Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEJARAH PEREKONOMIAN

“EKONOMI PERANG DAN REVOLUSI (1942-1950)”

Disusun Oleh:

Kelompok 8:

Iza Sapitri (18046048)

Faradiana (180461060)

Ika Ayu Novitasari ( 18046111)

Deni Septriadi (18046061)

Soleh Pangidoan S (18046039)

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEAGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunianyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekonomi Perang dan
Revolusi (1942-1950)”.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen pengampu Sejarah Perekonomian yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah turut serta membantu menyumbangkan pikirannya.

Penulis berharap agar makalah ini dapat memberi banyak manfaat bagi para
pembaca.Penulis juga mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar
makalah ini bisa menjadi lebih bermakna.

Padang, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………..1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….....1
C. Tujuan penulisan ……………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………..2

A. Ekonomi Perang Pada Zaman Jepang……..……..……………………………………2


B. Ekonomi Pada Zaman Revolusi………………………………..……………………...4

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………..8

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….......8
B. Saran …………………………………………………………………………….…….8

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….......9


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa pendudukan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan salah satu
periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia.Sebelum serbuan Jepang
tidak ada satu pun tantangan yang serius terhadap kekuasaan Belanda di
Indonesia.Pada waktu Jepang menyerah telah berlangsung begitu banyak perubahan
luar biasa yang memungkinkan terjadinya Revolusi Indonesia.Jepang memberi
sumbangan langsung pada perkembangan-perkembangan tersebut.
Salah satu tugas pertama Jepang adalah menghentikan revolusi-revolusi yang
mengancam uapaya penakhlukan mereka. Serangan-serangan terhadap orang-orang
Eropa dan perampokan terhadap rumah-rumah di Banten, Cirebon, Surakarta, dan
daerah-daerah lainnya tampak akan menjurus ke suatu gelombang revolusi. Akan
tetapi, Jepang harus meghadapi peperangan dan prioritas-prioritas mereka tidak
mencakup revolusi-revolusi di wilayah-wilayah yang telah ditakhlukkannya.Mereka
dengan cepat turun tangan dimanapun revolusi mengancam dan menghentikannya.
Tujuan utama Jepang adalah menyusun dan mengarahkan kembali
perekonomian Indonesia dalam rangka menopang upaya perang Jepang dan rencana-
rencananya bagi dominasi ekonomi jangka panjang terhadap Asia Timur dan
Tenggara. Pada makalah ini, akan membahas mengenai Ekonomi Perang dan
Revolusi (1942-1950).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ekonomi pada zaman Jepang?
2. Bagaimana Ekonomi pada zaman Revolusi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ekonomi pada zaman Jepang.
2. Untuk mengetahui ekonomi pada zaman revolusi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ekonomi Perang Pada Zaman Jepang


Kedatangan Jepang dipercaya orang Indonesia akan membawa Indonesia ke
arah yang lebih baik. Apalagi tersiar kabar bahwa Jepang akan membawa perubahan
ekonomi ke arah yang lebih baik, kabar ini diikuti dengan menurunnya harga
makanan. Di awal pendudukan Jepang kondisi ekonomi Indonesia tidaklah stabil.
Harga makanan, barang dan jasa naik-turun tidak terprediksi.
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia diterapkannya Ekonomi
Perang, maksudnya yaitu semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk
menopang kegiatan perang.Sebelum memasuki perang dunia II, Jepang sudah
berkembang menjadi negara Industri dan sekaligus menjadi kelompok negara
imperialis di Asia.Oleh karena itu, Jepang melakukan berbagai upaya untuk
memperluas wilayahnya.Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik bagi
Jepang. Sebab Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan berbagai hasil
bumi, pertanian, tambang dan lain-lainnya. Setelah berhasil menguasai Indonesia,
Jepang mengambil kebijakan dalam bidang ekonomi yang disebut self help. Hasil
perekonomian di Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintah
Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia.Kebijakan Jepang disebut juga Ekonomi
Perang.
Pada waktu Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, ternyata tentara
Hindia Belanda telah membumihanguskan objek-objek vital yang ada di
Indonesia.Hal ini dimaksudkan agar Jepang mengalami kesulitan dalam upaya
menguasai Indonesia.Akibat dari pembumihangusan itu, keadaan perekonomian di
Indonesia menjadi lumpuh pada awal pendudukan Jepang. Sehubungan dengan
keadaan tersebut, langkah pertama yang diambil Jepang adalah melakukan
pengawasan dan perbaikan prasarana ekonomi.Beberapa prasarana seperti jembatan,
alat transportasi, telekomunikasi, dan bangunan-bangunan diperbaiki.Kemudian
beberapa peraturan yang mendukung program pengawasan kegiatan ekonomi
dikeluarkan termasuk ditetapkannya peraturan pengendalian kenaikan harga. Bagi
mereka yang melanggar, akan dijatuhi hukuman berat.
usaha jepang untuk menghasilkan lebih banyak lagi hasil bahan pangan, mulailah
dilakukan beberapa pengajaran seputar pertanian. Cara menanam benih secara tradisional
yang seenaknya diubah menjadi cara tanam baris-berbaris, sehingga akan terdapat ruang
yang ada di sela-sela padi dan meminimkan petani untuk menginjak padi yang telah
ditanam. Introduksi bibit padi yang baru mulai dilakukan, teknik-teknik baru untuk
menanam padi mulai digunakan, dan cara-cara baru untuk membuat pupuk kompos dari
sampah buangan mulai dipraktekkan. Cara yang sama juga diterapkan dalam bidang
peternakan.
Namun, di bidang perkebunan saat masa Jepang mengalami kemunduran.Hal
ini berkaitan dengan kebijakan Jepang yang memutuskan hubungan dengan Eropa
(yang merupakan pusat perdagangan dunia).Karena tidak perlu memperdagangkan
hasil perkebunan yang laku di pasaran dunia, seperti tebu (gula), tembakau, teh, dan
kopi, maka Jepang tidak lagi mengembangkan jenis tanaman tersebut.Bahkan tanah-
tanah perkebunan diganti menjadi tanah pertanian sesuai dengan kebutuhan
Jepang.Tanah-tanah itu diganti dengan tanaman padi untuk menghasilkan bahan
makanan dan bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan, misalnya jarak.Tanaman
jarak waktu itu sangat dibutuhkan karena dapat digunakan sebagai minyak pelumas
mesin-mesin, termasuk mesin pesawat terbang.Tanaman kina juga sangat dibutuhkan,
yaitu untuk membuat obat antimalaria, sebab penyakit malaria sangat mengganggu
dan melemahkan kemampuan tempur para prajurit.Pabrik obat yang sudah ada di
Bandung sejak zaman Belanda terus dihidupkan.Tanaman tebu di Jawa juga mulai
dikurangi.Pabrik-pabrik gula sebagian besar mulai ditutup.Penderesan getah karet di
Sumatera mulai dihentikan.Tanaman-tanaman tembakau, teh, dan kopi di berbagai
tempat dikurangi.Oleh karena itu, pada masa Jepang ini, hasil-hasil perkebunan sangat
menurun.Produksi karet juga turun menjadi seperlimanya produksi tahun 1941.Pada
tahun 1943 produksi teh turun menjadi sepertiganya dari zaman Hindia
Belanda.Beberapa pabrik tekstil juga mulai ditutup karena pengadaan kapas dan
benang begitu sulit.Dalam bidang transportasi, Jepang merasakan kekurangan kapal-
kapal.Oleh karena itu, Jepang terpaksa mengadakan industri kapal angkut dari kayu.
Kebutuhan pangan untuk menopang perang semakin meningkat, sehingga
kegiatan penanaman untuk menghasilkan bahan pangan terus ditingkatkan.Dalam hal
ini, organisasi Jawa Hokokai giat melakukan kampanye untuk meningkatkan usaha
pengadaan pangan terutama beras dan jagung.Tanah pertanian baru, bekas
perkebunan dibuka untuk menambah produksi beras. Di Sumatra Timur, daerah bekas
perkebunan yang luasnya ribuan hektar ditanami kembali sehingga menjadi daerah
pertanian baru. Di tanah Karo juga dibuka lahan pertanian baru dengan menggunakan
tenaga para tawanan.Di Kalimantan dan Sulawesi juga dibuka tanah pertanian baru
untuk menambah hasil beras.Untuk kepentingan penambahan lahan pertanian ini,
Jepang melakukan penebangan hutan secara liar dan besar-besaran.Di Pulau Jawa
dilakukan penebangan hutan secara liar sekitar 500.000 hektar.Penebangan hutan
secara liar dan berlebihan tersebut mengakibatkan hutan menjadi gundul, sehingga
timbullah erosi dan banjir pada musim penghujan.Penebangan hutan secara liar
tersebut juga berdampak pada berkurangnya sumber mata air.Dengan demikian,
sekalipun tanah pertanian semakin luas, tetapi kebutuhan pangan tetap tidak
tercukupi.
Dalam rangka mengendalikan kebijakan di bidang ekonomi, maka semua
objek vital dan alat-alat produksi dikuasai oleh Jepang dan di bawah pengawasan
yang sangat ketat.Pemerintah Jepang juga mengeluarkan peraturan untuk menjalankan
perekonomian di bidang perkebunan.Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang
sepenuhnya oleh pemerintah Jepang.Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti
dengan tanaman yang sesuai untuk keperluan biaya perang.Rakyat dilarang menanam
tebu dan membuat gula.Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menanganipabrik
gula adalah Meiji Seito Kaisya.A kibat kebijakan Jepang ini, tingkat kesejahteraan
bangsa Indonesia terus merosot.
Dengan diterapkannya kebijakan ekonomi perang itu, ekonomi uang yang
pernah dikembangkan masa pemerintahan Hindia Belanda tidak begitu
populer.Bahkan bank-bank yang pernah dikembangkan pemerintah Hindia Belanda
dilikuidasi.Semua aset bank disita.Selanjutnya, pada bulan April 1942, diumumkan
suatu banking-moratorium tentang adanya penangguhan pembayaran kewajiban-
kewajiban bank. Beberapa bulan kemudian, pimpinan tentara Jepang untuk Pulau
Jawa, yang berada di Jakarta, mengeluarkan ordonansi berupa perintah likuidasi untuk
seluruh bank Belanda, Inggris, dan beberapa bank Cina.

B. Ekonomi pada Zaman Revolusi

Di awal revolusi, tidak satupun pembagian dasar diantara bangsa Indonesia


tersebut telah terpecahkan terkecuali sepanjang ada kesepakatan tentang kemerdekaan
sebagai tujuan pertama bagi kaum revolusioner, segala sesuatunya tampak
dimungkinkan kecuali kekalahan. Pada akhirnya, kekalahan telah nyaris terjadi dan
kemungkinan-kemungkinan terbatas secara drastis.Walaupun saling mencurigai,
namun kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dan kekuatan-kekuatan diplomasi
secara bersama-sama berhasil mencapai kemerdekaan.Kekuatan-kekuatan yang
mendukung revolusi sosial, generasi muda, golongan kiri, dan kekuatan Islam
semuanya menghadapi harapan yang sangat terbatas.Sementara revousi itu sendiri
merupakan upaya untuk mengubah kepentingan rakyat yang didukung oleh berbagai
faktor, bukan hanya pemimpin tetapi juga dari semua unsur materi dan perjuangan
mereka.

Bagi pihak Belanda maupun pihak revolusioner Indonesia, menganggap


revolusi Indonesia sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa
lampau. Bagi Belanda tujuannya adalah menghancurkan sebuah negara yang dipimpin
oleh orang-orang yang bekerja sama dengan Jepang dan memilih suatu rezim colonial
yang menurut keyakinan mereka telah mereka bangun selama 350 tahun. Bagi para
pemimpin Revolusi Indonesia, tujuannya adalah melengkapi dan menyempurnakan
proses penyatuan dan kebangkitan nasional yang telah dimulai empat dasawarsa
sebelumnya.

Pada akhir pendudukan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia,
keadaan ekonomi negara sangat kacau. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
berikut:

1. Inflasi yang sangat tinggi(Hyper Inflasi)


Alasan pengembalian pinjaman ini adalah mata uang pendudukan Jepang yang tak
terkendali. Pada saat itu mata uang Jepang yang diperkirakan mata uang Jepang
yang dikeluarkan dimasyarakat 13,9 miliar dan jumlah tersebut 1,6 miliar uang
yang dikeluarkan di Jawa. Jumlah itu kemudian bertambah kompilasi sekutu
berhasil dibeberapa kota besar di Jawa dan menguasai bank. Kelompok masyarkat
yang paling terkena dampak adalah para petani. Hal itu menyebabkan semasa
pendudukan Jepang petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata
uang Jepang.
Pemerintah RI yang baru tidak dapat menghentikan peredaran mata uang Jepang
ini karena RI belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya. Maka dari itu,
untuk sementara RI menentukan tiga mata uang yang berlaku sementara di wilayah
RI adalah:
1) Mata uang De Javasche Bank.
2) Mata uang Hindia Belanda.
3) Mata uang pendudukan Jepang.

Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia, tanggal 6 Maret


1946 Panglima AFNEI yang baru, Letnan Jenderak Sir Montagu Stopford
mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang telah menerima sekutu.
Uang NICA yang disetujui sebagai uang Jepang dinilainya sangat rendah. Namun
pemerintah melalui perdana menteri Syahrir memprotes tindakan tersebut. Karena hal
itu berarti sekutu telah menyetujui persetujuan yang telah disetujui maka tidak ada
persetujuan politik tentang status Indonesia, maka tidak akan ada mata uang baru.

Sehubungan dengan hal itu, pada Oktober 1946 pemerintah RI yang


melakukan hal yang dama dengan mengeluarkan uang kertas, yaitu Oang Repoeblik
Indonesia(ORI) sebagai mata uang Jepang. Pada tanggal 1 November 1946.Bank
negara ini semula adalah Yayasan Pusat Bank yang didirikan pada bulan Juli 1946
dan dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank negara mengeluarkan nilai tukar
ORI dengan valuta asing.

Pada awal kemerdekaan, pajak dan bea masuk sangat sedikit yang dikeluarkan
pemerintah sehingga tidak sebanding dengan pengeluarannya. Penghasilan
pemerintah hanya menguntungkan pada produksi pertanian karena dukungan dari para
petani inilah pemerintah RI masih bertahan, tatap dengan ekonomi yang buruk.

Usaha mengatasi kesulitan ekonomi pada bulan Februari 1946 pemerintah


mulai memprakarsai upaya untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi yang
mendesak.

Upaya-upaya itu adalah:

a. Sebuah konferensi ekonomi (Februari 1946) dihadiri oleh para cendikiawan, para
gubernur, dan pejabat lainnya yang bertanggungjawab langsung mengrnai masalah
ekonomi di Jawa dipimpin oleh menteri kemakmuran Ir. Darmawan
Mangunkusumo. Tujuan konferensi untuk menyelesaikan kesepakatan-kesepakatan
yang bulat dalam menaggulangi masalah-masalah yang dituntut seperti:
1) Masalah produksi dan distribusi pangan yang disetujui sistem antarki lokal
sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang,secara berangsur-angsur
akan dapat diganti dengan sistem desentralisasi.
2) Masalah sandang tentang sandang disetujui badan pengawasan makanan rakyat
diganti badan pengadaan dan pembagian makanan(BPPM) oleh dr.Suharsono
BPPM dapat dianggap sebagai awal terbentuknya badan urusan logistik(Bulog).
b. Nasional pinjaman
Program pinjaman nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachan
dengan persetujuan BP-KNIP. Pinjaman besar dilakukan pada bulan Juli 1946 Rp 1
miliar.Pinjama. nasional akan dibayarkan kembali selama jangka 40 tahun.
c. Penerbit Oang Repoeblik Indonesia(ORI).
ORI dikeluarkan oleh pemerintah RI melalaui UU dikeluarkan pada tanggal 1
Oktober 1946.Untuk pemakaian uang rupiah, Jepang dapat menggunakan UU no.
19 tahun 1946 yang dikeluarkan tanggal 25 Oktober 1946 ,dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Limapuluh rupiah uang Jepang disamakan dengan satu rupiah ORI.
2) Di luar Jawa dan Madura, seratus rupiah uang Jepang sama dengan satu rupiah
ORI.

Selain ketentuan tersebut, UU no. 19 tahun 1946 khusus pasal 1 juga menentukan
setiap sepuluh rupiah ORI dihargai sama dengan emas murni seberat 5 gram.

d. Rekontruksi dan rasionalisasi angkatan perang (Rera) 1948 program yang


diprakarsai oleh Drs. Moh. Hatta yang bertujuan untuk mengurangi beban negara
dalam bidang ekonomi dan meningkatkan efisiensi militer.
e. Program rencana Kasimo yang disusun oleh menteri urusan bahan makanan IJ
Kasimo. Pada dasarnya program ini merupakan Rencana Produksi Tiga Tahun
(1948-1950) tentang usaha swasembada pangan beberapa pelaksanaan yang
praktis. Untuk meningkatkan produksi bahan pangan program ini Kasimo
meningkatkan agar:
1) Menanami tanah-tanah kosong di Sumatera Timur seluas 281,277 hektar.
2) Membantu intensifikasi dengan menanam bibit unggul di Jawa.
3) Pencegahan penybelihan hewan-hewan yang mendukung pentingnya produlsi
makanan.
4) Dibentuk kebun-kebun bibit disetiap desa.
5) Transmigrasi.
f. Persatuan tenaga ekonomi (PTE)
Organisasi ini dipimpin oleh BR Motik yang bertujuan untuk menggiatkan kembali
partisipasi pengusaha dibidang pembangunan ekonomi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia diterapkannya Ekonomi
Perang, maksudnya yaitu semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk
menopang kegiatan perang.Tujuan utama Jepang adalah menyusun dan mengarahkan
kembali perekonomian Indonesia dalam rangka menopang upaya perang Jepang dan
rencana-rencananya bagi dominasi ekonomi jangka panjang terhadap Asia Timur dan
Tenggara.

Revousi merupakan upaya untuk mengubah kepentingan rakyat yang


didukung oleh berbagai faktor, bukan hanya pemimpin tetapi juga dari semua unsur
materi dan perjuangan mereka.

B. Saran
Kita sebagai penerus bangsa, patut menghargai perjuangan Indonesia dalam
mengahadapi ekonomi bangsa dan berupaya dalam revolusi Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

IdSEJARAH/PORTAL SEJARAH(2016 Januari 20)Kondisi Ekonomi Indonesia pada Masa


Revolusi.Diakses pada 29 Maret 2020 dari, Idsejarah.net/2016/01/kondisi-ekonomi-
indonesia-pada-masa-revolusi.html.

Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoned P. 1984.Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.
Jakarta. Balai Pustaka.

M. C. Ricklef.2016.Sejarah Indonesia Modern.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai