Anda di halaman 1dari 15

Geografi Politik Jawa Timur

Gunung Penanggungan Dan Sungai Brantas

DOSEN PEMBIMBING
Rahayu Permana,Dr. ,M.Hum.

Disusun Oleh :

Putri Adheinda Novalianti (201815500227)


Resmi Apriyani (201815500276)
Muhammad Prawira Gani (201815500259)
Wandhika Aji Pratama (201815500243)

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JAKARTA
2018/2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kita limpahkan kepada Nabi
Muhammad atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Atas dukungan moral yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Rahayu Permana,Dr. ,M.Hum.


Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan, Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah

Jakarta, 27 Mei 2019

Penyusun Makalah

2
Daftar Isi

Kata Pengantar …...,…............…………………………………..……..……….….....................2


Daftar Isi ...………..………...….……………………………………...………............................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………..…………………………………………………............................4
1.2 Rumusan Masalah ……..…………………………………………………....…......................5
1.3 Tujuan Penulisan ………..………………………………………………..….........................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Geografis Kerajaan Sindok............................................................................6
2.2 Perkembangan Negara Agraris Menjadi Negara Maritim ................................. ....................8
2.3 Gunung Penanggungan: lokasi Geografis dan Arti Historinya..................... .........................13
2.4 Lokasi Strategis Lembah Kali Brantas......................................... .........................................13
2.5 Geomorfologi Wilayah dan Bencana Sungai...........................................................................
2.6 Ciri – ciri Pedologis Lembah Kali Brantas..............................................................................
2.7 Penguasaan Lembah Brantas Oleh Erlangga..........................................................................
2.8 Geografi Politik Kerajaan Singasari (1222 – 1229)...............................................................
2.9 Kali Brants Sebagai Sumbu Kekuatan Politik......................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……....……………………………………...……………...................................15
3.2 Daftar Pustaka..……….…………………………………………...........................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jawa timur sudah didiami penduduk yang cukup padat sebelum raja balitung, yang
khusunya di sepanjang lembah sungai brantas. Sungai brantas dijadikan modal utama untuk
mendirikan kerajaan besar yang bersumbu padanya. Kondisi geografis jawa timur yang seperti
itu menjadikan sisitem pemerintahan tidak sentral. Sungai brantas sebagai urat nadi kerajaan-
kerajaan di jawa timur yang ditentukan oleh kehadiran gunung-gunung api yang mengapit aliran
sungai tersebut dari hulu, hilir sampai muaranya. Kerajaan – kerajaan yang ada di jawa timur
selain berurat nadi pada sungai brantas juga lokasinya mengelilingi Gunung penanggungan
seperti Daha, Kahuripan, Majapahit, Jenggala, dan Tumapel. Sungai brantas memiliki pola air
yang meingkar, dimana mata airnya ada di lereng kompleks Gunung Arjuno-Anjasmoro.
Diantara hulu dan delta sungai brantas tersebut, ada salah satu kerajaan yang berdiri yaitu
kerajaan singasari dimana letak ibu kotanya adalah bertempat di dataran rendah pasuruan sampai
daerah lawang, Di dataran malang tepatnya di daerah sebelah timur gunung kawi merupakan
daerah yang beriwayat. Kerajaan singasari terletak di sebelah timur gunung kawi di hulu sungai
brantas di daerah jawa timur. Pada abad 13 singasari hanya merupakan desa kecil yang kecil
yang tidak berati. Keadaan itu lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang
pemuda yang bernama ken arok dari desa pangkur, yang berjaya meruntuhkan keraajan kediri
dan merebut kekuasaan raja kertajaya pada tahun 1222. Singasari menguasai wilayah jawa timur
dari tahun 1222 sampai dengan tahun 1229.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Latar Belakang Geografis Dari Kerajaan Mpu Sindok?
2. Bagaimana perkembangan dari Negara Agraris ke Negara Maritim ?
3. Bagaimana lokasi Geografis dan arti histori dari Gunung Penanggungan?
4. Bagaimana Geomorfologi Wilayah Sungai Brantas?
5. Bagaimana Geografi Politik Keraajan Singasari?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui latar belakang geografis dari kerajaan mpu sindok
Untuk mengetahui perkembangan perubahan dari negara agraris ke negara maritim
Untuk mengetahui lokasi geografis dan arti histori dari gunung penanggungan
Untuk mengetahui keadaan geomorfologi wialayah sungai brantas
Untuk mengetahui keadaan geografi dan politik dari kerajaan singasari

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Geografis Kerajaan Sindok


Wilayah kerajaan sindok di jawa timur pada abad kea 10 sebenernya bukanlah
lingkungan geografinya yang baru bagi peradaban. Sebelum itu di zaman raja balitung jawa
timur sudah didiami oleh penduduk yang cukup padat, meurut ukuran zamannya khusunya di
sepanhajnag sungai brantas terbentang daerah pertanian padi. Sementara itu terjadilah
pergeseran pusat keraajn dari jawa tengah ke jawa timur secar bertahap.
Bahwa pemerintah balitung masih berpusat di jawa tengah oleh Prof. Poerbatjaraka di
jelaskan bahwa : dari gelarnya yang berbunyi Rakai Watukara nampak bahwa balitung itu
seaorang penguasa berdasarkan hukum adat atau dengan kata lain kepala daerah watukara.
Adapun watukara terletak di pinggiran kali Bogowonto bagian dekat muaranya sekarang ini
masuk eks-kewedanan purwodadi kabupaten purworejo. Menurut para sejarawan, pendorong
pergeseran pusat kerajaan ke jawa timur itu faktor-faktorpolitik, kebudayan dan agama. Akan
tetapi sebenrnya faktor ekonomi tak boleh diremehkan.
Pada tahun 928 telah terjadi peristiwa di jawa yaitu meletusnya gunung merapi. Kerajaan
matarm kuno yang waktu itu dikuasai oleh Dyah Wawa menjadi hancur berantakan,
disebabkan letusan yang sangat dahsyat. Peristiwa meletusnya Gunung merapi merupakan
akhir dari kekuasaan Dinasti Sanjaya atas mataram kuno.Peristiwa tersebut sekaligus
menandai munculnya dinasti baru yaitu Wangsa Isyana yang dipelopori oleh Mpu Sindok
sebagai penguasa mataram kuno.

 Kiat Politik Mpu Sindok


Semasa pemerintahan Dyah Tulodong, mpu sindok menjabat sebagai Rakryan
Mapatih Halu. Mpu sindok mendukung pemberontakan Dyah Wawa atas takhta
kekuasaan Dyah Tulodong, karena menginginkan jabatan yang lebih tinggi.
Setelah Dyah Tulodong dapat digulingkan dari kekuasaan, Mpu Sindok diangkat
sebagai Rakryan Mapatih Hino oleh Dyah Wawa dan menggeser kedudukan yang
semula diduduki oleh Mpu Ketuwijaya. Semasa terjadi peristiwa meletusnya
Gunung Merapi, istana Mataram Kuno hancur dan diduga Dyah Wawa teaws
dalam peristwa itu. Berangkat dari situ, Mpu Sindok memindahkan ibukota
mataram kuno dari Bhumi mataram ke Tamwlang dan menobatkan diri sebagai
raja mataram kuno atas nama Dinasti Isyana.

6
 Mpu Sindok Menobatkan Diri Sebagai Raja
Sepeninggalnya Dyah Wawa, Mpu Sindok memindahkan ibukota mataram
kuno dari Bhumi mataram ke Tamwlang (928) dan dari Tamwlang ke Watuguluh
(929) menobatkan diri sebagai Raja. Sebelumnya Mpu Sindok tidak
menggunakan sebutan Maharaja.
Namun setelah menikahi putri dari Dyah Wawa ( Sri Wijayalokanamottungga),
Mpu Sindok yang semulanya menggunakan gelar Rakyan Sri Maharaja Sindok
Sang Srinottunggadewawijaya berubah menjadi Sri Maharaja Rake Hino Sri Isana
Wikramaharmottunggadewa. Adapun putri Dyah Wawa yang kemudian
dinobatkan oleh Mpu Sindok sebagai permasuri tersebut bernama Mpu Kbi atau
Sri Prameswari Sri Wardhani Mpu Kbi. Sementara yang menjabat sebagai Rakai
Mapatih Hino adalah Mpu Suharsa.

2.2 Perkembangan Negara Agraris Ke Negara Maritim


Di jawa timur pada masa itu tersebar banyak kerajaan – kerajaan kecil masing-masing
berdaulat dib daerah-daerah rendah yang diapit oleh gunung-gunung api seperti Lawu, wilis,
Arjuno-Anjasmoro dan Kawi-Kelud. Kondisi geografis di jawa timur seperti itu menjadikan
sistem pemerintahan tidak sentral. Akibat geografis lain adalah bahwa raja yang satu jika ada
kesempatan mengusai yang lain melalui penyerbuan atau perkawinan dengan puteri tetangganya.
Cara Mpu Sindok menaklukan seluruh wilayah jawa timur yaitu ia tak mengadakan penyerbuan
ke pedalaman terhadap kerajaan-kerajaan kecil itu satu demi satu tetapi dengan cara menguasai
terlebih dahulu perdagangan beras yang merupakan kunci kemenanangannya.
Untuk tercapainya tujuan tersebut sungai Brantas harrus merupakan jalan perdagangan
yang aman, dari Tuluagung sampai muaranya. Baru sesudah itu para raja kecil sanggup
membayar upeti kepada Sindok yang bertahta di kahuripan, apalagi jika perdagangan mereka
cukup menguntungkan. Di sini kerajaan besar di jawa timur mulai beralih dari Agraris menjadi
Maritim. Untuk itu diperlukan armada dagang pengekspor beras dan juga aramada perang
sebagai pengawalnya.
Dengan berpindahnya pusat kerajaan ke jawa tiur yang tentunya disertai pula dengan
pergseran penduduk, tak boleh diartikan bahwa jawa tengah telah kosong. Menurut Krom yang
tak ada lagi di jawa tengah hanya kaum ningrat dan kaum agaam, tetapi rakyat bersama raja-raja
kecilnya masih banyak dan mereka membayar upeti kepada raja besar yang ada di jawa timur.

7
2.3 Gunung Penanggungan: Lokasi Geografis dan Arti Historis
Gunung Penanggungan menempati lereng bagian utara dari komples gunung Arjuno-
Anjasmoro, sehingga dapat dikatakn merupakan anaknya. Dilihat dari lembah sungai Brantas
ada empat puncak yang mengelilinggi puncak utama. Orang – orang jawa zaman dulu
memandang gunung penanggungan sebagai gunug kecilyang telah mati. Menurut buku kuno
Tantu Panggelaran, asal-usul gunung tersebut demikian bagian puncak dari mahameru
dipindahkan ke pulau jawa dan dipasang di jawa timur.
Yang menarik secara Geografis bahwa lokasi Gunung Penanggungan ada di
antara sumber kali Brantas (daerah malang sekarang) dan bagian deltanya (daerah surabaya
sekarang). Kali Brantas seakan-akan seperti tubuh ular yang melingkar dengan letak kepala
mendekati ekornya. Kerajaan – kerajaan yang pernah ada di jawa timur selain berurat nadi
kali Brantas juga lokasinya mengelilingi Gunung Penanggungan, seperti Daha, Kahuripan,
Majapahit, Jenggala, dan Tumapel. Sehubungan itu setiap kali ada kekacauan politik di
dalam negri atau perang antar wilayah, Gunung Penanggungan dijadikan ajang strategi
perang. Fungsi lain dari gunung tersebut adalah untuk memuliakan tokoh-tokoh kerajaan.
Sehubungan itu lerengnya terdapat makam Erlangga (di belahan, lereng timur), makam
Sindok di betra juga makam ayah Erlangga di Jalatunda.
Sekarang makam-makam keramat itu tertutup semua oleh tanaman gelagah dan saliran
air. Penduduk biasa membakar tanaman gelagah tersebut untuk membuat rabuk bagi usaha
perladangannya. Dari kebiasaan inilah menjadi terbuka teras-teras bangunan kuno tadi.
Agaknya ada perhitungan ketinggian tempat-tempat suci itu. Peninggalan tersebut anehnya
terdapat di lereng tenggara dari puncak-puncak penanggungan (kemukus, penanggungan,
gajah mungkur dan bekel). Adapun lereng puncak penanggungan sendiri namanaya selakelir.
Puncak bekel dan gajah mungkur paling banyak berisi peninggalan kuno letaknya di anatara
750 dan 155 m di atas permukaan laut. Smapai ketinggian 1650 m pun masih ada
peninggalan seperti jalatunda, belahan dan jedung.

2.4 Lokasi Strategis Lembah Kali Brantas


Delta kali brantas di apit oleh kali porong yang mengalir ke arah timur (bermuara di selat
madura) dan kali mas (kencana) yang mengalir ke timur laut kemudian ke utara bermuara di
surabaya sekarang. Sementara perannya penting dalam percaturan politik kerajaan-kerajaan yang
pernah ada di jawa timur. Kondisi tanah delta itu sendiri tidak baik, mula-mula dipenuhi rawa-
rawa dan diselingi hutan belukar sana sini. Setelah kering hutan dibuka dan dijadikan tanah
pertanian. Untuk keperluan itu Raden Wijaya pendiri kerajaan Majapahit mengerahkan tenaga
Transmigran berasal Tumapel dan Madura. Adapun pusat kerajaan Majapahit sendiri ada di luar
delta itu, karena ditinjau secara Geomorfologis wilayah delta itu dari masa ke masa mengalami
pergeseran letak.

8
Pada abad itu pusat-pusat pemerintahan di kerajaan jawa masih di jawa tengah, akan
tetapi kegiatan perdagangan sudah maju di pantai-pantai jawa timur khusunya di sekitar muara
sungai Brantas dan sungai Sala. Sehubung dengan itu peneliti Ir. Nash menambahkan bahwa
dalam situasi seperti itu bahwa ekspor di jawa dapat dilakukan melalui 2 pelabuhan lain di jawa
timur, yakni pasuruan(selat madura) dan banyuwangi(selat bali).
Sungai Brantas sudah berfungsi secara ekonomis maupun politis pada masa-masa
tersebut. Selain menjadi saksi utama peristiwa-peristiwa historis yang penting, sungai tersebut
juga melatar belakangi berbagai fakta sejarah di jawa timur.

2.5 Geomorfologi Wilayah Dan Bencana Sungai


Yang dipermasalahkan secara Geomorfologis adalah ini, bagaimana mungkin hingga
tahun 1396 di canggu dapat ada pelabuhan laut (meskipun letaknya di pedalaman) yang
pemeliharaannya di hapus bersama dengan mata pencaharian garam yang maju. Padahal
ketinggian canggu sekarang ada 15-20 m di atas permukaan laut. Menurut peneliti Ir. Nash, latar
belakangnya adalah perubahan aliran sungai Brantas dan pergeseran palungnya dari abad ke
abad.
Mundurnya Majapahit sebagai penguasa perairan Nusantara dapat juga dihubungkan
dengan mundurnya fungsi Delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana Geomorfologis
yang dalam buku-buku sejarah tidak pernah ditulis. Namun sebagai gejala alami, sejarh mencatat
pula beberapa hal seperti berikut:
1. Rusaknya tanggul-tanggul sungai Brantas di dekata wringinsapta yang atas tuntutan
rakyat, baru sempat diperbaiki oleh Erlangga pada tahun 1037.( prasasti klagen)
2. Bencana yang dalam buku pararaton disebut “ banyu pindah” (tahun 1256).
3. Bencana “ pagunung anyar” yang disebutkan pula dalam buku pararaton (tahun 1256).

Penelitian selanjutnya telah menemukan buki-bukti bahwa tealah terjadi berbagai


kenaikan tanah yang pangkalnya adalah bukit-bukit Tunggorono di sebelah selatan kota
Jombang sekarang. Kemudian ini menjalar ke jombatan dan segunung. Akhirnya gerakan
tersebut menyondol lokasi pelabuhan canggu dari bawah dan terus menjalar menuju
bangsal.

9
2.6 Ciri – ciri Pedologis Lembah Sungai Brantas
Sungai Brantas sebagai urat nadi kerajaan-kerajaan di jawa timur dapat ditelaah ciri-ciri
tanahnya pada setiap lembahnya, semuanya itu ditentukan oleh kehadiran gunung-gunung api
yang mengapit aliran sungai tersebut dari hulu, hilir hingga muaranya. Penelitian Pedologis
tentang semua itu telah ditulis hasilnya oleh Agrogeolog Mohr sebelum perang dunia kedua,
demikian :
1. Dataran Tinggi Malang
Tanahnya berwarna coklat tua sampai hampir hitam. Ini menandakan bahwa
daerah tersebut di masa lampaunya merupakan suatu danau purba yang kemudian
mengalami proses pengeringan menjadi dtaran tinggi, setelah airnya dapat dibuang ke
luar mealalui sungai Brantas yang palungnya mewujudkan dasar dari danau tersebut yang
terdalam.
Menurut Mohr, danau purba tersebut mula-mula adalah suatu ledokan (terapit
oleh lereng-lereng gunung semeru disebelah timur, pegunungan kidul disebelah
selatannya, gunung kawi dan Arjuno di sebelah baratnya) yang terisi oleh bekuan
berbagai tuf dan eflata dari ledakan-ledakan gunung-gunung berapi tadi.
Menurut Verbeek dan Fennema, para geolog belanda pada awal abad ini, bahan-
bahan lava yang membeku tadi bertumpuk-tumpuk di pinggiran ledokan tadi, sehinga air
terhenti dan demikian terbentuklah rawa-rawa yang akhirnya meningkat menjadi suatu
danau. Kemudian gunung-gunung api sekeliling masih saja melanjutkan erupsinya
dengan membuang lava dan efflata kedalam ledokan itu sehingga dasarnya terisi dan
menjadimakin mendatar untuk berperoses lanjut menjadi dataran tinggi malang, setelang
airnya dapat diluapkan ke luar.

2. Lenbah Brantas dari Blitar sampai Kediri


Sungai brantas setelah mulai kepanjen sekarang membelok ke arah barat maka
lembahnya banyak dipengaruhi gunung api yakni kelud. Mulai dari blitar sungai Brantas
benar-benar memasuki dataran rendah untuk selanjutnya di dekat Tulungagung
membelok ke utara, masuk ke dataran rendah kediri yang terapit oleh gunung wilis di
sebelah baratnya dan kompleks gunung kawi-kelud serta gunung arjuno-anjasmoro di
sebelah timurnya.
Menurut sejarah geologinya, seluruh dataran rendah lembah Brantas dari blitar
hingga mojokerto dulunya mewujudkan suatu teluk lautan yang menjorok cukup dalam
dengan menjorok ke tubuh jawa timur. Kemudian teluk ini terisi oleh efllata gunung-
gunung api tersebut di atas, terutama kelud yang ledakannya hebatnya terakhir terjadi
pada tahun 1919 dan 1951. Sebagian eflatanya dibawa olwh angin, sebagian lagi oleh air
sungai Brantas, sehingga melalu dua proses ini terbentuklah dataran rendah kediri. Di
sekitar kota kediri dan kertosono, efflata lebih terdiri atas kerikil dan pasir kasar.

3. Bagian Hilir Brantas di sekitar Mojokerto

10
Mulai kertosono sungai Brantas membelok ke arah timur karena alirannya
menabrak pegunungan kendeng tengah. Di situ sungai tersebut kemasukan anak
sungainya dari barat yakni sungai widas.
Anehnya tanah di sekitar mojokerto terdiri atas unsur liat berat yang berwarna
kelabu kehitam-hitaman, yang ternyata banyak mengandung kapur asam arang. Tentang
keanehan ini Mohr menulis demikian, ada dua kemungkinan mengenai terjadinya, yaitu
pertama, hadirnya kapur dalam tanah itu disebabkan oleh bahan kapur yang berasal dari
tempat lain, kemudian oleh air sunga Brantas di endapkan disitu. Lalu kedua, kapur
tersebut terbentuk memang terbentuk setempat, artinya dasar tanah itu memang berupa
batuan kapur.
Keduanya dapat saja kapur terbentuk setempat dan menghasilkan habitus berupa
relik-relik. Ini disebabkan oleh keringnya musim kemarau sebagai gajala umum bagi
dataran rendah sekitar mojokerto, karena tipe iklimnya Aw menurut klasifikasi kloppen.
Dengan gejala kering seperti itu mungkin sekali dari masa ke masa terjadi kenaikan air
tanah untuk kemudian bercampur sebagai unsur baru dalam daerah hilir sungai Brantas.

2.7 Penguasaan Lembah Sungai Brantas oleh Erlangga


Elangga ahli waris tahta dari mertuanya yakni Dharmawangsa memerintah jawa timur
dari tahun 1019 sampai 1041, meskipun para wakil rakyat sudah sejak tahun 1010 memintanya
menjadi pemipin. Selama persembunyiannya di wonogiri (wilayah lereng gunung
penanggungan) ia sudah tentu merencanakan bagaimana cara menaklukan kembali raja-raja kecil
yang berdaulat di sepanjang hilir sungai Brantas.
Baru mulai tahun 1028 itu Erlangga mengirimkan ekpedisinya membebaskan lembah
sungai Brantas bagian hulu sampai hilirnya dari kekuasaan raja-raja kecil yang berdaulat. Setelah
tahun 1023 raja-raja kecil berhasil ditaklukan Erlangga, kerajaan Wengker yang masih bertahan.
Letaknya di eks-keresidenan madiun mungkin di antara kota madiun dan ponorogo sekarang.
Dari segi geografi politik lokasi wengker ini amat penting, karena sungai madiun yang
lembahanya juga merupakan sumber beras di jawa timur dapat saja diusahakan menjadi pusat
kerajaan agraris dipedalaman.
Pertentangan antara Erlangga dan Wijaya raja Wengker dengan pemikiran di atas dapat
diartikan sebagai persaingan antara lembah sungai Brants dab lembah sungai Madiun-sala yang
msing-masing dapat dijadikan sumbu negri agraris-maritim. Tidak mengherankan bahwa
Erlangga selam tiga tahun (1032-1035) dengan sengitnya memusnahkan Wengker tersebut smpai
tak mampu muncul kembali sebagai kekuatan baru.

Setelah merasa aman dari ancaman Wengker barulah Erlangga menyempatkan diri
memperbaki tanggul sungai Brantas di dekat wringinpitu (wringinsapta) yang letaknya 6 km di
sebelah barat klagen, demi kesejahteraan seluruh negri. Yang menarik adalah kenyataan bahwa
11
segera setelah tanggul di wringinsapta di perbaiki, ibu kota dapat diboyong kembali ke kahuripan
(1038).

2.8 Geografi Politik Kerajaan Singasari (1222-1292)


Pembicaraan mengenai latar belakang geografis kerajaan singasari tak dapat dibatasi pada
kondisi alamanya pada abad ke 13 saja. Haruslah pula diadakan ancang-ancang yang cukup maju
ke depan yakni abad ke 11 dan 12. Sebabnya adalah karena sungai Brantas sudah berfungsi
secara ekonomis maupun politis pada masa-masa tersebut.
Latar belakang kegiatan politis, sosial-ekonomis dan kulutural dari kerajaan panjalu dan
janggala kemudian kediri dan akhirnya singasari, terletak dalam nilai kombinasinya bagian-
bagian dari aliran sungai Brantas yang melingkar seperti ular. Aliran sungai Brantas dapat dibagi
atas tiga bagian, yaitu:
a. Hilir Atas
Ini menempati dataran tinggi malang sekarang yang dulunya ditempati oleh wilayah
induk Tumapel sejak akuwu Tunggul Ametung berkuasa, sampai pada masa bertahtanya
kertajaya di kediri (th 1220).

b. Hilir Tengah
Disinilah terletak kota Daha (gelang-gelang. Gelgelang atau kediri) yang menjadi ibu
kota dari kerajaan panjalu (1041) untuk kemudian menjadi kearajaan kediri (1045-1222).
Dataran rendah memanjang dari selatan ke utara (persisnya dari tulungagung sekarang
sampai kertosono) dengan diapit oleh tiga gunung yaitu wilis di sebelah barat, kompleks
gunung arjuno-anjasmoro serta kawi-kelud disebalah timurnya.

c. Hilir Bawah
Dataran rendah ini membujur barat timur dari kerosono sapai delta sungai Brantas.
Sebelum sampai awal delta tersebut, terletak pusat kerajaan majapahit tak jauh dari
Trowulan sekarang di kabupaten mojokerto.
Antara hulu dan delta sungai tersebut terletak datran rendah pasuruan dan daerah
pelena(zedelgebeid) lawang sekarang yang pernah di tempati ibukota kerajaan singasari.

12
2.9 Sungai Brantas sebagai sumbu kekuatan politik
Adakah pengaruh sungai Brantas terhadap kekuatan politik berbagai kerajaan di jawa
timur menurut zamannya? Tinjauan geografi politik justru harus menggunakan kenyataan ini.
Apabila seluruh aliranya artinya dari hulu sampai ke mauara dapat dikuasai oleh satu kerajaan,
makaa dapatlah kerajaan yang bersangkutan tumbuh menjadi kombinasi negri agraris-maritim
yang ideal. Struktur ini pernah nyata di zaman Erlangga (1037-1041) dengan pusatnya di
kahuripan. Kemudian pada zaman kertanegara ( 1268-1389) juga begitu tetapi dengan pusat di
singasari. Akhirnya di masa pemerintahan hayamwuruk (1350-1389) ketika pusat kerajaan di
trowulan.
Pada dasarnya ada dua variasi bentuk kombinasi agraris-maritim, yakni yang sempurna,
setengah sempurna. Yang sempurna di alami pada zaman Erlangga, Kertanegara dan
Hayamwuruk.artinya seluruh perairan sungai Brantas dikuasai secara sempurna. Adapun yang
setengah sempurna dapat berupa dua bentuk.
 Pertama, di situ hilir tengah (kediri) dan delta-muara sungainya dikuasai oleh satu
pimpinan, sebagaimna terjadi antara tahun 1115 dan 1222 ini meliputi pemerintahan raja-
raja Kameswara I, Jayabaya, Kameswara II, Crengga dan Kertajaya.

 Kedua, hanya bagian hilir atas dan bagian delta serta muara sungai Brantas saja yang
dikuasi raja yakni, Ranggawuni (1248-1268). Pada masa itu Tumapel-Singasari sebagai
pusat dikuasasi tentunya, ditambah dengan pelabuhan canggu sebagai pelabuhan dan
kunci perdagangan. Tetapi sementara itu agaknya kediri dan madiun bersama tidak dapat
ditertibkan, sehingga sempat bekerja sama secara diam – diam dengan madura yang
berati merongrongi kekuatan pemerintahan pusat.

13
Bab III
PENUTUP

Kesimpulan :
Sungai Brantas sebagai urat nadi kerajaan – kerajaan di jawa timur dapat di telaah
ciri – ciri tanahnya pada setiap lembahnya semua ditentukan oleh kehadiran gunung –
gunung api yang telah mengapit aliran sungai tersebut dari hulu, hilir hingga muaranya.
Dan kerajaan di jawa timur yang akan di bangun tidak lepas dari sumbu perekonomian
yakni sungai Brantas.
Latar belakang geografis kerajaan singasari tak dapat dibatasi pada kondisi
alamnya pada abad ke 13 saja. Harus pula diadakan ancang-ancang yang cukup maju
kedepan yakni abad ke 11 dan 12. Sebabnya adalah karena sungai Brantas sudah
berfungsi secara ekonomis maupun poiltis pada masa-masa tersebut mulai dari pugatan
(perjuangan Erlangga sejak awal abad ke 11) sampai tarik (berdirinya majapahit pada
akhir abad ke 13). Selain itu menjadi saksi utama peristiwa – peristiwa historis yang
penting, sungai tersebut juga melatar belakangi berbagi fakta sejarah di jawa timur.
Salah satu kerajaan yang pernah berdiri di jawa timur yaitu kerajaan singasari.
Kerajaan ini terletak di sebelah timur gunung kawi di hulu sungai Brantas di daerah jawa
timur. Singasari menguasai wilayah jawa timur dari tahun 1222 sampai tahun 1292.

14
DAFTAR PUSTAKA:

Daldjoeni, N. 1982. Geografi kesejaraan II. Bandung : penerbit Alumni.


Adji Krisna Bayu. 2016. Sejarah Para Raja dan istri-istri raja jawa.
Yogyakarta : Araska Publisher
http://humaidianggap.blogspot.com/2011/03/makalah-geografi-kerajaan-
singasari.htm

15

Anda mungkin juga menyukai