Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

Jl. Nangka No. 58 C, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp. 021-
7818718 Jln. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Telp. 021-87797409 Webiste: http///www.unindra.ac.id

Petunjuk:
1. Peserta Ujian mengerjakan pada template lembar jawaban yang sudah
disediakan. Tidak diperkenankan mengubah template yang sudah ada!
2. Nama file dibuat dengan format: NPM_Nama_MataKuliah_Kelas.
Contoh: 20201551234_Johan Juliansyah_Pengantar Ilmu Sejarah_X4A
3. Kirimkan file jawaban dalam bentuk pdf tersebut ke: email dosen atau media lain yg
disepakati dosen dengan mahasiswa ybs.

LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 1

NAMA : IRA ANGGRAENI MATA KULIAH : METODE DAN HISTORIOGRAFI


SEJARAH
NPM : 201815500003 DOSEN : Febta Pratama, M. Pd
PENGUJI
KELAS : X6A TANGGAL : 22-05-2021
UJIAN
SEMESTER : 6 WAKTU UJIAN :

NO.HP/W : 081316492342
A

1. - Historiografi sebagai penulisan sejarah, dalam proses penulisan ini, kemampuan peneliti atas teori
dan metodologi yang digunakan akan berpengaruh pada historiografi yang dihasilkan. Peneliti tidak hanya
menuliskan laporan semata, namun juga bekerja keras untuk memahami sejarah dan hasil pemikirannya.
Saat menuliskan penelitian sejarah, peneliti juga harus memperhatikan beberapa kaidah penulisan, yaitu:
o Bahasa dan format penulisan yang digunakan sesuai tata bahasa yang berlaku.
o Adanya konsistensi penulisan, seperti dalam penggunaan tanda baca, istilah, dan penulisan rujukan
sumber.

Berikut ini adalah bentuk penulisan sejarah berdasarkan ruang dan waktu terdapat tiga bentuk, yaitu:
- Penulisan Sejarah Tradisional.
Contoh Historiografi : Masa Hindu Budha adalah Kitab Mahabrata dan Ramayana, Kitab Pararaton,
Kitab Negarakertagama, Babad Arya Tabanan, Babad Tanah Jawi, dan lainnya.
- Penulisan sejarah colonial
Contoh Historiografi : Beknopt Leerboek Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indi karta A.J.
Eijkman dan F.W Stapel;Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie karya G.
Gonggrijp; Geschiedenis van den Indischen Archipel karya B.H.M. Vlekke.
-Penulisan sejarah nasional
Contoh Historiografi: Buku Sejaarah Nasional Indonesia jilid I – VI, Sekitar Perang Kemerdekaan
Indonesia Jilid I – XI karya A.H Nasution, Sejarah Peperangan Diponegoro : Pahlawan
Kemerdekaan Indonesia karya Moh. Yamin, Dibawah Bendera Revolusi karya Ir. Soekarno, Peranan
Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara karya R.Moh Ali

- Historiografi sebagai langkah terkahir dalam metode sejarah Langkah ini menjadi sarana untuk
mengomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji, dan diinterpretasi. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat di pahami bahwa peristiwa sejarah memerlukan metode penelitian sebelum
disajikan dalam bentuk historiografi atau tulisan. Tahapan metode penelitian sejarah dan tulisan adalah
dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Metode penelitian sejarah menentukan keberhasilan
historiografi. Selain itu, historiografi juga menentukan keberhasilan sejarawan dalam melakukan
penelitiannya.
Contoh : langkah dalam penelitian sejarah ada 5 tahap yaitu Penentuan Topik penelitian ,
Heuristik, verifikasi dan kritik, Interpretasi, dan yang terkahir adalah Historiografi (inilah yang
di maksud historiorafi sebagai metode terkahir atau langkah terkahir dalam metode sejarah)

Sumber : Materi Power Point Perkuliah Pertemuan Ke- 6, Metode dan Historiografi, Langkah Penelitian Sejarah
Intepretasi dan Historiorafi oleh Febta Pratama, M.Pd
Jurnal https://scholar.ui.ac.id/en/publications/historiografi-dan-metodologi-sejarah
Artikel https://gurupendidikan.co.id

2. A. Penulisan Sejarah Indonesia Religio-Magis

Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu-Budha sampai masuk dan
berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah di zaman HinduBudha pada umumnya ditulis di
prasasti, naskah-naskah kuno yang bertujuan supaya generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di masa
lalu terutama di zaman kerajaan saat seorang raja memerintah suatu kerajaan. Selain naskah, hikayat, dan
babad, mitos juga ada pada historiografi tradisional. Seperti yang dikatakan Raymond William yaitu “the
myth of concern”. Mitos (myth) merupakan suatu cerita atau sejenisnya yang bersumber seperti halnya
sejarah tetapi lebih menonjol pada khayalan. Mitos juga selalu memuat kehidupan manusia dan biasanya
mengambil manusia super sebagai tokohnya. Mitos pun dalam kehidupan manusia memiliki manfaat. Mitos
membuat masa lampau menjadi bermakna, karena dengan memusatkan pada bagian-bagian masa lampau
yang mempunyai sifat tetap dan berlaku secara umum. Mitos tidak seperti sejarah yang memiliki babakan
waktu, dalam mitos babakan waktu pun tidak ada bahkan tidak ada awal maupun akhir

Pada dasarnya yang ada di historiografi tradisional fakta tidak begitu penting, karena para penulisnya lebih
sering membahas tentang mitos dan sedikit yang membahas tentang fakta yang ada. Dalam historiografi
tradisional terdapat unsur mitos disebabkan oleh unsur mistik atau kepercayaan yang telah dipercayai baik
penulis maupun masyarakat, sehingga penulis tidak memperdulikan adanya fakta. Mitos lebih
mengedepankan subyektifitas dari pada obyektifitas. Obyektifitas tidak cocok dengan mitos, karena
obyektifitas bertanggung jawab pada kebenaran obyek yang berwujud dalam bentuk dokumen. Selain mitos
dalam historiografi tradisional juga ada genealogis, genealogis merupakan gambaran mengenai Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol. 3, No.1, 2020, hal. 367-375 p-
ISSN 2620-9047, e-ISSN 2620-9071 372 pertautan antara individu dengan yang lain atau suatu generasi
dengan generasi berikutnya. Silsilah sangat penting untuk melegitimasikan kedudukan mereka.

Sejarah lokal tradisional yang cakupan spasial dan temporal terbatas memuat unsurunsur region-sentris
terfokus pada tema lokalitas dan aspek magis-religio setempat. Pendekatan dalam penulisannya memiliki
subjektivitas yang tinggi karena sumber sejarah memiliki karakteristik fiksi lebih dominan seperti tokoh
sakral, legenda, dan dewa-dewi. Keterbatasan sejarawan dalam memperoleh fakta sejarah dalam penulisan
sejarah lokal menyebabkan kajian sejarah lokal pada umumnya hanya terfokus pada aktivitas kebudayaan
mentalitas saja. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lokasi yang kecil atau lokal tertentu dapat sangat
menarik dikarenakan mengungkapkan soal-soal kemanusiaan secara khusus, atau terdapat di dalamnya
pola-pola kelakuan yang merupakan bahan perbandingan dengan kasus lain. Sejarah naratif mengenai
peristiwa kecil atau lokal dapat bermakna dengan syarat berbagai fakta ditempatkan dalam suatu konteks
atau mengandung struktur, pola, atau kecenderungan tertentu. Di sini ada titik pokok yang memungkinkan
perbandingan dengan fakta dari sejarah lokal lain. Dengan demikian, unsur sejarah lokal bermakna karena
dihubungkan dengan konteks makro serta dapat dicakup dalam generalisasi, misalnya, seberapa jauh suatu
kasus lokal itu representatif bagi gejala umum tingkat nasional, antara lain dalam rangka proses inovasi atau
transformasi. Proses ini biasanya membawa dampak, antara lain konflik sosial antara beberapa golongan
elite. Mengenai proses semacam ini bukan tingkat kejadiannya yang penting, tetapi mengenai kualitasnya
sama pentingnya. Kriterianya bukanlah dampaknya, melainkan strukturnya.
B. Penulisan Sejarah Kolonialis

Dalam beberapa segi apa yang ditulis orang asing (Belanda) itu tidak tepat atau bahkan bertolak belakang
dengan kenyataan yang sesungguhnya terjadi di masyarakat. Namun bagaimanapun, sumber tertulis yang
cukup penting ini tidak bisa ditinggalkan oleh penulis sejarah lokal karena kaya informasi. Beberapa sumber
Belanda yang penting antara lain laporan kolonial (Koloniaal Verslag), laporan serah jabatan (Memorie van
Overgave), dan arsip lainnya yang dihimpun dalam koleksi Algemeen Secretarie. Selain itu, terdapat koran,
majalah, dan terbitan berkala yang sangat bermanfaat untuk penelitian sejarah lokal. Singkatnya, sumber
Belanda yang berupa laporan para pegawai Pemerintah Hindia Belanda, perusahaan swasta, para pedagang,
misionaris, dan para pelancong, semuanya memberikan informasi tentang dinamika masyarakat Hindia
Belanda selama periode kolonial. Tantangannya, selain harus mengetahui tempat arsip-arsip itu disimpan,
sejarawan juga harus mampu memahami isinya karena ditulis dalam bahasa asing (Belanda) (Warto, 2017 :
155)

Sumber : Jurnal : PENULISAN SEJARAH LOKAL INDONESIA (WACANA MAGIS-RELIGIO HINGGA


PENDEKATAN MULTIDIMENSIONAL) oleh Rikza Fauzan
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/9953/6465

C. Penulisan Sejarah Nasio – Centris

Perspektif sejarah indonesiasentris menunjukkan dua babak baru dalam sejarah Indonesia. Pertama, sebagai
titik balik historiografi tentang Indonesia yang selama ini bersifat netherlandsentris, kemudian selanjutnya
digantikan dengan indonesiasentris. Kedua, dimulainya historiografi Indonesia moderen oleh orang
Indonesia dan di negerinya sendiri, dengan ditandai berlangsungnya Seminar Sejarah Nasional Indonesia
pertama di Yogyakarta tahun 1957. Indonesiasentris dalam historiografi dapat berarti sejarah yang ditulis,
menjadikan orang Indonesia sebagai fokus utamanya, dan dilihat dari sisi pandang bangsa tersebut. Secara
teoritik dan filosofis, didalam tradisi indonesiasentris, sejarah Indonesia dipahami dari dalam yang
berorientasi pada masyarakat Indonesia sebagai sebuah keutuhan bangsa.
Dengan kata lain, perspektif yang digunakan ialah perspektif Indonesia. Oleh karena Indonesia masih
tergolong negara yang baru merdeka, bangsa Indonesia harus membikin sejarahnya lagi yang bertolak
pangkal dari bangsa dan negaranya, dan berujung pada politik masa depan.

Sumber : Artikel http://fis.uny.ac.id/berita/seminar-nasional-historiografi-indonesiasentris

Pendekatan sejarah Indonesia Sentris secara filosofis bermakna bahwa sejarah Indonesia harus dipahami
dari sisi dalam dan berorientasi pada masyarakat Indonesia sebagai sebuah keutuhan bangsa. Indonesia
Sentris harus menjadikan orang Indonesia sendiri sebagai pemeran utama, baik dimasa lalu, masa kini
ataupun dimasa depan. Indonesia sentris mempunyai dua tujuan, yaitu sebagai pendekatan sekaligus
kebutuhan sebagai penelusuran identitas nasional bangsa Indonesia. Sebagai pendeketan, dalam praktiknya,
penulisan sejarah Indonesia Sentris dilaksanakan memakai bantuan atau pendekatan ilmu-ilmu sosial.
Sebagai penelusuran dan pembentukan identitas keIndonesiaan, konten sejarah Indonesia sentris adalah
perjuangan melawan kolonialisme, dasar-dasar pembentukan negara, dan bangsa Indonesia, dan propaganda
persatuan bangsa. Pendekatan Indonesia Sentris juga mengandung visi bagaimana mengisi kemerdekaan
Indonesia yang telah diraih da 17 Agustus 1945 itu agar menjadi bangsa yang maju dan dihormati bangsa
lain, dan sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya.

Sumber : Mulyono, Widjayanti.2016. Ilmu Sosial Perkembangan dan Tantangan di Indonesia, Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
3. Langkah- Langkah dalam Penelitian Sejarah :

A. Penentuan Topik Penelitian


Pemilihan topik penelitian dapat didasarakan pada unsur-unsur berikut ini:
 Bernilai, peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
 Keaslian (Orisinalitas), peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian baru
atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru
 Praktis dan Efesien, peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan
mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
 Kesatuan, unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan ide.

B. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani, heuriskein, artinya menemukan. Jadi yang dimaksud dengan langkah
heuristik adalah tahap untuk mencari, menemukan, serta mengumpulkan sumber-sumber atau berbagai data
yang relevan dengan topik penelitian, guna untuk mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah
masa lampau. Untuk menemukan sumber tersebut seorang sejarawan harus bisa mencarinya di berbagai
dokumen dengan menggunakan metode kepustakaan atau arsip nasional bisa juga sejarawan mengunjungi
situs sejarah melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap
juga dapat menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran.
Sejarah yang terjadi pada masa lalu memiliki begitu banyak periode dan bagian (seperti politik, ekonomi,
social, dan budaya) sehingga memiliki sumber data yang beraneka ragam sehingga perlu adanya klasifikasi
data dari banyaknya sumber tersebut. Dokumen dokumen yang berhasil dikumpulkan merupakan data yang
sangat berharga. Dokumen tersebut yang digunakan sebagai dasar untuk menelusuri peristiwa peristiwa
sejarah yang telah terjadi pada masa lalu.
Menurut sifatnya sumber sejarah terbagi menjadi 2, yaitu:
- Sumber Sejarah Primer
Sumber primer adalah sumber asli atau sumber yang dibuat pada saat peristiwa terjadi, atau yang
dibuat oleh tangan pertama, misalnya seperti dokumen laporan kolonial.

-Sumber Sejarah Sekunder


Sumber sekunder adalah sumber yang menggunakan sumber primer sebagai sumber utamanya, atau
yang dibuat oleh tangan atau pihak kedua seperti buku, skripsi, dan tesis.
Jika sumber tertulis yang didapat dibuat sezaman dan setempat dengan kejadian sejarah tersebut
biasanya memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi, sedangkan sumber tertulis yang dibuat tidak
sezaman dan tidak setempat lebih memerlukan kejelian para penelitinya.
Dan untuk sumber lisan, pemilihan sumber didasarkan pada pelaku atau saksi mata dari suatu
kejadian.
Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa sejarah
tersebut tidak dapat dijadikan narasumber lisan.

C. Verifikasi atau kritik


Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi dalam sejarah memiliki arti
pemeriksaan atau pengujian terhadap kebenaran laporan tentang suatu peristiwa sejarah.
Penilaian terhadap sumber-sumber sejarah menyangkut pada 2 aspek, yaitu :
-Aspek Ekstern
Aspek ekstern membahas mengenai apakah sumber itu asli atau palsu sehingga sejarawan harus
mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut, seperti waktu pembuatan dokumen,
bahan, atau materi dokumen.
Aspek ekstern harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
-Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?
-Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
-Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (integritas)?
-Aspek Intern
Aspek intern mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan
informasi yang diperlukan, misalnya berupa proses analisis terhadap suatu dokumen.

Setelah mendapat kepastian bahwa sumber itu adalah sumber yang benar diperlukan dalam bentuk asli dan
masih utuh, kemudian dilakukan kritik intern.
Kritik intern dilakukan untuk membuktikan bahwa informasi yang terkandung dalam sumber dapat
dipercaya.
Kritik ini dilakukan dengan penilaian intrinsik terhadap sumber dan dengan membandingkan kesaksian-
kesaksian dari berbagai sumber.
-Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik pertama adalah menentukan sifat sumber itu (apakah
resmi/formal atau tidak resmi/informal). Dalam penelitian sejarah, sumber yang tidak resmi/informal
dinilai lebih berharga daripada sumber resmi karena sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk
dibaca orang banyak (untuk kalangan bebas). Dengan demikian isinya pada umumnya lebih bersifat
apa adanya, terus terang, tidak banyak yang disembunyikan, dan objektif.
-Langkah-langkah penelitian sejarah intrinsik kedua adalah menyoroti penulis sumber tersebut sebab
dia yang memberikan informasi yang dibutuhkan. Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa
kesaksiannya dapat dipercaya. Untuk itu, harus mampu memberikan kesaksian yang benar dan harus
dapat menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-
lebihkan karena ia berkepentingan di dalamnya.
-Langkah ketiga dalam penelitian sejarah intrinsik ketiga adalah membandingkan kesaksian dari
berbagai sumber Hal ini dilakukan dengan menyejajarkan kesaksian para saksi yang tidak
berhubungan satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh menjadi
lebih objektif.

Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern maupun ekstern,
dianggap sebagai fakta. Fakta adalah keterangan tentang sumber yang dianggap benar oleh sejarawan atau
peneliti sejarah.
Fakta bisa saja diartikan sebagai sumber-sumber yang terpilih.

D. Interpretasi
Setelah di verifikasi, data lalu di interpretasi. Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai
fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal.
Interpretasi dalam sejarah dapat juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa atau memberikan
pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Interpretasi yang dimaksud dalam sejarah adalah penafsiran
terhadap suatu peristiwa, fakta sejarah, dan merangkai suatu fakta dalam kesatuan yang masuk akal.
Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta yang
lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk akal. Bagi
kalangan akademis, agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif, harus dihindari
penafsiran yang semena-mena karena biasanya cenderung bersifat subjektif. Selain itu, interpretasi harus
bersifat deskriptif sehingga para akademisi juga dituntut untuk mencari landasan interpretasi yang mereka
gunakan. Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta dimasukkan ke
dalam cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran
sejarah.

1. Historiografi
Hitoriografi berasal dari kata historia artinya sejarah dan graphia artinya penulisan. Historiografi merupakan
tahap paling akhir dalam kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah. Menulis kisah sejarah tidak hanya
menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan suatu pikiran melalui
interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian. Untuk itu, menulis sejarah memerlukan kecakapan
dan kemahiran.
Historiografi yang baik biasanya menyajikan latar belakang, kronilogi peristiwa, analisis sebab akibat, dan
uraian mendalam mengenai hasil penelitian, dampak, serta kesimpulan. Dengan demikian, hasilnya dapt
memberikan pemahaman baru yang bermakna kepada pembaca tentang topik tersebut.
Langkah-langkah penelitian sejarah Histiriografi dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :

- Historiografi naratif
Historiografi naratif adalah penulisan sejarah yang berisi tentang rekaman peristiwa atau tindakan
pelaku secara pribadi yang berlangsung dalam waktu tertentu.

-Historiografi strukturalis
Historiografi strukturalis adalah penulisan sejarah yang berisi tentang perubahan yang terjadi di
masyarakat. Historiografi strukturalis sering juga disebut sejarah sosial.

Bentuk bentuk historiografi antara lain dapat berupa:


-Narasi, isinya lebih banyak bercerita sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh sumber sejarah.
-Deskriptif, isinya lebih detail dan kompleks dibandingkan dengan narasi.
-Analistis, isinya lebih banyak berorientasi pada penelaahan masalah.
Sehingga tidak sekedar bercerita tetapi banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendalam
dengan tinjauan berbagai aspek. Penulisan yang baik adalah gabungan antar unsur naratif, deskriptif
dan analitis.

Bentuk gabungan ini akan menampilkan unsur cerita, detail sumber dan analisa terhadap peristiwa sejarah.
Bentuk penulisan sejarah . Dan berikut ini adalah bentuk penulisan sejarah berdasarkan ruang dan waktu
terdapat tiga bentuk, yaitu:
- Penulisan Sejarah Tradisional
Kebanyakan karya sejarah tradisional kuat dalam hal genealogi, tetapi tidak kuat dalam hal
kronologi dan detail biografis. Tekanan penggunaan sejarah ini sebagai bahan pengajaran agama.
Adanya kingship (konsep mengenai raja), pertimbangan kosmologis, dan antropologis lebih
diutamakan daripada keterangan dari sebab akibat.

- Penulisan sejarah colonial


Penulisan ini memiliki ciri Nederland o sentris (eropa sentris), tekanannya pada aspek politik dan
ekonomi serta bersifat institusional.

-Penulisan sejarah nasional


Penulisannya menggunakan metode ilmiah secara terampil dan bertujuan untuk kepentingan
nasionalisme.
Sebelum kita melalukan penelitian, kita harus mengertahui langkah langkahnya terlebih dahulu,
Karena kita harus mengikuti urutan penelitian sejarah yang ada agar hasilnya lebih memuaskan.

Langkah-langkah penelitian sejarah dengan mengumpulkan sumber-sumber, lalu di uji kebenarannya, dan
melakukan interpretasi, hingga tahap teakhir yaitu penulisan sejarah dapat membuat kita lebih mudah dalam
melakukan penelitian sejarah dan menguak fakta yang ada.

Sumber : Materi Power Point Perkuliah Pertemuan Ke- 5, Metode dan Historiografi, Langkah Penelitian
Sejarah
Heuristik dan Sumber Sejarah oleh Febta Pratama, M.Pd
Artikel https://cerdika.com/langkah-langkah-penelitian-sejarah/
Panduan Gaya Penulisan Tugas Akhir Universitas Indraprasta PGRI
4. Heuristik

Heuristik sangat penting dalam penulisan sejarah karena yang dimaksud dengan langkah heuristik adalah
tahap untuk mencari, menemukan, serta mengumpulkan sumber-sumber atau berbagai data yang relevan
dengan topik penelitian, guna untuk mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian sejarah masa lampau.
Untuk menemukan sumber tersebut seorang sejarawan harus bisa mencarinya di berbagai dokumen dengan
menggunakan metode kepustakaan atau arsip nasional bisa juga sejarawan mengunjungi situs sejarah
melakukan wawancara untuk melengkapi data sehingga diperoleh data yang baik dan lengkap juga dapat
menunjang terwujudnya sejarah yang mendekati kebenaran.

Sebagai contoh Heuristik dapat dilakukan pada Penulisan Sejarah Lokal, Sebagai contoh sumber tertulis
untuk mendapatkan informasi mengenai upacara tiwah pada zaman dahulu yaitu melalui artikel yang
dipublis pada tahun 2003, dimana pada artikel tersebut menerangkan upacara tiwah yang diselenggarakan
pada tahun 1991 didesa Buktiliti, Kalimantan Tengah. Sumber foto: Dari artikel Tempo tentang upacara
Tiwah pada tahun 1991 (Sumber Tempo, 30 November tahun 1991, Dokumen penulis) Tulisan yang
terdapat pada artikel Tempo yang ditulis oleh Alminhat tersebut merupakan peristiwa sejarah yang
berkaitan dengan upacara tiwah di mana pada saat itu merupakan upacara tiwah yang diselenggarakan
setelah terciptanya agama kaharingan pada tahun 1957. Sumber tertulis ini merupakan sumber otentik yang
dapat dipergunakan untuk menjelaskan sejarah perkembangan upacara tiwah dari dulu hingga sekarang.

Selain naskah dan tradisi lisan sebagai sumber sejarah lokal, tantangan penulisan sejarah lokal juga adalah
merekonstruksi sumber-sumber peninggalan kolonial. Pemanfaatan sumber kolonial ini perlu ditinjau secara
kritis oleh sejarawan karena cara pandang bangsa asing terhadap pribumi. Dalam beberapa segi apa yang
ditulis orang asing (Belanda) itu tidak tepat atau bahkan bertolak belakang dengan kenyataan yang
sesungguhnya terjadi di masyarakat. Namun bagaimanapun, sumber tertulis yang cukup penting ini tidak
bisa ditinggalkan oleh penulis sejarah lokal karena kaya informasi.

Sumber : Jurnal : METODE SEJARAH DALAM PENELITIAN TRADISI UPACARA TIWAH DESA KUALA
KUAYAN KALIMANTAN TENGAH Oleh : Ira Lukya Safira
file:///C:/Users/user/Downloads/IRA%20LUKYA%20SAFIRA_1810111220007_ArtikelMetode.pdf

5. Judul : PERANAN BADAN KOORDINASI INTELEGEN NASIONAL (BAKIN) TAHUN


(1971-1975)
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana awal Sejarah berdirinya BAKIN?
2. Bagaimana Pelaksanaan kegiatan dan tugas BAKIN?
3. Apa saja Peranan yang telah di lakukan oleh BAKIN?

Anda mungkin juga menyukai