NIM : 2208299
Mata Kuliah : Kajian Teks Sastra
Setelah mengucapkan doa terakhir ia meninggalkan tempat tinggalnya dan pergi ke hutan
menunggu doanya terkabul. Pada hari ketujuh saat hujan turun deras, petir menukik tajam dan
menyambar tubuh Monsera. Beberapa bulan kemudian, kesadaran Monsera berangsur pulih, ia
memiliki kekuatan untuk melihat masa lalu melalui sebuah foto. Kekuatan tersebut mengantar
Monsera mendapatkan kekayaan dan terlepas dari kemiskinan seperti yang diharapkannya.
Di sisi lain, kekuatan untuk melihat masa lalu ternyata berdampak buruk bagi kehidupan
Monsera. Ia tersiksa ketika melihat masa lalu ibunya yang ternyata seorang pelancur. Hal
tersebut membuat Monsera menyadari bahwa Si Preman yang selama ini dianggap sebagai
ayahnya hanyalah seorang pria yang dirayu ibunya untuk minta dinikahi setelah gagal
menggugurkan kandungan.
Monsera kembali berdoa agar kekuatannya melihat masa lalu dicabut dan ia kembali menjadi
orang biasa. Namun yang terjadi adalah kekuatannya bertambah. Selain bisa melihat masa lalu
kini Monsera juga bisa melihat masa depan. Kekuatan untuk melihat masa depan tersebut
ternyata menimbulkan masalah baru. Dalam penglihatan masa depannya, Monsera dihujam
senjata oleh para penjahat yang menginginkan uang.
SKEMA AKTAN CERPEN DOA YANG MENGANCAM (TOKOH MONSERA)
Harsiati (2017: 50) menyatakan bahwa ada enam hal yang menjadi ciri yang membuat cerita
fantasi berbeda dengan karya fiksi lainnya yaitu (1) terdapat keanehan, keajaiban, dan hal-hal
yang sulit diterima akal (2) menggunakan ide cerita yang biasa, tapi dibumbui dengan adanya
khayal penulis (3) menghadirkan latar; lintas ruang atau lintas waktu untuk mendukung ide cerita
(4) tokoh yang dihadirkan unik dan (5) tidak nyata dan (6) penggunaan bahasa.
Referensi:
Harsiati, dkk. 2017. Bahasa Indonesia (Buku Siswa). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sumiyadi. (2021). Kesusastraan Indonesia: Teori, Pengkajian, dan Model Pembelajaran.
Bandung: UPI Press.