Anda di halaman 1dari 5

MEGANTHROPUS DAN

PITHECANTHROPUS

A. Jenis Meganthropus
Berikut ini Beberapa Fosil yang Berupa Fragmen Rahang Meganthropus
Paleojavanicus yang di Temukan dari Tahun Ketahun, silahkan simak penjelasan
lengkapnya di bawah ini.
a. Meganthropus A / Sangiran 6

Ini merupakan Fragmen Rahang yang sangat besar, pertama kali Fragmen
rahang ini ditemukan pada Tahun 1941 oleh oleh Von Koenigswald . Koenigswald
ditangkap oleh Jepang dalam Perang Dunia II, tapi berhasil mengirim cast rahang
untuk Franz Weidenreich .
b. Meganthropus B / Sangiran 8
Meganthropus B merupakan rahang lain yang di jelaskan oleh Marks pada
tahun 1953, yang mana pada saat itu ukuranya hampir sama dan bentuknya seperti
mandibula asli, akan tetapi kondisinya rusak parah.Temuan terbaru oleh tim Jepang
dan Indonesia memperbaiki fosil yang sudah dewasa ini dan menunjukkan spesimen
inilebih kecil dari spesimen yang diketahui H. Homo.

Anehnya, spesimen itu memiliki beberapa ciri unik untuk mandibula yang
ditemukan pertama dan tidak dikenal di H. Homo. Tidak ada perkiraan ukuran yang
belum pasti.
c. Meganthropus C / Sangiran 33/BK 7905
Meganthropus C Merupakan Fragmen mandinula yang di temukan pada
tahun 1979 dan memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan mandibula yang
sebelumnya ditemukan. Hubungannya dengan Meganthropus tampaknya menjadi
yang paling lemah dari penemuan mandibula.

d. Meganthropus D
Mandibula ini diakuisisi oleh Sartono pada tahun 1993, dan berkisar antara
1,4 dan 0,9 juta tahun lalu. Bagian ramus rusak parah, tetapi fragmen mandibula
relatif terluka, meskipun rincian dari gigi telah hilang.

Hal ini sedikit lebih kecil dari Meganthropus-A dan sangat mirip dalam
bentuknya. Sartono, Tyler, dan Krantz sepakat bahwa Meganthropus-A dan D
sangat mungkin merepresentasikan dari spesies yang sama.
e. Meganthropus I / Sangiran 27
Spesimen Tyler ini digambarkan sebagai tengkorak yang hampir lengkap tapi
hancur dalam batas ukuran Meganthropus dan di luar batas (diasumsikan) H.
Homo. Spesimen ini tidak memiliki jendolan ganda yang hampir bertemu di atas
tempurung kepala dan punggung nuchal sangat tebal.

f. Meganthropus II / Sangiran 31
Meganthropus II merupakan fragmen tengkorak yang pertama kali
dijelaskan oleh Sartono pada tahun 1982. Analisis Tyler sampai pada kesimpulan
bahwa itu adalahkisaran normalnya H. Homo. Tempurung kepala lebih dalam, lebih
rendah berkubah, dan lebih luas daripada sebelumnya spesimen sebelumnya yang
ditemukan. Ia memiliki sagittal crest yang sama atau punggung temporal ganda
dengan kapasitas tengkorak sekitar 800-1000cc.

B. Pithecanthropus
Pithecanthropus berarti manusia kera. Fosil jenis manusia purba ini banyak
ditemukan di daerah Trinil (Ngawi), Perning daerah Mojokerto, Sangiran (Sragen,
Jawa Tengah), dan Kedungbrubus (Madiun, Jawa Timur). Fosil ini juga ditemukan
oleh seorang peneliti manusia purba bernama Tjokrohandojo. Ia bersama dengan
ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak di lapisan Pucangan, atau
pada lapisan Pleistosen Bawah di daerah Kepuhlagen, sebelah utara Perning daerah
Mojokerto.
Jenis Pithecanthropus inilah yang paling banyak jenisnya ditemukan di
Indonesia. Pithecanthropus yang diketahui juga masih terbagi ke dalam beberapa
kelompok, yakni Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus robustus, dan
Pithecanthropus dubuis.
1) Pithecanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak)
Jenis Pithecanthropus erectus ini adalah fosil yang paling terkenal. Fosil ini
ditemukan oleh Dr. Eugene Dubois pada tahun 1890, 1891, dan 1892 di
Kedungbrubus (Madiun) dan Trinil (Ngawi). Temuan Eugene Dubois ini berupa
rahang bawah, tempurung kepala, tulang paha, serta geraham atas dan bawah.
Berdasarkan dari penelitian para ahli, Pithe-canthropus erectus memiliki ciri
tubuh sebagai berikut :
a. Berjalan tegak.
b. Volume otaknya melebihi 900 cc.
c. Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat.
d. Tinggi badannya sekitar 165 170 cm.
e. Berat badannya sekitar 100 kg.
f. Makanannya masih kasar dengan sedikit dikunyah.
g. Hidupnya diperkirakan satu juta sampai setengah juta tahun yang lalu.
Hasil temuan Pithecanthropus erectus oleh para ahli purbakala dianggap
sebagai temuan yang amat penting. Ini karena manusia purba ini menjadi kunci
revolusi dari temuan-temuan fosil manusia purba yang sejenis.
Jenis fosil Pithecanthropus erectus diyakini sebagai missing link, di mana
kedudukannya menjadi makhluk yang menghubungkan antara kera dan manusia.
Penemuan ini pula yang mejadi bukti yang menguatkan teori evolusi yang
dikemukakan oleh Charles Darwin dalam teori evolusinya. Dalam bukunya The
Descent of Man (Asal Usul Manusia), Darwin mengungkapkan tentang teori berupa
perkembangan binatang menuju manusia. Binatang yang paling mendekati ini
adalah kera.
Hal inilah juga diperkuat melalui penemuan manusia Neanderthal di Jerman
yang menyerupai kera maupun manusia.
2) Pithecanthropus robustus, (manusia kera berahang besar)
Fosil Pithecanthropus robustus ditemukan di Sangiran tahun 1939 oleh
Weidenreich. Von Koenigswald menyebut fosil ini dengan nama Pithecanthropus
mojokertenssi. Penemuan ini dilakukan pada lapisan Pleistosen Bawah di Mojokerto
antara tahun 19361941.
Pithecanthropus mojokertensis berarti manusia kera dari Mojokerto. Fosil
manusia purba yang ditemukan berupa tengkorak anak yang berumur 5 tahun.
Jenis manusia purba ini memiliki ciri ciri seperti :
a) hidung lebar,
b) tulang pipi kuat,
c) tubuhnya tinggi,
d) hidupnya masih dari mengumpulkan makanan (foodgathering).

3) Pithecanthropus dubuis (dubuis artinya meragukan)


Fosil Pithecanthropus dubuis ditemukan di Sangiran pada tahun 1939 oleh
Von Koenigswald. Tempatnya ditemukan pada lapisan Pleistosen Bawah.

4) Pithecanthropus soloensis (manusia kera dari Solo)


Pithecanthropus soloensis ditemukan oleh Von Koenigswald, Oppennoorth,
dan Ter Haar pada tahun 1931 1933 di Ngandong, tepi Sungai Bengawan Solo.
Hasil temuan ini memiliki peranan penting karena menghasilkan satu seri tengkorak
dan tulang kening.

Anda mungkin juga menyukai