DOSEN PEMBIMBING
Rahayu Permana,Dr. ,M.Hum.
Disusun Oleh :
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kita limpahkan kepada Nabi
Muhammad atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Atas dukungan moral yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Penyusun Makalah
2
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………..…………………………………………………............................4
1.2 Rumusan Masalah ……..…………………………………………………....…......................5
1.3 Tujuan Penulisan ………..………………………………………………..….........................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Geografis Kerajaan Sindok............................................................................6
2.2 Perkembangan Negara Agraris Menjadi Negara Maritim ................................. ....................8
2.3 Gunung Penanggungan: lokasi Geografis dan Arti Historinya..................... .........................13
2.4 Lokasi Strategis Lembah Kali Brantas......................................... .........................................13
2.5 Geomorfologi Wilayah dan Bencana Sungai...........................................................................
2.6 Ciri – ciri Pedologis Lembah Kali Brantas..............................................................................
2.7 Penguasaan Lembah Brantas Oleh Erlangga..........................................................................
2.8 Geografi Politik Kerajaan Singasari (1222 – 1229)...............................................................
2.9 Kali Brants Sebagai Sumbu Kekuatan Politik......................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Latar Belakang Geografis Dari Kerajaan Mpu Sindok?
2. Bagaimana perkembangan dari Negara Agraris ke Negara Maritim ?
3. Bagaimana lokasi Geografis dan arti histori dari Gunung Penanggungan?
4. Bagaimana Geomorfologi Wilayah Sungai Brantas?
5. Bagaimana Geografi Politik Keraajan Singasari?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui latar belakang geografis dari kerajaan mpu sindok
Untuk mengetahui perkembangan perubahan dari negara agraris ke negara maritim
Untuk mengetahui lokasi geografis dan arti histori dari gunung penanggungan
Untuk mengetahui keadaan geomorfologi wialayah sungai brantas
Untuk mengetahui keadaan geografi dan politik dari kerajaan singasari
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Mpu Sindok Menobatkan Diri Sebagai Raja
Sepeninggalnya Dyah Wawa, Mpu Sindok memindahkan ibukota mataram
kuno dari Bhumi mataram ke Tamwlang (928) dan dari Tamwlang ke Watuguluh
(929) menobatkan diri sebagai Raja. Sebelumnya Mpu Sindok tidak
menggunakan sebutan Maharaja.
Namun setelah menikahi putri dari Dyah Wawa ( Sri Wijayalokanamottungga),
Mpu Sindok yang semulanya menggunakan gelar Rakyan Sri Maharaja Sindok
Sang Srinottunggadewawijaya berubah menjadi Sri Maharaja Rake Hino Sri Isana
Wikramaharmottunggadewa. Adapun putri Dyah Wawa yang kemudian
dinobatkan oleh Mpu Sindok sebagai permasuri tersebut bernama Mpu Kbi atau
Sri Prameswari Sri Wardhani Mpu Kbi. Sementara yang menjabat sebagai Rakai
Mapatih Hino adalah Mpu Suharsa.
7
2.3 Gunung Penanggungan: Lokasi Geografis dan Arti Historis
Gunung Penanggungan menempati lereng bagian utara dari komples gunung Arjuno-
Anjasmoro, sehingga dapat dikatakn merupakan anaknya. Dilihat dari lembah sungai Brantas
ada empat puncak yang mengelilinggi puncak utama. Orang – orang jawa zaman dulu
memandang gunung penanggungan sebagai gunug kecilyang telah mati. Menurut buku kuno
Tantu Panggelaran, asal-usul gunung tersebut demikian bagian puncak dari mahameru
dipindahkan ke pulau jawa dan dipasang di jawa timur.
Yang menarik secara Geografis bahwa lokasi Gunung Penanggungan ada di
antara sumber kali Brantas (daerah malang sekarang) dan bagian deltanya (daerah surabaya
sekarang). Kali Brantas seakan-akan seperti tubuh ular yang melingkar dengan letak kepala
mendekati ekornya. Kerajaan – kerajaan yang pernah ada di jawa timur selain berurat nadi
kali Brantas juga lokasinya mengelilingi Gunung Penanggungan, seperti Daha, Kahuripan,
Majapahit, Jenggala, dan Tumapel. Sehubungan itu setiap kali ada kekacauan politik di
dalam negri atau perang antar wilayah, Gunung Penanggungan dijadikan ajang strategi
perang. Fungsi lain dari gunung tersebut adalah untuk memuliakan tokoh-tokoh kerajaan.
Sehubungan itu lerengnya terdapat makam Erlangga (di belahan, lereng timur), makam
Sindok di betra juga makam ayah Erlangga di Jalatunda.
Sekarang makam-makam keramat itu tertutup semua oleh tanaman gelagah dan saliran
air. Penduduk biasa membakar tanaman gelagah tersebut untuk membuat rabuk bagi usaha
perladangannya. Dari kebiasaan inilah menjadi terbuka teras-teras bangunan kuno tadi.
Agaknya ada perhitungan ketinggian tempat-tempat suci itu. Peninggalan tersebut anehnya
terdapat di lereng tenggara dari puncak-puncak penanggungan (kemukus, penanggungan,
gajah mungkur dan bekel). Adapun lereng puncak penanggungan sendiri namanaya selakelir.
Puncak bekel dan gajah mungkur paling banyak berisi peninggalan kuno letaknya di anatara
750 dan 155 m di atas permukaan laut. Smapai ketinggian 1650 m pun masih ada
peninggalan seperti jalatunda, belahan dan jedung.
8
Pada abad itu pusat-pusat pemerintahan di kerajaan jawa masih di jawa tengah, akan
tetapi kegiatan perdagangan sudah maju di pantai-pantai jawa timur khusunya di sekitar muara
sungai Brantas dan sungai Sala. Sehubung dengan itu peneliti Ir. Nash menambahkan bahwa
dalam situasi seperti itu bahwa ekspor di jawa dapat dilakukan melalui 2 pelabuhan lain di jawa
timur, yakni pasuruan(selat madura) dan banyuwangi(selat bali).
Sungai Brantas sudah berfungsi secara ekonomis maupun politis pada masa-masa
tersebut. Selain menjadi saksi utama peristiwa-peristiwa historis yang penting, sungai tersebut
juga melatar belakangi berbagai fakta sejarah di jawa timur.
9
2.6 Ciri – ciri Pedologis Lembah Sungai Brantas
Sungai Brantas sebagai urat nadi kerajaan-kerajaan di jawa timur dapat ditelaah ciri-ciri
tanahnya pada setiap lembahnya, semuanya itu ditentukan oleh kehadiran gunung-gunung api
yang mengapit aliran sungai tersebut dari hulu, hilir hingga muaranya. Penelitian Pedologis
tentang semua itu telah ditulis hasilnya oleh Agrogeolog Mohr sebelum perang dunia kedua,
demikian :
1. Dataran Tinggi Malang
Tanahnya berwarna coklat tua sampai hampir hitam. Ini menandakan bahwa
daerah tersebut di masa lampaunya merupakan suatu danau purba yang kemudian
mengalami proses pengeringan menjadi dtaran tinggi, setelah airnya dapat dibuang ke
luar mealalui sungai Brantas yang palungnya mewujudkan dasar dari danau tersebut yang
terdalam.
Menurut Mohr, danau purba tersebut mula-mula adalah suatu ledokan (terapit
oleh lereng-lereng gunung semeru disebelah timur, pegunungan kidul disebelah
selatannya, gunung kawi dan Arjuno di sebelah baratnya) yang terisi oleh bekuan
berbagai tuf dan eflata dari ledakan-ledakan gunung-gunung berapi tadi.
Menurut Verbeek dan Fennema, para geolog belanda pada awal abad ini, bahan-
bahan lava yang membeku tadi bertumpuk-tumpuk di pinggiran ledokan tadi, sehinga air
terhenti dan demikian terbentuklah rawa-rawa yang akhirnya meningkat menjadi suatu
danau. Kemudian gunung-gunung api sekeliling masih saja melanjutkan erupsinya
dengan membuang lava dan efflata kedalam ledokan itu sehingga dasarnya terisi dan
menjadimakin mendatar untuk berperoses lanjut menjadi dataran tinggi malang, setelang
airnya dapat diluapkan ke luar.
10
Mulai kertosono sungai Brantas membelok ke arah timur karena alirannya
menabrak pegunungan kendeng tengah. Di situ sungai tersebut kemasukan anak
sungainya dari barat yakni sungai widas.
Anehnya tanah di sekitar mojokerto terdiri atas unsur liat berat yang berwarna
kelabu kehitam-hitaman, yang ternyata banyak mengandung kapur asam arang. Tentang
keanehan ini Mohr menulis demikian, ada dua kemungkinan mengenai terjadinya, yaitu
pertama, hadirnya kapur dalam tanah itu disebabkan oleh bahan kapur yang berasal dari
tempat lain, kemudian oleh air sunga Brantas di endapkan disitu. Lalu kedua, kapur
tersebut terbentuk memang terbentuk setempat, artinya dasar tanah itu memang berupa
batuan kapur.
Keduanya dapat saja kapur terbentuk setempat dan menghasilkan habitus berupa
relik-relik. Ini disebabkan oleh keringnya musim kemarau sebagai gajala umum bagi
dataran rendah sekitar mojokerto, karena tipe iklimnya Aw menurut klasifikasi kloppen.
Dengan gejala kering seperti itu mungkin sekali dari masa ke masa terjadi kenaikan air
tanah untuk kemudian bercampur sebagai unsur baru dalam daerah hilir sungai Brantas.
Setelah merasa aman dari ancaman Wengker barulah Erlangga menyempatkan diri
memperbaki tanggul sungai Brantas di dekat wringinpitu (wringinsapta) yang letaknya 6 km di
sebelah barat klagen, demi kesejahteraan seluruh negri. Yang menarik adalah kenyataan bahwa
11
segera setelah tanggul di wringinsapta di perbaiki, ibu kota dapat diboyong kembali ke kahuripan
(1038).
b. Hilir Tengah
Disinilah terletak kota Daha (gelang-gelang. Gelgelang atau kediri) yang menjadi ibu
kota dari kerajaan panjalu (1041) untuk kemudian menjadi kearajaan kediri (1045-1222).
Dataran rendah memanjang dari selatan ke utara (persisnya dari tulungagung sekarang
sampai kertosono) dengan diapit oleh tiga gunung yaitu wilis di sebelah barat, kompleks
gunung arjuno-anjasmoro serta kawi-kelud disebalah timurnya.
c. Hilir Bawah
Dataran rendah ini membujur barat timur dari kerosono sapai delta sungai Brantas.
Sebelum sampai awal delta tersebut, terletak pusat kerajaan majapahit tak jauh dari
Trowulan sekarang di kabupaten mojokerto.
Antara hulu dan delta sungai tersebut terletak datran rendah pasuruan dan daerah
pelena(zedelgebeid) lawang sekarang yang pernah di tempati ibukota kerajaan singasari.
12
2.9 Sungai Brantas sebagai sumbu kekuatan politik
Adakah pengaruh sungai Brantas terhadap kekuatan politik berbagai kerajaan di jawa
timur menurut zamannya? Tinjauan geografi politik justru harus menggunakan kenyataan ini.
Apabila seluruh aliranya artinya dari hulu sampai ke mauara dapat dikuasai oleh satu kerajaan,
makaa dapatlah kerajaan yang bersangkutan tumbuh menjadi kombinasi negri agraris-maritim
yang ideal. Struktur ini pernah nyata di zaman Erlangga (1037-1041) dengan pusatnya di
kahuripan. Kemudian pada zaman kertanegara ( 1268-1389) juga begitu tetapi dengan pusat di
singasari. Akhirnya di masa pemerintahan hayamwuruk (1350-1389) ketika pusat kerajaan di
trowulan.
Pada dasarnya ada dua variasi bentuk kombinasi agraris-maritim, yakni yang sempurna,
setengah sempurna. Yang sempurna di alami pada zaman Erlangga, Kertanegara dan
Hayamwuruk.artinya seluruh perairan sungai Brantas dikuasai secara sempurna. Adapun yang
setengah sempurna dapat berupa dua bentuk.
Pertama, di situ hilir tengah (kediri) dan delta-muara sungainya dikuasai oleh satu
pimpinan, sebagaimna terjadi antara tahun 1115 dan 1222 ini meliputi pemerintahan raja-
raja Kameswara I, Jayabaya, Kameswara II, Crengga dan Kertajaya.
Kedua, hanya bagian hilir atas dan bagian delta serta muara sungai Brantas saja yang
dikuasi raja yakni, Ranggawuni (1248-1268). Pada masa itu Tumapel-Singasari sebagai
pusat dikuasasi tentunya, ditambah dengan pelabuhan canggu sebagai pelabuhan dan
kunci perdagangan. Tetapi sementara itu agaknya kediri dan madiun bersama tidak dapat
ditertibkan, sehingga sempat bekerja sama secara diam – diam dengan madura yang
berati merongrongi kekuatan pemerintahan pusat.
13
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan :
Sungai Brantas sebagai urat nadi kerajaan – kerajaan di jawa timur dapat di telaah
ciri – ciri tanahnya pada setiap lembahnya semua ditentukan oleh kehadiran gunung –
gunung api yang telah mengapit aliran sungai tersebut dari hulu, hilir hingga muaranya.
Dan kerajaan di jawa timur yang akan di bangun tidak lepas dari sumbu perekonomian
yakni sungai Brantas.
Latar belakang geografis kerajaan singasari tak dapat dibatasi pada kondisi
alamnya pada abad ke 13 saja. Harus pula diadakan ancang-ancang yang cukup maju
kedepan yakni abad ke 11 dan 12. Sebabnya adalah karena sungai Brantas sudah
berfungsi secara ekonomis maupun poiltis pada masa-masa tersebut mulai dari pugatan
(perjuangan Erlangga sejak awal abad ke 11) sampai tarik (berdirinya majapahit pada
akhir abad ke 13). Selain itu menjadi saksi utama peristiwa – peristiwa historis yang
penting, sungai tersebut juga melatar belakangi berbagi fakta sejarah di jawa timur.
Salah satu kerajaan yang pernah berdiri di jawa timur yaitu kerajaan singasari.
Kerajaan ini terletak di sebelah timur gunung kawi di hulu sungai Brantas di daerah jawa
timur. Singasari menguasai wilayah jawa timur dari tahun 1222 sampai tahun 1292.
14
DAFTAR PUSTAKA:
15