1.3 Manfaat ................................................................................................................. 19
BAB II ....................................................................................................................................... 21
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 21
2.1. Pengertian CTL ............................................................................................................ 21
2.2. Tujuan CTL .................................................................................................................... 21
2.3. Strategi-strategi Pembelajaran CTL ............................................................................. 22
2.4. Komponen-komponen Pembelajaran CTL ................................................................... 23
2.5. Langkah-langkah Pembelajaran CTL ........................................................................... 25
2.6. Kelebihan dan Kelemahan .......................................................................................... 25
2.7. Contoh Pola Pembelajaran CTL ................................................................................... 27
BAB III ...................................................................................................................................... 29
PENUTUP ................................................................................................................................. 29
3.1. Kesimpulan................................................................................................................... 29
3.2. Saran ............................................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Ada kencenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya,bukan mengetahuinya.Pembelajaran yang berorientasi
pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan


antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam
kehidupan sehari-hari .Dengan konsep itu,hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa,Proses pembelajaran alamiah berlangsung dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami,bukan mentrasfer pengetahuan dari guru kesiswa .Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan dari pada hasil.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahn yang di angakat dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari CTL?
2. Apa tujuan CTL?
3. Apa saja strategi-strategi pembelajaran CTL?
4. Apa saja komponen-komponen pembelajaran CTL?
5. Apa saja langkah-langkah pembelajaran CTL?
6. Apa saja kelebihan dan kelemahan CTL?
7/ Contoh pola pembelajaran CTL?

1.3 Manfaat

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini diantaranya
sebagai berkut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari CTL
2. Untuk mengetahui tujuan CTL
3. Untuk mengetahui strategi-strategi pembelajaran CTL
4. Untuk mengetahui komponen-komponen pembelajaran CTL
5. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran CTL
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan CTL
7. Untuk mengetahui contoh pola pembelajaran CTL
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian CTL


Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.

Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk
menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka.

Jadi pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan
bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2. Tujuan CTL


Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan
yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.

Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar
menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman

Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.

Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis
dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain

Model pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan
bermakna

Model pembelajaran nodel CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu
aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat
menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan
informasi itu miliknya sendiri.

2.3. Strategi-strategi Pembelajaran CTL


Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara
lain:

1. Pembelajaran berbasis masalah.

Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir


kritis untuk memecahkan .

2.Menggunakan konteks yang beragam.

Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang


diperoleh siswa menjadi berkualitas.

3.Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.

Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social
seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan
toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.

4.Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.

Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara
belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.

5.Belajar melalui kolaborasi

Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan
koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya

6.Menggunakan penelitian autentik

Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimilikinya
7.Mengejar standar tinggi

Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus


ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study
banding keberbagai sekolah dan luar negeri

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi
pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:

1. Relatinng

Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata ,konteks merupakan kerangka
kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna

2. Experiencing

Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang
dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha
menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.

3. Applying

Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan


dalam konteks dan pemanfaatanya

4. Cooperative

Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok,komunikasi


interpersonal atau hubunngan intersubjektif

5. Trasfering

Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam


situasi atau konteks baru.

2.4. Komponen-komponen Pembelajaran CTL


komponen-komponen model pembelajaran CTL ini antara lain :

1. Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur
kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses”mengkontruksi”bukan menerima


pengetahuan.

2. Inquiry

Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasrkan pada proses pencarian penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis.

Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar
mengunakan ketrampilan berfikir kritis.

Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain :

a. Merumuskan masalah

b. Mengajukan hipotesis

c. Mengumpilkan data

d. Menuji hipotesis

e. Membuat kesimpulan

3. Bertanya

Bertanya dalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan .

4. Masyarakat belajar

Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak
dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.

5. Pemodelan

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai sustu contoh yang
dapat ditiru oleh siswa.

6. Refleksi
Refleksi adalah proses pengengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan
mengevalusi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk
mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negative.

7. Penilaian nyata

Penilaian nyata adalah proses yang dilukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.

2.5. Langkah-langkah Pembelajaran CTL


Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :

1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar
5. Menghadirkan model sebagia contoh belajar
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual

1. Pengalaman nyata
2. Kerja sama, saling menunjang
3. Gembira, belajar dengan bergairah
4. Pembelajaran terintegrasi
5. Menggunakan berbagai sumber
6. Siswa aktif dan kritis
7. Menyenangkan ,tidak membosankan
8. Sharing dengan teman
9. Guru kreatif

2.6. Kelebihan dan Kelemahan


1. Kelebihan dari model pembelajaran CTL
a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi
yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu
isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

2. Kelemahan dari model pembelajarab CTL

a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada


kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda
sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat
pencapaianya siswa tadi tidak sama
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus
tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran
ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang
dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan
intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan
mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya
sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan
berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan

2.7. Contoh Pola Pembelajaran CTL


1.Contoh pola pembelajaran CTL (Rumpun IPS)

Topik : fungsi candi

Kompetensi dasar : Siswa memahami fungsi dan memahami fungsi dan jenis candi

Indikator hasil belajar :

 Siswa dapat menjelaskan pengertian candi


 Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis candi
 Siswa dapat menyimpulakan fungsi candi
 Siswa dapat membuat karangan terkait tenaga candi

Proses pembelajarannya

A. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai sisiwa dan pentingnya materi
ajar dalam kehidupan ekonomi social.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

 Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah


 Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi ke candi
 Melalui instrument observasi atau angket siswa diminta mencatat mengenai
berbagai hal yang ditemukan di candi

3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

B. Kegiatan inti

Dilapangan:

1) Siswa melakukan observasi ke candi sesuai dengan pembagian tugas kelompok

2) siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di candi sesuai alat observasi ,angket
yang telah mereka susun sebelumnya.
Didalam kelas:

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-


masing.

2) siswa melaporkan hasil diskusi

3) Setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh


kelompok lainya.

C. Penutup

1) Dipimpin oleh guru ,siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi tentang
fungsi dan jenis pasar sesuai dengan indicator belajr yang dicapai.

2) Guru menugaskan siswa untuk membuatkarangan tentang pengalaman belajar


mereka dengan team candi
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa model pembelajaran CTL ,dapat
membantu meningkatkan hasil belajar karena strategi CTL ini lebih memfokuskan pada
pemahaman serta menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari bukan hanya sekedar hafalan saja.Sehingga dengan strategi CTL ini
siswa diharapkan dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat
menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang
lain.Sehinnga pembelajaran dengan menggunakan strategi CTL ini pembelajaran akan lebih
produktif dan bermakna.

3.2. Saran
Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan
semua guru mata pelajaran dapat menerapkan strategi ini dalam melaksanakan proses belajar
mengajar (PBM) di sekolah dan dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas
penguasaan materi mata pelajaran siswa di sekolah dan pada akhirnya mampu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagaimana tujuan dan fungsi pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi dkk.1999.Quantum Learning.Bandung:Kaifa

Sugiyanto.Modul PLPG
STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI PERJUANGAN RAKYAT DALAM
UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN UNTUK MENINGKATKAN
RASA CINTA TANAH AIR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Strategi Pembelajaran Sejarah
yang dibina oleh Ibu Ulfatun Nafi’ah, S. Pd., M. Pd

Oleh

Safira Putri Huriya

160731614878

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul Strategi Pembelajaran Sejarah Berbasis Contextual Teaching And Learning (Ctl)
Dalam Materi Perjuangan Rakyat Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Untuk
Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Dalam Kehidupan Sehari-Hari untuk memenuhi tugas
matakuliah Strategi Pembelajaran Sejarah.
Tak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Dengan selesainya
pembuatan makalah ini kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat serta
dapat memberikan tambahan ilmu bagi para pembaca maupun pendengarnya. Penulis
menyadari bahwasannya makalah yang telah dibuat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan pembaca berkenan memberikan kritik dan sarannya agar
dapat kami jadikan bahan untuk memperbaiki karya-karya penulis selanjutnya.
Akhir kata penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membutuhkannya baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Malang, 26 Februari 2018

Penyusun

Daftar Isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 32

BAB I ..................................................................................................................... 34

PENDAHULUAN .................................................................................................34

A. Latar Belakang ............................................................................................ 34

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 34

C. Tujuan ......................................................................................................... 35

BAB II.................................................................................................................... 36

PEMBAHASAN ....................................................................................................36

A. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL) ....................................... 36

B. Karakteristik, Kelebihan & Kekurangan CTL ............................................... 37

C. Penerapan Strategi CTL dalam Materi Perjuangan Rakyat Surabaya untuk


Mempertahankan Kemerdekaan ......................................................................... 39

BAB III .................................................................................................................. 44

PENUTUP.............................................................................................................. 44

A. Kesimpulan .................................................................................................44

Daftar Rujukan ....................................................................................................... 45


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada banyak hal diperlukan ooleh guru untuk dapat mengelola kelas agar siswa dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan materi dapat diterima dengan baik.
Pembelajaran di sekolah dituntut untuk menarik agar siswa dapat mencapai kompetensi yang
telah ditentukan dalam kurikulum. Tuntutan inilah yang harus dipenuhi guru dengan berbagai
macam strategi dan cara mengajar yang baik dan menarik. Ada berbagai macam strategi yang
dapat digunakan guru untuk kegiatan pembelajaran. Strategi merupakan suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran yang ditentukan, dalam
dunia pendidikan sasaran ini adalah ketercapaian indicator (Neolaka & Amialia, 2017).
Misalnya strategi contextual teaching and learning (CTL), strategi Kooperatif, Strategi
berbasis karya wisata.
Guru harus mampu memaksimalkan berbagai strategi sesuai dengan karakteristik
siswa dan kondisi yang ada di lingkungan siswa. Terutama dalam matapelajaran Sejarah yang
selama ini selalu dianggap sebagai matapelajaran yang membosankan karena metode yang
kurang pas digunakan oleh guru. Selain itu guru perlu melakukan inovasi terhadap strategi
mengajar yang baik dan cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran (Razali, 2015:2). Guru
perlu mempelajari berbagai strategi dan karakter-karakter siswanya. Tujuannya adalah agar
kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan kompetensi dapat tercapai dengan
maksimal. Guru memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran, selain itu guru
juga harus dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan strategi maupun metode
mnegajar yang cocok bagi siswa.
Oleh karena itu dalam pembahasan ini akan dibahas lebih detail mengenai konsep
salah satu trategi pembelajaran berbasis contextual teaching and learning (CTL), karakteristik
serta kekurangan dan kelebihan strategi ini. Selain itu tulisan ini juga akan membahas
mengenai implementasi strategi berbasis contextual teaching and learning (CTL) dalam
matapelajaran Sejarah.
B. Rumusan Masalah
Dalam subab ini akan dijelaskan rumusan masalah mengenai strategi pembelajaran
sejarah berbasis contextual teaching and learning (CTL).
1. Bagaimana konsep strategi contextual teaching and learning (CTL)?
2. Bagaimana karakteristik serta kekurangan dan kelebihan dari contextual teaching and
learning (CTL)?
3. Bagaimana implementasi strategi contextual teaching and learning (CTL) dalam
pembelajaran sejarah?
C. Tujuan
Dalam subab ini akan dijelaskan tujuan mengenai strategi pembelajaran sejarah
berbasis contextual teaching and learning (CTL).
1. Memahami konsep strategi contextual teaching and learning (CTL)?
2. Memahami karakteristik serta kekurangan dan kelebihan dari contextual teaching
and learning (CTL)?
3. Memaparkan implementasi strategi contextual teaching and learning (CTL) dalam
pembelajaran sejarah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL)


Menurut Nurhadi (2002) pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Rusman, 2011:189). Konsep ini menitikbertakan pada
pengalaman belajar siswa terhadap lingkungan sekitar. Siswa harus dapat mengaitkan
pelajaran yang didapat dengan lingkungan yang ada di sekitar, baik keluarga maupun
lingkungan masyarakat.
Strategi ini tidak hanya menuntut siswa untuk melakukan pembelajaran dengan aktif,
tetapi juga menekankan pada cara guru melakukan kegiatan pembelajaran. Guru harus dapat
menjadi fasilitator bagi siswa dalam menerapkan strategi CTL (Musfah, 2012:205). Sebagai
fasilitator guru harus menyediakan berbagai fasilitas agar strategi ini dapat berjalan dengan
baik dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, dalam CTL, pembelajaran
haruslah memiliki makna yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam CTL
pembelajaran yang tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata dianggap tidak
bermakna (Hernowo, 2006:89).
Dalam konsep CTL proses pembelajaran berjalan secara alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Putra,
2013:242). Dalam strategi ini guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa, bukan sebagai
informan. Hal ini bertujuan agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas. Selain itu, dalam konsep ini juga
mengutamakan pengalaman nyata, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis dan kreatif serta
guru mengarahkan, pengetahuan bermakna dalam kehidupan nyata, siswa melakukan praktek
bukan menghafal, memecahkan masalah dan berfikir tingkat tinggi, hasil belajar diukur
dengan berbagai cara bukan hanya dengan cara tes (Nurdin, 2009:111).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning merupakan salah
satu strategi yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa sekaligus mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa
komponen yang terdapat dalam strategi ini. Adapun komponen yang terdapat dalam strategi
ini adalah konstruktivisme (constructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).

B. Karakteristik, Kelebihan & Kekurangan CTL


Strategi contextual teaching and learning (CTL) memiliki karakteristik yang berbeda
dengan strategi yang lain. Seperti yang sudah dijelaskan sebolumnya bahwa terdapat
beberapa komponen yang terdapat dalam strategi ini. Komponen-komponen tersebut dapat
diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi yang ada di lingkungan sekitar.
Komponen yang terdapat dalam konsep strategi ini juga dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran Sejarah yang memadukan pengetahuan dengan kondisi dilingkungan sekitar.
Pengembangan komponen dari konsep CTL dapat dilakukan dengan melakukan tujuh
langkah (Rusman, 2011:192). (1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna dengan berbagai kegiatan. (2) Melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajukan. (3) Mengembangkan sifat
ingin tahu siswa melalui pertanyaan-pertanyaan. (4) Menciptakan masyarakat belajar seperti
melakukan kegiatan berdiskusi dan tanya jawab. (5) menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran, dapat melalui ilustrasi, model, dan media yang sebenarnya. (6) membiasakan
anak untk melakukan refleksi dari setiap kegioatan pembelajaran yang telah dilakukan. (7)
Melakukan penilaian obyektif dengan menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap
siswa.
Penerapan strategi Contextual Teaching and Learning ini juga memiliki beberapa
prinsip untuk menunjang keberhasilan dalam penerapannya. Ada tiga prinsip yang harus
dipenuhi untuk menerapkan strategi ini (Putra, 2013:252-253). Pertama, prinsip
kesalingbergantungan, prinsip ini mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semsta saling
bergantung dan berhubungan. Dalam CTL konsep ini menghubungkan guru untuk mengenali
keterkaitannya dengan guru lainnya, siswa, masyarakat dan lingkungan. Prinsip yang kedua
adalah prinsip diferensiasi, dalam CTL prinsip ini membebaskan siswa untuk menjelajahi
bakat pribadi, memunculkan cara belajar setiap individu dan berkembang dengan sendirinya.
Terakhir, prinsip pengaturan diri prinsip ini menyatakan bahwa segala sesuatu diatur,
dipertahankan, dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak siswa untuk mengeluarkan
seluruh potensinya.
Adapun karakteristik dari strategi CTL adalah (a) kerjasama, (b) saling menunjang,
(c) menyenangkan, (d) belajar dengan bergairah, (e) pembelajaran terintegrasi, (f)
menggunakan berbagai sumber, (g) siswa aktif, (h) sharing dengan teman, (i) siswa kritis dan
guru kreatif (Putra, 2013:243). Kerjasama berdasarkan konsep ini adalah siswa dilatih untuk
mampu bekerjasama dengan teman dalam kegiatan pembelajaran diikuti dengan berdiskusi
atau sharing dengan teman. Saling menunjang maksudnya adalah guru dan siswa sama-sama
berhubungan seperti yang terdapat dalam karakteristik siswa aktif dan guru kreatif. Jadi
karakteristik yang terdapat dalam konsep CTL ini saling berhubungan dalam kegiatan
pembelajaran.
Seperti yang dijelaskan dalam penjelasan sebelumya bahwa CTL memiliki tujuh
komponen utama. Jadi CTL ini dapat diterapkan dalam berbagai kurikulum, matapelajaran
dan kelas (Trianto, 2007:106-114). Komponen utama tersebut meliputi konstruktivisme
(constructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), dan refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic
assessment). Tetapi dalam buku yang lain komponen utama tersebut masuk ke dalam prinsip
pembelajaran kontekstual (Rusman, 2011:193-197).
Pembelajaran berbasis CTL ini memiliki kekurangan dan kelebihan yang tentunya
dapat menjadi nilai lebih serta untuk memperbaiki kembali CTL sebagai strategi
pembelajaran di sekolah. Adapun kelebihan dari strategi pembelajaran berbasis CTL dalam
Putra (2013:259-260) yaitu :
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Pembelajaran ini berarti siswa
diajak untuk belajar langsung yang disesuaikan dengan materi yang sedang
diajarkan. Hal ini sangat berguna bagi siswa karena dengan mengaitkan
lingkungan dalam pembelajaran membuat siswa lebih mudah mengingat serta
memahami suatu materi.
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
pada siswa.
c) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
d) Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan tempat untuk memperoleh
informasi, tetapi juga sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan di
lapangan.
e) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian
dari guru.
f) Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang bermakna.
Masih menurut Putra (2013:260-261) yang menjelaskan kekurangan dari konsep
CTL yaitu :
a) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual
berlangsung.
b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka bisa menciptakan situasi
kelas yang kurang kondusif.
c) Guru lebih intensif dalam membingmbing karena dalam konsep ini guru
bertugas untuk mengelola kelas sebagai sebuah tim.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide serta mengajak siswa menggunakan strateginya
sendiri.

C. Penerapan Strategi CTL dalam Materi Perjuangan Rakyat Surabaya untuk


Mempertahankan Kemerdekaan
Pentingnya peranan guru dalam kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh pada
tercapainya kompetensi siswa yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Untuk mencapai
kompetens ini diperlukan pengelolaan kelas yang baik dari guru. Made Pidarta mengatakan
pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap
problem dan situasi kelas (Djamarah, 2005:172). Dalam hal ini yang memiliki peran untuk
mengelola kelas adalah guru. Guru memiliki tugas untuk mengatur, memperbaiki, serta
memelihara sistem yang ada di dalam kelas. Salah satu yang dapat digolongkan dalam
pengelolaan kelas adalah pemilihan strategi dalam kegiatan pembelajaran.
Contextual Teaching and Learning atau yang biasa disebut CTL merupakan salah satu
strategi yang cukup menarik untuk digunakan. Strategi ini menggabungkan pengetahuan yang
dimiliki dengan kondisi di lingkungan sekitar. Untuk menggunakan strategi ini guru harus
mampu memahami karakteristik dari peserta didiknya. Dalam strategi CTL terdapat tujuh
komponen utama yang harus dipenuhi. Komponen-komponen tersebut adalah
konstruktivisme (constructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment).
Konstrutivisme merupakan landasan filosofis dalam CTL, maksudnya pengetahuan
yang dibangun manusia yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (Rusman,
2011:193). Manusia harus membangun pengetahuan yang dapat memberi makna melalui
pengalaman yang nyata. Oleh karena itu CTL merupakan strategi untuk mengajarkan
hubungan antara setiap konsep dengan kenyataan. Komponen berikutnya adalah menemukan
(inquiry), komponen ini merupakan komponen inti dari CTL. Karena dengan menemukan
maka siswa dapat menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru. Selanjutnya, adalah
bertanya (questioning), setelah menukan maka siswa akan mulai bertanya untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru. Dalam komponen bertanya maka siswa memerlukan pendampingan
dari guru. Komponen berikutnya adalah masyarakat belajar (learning community), komponen
ini memungkinkan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari
teman-teman belajarnya. Selanjutnya adalah pemodelan (modeling), komponen ii
memungkinkan guru untuk memilih bahan ajar maupun mengajak siswa untuk menjadi
model. Komponen berikutnya adalah refleksi (reflection) merupakan bentuk dari respon atas
apa yang telah dipelajari siswa pada salah satu materi. Terakhir adalah penilaian sebenarnya
(authentic assessment), komponen ini merupakan komponen terakhir yang harus dilakukan
oleh siswa karena dalam berbagai macam strategi pembelajaran harus dilakukan penilaian
untuk mengukur keberhasilan dari suatu strategi.
Berdasarkan komponen-komponen tersebut guru dapat mengambil salah satu
komponen yaitu bertanya (questioning). Pengetahuan yang dimiliki siswa diawali dengan
bertanya. Kegiatan bertanya ini memiliki berbagai macam manfaat, yaitu mendapatkan
informasi, menggali pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh
mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa,
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak
pertanyaan untuk menambah pengetahuan siswa (Putra, 2013:248-249).
CTL dapat diterapkan dalan berbagai kurikulum, bidang studi dan keadaan kelas.
Adapun implementasi dari pnggunaan strategi CTL dalam pembelajaran sejarah di SMA
adalah :
Matapelajaran : Sejarah Indonesia
Kelas : XI
Kompetensi Dasar : 3.10 Menganalisis strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia
dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan
Belanda
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit
Materi Pembelajaran : Perjuangan Rakyat Surabaya
Sebelum memasuki langkah-langkah pembelajaran terlebih dahulu guru harus
menetukan indikator yang harus dicapai siswa dalam kegiatan pembelajan materi kali ini.
Adapun indikator yang harus dicapai adalah :
1. Dengan mempelajari Perjuangan Rakyat Surabaya siswa dapat mengetahui latar
belakang terjadinya perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan
kemerdekaan.
2. Dengan mempelajari Perjuangan Rakyat Surabaya siswa dapat mengambil
menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.
3. Dengan memahami nilai-nilai Perjuangan Rakyat Surabaya siswa dapat mengamalkan
rasa cinta tanah air dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Setelah menemukan indikator yang harus dicapai maka guru harus mentukan tujuan
dari pembelajaran dengan materi Perjuangan Rakyat Surabaya.
Setelah merumuskan indikator, maka langkah yang harus dilakukan guru adalah
menentukan tujuan dari pembelajaran materi Perjuangan Rakyat Surabaya. Tujuan
pembelajaran ini adalah :
1. Siswa dapat menganalisis Perjuangan Rakyat Surabaya serta latar belakang
terjadinya perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan
2. Siswa mampu mengamalkan nilai dan makna yang baik untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Siswa dapat meningkatkan rasa cinta tanah air terhadap negaranya melalui
pembelajaran perjuangan rakyat Surabaya
Setelah menentukan indikator dan tujuan, guru berupaya mengaitkan materi dengan
memasukkan ke dalam komponen utama CTL. Komponen utama dari CTL adalah
konstruktivisme, dalam komponen ini guru memberikan penjelasan mengenai latar belakang
lahirnya perjuangan rakyat Surabaya dalam upayanya untuk mempertahankan kemerdekaan.
Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan awal kepada siswa sebelum mengajak
siswa mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Setelah siswa memiliki pengetahuan awal
mengenai latarbelakang perjuangan rakyat Surabaya guru mengajak siswa untuk mengaitkan
pengetahuan awal dengan kehidupan sehari-hari. Terjadinya Perjuangan Rakyat Surabaya
merupakan upaya rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman
Sekutu dan Belanda.
Komponen berikutnya adalah menemukan atau inquiry, dari penjelasan yang
diberikan guru siswa dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Perjuangan Rakyat
Surabaya. Kemudian komponen selanjutnya adalah bertanya atau questioning, komponen ini
memungkinkan bagi siswa untuk menanyakan apa yang sudah ditemukan dalam komponen
sebelumnya. Dalam komponen ini guru berberperan sebagai fasilitator yang dapat membantu
siswa menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Komponen bertanya
ini memungkinkan siswa untuk mendapatkan informasi, menggali pemahaman siswa agar
lebih dalam, membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu hal (Al-Tabany, 2014:148),
dalam hal ini adalah perjuangan rakyat Surabaya dan memfokuskan perhatian pada materi
yang sedang dibahas.
Setelah komponen bertanya, maka selanjutnya adalah masyarakat belajar (learning
community). Komponen ini merupakan salah satu komponen yang mampu mengajak siswa
untuk melakukan kegiatan diskusi dengan teman sebaya. Untuk melakukan diskusi maka
siswa perlu membentuk kelompok baik secara acak atau kelompok homogen/heterogen. Hal
ini sangat diperlukan untuk melatuh siswa mampu bekerjasama dengan teman berdasarkan
penugasan yang diberikan oleh guru terkait dengan materi perjuangan rakyat Surabaya.
Setelah membentuk kelompok dan berdiskusi, komponen yang harus dilakukan adalah
pemodelan (modeling). Komponen pemodelan ini memungkinkan bagi guru untuk berkreasi
mengenai cara mengajar yang cocok dengan materi yang sedang diajarkan. Guru juga dapat
melibatkan siswa dalam proses ini.
Komponen selanjutnya adalah refleksi, refleksi ini merupakan hasil yang didapat
siswa dalam materi pembelajaran tersebut, dalam hal ini adalah materi perjuangan rakyat
Surabaya. Dari mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu meneladani dan
mengamalkan nilai-nilai baik yang terkandung dalam perjuangan rakyat Surabaya. Dalam
komponen ini, guru hendaknya menanyakan kepada setiap kelompok mengenai pelajaran
berharga apa yang telah didapatkan.
Komponen teraakhir adalah penilaian autentik (authentic assessment). Komponen ini
merupakan komponen terakhir yang dapat menentukan hasil belajar siswa dalam suatu
materi. Dalam materi perjuangan rakyat Surabaya, guru sudah membentuk kelompok dengan
penugasan dan kegiatan diskusi yang memungkinkan guru untuk dapat mengambil hasilnya.
Berikut akan dijelaskan langkah-langkah strategi pembelajaran sejarah berbasis CTL dalam
materi perjuangan rakyat Surabaya di kelas XI:
1. Guru menayangkan beberapa gambar yang berkaitan dengan perjuangan rakyat
Surabaya.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan
indikator.
3. Guru menjelaskan sedikit materi mengenai latar belakang terjadinya peristiwa
perjuangan rakyat Surabaya.
4. Guru membagi kelas ke dalam kelompok kecil, dengan anggota masing-masing
anggota 4-5 siswa.
5. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mencari informasi
yang lebih banyak mengenai nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam
perjuangan rakyat Surabaya dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaan.
6. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mengajukan
pertanyaan yang kemudian pertanyaan tersebut ditukarkan dengan kelompok lain
untuk didiskusikan jawabannya dan hasilnya dipresentasikan di depan kelas.
7. Guru memperlihatkan contoh nilai-nilai dan makna yang di dapatkan dari
peristiwa perjuangan rakyat Indonesia.
8. Guru melakukan penilaian kelompok berdasarkan hasil presentasi siswa dengan
mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menganalisis nilai-nilai dan
makna yang terkandung dalam perjuangan rakyat Surabaya.
9. Guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi tekait dengan materi yang sudah
di bahas.
Jadi penggunaan strategi Contextual Learning and Teaching merupakan salah satu
cara yang tepat untuk memunculkan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Karena
strategi ini dapat dikatakan beroriantasi pada peran siswa dan guru hanya berperan sebagai
fasilitator.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran Contextual Learning and Teaching merupakan strategi yang
mengaitkan materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa. Strategi ini dapat
digunakan dalam berbagai kurikulum, matapelajaran dan keadaan kelas. Penekanan dari
strategi ini adalah peran aktif siswa dan keberhasilan guru dalam menghubungkan materi
yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa.
Karakteristik utama dalam strategi ini adalah menekankan pada peran aktif siswa,
guru yang biasanya menjadi sumber belajar harus mengubah perannya menjadi fasilitator.
Guru hanya memberikan sedikit penjelasan kepada siswa, selanjutnya adalah tugas siswa
untuk mencari lebih detail mengenai suatu materi. Meskipun demikian strategi ini memiliki
kelemahan, yaitu diperlukan waktu yang cukup lama dalam kegiatan pembelajaran dan
suasana kelas menjadi tidak kondusif.
Strategi ini juga memiliki tujuh komponen utama yaitu, konstruktivisme
(constructivisme), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya
(authentic assessment). Komponen-komponen tersebut harus masuk dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam pembahasan ini guru dapat mengaitkan materi perjuangan rakyat
Surabaya dengan kehidupan nyata siswa terkait dengan cinta tanah air.
Daftar Rujukan

Al-Tabany, T. I. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif Dan


Kontekstual: Konsep dan Implementasinya Pada Kurikulum 2013 (Kurikulum
Tematik Terintegratif). Jakarta: Prenadamedia Group.

Djamarah, S. B. (2005). Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Hernowo. (2006). Menjadi Guru Yang Mampu Mengajar Secara Kreatif. Bandung: Mizan
Learning Center.

Musfah, J. (2012). Pendidikan Holistik: Pendekatan Lintas Perpektif. Jakarta: Prenadamedia


Group.

Neolaka, A., & Amialia, G. (2017). Landasan Pendidikan: Dasar pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup. Jakarta: Prenadamedia Group.

Nurdin. (2009). Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching dan Learning) Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Administrasi Pendidikan, 109-122.

Putra, S. R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva
Press.

Razali. (2015). Metode Pembelajaran Sejarah Dengan Contextual Teaching and Learning
(CTL). Jurnal Ilmiah Integritas Vol 1, No. 1, 1-7.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: Rajawali Pers.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka.
STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS KONTEKSTUAL
(CTL) KONTRUKTIVISME DALAM MATERI PENINGGALAN MASA
HINDU-BUDDHA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH
yang dibina oleh Ibu Ulfatun Nafiah,. S. Pd, M. Pd

Oleh
Sulistiyowati (160731614834)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
FEBRUARI 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) ada beberapa hal yang sebenarnya menjadi
substantif dan terkadang menjadi permasalahan yang tidak disadari oleh setiap guru atau
pendidik dalam proses pembelajaran. Seperti halnya, guru yang sedang mengajar, belum
tentu diikuti dengan kegiatan belajar oleh siswanya. Siswa yang belajar terkadang tidak
paham meskipun telah hafal. Begitu juga dengan siswa yang paham, belum tentu dapat
mempraktekkan pengetahuan atau hafalannya tersebut kedalam kehidupan nyata. Maka dari
itu, yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini adalah bagaimana seorang guru dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang dapat menjadi alternatif dari permasalahan tersebut.

Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka
belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu
akan digunakan dalam realita yang ada. Hal ini dikarenakan cara mereka memperoleh dan
mengolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa
membantu mereka. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi
jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa adalah
pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Hakikat Strategi Pembelajaran berbasis Kontektual (CTL)?
2. Bagaimana Penerapan Pembelajaran Kontektual dalam Mata Pelajaran Sejarah?
3. Bagaiman Penerapan Konstruktivisme sebagai Konsep Konstektual dalam Mata
pelajaran Sejarah?
4. Bagaimana keunggulan dan kelemahan pembelajaran Kontektual?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Hakikat Strategi Pembelajaran berbasis Kontektual (CTL)
2. Mengetahui Penerapan Pembelajaran Kontektual dalam Mata Pelajaran Sejarah
3. Mengetahui Penerapan Konstruktivisme sebagai Konsep Konstektual dalam Mata
pelajaran Sejarah
4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran Kontektual
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Strategi pembelajaran Berbasis Konstekstual (CTL)

Strategi pembelajaran berbasis kontekstual atau yang sering disebut Contextual Teaching
and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang filosofis bahwa siswa mampu
menangkap pelajaran apabila mampu menangkap makna dalam materi akademis yang telah
diterima dan mampu mengaikan informasi dan pengalaman yang telah diterima sebelumnya.

Strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan strategi


pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan realitas kehidupan nyata,
sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. CTL
menyeting kelas menjadi miniatur lingkungan mini yang di dalamnya terjadi dialog antara
teori dan praktik atau idealitas dan realitas. Menurut Johnson Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam bahan-bahan pelajaran yang dipelajari dengan cara menghubungkannya dengan
konteks kehidupan sehari-hari yaitu dengan kontek lingkungan pribadinya, lingkungan
sosialnya dan budayanya (Syaifurahman, 2013).

CTL dalam pembelajaran merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka
akan menghasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagian yang secara
terpisah. Menurut Blanchard CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dihadapi siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupn siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Tugas guru
dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru
hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang
baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered daripada Teacher
Centered (Suyadi, 2015).

Menurut Blanchard strategi pembelajaran kontektual memiliku ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.


2. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbgai konteks.
3. Kegiatan belajar dipantau dan diarahan agar siswa dapat belajar mandiri.
4. Mendorong siswa untuk belajar dengan temanya dalam kelompok atau secara mandiri.
5. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
6. Menggunakan penilaian otentik (Hutagaol, 2013).

Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang mengubungkan


pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan yang baru didapatkan. Siswa
diharapkan dapat menghubungkan dan membangun konsep sendiri. Pembelajaran kontekstual
menekankan pada kegiatan belajar dan berpusat pada kegiatan siswa, sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator dan memberikan arahan pada kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual diharapkan menjdai pembelajaran yang memberikan makna kepada
siswa (Anggraini, 2011).

2.2 Penerapan Kontektual dalam Mata Pelajaran Sejarah

CTL memiliki tujuh asas yang menjadi landasan filosofis. Asas-asas ini sering disebut
komponen-komponen CTL. Komponen tersebut adalah sebagi berikut:

1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
peserta didik berdasarkan pengalaman pribadinya. Menurut Konstruktivisme pengetahuan
memang berasal dari luar, tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.
Pengetahuan tidak bersifat statis melaikan bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat
dan mengkonstruknya. Menurut Piaget hakikat pengetahuan adalah:
a. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan saja, tetapi konstruksi kenyataan
melalui kegiatan subjek.
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk
pengetahuan bila konsepsi berhadapan dengan pengelaman seseorang.

Prinsip CTL mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses


pengamatan dan pengalaman. Penerapan kontruktivisme dalam pembelajaran CTL
mendorong siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan pengalaman nyata
(Sumarsih, 2009).

2. Inkuiri
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dengan demikian guru
diharapkan merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri
materi yang harus dipahami. Pada prinsipnya, penerapan asas CTL harus berdasarkan
kesadaran siswa untuk akan masalah yang ingin dipecahkan dan siswa diharapkan mampu
memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya diperlukan sebagai dasar
pembentukan kreativitas (Davi, 2009).

3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan
strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Dalam proses pembelajaran konstektual,
guru tidak hanya menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing siswa untuk
menemukan jawabannya sendiri.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya dapat berguna untuk:
a. menggali informasi,
b. menggali pemahaman siswa,
c. membangkitkan respon kepada siswa,
d. mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa,
f. memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
g. membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa,
h. untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa (Prihati, 2016).
4. Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil
kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari berbagi antar teman, antar kelompok,
dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi
dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling
belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok. Guru
dapat memberikan pendampingan dengan cara mendatangkan orang yang memiliki keahlian
di bidang tertentu sesuai yang dibahas oleh siswa.
5. Pemodelan
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana
guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru berpikir kebelakang
tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi berupa pernyataan langsung
tentang apa yang diperoleh hari itu.
7. Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran
mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang
relevan dan kontekstual, penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. Strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi
yang dipelajari dan dihubungkan dengan situasi nyata, sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2015).

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang kontekstual jika telah


menerapkan komponen utama. Karena dengan menggunakan komponen-komponen utama ini
diharapkan agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa mengalami bukan
transfer pengetahuan dari guru kepada siswa lagi, sehingga siswa akan mencapai hasil
pembelajaran yang lebih baik.

Jika kita dalam proses pembelajaran akan menerapkan pembelajaran kontekstual, maka
ketujuh komponen pembelajaran kontekstual haruslah diterapkan. Menurut Trianto secara
garis besar langkah – langkah penerapan CTL adalah :

1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna ddengan cara
memukan dan mengkonstrujsi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri pada semua topik
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar dengan belajar dalam kelompok
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Triantono, 2007).
Dalam pembelajaran sejarah banyak materi yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan
kontekstual, materi – materi sejarah berhubungan dengan kehidupan manusia atau siswa
secara khusus karena sejarah membicarakan apa yang dilakukan oleh manusia dalam konteks
ruang dan waktu .

2.3 Penerapan Konstruktivisme sebagai Konsep Kontektual (CTL) dalam Pembelajaran


Sejarah

Ada sejumlah ciri proses pembelajaran yang terdapat dalam konstruktivisme, yaitu :

a. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar


b. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa
c. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
d. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
e. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
f. Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar
g. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
h. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
i. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif
j. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran,
seperti prediksi, inferensi, kreasi, dan analisis
k. Menekankan bagaimana siswa belajar
l. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa
lain dan guru
m. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
n. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
o. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
p. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
q. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata (Sumarsih, 2009).

Penerapan Konstruktivisme di dalam Kelas

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini


dipaparkan tentang penerapannya di kelas :
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka.
Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta
menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar
mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah.
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
kepada siswa untuk merespon. Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan
seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain.
c. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa
untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-
konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau
pemikirannya.
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya.
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif
sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi.
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa
menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena yang ada disekitarnya.Guru yang
menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluasluasnya
kepada siswa untuk menguji hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi
kelompok dan pengalaman nyata.
f. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi interaktif.
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para
siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena lingkungan sekitar dalam dunia
nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran
tentang fenomena tersebut secara bersama-sama (Triantono, 2007).

Penerapan Konstruktivisme dalam Materi Sejarah

Materi sejarah yang dapat diterapkan menggunakan pembelajaran Konstektual


Konstruktivisme terutama pada jenjang SMA/ sederajat yaitu:
Materi Peninggalan Masa Hindu-Buddha dapat menggunakan penerapan Strategi
Kontektual Konstruktivisme. Dalam Materi ini siswa diminta untuk mengetahui berbagai
Peninggalan Masa Hindu Budha dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Kontruktivisme
merupakan proses menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif peserta didik
berdasarkan pengalaman pribadinya. Dalam hal ini siswa diminta untuk mengamati arsitektur
beberapa peninggalan masa hindu buddha yang masih ada hingga kini. Konteks yang dapat di
ambil dari materi peninggalan masa hindu budha bahwa struktur candi memiliki makna
tersendiri. Setiap bagian memiliki makna dalam kehidupan manusia. Bagian candi yang
paling atas melambangkan ke manusia telah sampai pada tatanan yang paling mulia. Tuhan
memiliki tempat yang paling tinggi dan tempat yang paling tinggi merupakan tempat yang
dianggap paling suci oleh para pendeta. Tempat yang paling atas hanya digunakan untuk
orang-orang yang telah menyerahkan diri hanya kepada tuhan. Pada materi ini siswa diminta
mempelajari terlebih dahulu tentang peninggalan masa hindu buddha, kemudian guru
menjelaskan kepada siswa hubungan kontektual peninggalan masa hindu buddha pada masa
lalu.

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Konstektual (CTL)

Keunggulan Strategi Pembelajaran Berbasis Konstektual

1. Pembelajaran konstekstual dapat mendorong siswa menemukan hubungan antara materi


yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
2. Pembelajaran konstekstual mampu mendorong siswa untuk menerapkan hasil belajarnya
dalam kehidupan nyata.
3. Pembelajaran konstekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi.

Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Konstektual

1. Konstekstual membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk bisa memahami semua
materi.
2. Guru lebih intensif dalam membimbing , karena dalam metode konstekstual guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi (Syaifurahman, 2013).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan strategi


pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan realitas kehidupan nyata.

Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajran yang mengubungkan


pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan yang baru didapatkan. CTL
memiliki tujuh asas yang menjadi landasan filosofis. Asas-asas ini sering disebut komponen-
komponen CTL.

Prinsip CTL mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses


pengamatan dan pengalaman. Penerapan kontruktivisme dalam pembelajaran CTL
mendorong siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan pengalaman nyata.

pembelajaran sejarah banyak materi yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan


kontekstual, materi – materi sejarah berhubungan dengan kehidupan manusia atau siswa
secara khusus karena sejarah membicarakan apa yang dilakukan oleh manusia dalam konteks
ruang dan waktu.

3. 2 SARAN

Meskipun penuis menginginkan kesempurnaan daam penyusunan makalah tetapi


kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hai ini karena masih
minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membengun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk memperbaiki kedepannya.
DAFTAR RUJUKAN
Anggraini, D. 2011. Penerpan pembelajaran Kontektual pada Pendidikan Anak. UNY, 39.

Davi, U. I. 2009. Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk meningkatkan Motivasi Belajar.


UM, 10.

Hutagaol, K. 2013. Pembelajaran Kontektual untuk Meningktkan Kemampuan Representasi


Siswa. STKIP, 85.

Prihati, R. 2016. Penerapan Model CTLdalam Pembelajaran sejarah untuk meningkatkan


Partisipasi Siswa. UNLA, 35-60.

Sumarsih. 2009. Implementasi Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pembelajaran. UNY, 54.

Suyadi, M. 2015. Strategi pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Syaifurahman, M. P. 2013. Managemen dalam Pebelajaran. Jakarta: Indeks.

Triantono. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai