Anda di halaman 1dari 7

Bab III

Masa berburu dan mengumpulkan makanan


tingkat lanjut
Pada masa berlangsungnya hidup berburu tingkat lanjut di kala
pasca-Plastosen, corak hidup yang berlangsung dari masa
sebelumnya masih berpengaruh. Hidup berburu dan mengumpul
bahan - bahan makanan yang terdapat di alam sekitarnya di
lanjutkan. Ini terbukti dari bentuk alat-alatnya yang dibuat dari batu,
tulang, dan kulit kerang.
Dalam kehidupan manusia mulai tampak kegiatan - kegiatan
yang ternyata menghasilkan sesuatu yang belum dicapai pada masa
sebelumnya, diataranya adalah lukisan- lukisan di dinding gua atau
dinding karang. Di samping itu, telah dilakukan juga penguburan
bagi seseorang yang meninggal dunia.
A. Keadaan bumi pada kala pasca-Plastosen
masa glasial Wurm diperkirakan berakhir 20.000 tahun yang
lalu. Pada kala pasca-Pastosen, kegiatan gunung api, gerakan
pengangkatan, dan pelipatan masih berlangsung terus. Perubahan
– perubahan pening yang terjadi pada awal kala pasca-Plastosen
adalah berubahnya iklim. Berakhirnya masa glasial menyebabkan
berakhirnya musim dingin dan iklim kemudian menjadi panas,
dengan akibat semua daratan yang semula terbentuk karena
turunya muka airlaut, kemudian tertutup.
Keterampilan manusia dalam mengolah bahan – bahan alam pada
kala Plastosen semakin maju pula. Penggunaan alat-alat batu
berbagai keperluam sehari-hari juga mengalami perkembangan
bentuk dan variasi. Alat – alat serpih bilah merupakan jenis alat
utama di sampig alat-alat yamg dibuat dari kayu.
B. Alam Hewan
hewan-hewan yang hidup di pulau kecil kemudian hidup
terasing dan terpaksa menyeseuaikan diri dengan lingkungan yang
baru, beberapa diantaranya kemudia mengalamai evolusi lokal.
Berbagai hewan yang di temukan di tiap-tiap gua adalah sebagai
berikut.
 Fauna sampung
Ditemukan dalam suatu penggalian yang dilakukan oleh Stein
Callefels pada tahun 1928-1931. Menurut Koenigswald fauna
sampung tergolong kedalam fauna indo-malaya muda. Menurut
Dammerman, fauna tersebut terdiri atas berbagai jenis, beberapa
spesies, diantaranya Elephans namadicus,bos bubalis, Neofelis
nebulosa, dan Cervus eldi. Telah punah di jawa, selain itu di antara
fauna indo-malaya sampung, ditemukan banyak sekali tulang
belulang varanus salvator(biawak).
 Fauna besuki
Ditemukan dalam penggalian gua petpuruh dan gua sodong oleh
heekeren antara tahun 1931-1935. Menurut Koenigswald fauna
besuki terdiri atas:
1. Pithecus pyrrhus (jenis monyet)
2. Bibos banteng (jenis banteng)
3. Bubalus bubalis (jenis kerbau)
4. Muntiacus muntjac (jenis kijang)
5. Susvittatus (jenis babi hutan)

 Fauna punung
Berupa subfosil gigi dari Elephas maximus yang ditemukan dalam
suatu penggalian di Gua songterus di daerah punung(pacitan) oleh
soejono dan Basoeki pada tahun 1953.
 Fauna flores
Ditemukan dalam penggalian di Gua Toge dekat Warukia(flores
barat) oleh Heekren pada tahun 1954. hasil penyelidikan tulang
hewan dari flores menurut hoojier adalah sebagai berikut:
1. Dobsonia cf. Peroni (jenis kalong)
2. Macaca fascicularis subsp. (jenis monyet berekor panjang)
3. Rattus rattus (jenis tikus besar)
4. Papogomys armandvillie (jenis tikus besar)
5. Speleomys florensis (jenis tikus besar)
6. Acanthion brachyurus subsp. (jenis landak)
7. Sus scrofa subsp. (jenis babi)
C. Manusia
1. Ras pokok
semenjak sekitar 10.000 tahun yang lalu, ras manusia seperti yang
kita kenal sekarang sudah mulai ada di indonesia dan sekitarnya.
Menurut yang umum diperkirakan sekarang, terutama ada dua ras
yang terdapat di indonesia pada kala holosen, yaitu Australomelanesid
dan Mongoloid.
orang Australomelanesid berbadan lebih tinggi meskipun
variasinya cukup besar pula. Tengkorak relatif kecil, dengan dahi yang
agak miring. Bagian pelipisnya tidak membulat benar. Rengkoraknya
lonjong atau sedang, dan bagian belakang kepalanya, tengkorak
menonjol seakan-akan sanggul.
sebaliknya ras Mongoloid variasi tinggi badannya tidak selebar
pada Australomelanesid, dan rata-rata lebih kecil sedikit.
Tengkoraknya bundar atau sedang, dengan isi tengkorak rata-rata lebih
besar.
2. Penduduk
jika kita tinjau populasi manusi di indonesia di masa berburu
tingkat lanjut, nyatalah bahwa kedua ras pokok yang kita bicarakan
pada uraian ini jelas sekali kehadirannya. Di bagian barat dan utara
kita lihat sekelompok populasi dengan ciri-ciri utama
Australomelanesid dan hanya sedikit campuran mongoloid.
Di Jawa pada waktu itu hidup juga orang-orang Australomelanesid
yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur mongoloid. Lebih ke
timur, di Nusa Tenggara sekarang, hidup pada waktu yang bersamaan,
atau lebih belakang, populasi Australomelanesid pula, yang tidak
banyak berbeda dengan populasi disana sekarang. Keadaan berlainan
di Sulawesi, di Sulawesi selatan kita jumpai pada waktu itu populasi
yang lebih banyak memperlihatkan ciri-ciri Mongoloid. Ini mungkin
disebabkan oleh pengaruh Mongoloid yang datang melalui filipina ke
Kalimantan dan Sulawesi.

Anda mungkin juga menyukai