Anda di halaman 1dari 8

MASA PEMERINTAHAN CANDRAGUPTA MAURYA

Kekaisaran Maurya adalah negara kuat Zaman Besi yang amat luas di India kuno, dipimpin
oleh dinasti Maurya sejak tahun 321 SM hingga 185 SM. Bermula dari Kerajaan Magadha di
dataran India-Gangga (Bihar, Uttar Pradesh timur dan Bengali modern) di sisi timur anak benua
India, kekaisaran ini beribukota di Pataliputra (Patna modern).
Kekaisaran Maurya didirikan pada tahun 322 SM oleh Chandragupta Maurya, yang
menggulingkan Dinasti Nanda dan dengan cepat memperluas kekuasaannya ke India tengah dan
barat dengan memanfaatkan gangguan kekuatan-kekuatan lokal menyusul penarikan mundur
pasukan Akeksander Agung dan Persia. Pada 320 SM Maurya telah sepenuhnya menguasai India
barat laut, mengalahkan dan menaklukan satrap-satrap yang ditinggalkan oleh Aleksander.
Dengan wilayah sekitar 5,000,000 km2, Maurya merupakan salah satu kekaisaran terbesar pada
masanya, dan yang terbesar di anak benua India. Pada puncak kejayaannya, Maurya
membentang ke utara di sepanjang perbatasan alami Himalya, dan ke timur hingga tempat yang
kini disebut Assam. Ke barat, Maurya berkuasa melampaui Pakistan modern, menganeksasi
Balokhistan, Iran bagian tenggara dan sebagian besar Afghanistan, termasuk provinsi Herat dan
Kandahar modern. Maurya meluas ke wilayah India bagian tengah dan selatan pada masa kaisar
Chandragupta dan Bindusara, namun tidak meliputi sejumlah kecil daerah kesukuan tak
terjamah dan berhutan di dekat Kalinga (Orissa modern), hingga raja Ashoka berhasil
menaklukan wilayah tersebut. 60 tahun setelah berakhirnya pemerintahan Ashoka, Maurya mulai
mengalami kemunduran dan pada akhirnya runtuh pada 185 SM dengan berdirinya Dinasti
Sunga di Magadha.
Di bawah Chandragupta, Kekaisaran Maurya menaklukan daerah trans-Indus, yang dulunya
dikuasai oleh Makedonia. Chandragupta kemudian memukul mundur invasi yang dipimpin oleh
Seleukos I, seorang jenderal Yunani dari pasukan Aleksander. Di bawah Chandragupta dan para
penerusnya, perdagangan dalam dan luar negeri, kegiatan agrikultur dan ekonomi, semuanya
berkembang dan meluas di seluruh India berkat dibentuknya sistem keuangan, administrasi, dan
keamanan tunggal yang efisien.
Seusai Perang Kalinga, Maurya mengalami periode selama separuh abad yang dipenuhi
kedamaian dan kemanan di bawah Ashoka. Maurya juga mengalami masa kerukunan sosial,
transformasi keagamaan, dan kemajuan ilmu pengetahuan. Chandragupta Maurya menganut
Jainisme dan meningkatkan pembaruan dan reformasi sosial dan keagamaan dalam masyarakat
Maurya, sedangkan Ashoka menganut menganut agama Buddha dan menciptakan masa
kedamaian dan nonkekerasan sosial dan politik di seluruh India. Ashoka juga membantu
menyebarkan gagasan-gagasan Buddha ke Sri Lanka, Asia Tenggara, Asia Barat, dan Eropa
Mediterania.
Jumlah penduduk Maurya diperkirakan sekitar 50-60 juta, menjadikan Kekaisaran Maurya
sebagai salah satu kekaisaran berpenduduk terpadat pada masanya.
Salah satu warisan Maurya yang terus digunakan pada masa modern adalah Kapital Singa
Ashoka di Sarnatha, yang dijadikan lambang nasional India.

Wilayah terluas Kekaisaran Maurya pada 265 SM


Eksistensi Kerajaan Maurya
Salah satu penemuan terpenting pada sejarah dan peradaban Asia selatan dalah eksistensi
Kerajaan Magadha. Magadha berkuasa sekitar pada tahun 540 M di bawah kepemimpinan
Bimbisara dan Ajatasatru. Pusat daerah kekuasaannya berada di Rajgir (dahulu Rajagriha).
Perluasan dilakukan atas persaingan antara pemerintahan Ajatasatru dan Jaina terhadap kerajaankerajaan di sekitarnya.
Ajatasatru memindahkan ibu kota ke Pataliputra, daerah di tepi sungai Gangga. Daerah ini
menjadi sangat makmur, terlebih saat diduduki oleh kerajaan Maurya. Berdasarkan tradisi
Budha, Ajatasatru telah membunuh ayahnya, tetapi kemungkinan cerita hanyalah invasi dendam
dari musuh. Mengingat Ajatasatru adalah rival dari Jaina.
Pada saat kerajaan dipimpin oleh Udaya (anak Ajatasatru), Magadha diserang oleh Darios dari
Persia yang berhasil menaklukkan beberapa daerah di Sindh dan Punjab, dihulu sungai Indus.
Dalam berita-berita tertulis bahwa Raja Persia mempunyai prajurit-prajurit yang yang berasal
dari Bangsa India yang turut berjuang di tanah Yunani. Pada zaman itu daerah Sindh amat kaya
dan subur sebab mendapat pengairan dari Sungai Indus.
Pada abad ke-5 SM sejarah tentang kerajaan Magadha mulai meredup, terdapat satu kisah yang
amat terkenal. Salah satu keturunan Bimbisara yang tidak memiliki kekuasaan besar dibunuh
dan digantikan oleh menterinya bernama Mahapadma Nanda dari golongan Sudra. Kemudian
dari keturunan itulah yang memerintah Kerajaan Magadha selama sembilan kali berturut-turut
sampai tahun 322 SM.
Sembilan Nanda tersebut yang telah meruntuhkan kekuasaan Bimbisara dan menduduki
Magadha selama kurang dari satu abad. Namun kemudian, di tahun pemerintahan Nanda yang
terakhir, raja yang berkuasa berhasil dibunuh oleh pemuda bernama Chandragupta Maurya,
seorang pemuda dari kelas rendah dan tidak begitu dikenal. Kemudian bernama Chandragupta
inilah
yang
melakukan
konspirasi
untuk
meruntuhkan
kekuasaan
raja.
Dalam hal ini, terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai asal-usul Chandragupta.
Berdasarkan salah satu sumber, Chandragupta bukan merupakan putra sah kerajaan. Ia dibantu
oleh seorang asisten yang licik dan cerdik bernama Chanakya atau Kautilya. Konspirasi yang ia
lakukan menemui kegagalan yang akhirnya mengharuskan para konspirator untuk melarikan diri
ke Punjab.

Dari sinilah kemudian petunjuk tentang kerajaan-kerajaan India mulai dapat di telusuri. Sebelum
diangkatnya Chandragupta menjadi raja, terjadi satu peristiwa penting yang sangat besar
pengaruhnya untuk seluruh India, yaitu penyerbuan Iskandar Zulkarnain ke India Utara.
2.1.1. Penyerbuan Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain adalah raja yang terkenal dari Yunani dan dalam sejarah Barat. Misi
Iskandar Zulkarnain untuk menguasai daerah lain di latarbelakangi oleh keinginan dari ayahnya
untuk menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di Yunani dan wilayah Asia. Menurut kabar dari
negara-negara yang pernah didatanginya, awalnya ia tidak mendapatkan perlawanan dari
wilayah yang ia duduki.
Ia menyeberangi hulu sungai India dan memasuki Punjab. Ketika melalui sungai Jhilam,
Iskandar menghadapi perlawanan hebat yang belum pernah dialami dalam tujuh tahun sejak ia
menyerbu ke Asia. Tatkala sampai di tepi sungai Jhilam, raja negeri poros telah siap sedia
menantikan kedatangannya. Semuanya membawa persenjataan lengkap. Namun kemudian raja
Poros terpaksa menyerah karena banyak menelan korban luka-luka yang sangat parah.
Iskandar menghargai dan menghormati musuh-musuhnya, maka ia memerdekakan semua
tawanan, mereka berjanji akan bekerja sama dengan Yunani. Perjalanan ke Lembah Gangga
kembali diteruskan. Namun ketika tiba di tepi sungai Bias, para tentaranya protes dan tidak
bersedia untuk berperang lagi. Mereka berharap ingin kembali ke Yunani karena sudah
ditinggalkan selama tujuh tahun.
Untuk memenuhi permintaan tentaranya, Iskandar memutuskan supaya perang di India segera
diselesaikan pada saat itu juga. Sebelum kembali ke Yunani, Ia mendirikan 12 candi sebagai
simbol peringatan dan ucapan terima kasih kepada dewa-dewa. Peristiwa tersebut terjadi pada
tahun 326 SM.
India terlepas dari genggaman Kerajaan Yunani saat Iskandar Zulkarnain meninggal. Tak lama
setelah Iskandar wafat kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya mulai runtuh dan pecah.
Dalam jangka waktu tiga tahun daerah-daerah jajahan di India yang ditaklukkan dapat merebut
kemerdekaannya kembali. Dengan demikian pengaruh Kerajaan Yunani di India lenyap. Zaman
berikutnya tidak pernah disebut-sebut kejadian yang berhubungan dengan Raja itu.
Meskipun penjajahan politik lenyap dari India tidak berarti peristiwa itu tidak ada akibatnya.
Karena sejak itu terjadilah hubungan yang erat antara India dengan negeri Barat. Perhubungan
lalu lintas yang melalui jurang Khaibar sudah terbuka juga pertalian dengan kota-kota di pantai
Persia. Hasil dan bahan-bahan dari india mulai mengalir ke negeri Barat dan sejak zaman itu
terjadilah perhubungan antara Timur dan Barat.
Pemerintahan Raja-Raja Maurya
Sejak terdengar kabar wafatnya Iskandar di India, penduduk negeri itu langsung bertindak
merebut kemerdekaannya dengan dipimpin oleh Chandragupta keturunan Raja Nanda di
Magadha.
Diantara panglima-panglima Raja Iskandar ada seorang diantara mereka bernama Seleukos yang
menguasai daerah bagian Timur yang melingkungi India utara. Dalam tindakannya ia dikalahkan
oleh Chandragupta sehingga ia terpaksa berdamai ditahun 305 SM. Perdamaian itu amat besar
artinya karena semenjak itu Seleukos mempunyai utusan di Pataliputra bernama Meghastenes. Ia
menuliskan pengalamannya dengan rapi dan teliti. Surat-suratnya tersimpan dan menjadi sumber
yang amat berharga untuk mengetahui keadaan kerajaan Chandragupta pada masa itu (322-298
SM) dan putranya yaitu Raja Bindusara (298-172 SM). Setelah Chandragupta menjadi Raja ia

menulis undang-undang dan dinamai Kautilya-Arthasastra. Kitab itu juga mengandung hal-hal
yang berharga untuk sejarah India lama, dan baru ditemukan di Tanjore oleh seorang ahli Hindu
Shamasastri ditahun 1906.
Kitab Arthasastra menggambarkan Magadha sebagai suatu negeri yang maju dan mempunyai
kebudayaan tinggi serta cara pertahanan yang teratur. Pusat segala kuasa adalah raja, di samping
raja ada suatu badan penasihat tinggi. Pembesar negeri menerima gaji yang cukup supaya
mereka tidak memeras penduduk.
Pertahanan di dalam negeri kuat sekali. Menurut keterangan Megasthenes bala tentara Magadha
terdiri dari 600.000 serdadu berjalan, 30.000 serdadu menunggang kuda, 9000 ekor gajah dan
8000 kereta perang. Berita dari kaum Jaina, raja Chandragupta menarik diri dari pemerintahan
dan menjadi pengikut Jaina sebab ia merasa berdosa terhadp rakyatnya sesudah terjadi kelaparan
yang hampir 10 tahun lamanya. Ia diganti oleh putranya Bindusara (298-272 SM).
Riwayat raja ini tidak begitu terang. Ia diganti oleh putranya yang mendapat nama mashur dalam
sejarah India ialah Ashoka Vardhana (272-232 SM). Sebelum naik tahta ia memegang kuasa raja
muda di India Barat. Ia mengganti ketika masih remaja. Berlainan dengan nenek dan ayahnya, ia
ternyata seorang yang lemah lembut, ramah dan suka berbakti, setia kepada agama dan
mengasihi rakyatnya.
Ia terpaksa berperang untuk mengadakan ketentraman di Deccan dan menklukkan Kerajaan
Kalingga. Setelah Raja Ashoka mendengar bahwa peperangan itu lebih kurang dari 100 ribu
orang Kalingga binasa dan 150 ribu orang ditawan, ia amat sedih dan bersumpah tidak akan
mengangkat senjata lagi untuk selama-lamanya. Makin lama tampak kerinduan raja untuk
memeluk agama Budha.
Dengan resmi Raja Ashoka meninggalkan Agama Brahma, memeluk Agama Budha. Dari sikap
raja ini teranglah bahwa agama Budha mendapat kedudukan sebagi agama kerajaan. Atas titah
raja didirikan lebih kurang 48 ribu buah stupa. Untuk anaknya, Puteri Charumati yang sungguh
berbakti
kepada
raja
didirikan
beberapa
wihara
bagi
kaum
wanita.
Sewaktu pemerintahan Ashoka seluruh India hampir dapat disatukan. Sejak itu dari pulau itu tiap
tahun beratus-ratus orang berziarah ke daerah Benares. Sejak zaman Ashoka sampai sekarang
pulau
Zaeland
adalah
pusat
pertahanan
agama
Budha.
Yang penting dalam sejarah pemerintahan Ashoka dan yang memashurkan namanya sampai
sekarang ialah tulisan (prasasti) yang dipahat pada dinding dan tiang batu (zuilen). Sampai
sekarang prasasti itu masih terpelihara serta dapat diselidiki dan ditafsirkan isinya oleh ahli-ahli
kesusasteraan India.
Terang pula kesucian rohani raja itu sebab dari susunan kata-kata dan perasaan batin dalam
prasasti itu dapat dirasakan bahwa isi yang terpahat dari sanubari raja sendiri, bukan buah
pikiran menteri atu pandit raja. Pendidikan masyarakat saat itu didasarkan pada agama Budha.
Oleh sebab itu, Ashoka memerintahkan supaya tiap-tiap orang menghormati orang tuanya,
leluhurnya dan orang-orang di atasnya. Perbuatan Ashoka yang penting berhubungan dengan
ibadah ialah mendirikan rumah sakit dan rumah miskin serta menyediakan pondok untuk hewan
yang sakit.
Kemashuran Ashoka sebagai raja dikarenakan perbuatan sikapnya yang bijaksana, beragama,
berpendirian atas kemanusiaan dan mengakui hak kemerdekaan dari semua agama. Ternyata
pemerintahan Ashoka merupakan kekuasaan yang mencapai puncak kejayaannya.
Setelah wafatnya Ashoka, kaum Brahma yang merasa kedudukannya amat dibelakangkan
mengajak rakyat supaya melawan raja Dasaratha, putra Asoka. Akhirnya keturunan Asoka hanya
dapat mempertahankan sebagian dari kerajaan itu.

Tahun 185 SM raja Maurya Brihadratha dibunuh oleh panglima perang Pushyamitra Sunga yang
bertujuan merebut kekuasasan dari raja yang lemah. Keturunan Sunga memerintah 112 tahun
lamanya. Mula-mula Raja Kalingga yang ditaklukkan Ashoka merebut kembali kerajaannya
sehingga Pushyamitra terpaksa mengadakan perdamaian. Raja-raja Sunga tidak menyukai agama
Budha
dengan
dihidupkan
lagi
kebiasaan
melakukan
pengorbanan
kuda.
Nyatanya, bahwa perbuatan tersebut merupakan penghinaan agama Budha. Kemudian raja
Sunga dibunuh oleh menterinya Vasudeva yang akhirnya menjadi penggantinya (73 SM).
Keturunannya bernama Kanva memerintah selama 45 tahun dan diganti oleh raja Andhra yang
memerintah hampir 250 tahun lamanya.

Zaman Andhra, Parthi dan Kushan (185 SM-225)

Kerajaan Andhra didiami oleh Bangsa Dravida letaknya di Teluk Benggala, diantara sungai
Godavari dan Krihsna. Sewaktu pemerintahan Ashoka kerjaan itu ditaklukkan dan diharuskan
membayar upeti, namun kemudian kerajaan itu bertambah kuat sehingga seorang diantara
mereka menduduki Kerajaan Maurya.
Selama raja Andhra memerintah Agama Brahma dan Budha mendapat penghargaan yang sama.
Dalam masyarakat negeri Andhra terdapat empat golongan ;
1. Raja dan Kepala Daerah
2. Pegawai Negeri
3. Pekerja yang terdidik
4. Pekerja tangan
Kerajaan Andhra terkenal makmur sebab mempunyai perhubungan laut dengan luar negeri.
Sampai sekarang belum diketahui bagaimana lenyapnya kerajaan itu. Sisa kerajaan Iskandar
masih terdapat di Persia, yaitu Kerajaan Baktria. Penduduknya kebanyakan adalah penggembala
ternak. Namun akhirya kerajaan tersebut ditaklukkan oleh Bangsa Parthi yang terus merebut
Daerah Sungai Indus di India Barat. Di zaman inilah terjadi perpindahan Bangsa Asia tengah ke
India. Raja yang terkenal dari Bangsa Parthi adalah Gondophares yang menurut berita raja inilah
yang membawa Agama Kristen ke India.
India Utara menderita kerusakan disebabkan masuknya Bangsa Yue-Chi dari Tiongkok tengah.
Setelah mengetahui kelemahan raja-raja Andhra, Bangsa Yue-chi ingin merebut India dengan
menaklukkan daerah Gandhara dan Punjab. Dan kerajaan diganti dengan nama Kerajaan
Kushan, diambil dari nama suku Bangsa Yue-Chi.
Raja Kushan yang termasyur bernama Kanishka, namanya disebut dalam kitab Budha di India,
Tibet, dan Mongolia karena ia terkenal sebagai pembela Agama Budha. Pada waktu itu kerajaan
Kushan menguasai India Utara, Lembah Gangga dan Indus jadi, belum seluruh kekuasaan
Ashoka.
Dalam sejarah agama Budha terberita permusyawaratan besar diadakan diantara pemimpin
agama Budha atas perintah Kanishka untuk menyelesaikan bermacam-macam perselisihan yang
timbul dalam agama dan menyelidiki kitab-kitab mengenai ilmu agama dan filsafat agar dapat
disatukan. Semua keputusan yang diambil ditulis pada tembaga dan disimpan dalam stupa dekat
kota Srinagar.
Raja Kanishka memajukan kerajaan Kushan dengan memajukan budaya dalam sejarah India
dinamakan masa Ghandara. Di negeri itu terdapat barang-barang kuno. Barang-barang itu
kebanyakan terdiri dari lukisan pada dinding batu yang dipahat.

Diantara keturunan Kanishka ialah Vasudeva (182-220). Sewaktu pemerintahannya sudah


tampak tanda-tanda keruntuhan. Mula-mula adanya penyakit Pest yang menular dari Babylon ke
sebelah barat sampai Eropa hingga ke India yang mendatangkan maut berjuta-juta orang.
Kejadian kedua kuasa Kerajaan Persia yang dipimpin Ardhasir makin mengencang. Kemudian
kerajaan Kushan pecah belah dan lenyap dari sejarah. Dengan runtuhnya kerajaan Kushan dan
Andhra sampai pada zaman Gupta.

Zaman Raja Gupta (320-656) atau Zaman Emas India

Pada abad ke empat mulailah kerajaan baru di India yaitu Kerajaan Gupta. Kerajaan ini hampir
menyamai kerajaan Chandragupta dan Maurya. Raja yang pertama ialah Chandragupta I, ia
memerintah dari tahun 320-330 dan diganti oleh putranya Samudragupta yang memerintah
antara tahun 330-375.
Samudragupta terhitung sebagai raja yang termashur di India. Ia setia pada agama Hindu.
Setelah ia dinobatkan ia mulai memerangi kerajaan yang terletak di sekitar kerajaannya dan
menaklukkan daerah bernama Hindustan. Ia juga menaklukkan Kerajaan Kalingga dan Pallava
di daerah Madras.
Keterangan itu memakan waktu lebih dari tiga tahun dan perjalanan lebih dari 3000 mil. Raja itu
mengadakan perhubungan dengan Meghavarna, Raja Sailan yang beragama Budha. Salah satu
hasil perhubungan ialah agama Budha mendapat perlindungan dari Samudragupta dan
memberikan
ijin
untuk
mendirikan
wihara
dekat
pohon
Bodhi
Digaya.
Akan tetapi raja menghidupkan kembali pengorbanan kuda liar (Asvamedha) yang dibiasakan
oleh Raja Pushyamitra seperti tanda peringatan Samudragupta menyuruh memahat kemenangankemenangannya itu pada batu.
Di bawah pemerintahan Chandragupta II Vikramaditya (375-415) kerajaan Gupta bertambah
luas dan mempunyai pelabuhan-pelabuhan serta kapal untuk memudahkan perhubungan dengan
negeri Arab dan Mesir. Menurut berita pendeta Budha Tiongkok yaitu Huen-Tsang mengatakan
bahwa ia ada di India tahun 650, hanya melihat bekas kota itu saja.
Sewaktu pemerintahan Chandragupta II Vikramaditya Kerajaan Gupta sampai pada puncak
kebesarannya. Setelah raja itu wafat tahun 415 Kerajaan Gupta lambat laun mundur terutama
karena desakan bangsa Huna dari utara dan sikap raja penggantinya yang tidak cakap.
Kerajaan Gupta pun pecah belah. Di jaman Gupta kesusastraan Hindu mendapat perhatian dari
pihak raja. Masa itu dipandang sebagai zaman emas dalam perkembangan kesusastraan Hindu.
Pujangga yang termashur pada waktu itu adalah Kalidasa.
Tadi disebutkan setelah wafatnya Chandragupta II ancaman bangsa Huna makin menekan India,
bangsa dari Asia Tengah itu pun membanjiri India. Bukan hanya India saja yang diserang namun
Eropa juga.
Dalam tiap negeri mereka meninggalkan bekas-bekas penyerbuannya dengan membakar kota,
pembunuhan yang besar-besaran, perampokan, membinasakan harta benda, dll. Dengan mudah
bangsa itu mendirikan kerajaan baru di India utara yang dikuasai oleh Mihiragula (502),
pahlawan yang sama bengisnya ialah Attila yang menggemparkan Eropa tahun 451.
Dengan kerjasama raja-raja India dapat melawan dan memecahkan kuasa Huna 528. Lebih dari
100 tahun India mengeluh di bawah tangan besi kerajaan Huna.
Zaman Raja Harsha (606-647)
Dalam sejarah India sebelum zaman Islam terdapat pemerintahan Harsha, raja Hindu. Dua buah
sumber keterangan dapat disebutkan yaitu kitab yang ditulis oleh Hiuen Tsang tatkala ia

mengunjungi India di tahun 630-644 ketika raja Harsha pada puncak kuasanya dan kitab Harshacarita yang menjelaskan peristiwa yang terjadi selama pemerintahan Raja Harsha yang ditulis
pujangga keraton bernama Bana.
Di tahun 604 ayahnya mengirim saudaranya yang sulung Rajavardhana dengan tentara yang kuat
untuk memerangi bangsa Huna di sebelah utara. Tidak berapa lama ayahnya wafat dan diganti
oleh putra mahkota, meskipun ada sebagian pembesar yang lebih suka pada Harsha tetapi ia
menolak.
Raja yang baru terpaksa meninggalkan kota tempatnya untuk membalas perbuatan yang
membunuh iparnya dan menganiaya adik perempuannya. Raja Malwa yang dicari itu dapat
dikalahkan tetapi tidak lama kemudian raja sendiri dibunuh oleh beberapa penjahat.
Selama satu tahun pemerintahan kacau karena Harsha menolak permintaan rakyat mengganti
saudaranya. Dan pada tahun 606 ia menerima permohonan itu akan tetapi sebagai pemangku.
Pekerjaan
pertamanya
ia
mencari
adik
perempuannya
ke
pegunungan.
Putri itu yang mempunyai kebijaksanaan dan watak yang luar biasa diangkat sebagai penasihat
raja. Enam tahun kemudian Harsha dipilih menjadi raja bernama Maharajadhiraja Sri Harsha.
Untuk memperkuat kerajaannya dengan memperluas daerah kekuasaan dari India utara sampai
ke
Teluk
Benggala
dan
merubah
nama
kerajaan
menjadi
Kanauj.
Kesusastraan di zaman itu menarik minat raja sendiri dengan menulis syair-syair yang sampai
sekarang masih terkenal. Seperti Kanishka dan Chandragupta II juga mengadakan
permusyawaratan yang luhur dengan pemimpin agama Budha. Hal itu dituliskan oleh Hiuen
Tsang saat perjalanannya di ibukota Kanauj di tahun 643.
Di tahun 647 raja Harsha wafat setelah memerintah 46 tahun. India tidak akan melupakan
namanya, sebab ialah raja yang membawa keamanan dan kemakmuran serta membangkitkan
India kembali dari penindasan bangsa Huna.
Zaman
Kerajaan-Kerajaan
di
India
utara,
Deccan
dan
India
Selatan.
Di India tengah dan selatan kebudayaan Hindu terus berkembang, setelah India utara dan
Hindustan dikuasai oleh raja-raja Islam yang datang dari Persia dan Asia tengah.
Diantara kerajaan-kerajaan di India tengah yang amat kuat ialah kerajaan Chalukya sampai
tahun 1190. Kerajaan kekuasaannya besar pada abad ke delapan ialah Rashtrakuta. Rajanya yang
terkenal, Krishna I mendirikan candi Kailasa, dipahat si dalam gunung batu dekat Ellora, di
daerah Hydrabad sekarang.
Agama Budha pada zaman itu mengalami kemunduran, sedangkan agama Hindu makin maju.
Seperti yang telah diuraikan di atas penduduk Deccan (bangsa Dravida) sudah memiliki
kebudayaan dan agamanya sendiri sebelum bangsa Arya datang dari utara.
Agama Budha yang disebarkan oleh Ashoka juga berkembang di daerah itu. Antara percampuran
agama Brahma, Budha dan kepercayaan asli terbentuklah agama yang satu, yaitu agama Hindu.
Hindu mengandung kebiasaan-kebiasaan, adat-adat dan aturan-aturan yang berakar pada
kepercayaan
asli
dari
masa
sebelum
kedatangan
bangsa
Arya.
India selatan adalah tanah yang subur terletak di daerah beriklim musim seperti Indonesia. Sejak
zaman purbakala India selatan menjadi impian raja-raja di sebelah utara yang hendak
menaklukkan daerah itu.

MAKALAH
MASA PEMERINTAHAN CANDRAGUPTA
MAuRYA

Disusun oleh :
Kelompok 3
Ketua
: ayi. P
Anggota :
- jazmi. H.A
- Dahliana
- Aldila. f
Kelas : X. 9

Sma negeri 1 gantung


Tahun pelajaran 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai