Anda di halaman 1dari 3

Pengertian, Ciri-Ciri Zaman Mesolitikum,

Manusia Pendukung, Serta Hasil


Kebudayaan
IPS, Sejarah, Zaman Purbakala On November 21, 2015 1 Comment
Pengertian, Ciri-Ciri Zaman Mesolitikum, Manusia Pendukung, Serta Hasil Kebudayaan
Zaman mesolitikum adalah salah satu periode zaman prasejarah, yaitu zaman batu di mana
manusia masih menggunakan batu sebagai alat dalam kegiatan sehari harinya. Zaman
mesolitikum sendiri disebut dengan zaman batu tengah dan terjadi pada masa holsen
sekitar 10. 000 tahun yang lalu.
Apabila dibandingkan dengan zaman batu sebelumnya, pada zaman ini manusia mulai
mengalami perkembangan budaya yang lebih cepat. Perkembangan budaya yang cepat ini
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah keadaan alam yang lebih stabil.
Akibatnya, manusia pada zaman ini hidup dengan lebih tenang, sehingga mereka bisa
mengembangkan kebudayaannya.
Pada zaman kehidupan manusia purba tidak terlalu berbeda dengan kehidupan manusia
purba pada masa-masa sebelumnya. Mereka memenuhi kebutuhan sehari hari dengan
berburu dan mengumpulkan beberapa makanan. Namun, pada masa ini manusia lebih
cerdas dibandingkan dengan para pendahulunya. Mereka mulai menetap dan membangun
tempat tempat tinggal yang semi permanen di tepi tepi pantai, dan di dalam goa goa,
sehingga tidak heran di tempat tersebut banyak ditemukan peninggalan peninggalan pra
sejarah. Manusia purba yang hidup pada zaman mesolitikum sudah mempunyai
kemampuan membuat kerajinan gerabah dari tanah liat.
Baca Juga: Pengertian, Faktor Pendorong, dan Dampak Urbanisasi

Selain itu, mereka juga sudah mulai bercocok tanam meskipun dengan cara yang masih
sederhana. Manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat alat yang diambil dari
tulang dan tanduk hewan untuk digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti pada
masa mengumpulkan makanan tingkat awal atau paleolitikum.
Alat alat tersebut banyak ditemukan di pulau sumatra, pulau jawa, pulau bali, dan nusa
tenggara bagian timur. Barang-barang hasil budaya mesolitikum yang di temukan,
diantaranya adalah kapak genggam Sumatra (Sumatralith pebble culture), flake (flakes
culture) di daerah Toala, alat dari bahan tulang (bone culture) di Sampung.

Ciri Ciri Zaman Mesolitikum


Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa zaman mezolitikum memiliki ciri
ciri sebagai berikut ini:
1. Manusia di zaman ini sudah tidak lagi nomaden atau menetap di gua, maupun di pantai.
2. Manusia zaman ini sudah mengumpulkan makanan dan bercocok tanam.
3. Manusia zaman ini sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.
Baca Juga: Sejarah Masa Penjajahan Jepang di Indonesia Lengkap

Manusia Purba pada Zaman Mesolitikum


Manusia purba pada zaman mezolitikum memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan
dengan manusia purba pada zaman sebelumnya. Mereka sudah memiliki kebudayaan yang
cukup maju dan tatanan sosial yang lebih tertata rapih. Salah satu jenis manusia purba
yang hidup pada masa ini adalah Abris sous roche, yaitu manusia purba mendiami gua-gua
di tebing pantai. Ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil mereka bersama dengan
banyaknya tumpukan sampah dapur yang menggunung tinggi hingga mencapai 7 meter.
Tumpukan fosil ini di sebut juga dengan kjokkenmoddinger.

Hasil Kebudayaan Zaman Mesolitikum


Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Zaman Mesolitikum menghasilkan beberapa
kebudayaan, di antaranya adalah:
1. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Istilah Kjokkenmoddinger diambil dari bahasa Denmark, yaitu kjokken yang berarti dapur
dan modding yang berarti sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur. Dalam
pengertian yang sebenarnya Kjokkenmoddinger adalah fosil yang berupa timbunan atau
tumpukan kulit kerang dan siput sehingga mencapai ketinggian 7 meter. Fosil ini
ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, yakni antara daerah Langsa hingga Medan.
Penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba pada zaman ini sudah mulai
menetap.
Baca Juga: Latihan Ujian Sosiologi Kelas 12 Semester 1
Pada tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian pada
Kjokkenmoddinger. Kemudian, dia menemukan kapak genggam yang berbeda dengan
kapak genggam pada zaman phaleotikum (chopper).

2. Kapak genggam Sumatera (Sumateralith)


Pada tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di fosil bukit kerang
dan menemukan kapak genggam. Temuan tersebut dinamakan sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith). Kapak ini dibuat dari
batu kali yang dipecah pecah hingga menjadi tajam ujungnya.
3. Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble, Dr. P.V. Van Stein juga menemukan kapak pendek (Hachecourt) di dalam
bukit kerang. Kapak ini memiliki bentuk yang lebih pendek (setengah lingkaran) sehingga
disebut juga dengan hachecourt/kapak pendek.
4. Pipisan
Di dalam bukit kerang tersebut ternyata ditemukan pipisan, yaitu batu batu penggiling
beserta dengan landasannya. Batu pipisan ini digunakan untuk menggiling makanan dan
juga dipergunakan sebagai penghalus cat merah yang berasal dari tanah merah. Cat merah
ini diperkirakan sebagai alat untuk keperluan keagamaan dan juga untuk ilmu sihir.

Anda mungkin juga menyukai