Kelas A
Disusun oleh:
PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
1. Ibu Sri Handayani selaku dosen mata kuliah Sejarah Asia Timur.
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa.
3. Teman-teman pendidikan Sejarah FKIP UNEJ angkatan 2013 yang
senantiasa memberikan dukungan.
4. Pihak-pihak lain yang juga berperan namun tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Jika kita mengkaji dinasti-dinasti yang tumbuh di Cina, perhatian kita pasti
tak akan lepas pada Dinasti Ch’in. walaupun usia dinasti ini tidak panjang, tetapi
dari segi sejarah dan budaya, masa dinasti ini banyak sekali goresan tinta sejarah
yang tak dapat dilupakan sampai sekarang. Diantara karya terbesar dinasti ini
adalah pembangunan tembok raksasa terbesar dan terpanjang didunia yang masuk
dalam delapan keajaiban dunia.
PEMBAHASAN
Bo Yi memiliki dua orang anak, yakni Niaoshu-shi dan Fei shi. Kata Niao
sendiri berarti burung, fakta ini mungkin sekali lagi menegaskan bahwa mereka
dulunya adalah anggota suku pemuja burung Yi Timur (Doongyi). Keturunan Fei
shi bernama Fei Chang pernah membantu mengulingkan Dinasti Xia. Sementara
itu, keturunan Niaoushu-shi bernama Zhongyan dikatakan memiliki mulut dan
cakar seperti burung. Keturunan yang bernama Fei Zi hidup semasa pemerintahan
kaisar Zhou Xiaowang (± 909-894 SM). Ketika kaisar Xiaowang memerintahkan
Bangsawan Shen (Shenhou) untuk menyerang suku barbar Quang-rong pada
tahun 909 SM, pada saat bersamaan, Fei Zi hidup di sebuah tempat bernama
Quanqiu (Propinsi Shenxi sekarang) dan berhasil membudidayakan kuda di
daerah sekitar Sungai Weishui. Bangsawan Shen yang putrinya menikah dengan
Daluo (ayah Fei Zi), suatu saat membujuk kaisar Xiaowang agar
menganugerahkan nama Ying pada keturunan Daluo agar mereka bersedia
membantu mengendalikan suku barbar Xirong, dimana ini memperlihatkan
betapa besarnya pengaruh keturunan Daluo pada suku barbar itu. Kaisar
Xiaowang mengabulkan saran ini dan menganugarahkan keturunan Daluo sebuah
negeri yang bernama Qin (Kini di timur propinsi Ganzu) dan untuk seterusnya
putra Daluo dikenal sebagai Qiin Ying. Qin selanjutnya mennjadi salah satu
negara bagian Dinasti Zhou.
Qin Yin dianggap sebagai raja Qin yang pertama. Sepak terjang penguasa
Qin berikutnya tampak pada Kaisar Zhou Liwang. Pada saat itu suku barbar
Xirong telah menyerang bagian barat Dinasti Zhou dan telah membunuh banyak
kerturunan Daluo. Penguasa Qin saat itu, Qin Zhong (memerintah 845-822 SM)
keturunan keempat Qin Ying ikut terbunuh. Putra pertama Qin Zhong dengan
bantuan adik-adiknya membalas dendamkan ayahnya dan mengalahkan suku
Xirong dengan didukung 7.000 tentara pinjaman dari Dinasti Zhou. Putra pertama
Qin Zhong ini kemudian mengantikan ayahnya yang telah terbunuh sebagai raja
dengan gelar Zhuanggong (memrintah 821-779 SM). Ia mengamankan wilayah
barat kerajaan dan menerima gelar Xichui Dafu (atau Penguasa Agung Wilayah
Paling Barat).
Pada tahun 771 SM, suku barbar Quanrong menyerang Dinasti Zhou dan
membunuh kaisar Youngwang (781-771 SM). Pangeran Ji Yijui berhasil
melarikan diri dan memindahkan ibukotanya kesebelah timur setelah diangkat
menjadi kaisar dengan gelar Pingwang (770-720 SM). Sejak saat itu Dinati Zhou
mencapai babak baru yang disebut Zhou Timur. Negara bagian Qin kemudian
menjadi pelindung kaisar dari serangan suku barbar. Sebagai imbalannya kaisar
menjanjikan kepada suku Qin untuk memberikan daerah Feng dan Qishan bila
berhasil mengalahkan suku Quanrong serta mengembalikan kedaulatan Dinasti
Zhou. Kaisar Pingwang lalu menganugerahkan gelar Xianggong pada putra raja
Qin Zhuanggong yang bernama Ying Kia (memerintah 777-786 SM). Dengan
bantuan raja muda Qin ini suku Quanrong berhasil ditundukan.
Raja muda Xianggong meninggal pada tahun 786 SM ketika sedang
berperang melawan suku barbar Rong di Qishan dan digantikan oleh Wengong
(memerintah 765-716 SM). Pada tahun ke-13 pemerintahannya, ia memutuskan
untuk membangun ibu kota di Qishan, menahlukan suku Rong disana serta
merebut kembali sebagian wilayah Zhou yang saat itu dikuasai oleh suku barbar.
Raja-raja Qin berikutnya masih sering terlibat peperangan dengan suku barbar di
sekitarnya.
Negeri bagian Wei baru saja di kalahkan oleh Qi yang dibantu oleh
seorang strategi militer bernama Sun Bin. Shang Yang mengusulkan pada raja Qin
untuk menyerang Wei yang saat itu kondisinya masih kacau. Qin menyerang Wei
dan pengerannya yang bernama Gongsi Mau berhasil ditawan dengan tipu
muslihat. Penyanderaan ini berhasil memaksa Wei untuk menyerah dan
memindahkan ibukotanya dari Anyi ke Daliyang (Kaifeng sekarang) serta
meyerahkan wilayahnya yang terletak di bagian barat sungai pada Qin. Atas
keberhasilannya ini Shang Yang diberi gelar pangeran dan di beri suatu daerah
kekuasaan.
Belakangan setelah kematian Qin Xiaogong pada tahun 339 SM, orang-
orang yang membencinya berusaha untuk membalas dendam, terutama pada
bangsawan yang kehilangan gelar dan hak istimewa mereka dalam hal kekebalan
hukum. Gongsi Qian yang pernah dihukum oleh Shang Yang menuduhnya sebagi
penghianat. Kini dari seseorang yang berkuasa dan ditakuti, Shang Yang telah
berbalik nasibnya menjadi seseorang buronan. Ia berusaha melarikan diri pada
malam hari tetapi gagal, karena dahulu telah diperintahkan kepadanya bahwa
gerbang kota tidak boleh di buka pada malam hari (demi menjaga melarikan
dirinya seorang penjahat). Dicobanya untuk beristitahat dan bersembunyi di
rumah penduduk, tapi di tolak oleh tuan rumah dengan alasan bahwa dulu Shang
Yang pernah melarang mereka menyembunyikan penjahat atau buronan. Shang
Yang mencoba melarikan diri ke negeri Wei, tetapi rakyat dari negeri itu
mengusirnya, karena dahulu ia pernah menganjurkan raja Qin menyerang mereka
serta menyandera pangeran Wei. Karena tidak ada jalan lain akhirnya Shang Yang
terpaksa pulang ke daerah kekuasaannya sendiri dan mengumpulakan pasukan
guna melakukan pemberontakan melawan Qin yang dahulu pernah diabdinya.
Terapi, pasukan Qin yang lebih kuat berhasil mengalahkan dan menangkapnya.
Pangeran Huewenjung yang dahulu gurunya pernah dihukum oleh Shang Yang
kini telah menjadi raja mengantikan ayahnya dengan gelar Huiwang (337-311
SM). Ia masih menaruh dendam pada Shang Yang dan karenanya ia memberikan
hukuman yang kejam. Tubuh Shang Yang diikatkan pada lima ekor kuda yang
berlari ke arah yang berlainan hingga tercabik-cabik. Meskipun Shang Yang
meninggal dengan cara tragis (sama seperti Wu Qi), sepuluh tahun setelah
reformasi yang dicanagkannya itu, Qin tumbuh menjadi negara bagian terkuat di
seluruh China.
Pihak Qin tentu tidak ingin peperangan itu menjadi berlarut-larut. Fan Ju,
seorang strategi milliter Qin, mencoba untuk mengakhiri kondisi berimbang ini.
Langkah pertama yang dilakukannya adalah menyebarkan kebohongan mengenai
Lian Po bahwa Jenderak yang paling ditakuti oleh pihak Qin sesunguhnya adalah
Zhao kuoyang kemampuannya sangat jauh di bawah Lian Po. Zhao termakan
desas-desus ini dan mengantikan Lian Po dengan Zhao Kou. Di medan
pertempuran, Zhao Kuo tertipu oleh siasat Qin dengan mengerahkan 10.000
perajurtnya melawan 3.000 prajurit Qin yang dipimpin oleh Jenderal Bai Qi. Zhao
kuo berhasil memenagkanperperangan ini dan merasa bangga, padahal ini
memang siasat Qin demi membangkitkan sikap takabur tadalm diri Zhao.
Keesokan harinya, dua orang Jenderal Qin yang masing-masing membawa 10.000
pasukan mengempur Zhao dan membiarkannya guna memancingnya jauh
memasuki daerah musuh. Zhao termakan siasat itu, dan secara tiba-tiba muncul
dua orang Jenderal Qin lain yang masing-masing memimpin 15.000 pasukan
menghadang bagian belakang pasukannya guna memutuskan mata rantai
perbekalannya. Dalam pertempuran ini Zhao berhasil dikalahkan dan kelak dalam
beberapa puluh tahun berikutnya negeri ini jatuh sepenuhnya ke tangan Qin.
Kaisar Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun 259 SM dengan nama Ying
Zheng. Masa kelahirannya merupakan saat peperangan yang tidak ada putus-
putusnya diantara negara-negara bagian feodal untuk memperbutkan kekuasaan
tertinggi (disebut denga “Masa Perang Antar Negeri” ysng berlangsung dari tahun
475-221 SM). Ayahnya adalah Raja Zhuangxiangwang (Pangeran Zhichu alias
Yiren, memerintah 250-246 SM) dari kerajaan Qin dan Ibunya bernama Zhao Ji
yang merupakan bekas selir pedangang kaya Lu Buwei. Para sejarawan kemudian
mengatakan bahwa Zheng sesungguhnya adalah putera Lu Buwei, namun sifat-
sifat anak tersebut, yakni kemampuannya dalam stategi di gabungkan dengan
semangat peperangan telah menjadi ciri khas penguasa Qin sebelumnya. Ketika
masih muda ayah Ying Zheng adalah sandera di negeri Zhao dan Lu Buwei telah
berjasa kepadanya untuk melarikan diri dari negeri tersebut. Sebagai balas jasa Lu
Buwei diangkat sebagai peerdana menteri setelah ia menjadi raja. Lu kemudian
dititahkan untuk menyerang ibukota Dinasti Zhou pada 256 SM dan berhasil
menahlukannya. Ia membuang Kaisar serta Bangsawan Dinasti Zhou Belahan
Barat ke Lingxian yang terletak di Provinsi Henan sekarang. Kaisar Zhou
Nanwang serta Bangsawan penguasa Dinasti Zhou Belahan Barat wafat pada
tahun itu juga, sehingga menamatkan riwayat Dinasti Zhou yang telah berkuasa
selama kurang lebih 8 abad.
Cara yang dilakukan untuk mendekati raja Qin itu adalah dengan berpura-
pura hendak menyerahkan peta negeri Yan sambil menyelipkan sebilah pisau
dalam gulungan peta itu. Rencananya, ketika sedang bersama-sama membuka
gulungan itu Jing Ke akan meraih belati itu dan membunuh raja, tetapi ternyata
gagal. Tahun 224 SM, Jenderal Wang Jian diperintahkan untuk menyerang Chu.
Raja Chu Fuchu terpaksa menyerah, tetapi sementara itu Jenderal Xiang Yan dari
negeri Chu mengangkat Pangran Changpingjun sebagai raja Chu yang baru dan
menahan serangan Qin di sebelah selatan Sungai Huai. Namun, pada tahun 223
SM, Jenderal Wang Jian dan Jenderal Meng Wu mengalahkan sisa-sisa pasukan
Chu ini dan membunuh Changpingjun, sedangkan Jendeal Xiang Yan membunuh
dirinya sendiri serangan dialihkan ke negeri Dai yang didirikan oleh Pangeran Jia
dan berhasil menangkap rajanya. Kini tinggal Qi yang belum ditahlukan dan Ying
Zheng segera mengirim Jenderal Wang Ben kesana untuk menyerang negeri
tersebut. Tahun 221 SM, Raja Qi Jian meyerah tanpa syarat dan wilayahnya
digabungkan ke dalam daerah kekuasaan Qin.
Terlepas dari jasa tersebut, kaisar Qin Shihuangdi merupakan seorang tiran
yang kejam. Salah satu kekejaman yang dilakukannya adalah dengan membakar
buku-buku karya ahli filsafat zaman dahulu yang isinya bertentangan dengan
pokok-pokok pikiran legalis (misalnya Konfusianisme). Tindakan ini dilakukan
untuk mencegah kritik terhadap pemerintahannya. Para sarjana yang menolak
untuk menyerahkan kitab-kitab tersebut dihukum dengan jalan dikubur hidu-
hidup. Sebaliknya, kitab-kitab yang tidak perlu dimusnahkan adalah kitab-kitab
yang membahas mengenai ilmu pertanian (nongjia), ilmu perang (bingjia),
ramalan dan ilmu pengobatan.
Karena kekejaman dan kekerasannya, rezim Qin tidak bertahan lama dan
hanya bertahan selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM saat
berada dalam perjalanan mengelilingi kerajaan.
Zhou Shi, orang yang sebelumnya telah diutus Chen Sheng untuk merebut
bekas wilayah Wei, menyerang ibukota Wei yang bernama Dicheng. Pada saat
yang beersamaan, seorang keturunan kerajaan Qi, yang bernama Tian Dian
membunuh penguasa didaerahnya serta mengangkat dirinya sendiri sebagai raja.
Qi. Zhou Shi menolak permintaan anak buahnya untuk mengangkat dirinya
sendiri sebagai kaisar dan meminta pada Chen Sheng untuk mengangkat Pangeran
Jiu, seorang keturuna Kerajaan Wei, untuk menjadi raja, sementara itu, Han
Guang, anak buah Wu Chen yang dikirim kebekas daerah Yan. enagn demikian
pada saat itu, Kerajaan Chu, Zhao, Qi, Wei dan Yan telah bangkit kembali. Chu
dengan Chen Sheng sebagai rajanya, Zhao dengan Wu Chen sebagai rajanya, Qi
dengan Tian Dan sebagai rajanya, Wei dengan Pangeran Jiu sebagai rajanya, serta
Yan dengan Han Guan sebagai rajanya.
Setelah kematian Chen Sheng, seseorang yang bernama Qin Jia berusaha
mencari keturunan Chu untuk diangkat sebagai raja Chu. Lu Chen, anak buah
Chen Sheng yang telah wafat, berjumpa dengan seorang pemberontak yang
bernama Qiong Bu (Ying Bu). Bersama-sama mereka merebut distrik Chenxian
dari tangan pasukan Qin. Ketika mendengar bahwa pasukan Xiang Yu dan Xiang
Liang telah menyeberangi sungai Yngzhi, Qiong Bu memutuskan untuk
mengabungkan kekuatannya dengan mereka. Sesungguhnya, gerakan pasukan
Xiang menyeberangi Sungai Yngzhi ini dimungkinkan karena tipuan yang
dilakukan oleh anak buah Chen Sheng yang setia. Ia mengirimkan amanat palsu
yang seolah-olah ditullis oleh almarhum rajanya, yang berisikan permohonan bala
bantuan pasa Xiang bersaudara. Chen Ying seorang bekas sekretaris Dinasti Qin
di Distrik Dongyang juga mengabungkan kekuatan dengan pasukan Xiang.
Dengan banyaknya orang yang mengabungkan diri dengan mereka, jumlah
pasukan Xiang segera berlipat ganda menjadi 40.000-50.000 orang.
Pasukan gabungan yang dipimpin oleh Xiang Yu dan Xian Liang berbaris
menuju ke Pengcheng untuk mencari calon raja Chu yang baru. Ditengah jalan,
pasukan Xiang terlibat pertempuran dengan srdadu Qin, tetapi Zhang Han berhasil
mengalahkan mereka. Xiang Liang lalu mengalihkan serdadunya ke Xiecheng.
Liu Bang bergabung dengan Xiang Liang dan diundang untuk turut serta dalam
pemilihan raja Chu yang baru. Seorang keturunan Raja Chu, yang saat itu bekerja
sebagai gembala ternak, direkomendasikan untuk menduduki jabatab itu. Usulan
itu diterima dan ia diangkat sebagai raja Chu dengan gelar Huaiwang. Zhang
Liang, kawan Liu Bei yang ditemuinya dalam perjalanan, mengusulkan agar
kerajaan Han juga dihidupkan kembali. Oleh karenaya, seseorang keturunan
kerajaan Han yang bernama Cheng diangkat sebagai raja.
Peristiwa ini terjadi pada tahun207 SM. Menghadapi serbuan Liu Bang itu,
Zhao Gao merasa ketakutan dan menyatakan bahwa Hu Hai tak pantaslagi
menyandang gelar kaisar, karena para raja negeri-negeri yang sebelumnya
ditahlukan oleh Qin telah bangkit kembali. Ia memaksa Hu Hai untu menyandang
gelar raja saja. Kasim licik itu menyadari bahwa keadaan sudah sangat genting
dan memutuskan untuk mengadakan negosiasi dengan Liu Bang serta berencana
untuk membunuh Hu Hai. Zhao Gao merencanakan untuk membagi negaranya
menjadi dua dengan Liu Bang, tetapi Liu Bang menolak tawaran ini. Setelah
membunuh Hu Hai, Zhao Gao mengangkat Yi Zhing, keponakan Hu Hai menjadi
kaisar. Tidak beberapa lama kemudian, Yi Zhing ganti membunuh Zhao Gao.
Namun Yi Zing hanya memerintah selama 46 hari saja dan setelah itu menahlukan
diri kepada Liu Bang. Peristiwa ini menandai berakhirnya Dinasti Qin untuk
selama-lamanya.
Peristiwa runtuhnya Dinasti Qin dan berdirinya Dinasti Han tercatat dalam
sebuah kitab yang berjudul Chuhan Cunqiu atau Kitab Musim Semi dan Rontok
Masa Chu Han. Liu bang berhasil menakhlukan ibukota Qin karena jenderal
Xiang Yu harus menghadapi pasukan Qin dikerajaan Zhao. Begitu Jenderal Xiang
Yu tiba di Julu, pasukan gabungan segera bertempur melawan sisa-sisa pasukan
Qin. Setelah Xiang Yu berhasil menggempur pasukan Qin, ia bergerak menuju
Celah Hanguguan sampai jalan masuk menuju Xianyang (ibukota Negeri Qin) dan
berjumpa dengan pasukan Liu Bang. Merasa akan kalah untuk menghadapi
pasukan Xiang Yu, ia pun mengundurkan diri ke sebuah kota kecil di dekat
Xianyang. Xiang Yu tetap diberi kesempatan untuk memasuki Xianyang , namun
ternyata mereka merusak istana Qin. Disini kita lihat pasukan Liu Bang
mengalah terlebih dahulu agar tidak perlu melawan pasukan yang lebih kuat,
demi mencapai kemenangan di masa yang akan datang.
Pembagian China terjadi pada tahun 206 SM dan nama Dinasti Han yang
kelak didirikan oleh Liu Bang berasal dari nama kerajaan yang dibagikan Xiung
Yu itu kepadanya. Setelah pembagian wilayah diantara panglima perang ini, tidak
lama berselang terjadilah perang saudara diantara mereka. Xiang Yu yang telah
memporak-porandakan ibukota dinasti Qin kemudian meninggalkan tempat itu
dan bertolak menuju ke Pengcheng. Untuk memperlihatkan bahwa seolah-olah ia
tidak berambisi sedikit pun untuk terlibat dalam perang saudara itu, Liu Bang atas
nasihat Zhang Liang menghancurkan jembatan kayu yang merupakan satu-
satunya jalan masuk ke Negerinya, sambil memperkuat angkatan perangnya
sendiri secara diam-diam. Tidak lama berselang , angkatan perang yang dipimpin
oleh Han Xin tiba di wilayah Yong dan berhasil mengalahkan rajanya yang
bernama Zhang Han. Dalam waktu kurang sebulan, raja Sima Xin dari Sai dan
Dong Yi dari Di juga menyerah. Kini tiga wilayah bekas kerajaan Qin menjadi
daerah kekuasaan Liu Bang.
Guna menghadapi manuver Xiang Yu, Liu Bang mengangkat Han Xin
sebagi Raja Han tandingan. Pada tahun 205 SM, Liu Bang mengirimkan
rombongan untuk menjemput ayah dan istrinya, tetapi rombongan ini dihentikan
oleh Xiang Yu. Akan tetapi di lain tempat pasukan Liu Bang berhasil
menahklukan Zheng Cheng Raja Han, Sheng Yang Raja Henan, dan Sima
MaoRaja Yin yang melarikan diri di Chaoge. Setelah menerima saran dari sosok
orang tua bernama Donggong untuk melaksanakan acara perkabungan selama tiga
hari bagi Kaisar Yidi yang telah dibunuh oleh Xiang Yu di Xianyang. Beberapa
Raja lain pun ikut serta menggabungkan kekuatannya dengan Liu Bang. Sehingga
mereka pun berhasil merebut ibukota Chu, Pengcheng, tanpa pertumpahan darah.
Lawan Tangguh Liu Bang kini tinggallah Xiang Yu. Pertempuran yang
menentukan dilancarkan di suatu tempat yang kini menjadi bagian provinsi
Anhui. Karena putus asa Xiang Yu melarikan diri, Yuji selirnya membunuh
dirinya sendiri agar tidak menyusahkan Xiang Yu. Xiang yu kini mulai merasa
hidup sudah tidak ada artinya lagi, dan ia pun ikut bunuh diri menyusul selir
kesayangannya itu ke alam baka. Kini terbukalah jalan bagi Liu Bang untuk
mengangkat dirinya sendiri sebagai Kaisar pertama Dinasti Han. Peristiwa ini
terjadi pada Tahun 202 SM
Liu Bang kemudian berhasil naik tahta dan mendirikan dinasti baru yang
bernama Han (206 SM – 221 M). Ia bergelar Han Gaozu (206 – 195 SM). Para
ahli membagi Dinasti Han ini menjadi dua, yakni Han Barat, yang beribu kota di
Chang an dan Han Timur yang beribu kota di Luoyang. Dinasti Han ini sempat ter
putus sejenak oleh kudeta dari Wang Mang, dimana ia mendirikan Dinasti Xin (9
– 25) yang berumur singkat. Tetapi kemudian Kaisar Han Guangwu (25 – 57)
yang juga terkenal dengan sebutan Guang Wudi berhasil merestorasi kembali
Dinasti Han. Oleh karena itu Dinasti Han sebelum pemberontakan Wang Mang
disebut dengan Dinasti Han Barat dan Dinasti Han sesudahnya disebut dengan
Han Timur.
Dinasti Han ini cukup terkenal dalam sejarah Tiongkok karena beberapa
penemuan pentingnya. Kertas sebagai contoh ditemukan pada tahun 105 M oleh
seorang sarjana yang bernama Cai Lun saat pemerintahan Kaisar Han Hedi (88 –
106). Penemuan kertas yang berasal dari bambu ini benar-benar merombak secara
total penulisan buku-buku serta mendorong kemajuan dalam dunia tulis-menulis.
Sulit dibayangkan apabila di jaman modern ini kita belum mengenal kertas.
Sebelum ditemukannya kertas, buku ditulis di atas lempengan bambu yang
dikaitkan satu sama lain dengan tali. Jika kita masih menggunakan buku semacam
itu, dapat dibayangkan betapa beratnya sejilid kamus misalnya. Penemuan kertas
ini pada gilirannya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dunia.
Berdasarkan catatan sejarah “San Guo Zhi , Wei Shu ,dan Dong Yi
Zhuan.” Ini terjadi pada masa kekuasaan kaisar dinasti Han Barat yaitu Aidi (1
SM – 6 M) atau tepatnya tepatnya tahun 2 M. Pada saat itu pejabat Jing Lu
menerima duta dari suku Da Yue yang menyerahkan kitab Fu Tu (Fu Tu adalah
sebutan untuk Buddha pada jaman dahulu , sekarang yang disebut Fo Tuo). Suku
Da Yue ini sebenarnya mendiami daerah Dun Huang , pegunungan Ji Lian Shan.
Kira-kira abad ke-2 SM , suku ini dikalahkan oleh suku Xiong Nu. Dan pindah ke
daerah barat. Dan pada abad ke-1 SM mendirikan kerajaan bernama Gui Xuang.
Daerah tempat mereka tinggal itu merupakan daerah dimana Buddhisme
bertumbuh subur. Para bhiksu pertama adalah Gobharana (Ni Mopeng) dan
Kasyappa Matanga (Zhu Falan) yang diundang oleh kaisar Han Mingdi (57 – 75)
melalui utusan kerajaan Han yaitu Qin Jing dan Cai Yin, yang bertemu dengan
mereka di daerah suku Da Yue. Pada tahun 68 M, mereka tiba di Luo Yang dan
tinggal di vihara Baimasi (Vihara Kuda Putih) serta menterjemahkan Sutra Empat
Puluh Dua Bagian. Sutra ini adalah kitab pertama yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Mandarin.
Pada masa akhir hayatnya, Dinasti Han diperintah oleh kaisar-kaisar lemah
yang hanya memerintah secara singkat. Kekuasaan jatuh ke dalam kekuasaan
klan-klan tertentu dan para kasim. Pemberontakan di daerah-daerah pun pecah,
antara lain yang terbesar adalah Pemberontakan Topi Kuning (Huang Qin), yang
dipimpin oleh tiga bersaudara Zhang. Dinasti Han benar-benar dilemahkan oleh
pemberontakan ini. Pada akhirnya klan Cao berhasil merebut kekuasaan dari
tangan Dinasti Han dan mendirikan Kerajaan Wei (220-264), dimana Cao Pi
mengkudeta kaisar Han terakhir yang bernama Han Xiandi (189-220). Tindakan
kudeta ini membuat Liu Bei, salah seorang keturunan Dinasti Han, merasa perlu
untuk meneruskan keberlangsungan Dinasti Han dan ia juga mengangkat dirinya
sebagai kaisar di negeri Shu (Sichuan sekarang) dengan gelar Han Congwang
(221-223). Xuande adalah nama lainnya, maka dia juga disebut Liu Xuande.
Kerajaannya tetap bernama Shu (221-263), Shu-Han adalah nama yang disebut
oleh para ahli sejarah untuk membedakan masa Liu Bei sebelum menjadi raja dan
sesudahnya. Sun Quan, seorang jenderal juga mengangkat dirinya sebagai kaisar
dan bergelar Wudi (232-252). Kerajaannya dinamakan Wu (222-280). Karena
terpecahnya Dinasti Han menjadi tiga negara ini, maka jaman ini dinamakan
Jaman Tiga Negara (San Guo), yang dipenuhi oleh peperangan untuk
memperebutkan kekuasaan tertinggi.
Tetapi sayangnya tidak satupun dari ketiga negara ini yang berhasil
mempersatukan Tiongkok kembali, malahan pada tahun 264 M, Kerajaan Wei
terjatuh ke tangan salah seorang menterinya yang bernama Sima Yan. Ia merebut
kekuasaan dari Kaisar Wei terakhir yang bergelar Yuandi (260-264), mendirikan
Dinasti Jin serta mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Wudi (265-289).
Pada gilirannya Sima Yan juga menaklukkan kedua kerajaan lainnya dan
mempersatukan Tiongkok kembali. Kaisar Jin Wudi merupakan seorang pecinta
ilmu pengetahuan. Ia membangun sebuah perpustakaan di Luoyang yang
berisikan lebih dari 30.000 jilid buku.
Setelah Dinasti Jin runtuh selama beberapa ratus tahun, Tiongkok terpecah
kembali menjadi banyak negara, dimana masa ini merupakan periode yang kacau.
Para sejarawan menyebut jaman ini dengan istilah Dinasti Utara-Selatan. Sebelum
runtuh, Dinasti Jin pada tahun 317 sempat dipaksa melarikan diri ke selatan
karena serangan suku bangsa barbar di utara dan kerajaan mereka di selatan untuk
selanjutnya disebut dengan Jin Timur. Tiongkok utara dikuasai oleh banyak
kerajaan kecil-kecil yang didirikan oleh suku-suku barbar. Sebagian besar dari
mereka hanya berumur pendek karena saling berperang satu sama lainnya.
Diantara kerajaan-kerajaan di utara tersebut yang paling sanggup bertahan lama
dan terkuat adalah Wei Utara (386-534). Karena terbagi menjadi dua ini, yakni
kerajaan-kerajaan Tiongkok Utara dan Selatan, maka inilah yang menyebabkan
jaman ini disebut jaman Dinasti Utara-Selatan oleh para sejarawan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dinasti Chin merupakan dinasti yang usianya tidak panjang. Pada dinasti
ini terjadi berbagai perubahan yang cukup signifikan bagi perkembangan sejarah
Cina. Bukan hanya dari segi politik (proses unifikasi), tetapi dari segi budaya
yaitu pembangunan tembok raksasa terpanjang. Kasiar yang paling terkenal pada
dinasti ini adalah Shih Huang Ti, yang dikenal dengan sebutan golongan pendiri
kerajaan-kerajaan besar. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kaisar ini
cenderung otoriterian, terlihat dari sikap egoisme dan ketidakadilan pada rakyat.
Diantaranya kebijakan satu ideology tertentu yaitu faham legalisme, dan
dihapuskannya system feudal, yang justru menimbulkan bentuk penjajahan gaya
bartu, petani dipaksa membayar upeti dan pajak kepada kaisar.
Sedangkan untuk Dinasti Han merupakan Dinasti yang didirikan oleh Liu
Bang, dan bergelar Han Gaozu. Adanya Dinast ini sangatlah berpengaruh pada
catatan sejarah Tiongkok karena penemuan-penemuan yang mampu
diciptakannya. Contohnya adalah kertas dan seismograf (alat pencatat gempa).
Selain itu juga, telah dibuatkannya peta.
3.2 Saran
Setelah membahas materi tentang Sejarah Asia Timur, saran yang dapat
disampaikan umumnya bagi khalayak yang telah membaca makalah ini,
diharapkan mampumengetahui Sejarah Berdirinya Dinasti Chin dan Han Pada
Masa China Kuno, sehingga dengan mengkaji hal tersebut diharapkan mampu
menambah wawasan dan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA