DOSEN PENGAMPU:
Dr.Erniwati,SS,M,Hum
Firza,M.Pd.
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kehidupan Sosial Ekonomi Masa Bercocok Tanam” ini tepat pada
waktunya.
Sholawat beserta salam tak lupa kita panjatkan ke pada nabi kita yakninya
Muhammad SAW,yang telat meninggalkan dua pusaka penting bagi kita yaitu alquran dan
hadis yang menajdi pedoman bagi manusia didunia dan di akhirat nanti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah pendidikan kewaranegaraan.selain itu penulisan makalah ini bertujuan untuk
menmbah wawasan kita dalam pengetahuan tentang kehidupam manusia prasejarah pada
masa lampau .
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas. Penulis sebagai
manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan
segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang
2
DAFTAR ISI
1.MANUSIA PENDUKUNG....................................................................................... 6
3
BAB I
PENDAHULUAN
Periode perundagian dimulai pada zaman logam, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada masa
perundingan (undagi = tukang) atau yang lebih dikenal dengan masa mengolah logam ini, manusia
purba sudah mengenal bijih logam. Mereka sudah lebih berpengalaman sehingga dapat mengenali
bijih-bijih logam yang dijumpai meleleh di permukaan tanah. Bijih logam yang ditemukan terutama
berasal dari tembaga. Kemudian mereka membuat alat-alat yang diperlukan dari bahan bijih logam
yang ditemukan. Pada masa ini juga telah terjadi pembauran antara manusia purba, ras mongoloid,
dan ras austromelanesia. Kemampuan mengolah logam muncul setelah alat-alat dari batu tidak dapat
diandalkan dan cepat mengalami kerusakan. Teknologi logam kuno yang berada di Indonesia juga
dipengaruhi oleh Vietnam. Hasil teknologi ini dikenal dengan budaya Dong Son. Selain itu, Thailand
juga merupaka negara asal teknologi logam kuno. Pengertian lain dari masa perundingan adalah
tempat di mana orang-orang yang ahli dalam membuat barang-barang atau alat-alat dari logam.
Masa perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasilhasil
kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti
hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia juga masih
menggunakan barang-barang yang berasal dari batu.
Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu.
Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki barang-barang dari
logam. Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan
persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya perdagangan
tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah mengadakan hubungan
dengan luar.
Rumusan Masalah
2.Bagaimana Sistem Teknologi dan Peralatan Serta Penyebarannya Pada Masa Perundagian?
4
Tujuan Masalah
2.Untuk Mengetahui Sistem Teknologi dan Peralatan Serta Penyebarannya Pada Masa Perundagian
5
BAB II
PEMBAHASAN
Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) merupakan rumpun Austronesia yang datang dan tinggaldi
kepulauan Nusantara pada masa perpindahan yang kedua. Melayu Deutero atau Melayu Muda adalah
istilah yang pernah digunakan untuk populasi yang diperkirakan datang pada "gelombang kedua"
setelah "gelombang pertama" dari Melayu Proto. Populasi ini dikatakan datang pada Zaman Logam
(kurang lebih 1500 SM). Suku bangsa di Indonesia yang termasuk dalam Melayu Muda adalah Aceh,
Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado, dll.Teori ini tidak lagi diakui penggunaannya,
karena para arkeolog menyimpulkan bahwa tidak ada dasar arkeologis yang berarti yang
menunjukkan adanya perbedaan antara Melayu Proto dan Melayu Deutero. Bangsa Deutro Melayu
yang datang pada gelombang kedua akhirnya berbaur (berasimilasi) dengan bangsa Proto Melayu
yang telah lebih dahulu datang dan mendiami wilayah kepulauan Nusantara. Bangsa Deutro Melayu
masuk Indonesia diduga menempuh rute dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietanam, Semenanjung
Malaysia, dan sampailah di Indonesia. Suku bangsa di Indonesia yang sampai saat ini masih
keturunan bangsa Deutro Melayu adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis. Bangsa Melayu memiliki
ciri-ciri Mongoloid lebih dominan, selain juga terdapat ciri Austromelanesoid. Bangsa Melayu
sebagian besar mendiami wilayah Indonesia bagian barat dan bagian tengah. Sebaliknya, wilayah
Indonesia bagian timur banyak didiami oleh manusia dengan ciri Austromelanesoid lebih dominan.
Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan dengan Proto Melayu.
Mereka sudah dapat membuat barang-barang dari perunggudan besi.
Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan
logam, bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalitikum, yaitu kebudayaan
yang menghasilkan bangunan yang terbuat dari batu besar. Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum,
misalnya, menhir (tugu batu), dolmen (meja batu), sarkofagus (keranda mayat), kubur batu, dan
punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan Melayu Muda (Deutero Melayu)
adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis. Sebelum kelompok bangsa Melayu memasuki Nusantara,
sebenarnya telah ada kelompok-kelompok manusia yang lebih dahulu tinggal di wilayah tersebut.
Mereka termasuk bangsa primitif dengan budayanya yang masih sangat sederhana.
6
Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, mendorong manusia untuk melakukan hal yang
terbaik pada dirinya, diantaranya pengaturan tata air (irigasi). Perdagangan pun diperluas hingga
antarpualu yang sebelumnya hanya antardaerah domestik.
Dengan demikian, terjadilah sosialisasi antara manusia Indonesia dengan suku dan bangsabangsa lain
yang perkembangan budayanya telah lebih maju, seperti kebudayaan India dan Cina. Melalui interaksi
dengan orang India, masyarakat Indonesia mulai mengenal sistem kerajaan, yang kemudian
melahirkan kerajaan Hindu-Buddha seperti kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram dan lain-lain.
Kehidupan seperti ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang memerlukan alat-
alat pertanian dan perdagangan yang lebih baik dengan bahan-bahan dari logam. Hasil-hasil
peninggalan kebudayaannya antara lain neraka perunggu, moko, kapak perunggu, bejana perunggu,
arca perunggu, dan perhiasan.
1. Neraka perunggu: berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turun hujan dan sebagai
genderan perang; memiliki pola hias yang beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuh-
tumbuhan, ada pula yang tak bermotif; banyak ditemukan di Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Selayan,
Papua.
2. Kapak perunggu: bentuknya beraneka ragam. Ada yang berbentuk pahat, jantung, atau tembilang;
motifnya berpola topang mata atau geometris.
3. Bejana perunggu: bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa tangkai; ditemukan di Madura dan
Sulawesi.
4. Arca perunggu: berbentuk orang sedang menari, menaiki kuda, atau memegang busur panah;
ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, Palembang
5. Perhiasan dan manik-manik: ada yang terbuat dari perunggu, emas, dan besi; berbentuk gelang
tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul; banyak ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang; sedangkan
manik-manik banyak ditemukan di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone; berfungsi
sebagai bekal kubur; bentuknya ada yang silinder, bulat, segi enam, atau oval.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kata perundagian diambil dari kata dasar undagi dari bahasa Bali. Undagi sendiri memiliki arti yaitu
seseorang atau sekelompok atau golongan masyarakat yang memiliki kepandaian atau keterampilan
jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu.
Masa perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil
kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti
hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga
menggunakan barang-barang yang berasal dari batu.
Masa perundagian identik dengan masa megalitik, yaitu tradisi kebudayaan “batu besar” yang muncul
setelah tradisi bercocok tanam mulai meluas. Hasil kebudayaan megalitik adalah menhir, sarkofagus,
dolmen dan punden berundak. Pengolahan batu besar ini disebabkan oleh semakin majunya teknologi
masyarakat masa perundagian. Mereka sudah mengenal berbagai macam alat yang terbuat dari logam
sehingga memudahkan mereka dalam beraktivitas dan kreasi seni mereka ekspresikan ke dalam
bentuk-bentuk batu besar.
SARAN
Pembuatan makalah ini tak luput dari kesalahan maka dari itu diharapkan kepada pembaca
jika menemukan kesalahan kata dalam pembuatan makalah, diharapkan memberikan saran
8
DAFTAR PUSTAKA