Selama
lebih dari empat ratus tahun kekaisaran ini membentang dari Tembok Hadrian
hingga Sungai Eufrat. Keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat adalah proses
kemunduran yang disebabkan kegagalan kekaisaran dalam menegakkan
kekuasaannya. Kekaisaran Romawi juga kehilangan kekuatan yang
memungkinkannya untuk melakukan kontrol yang efektif. Ada beberapa faktor
dari runtuhnya kekaisaran Romawi sebagai berikut :
Pada saat yang sama, kekaisaran diguncang oleh defisit tenaga kerja. Perlu
diketahui, ekonomi Roma bergantung pada budak untuk menggarap ladangnya dan
bekerja sebagai pengrajin. Akan tetapi saat ekspansi terhenti di abad ke-2, pasokan
budak Roma dan harta perang lainnya mulai menipis.
Satu pukulan lagi terjadi pada abad ke-5, ketika Vandal menduduki Afrika Utara
dan mulai mengganggu perdagangan kekaisaran dengan berkeliaran di Mediterania
sebagai perompak. Dengan ekonomi yang goyah dan produksi komersial dan
pertaniannya menurun, kekaisaran mulai kehilangan pengaruhnya di Eropa.
Di saat jurang pemisah semakin melebar, Kekaisaran Timur yang sebagian besar
berbahasa Yunani tumbuh semakin makmur sementara orang Barat yang berbahasa
Latin masuk ke dalam krisis ekonomi. Lebih penting lagi, kekuatan Kekaisaran
Timur justru mengalihkan invasi Barbar ke Barat.
Kebusukan politik juga meluas ke Senat Romawi yang gagal meredam ekses para
kaisar karena korupsi dan ketidakmampuannya telah menjadi rahasia umum.
Ketika situasi memburuk, kebanggaan masyarakat berkurang dan banyak warga
negara Romawi kehilangan kepercayaan pada pemimpin mereka.
Bangsa Romawi dengan berat hati mengizinkan anggota suku Visigoth untuk
menyeberang ke selatan Danube dan masuk ke dalam keamanan wilayah Romawi
yang aman. Akan tetapi tetapi mereka juga memperlakukan suku Visigoth dengan
kejam.
Menurut sejarawan Ammianus Marcellinus, para pejabat Romawi bahkan
memaksa kaum Goth yang kelaparan untuk menukar anak-anak mereka dengan
perbudakan sebagai ganti daging anjing. Dapat dikatakan orang Romawi justru
menciptakan musuh yang berbahaya di dalam perbatasan mereka sendiri.
Sejarawan abad ke-18, Edward Gibbon adalah pendukung paling terkenal dari teori
ini, tetapi pandangannya sejak itu dikecam secara luas. Sementara penyebaran
agama Kristen mungkin memainkan peran kecil dalam membatasi kebijakan sipil
Romawi, sebagian besar sarjana sekarang berpendapat bahwa pengaruh agama
Kristen dibilang kecil jika dibandingkan dengan faktor militer, ekonomi dan
administratif.
Karena tidak dapat merekrut tentara yang cukup dari warga negara Romawi, kaisar
seperti Diokletianus dan Konstantin mulai menyewa tentara bayaran asing untuk
menopang tentara mereka.
Legiun Roma akhirny banyak diisi oleh orang-orang Goth Jerman dan orang barbar
lainnya. Jumlah mereka begitu banyak sehingga Roma mulai menggunakan kata
Latin “barbarus” untuk menyebut “tentara.”
Tentara Jerman ini dikenal sebagai prajurit yang ganas, tetapi mereka hanya
memiliki sedikit atau tidak ada kesetiaan kepada kekaisaran. Bahkan perwira
mereka yang haus kekuasaan sering berbalik melawan majikan Romawi mereka.
Puncaknya saat banyak orang barbar yang sebelumnya tergabung dalam legiun ikut
menjarah kota Roma dan meruntuhkan Kekaisaran Barat untuk selama-lamanya.