PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan yang sangat penting untuk pembelajaran dalam kehidupan.
Karena dengan sejarah, kita bisa mengetahui bagaimana pejuang bangsa Indonesia dalam
memperjuangkan tanah air Indonesia ini, yang sejak abad ke-18 penetrasi kekuasaan Belanda
semakin besar dan meluas, bukan hanya dalam bidang ekonomi dan politik saja, tetapi juga
meluas ke bidang-bidang lainnya seperti kebudayaan dan agama. Hal itu menyebabkan
terjadinya berbagai peristiwa perlawanan dan peperangan melawan penindasan dan
penjajahan Bangsa Barat.
Oleh karena itu kita haruslah sangat bersyukur karena bisa menikmati hidup di
Indonesia hingga saat ini tanpa harus ikut berjuang melawan penjajah. Sehingga kita tetap
harus menghargai akan perjuangan para pahlawan kita dengan bisa menjadi penerus bangsa
yang bisa menjunjung tinggi nama Indonesia. Mengingat pentingnya akan bahasa sejarah,
kita sebagai warga negara Indonesia dituntut untuk lebih memahami mengenai sejarah
Indonesia dengan baik dan benar. Yang salah satunya adalah belajar dengan sebaik mungkin.
Untuk itulah materi ini sangat penting dipelajari, karena sangat disayangkan jika sebagai
warga negara Indonesia tetapi tidak memahani mengenai negaranya sendiri.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah sejarah bangsa Indonesia melawan Bangsa Barat ?
b) Nilai-nilai apa yang mendorong mereka melakukan pengorbanan untuk Indonesia ?
c) Bagaimana cara para pahlawan melawan penjajah ?
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui sejarah bangsa Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan serta fungsi mengenai sejarah
Indonesia.
3. Mengetahui beberapa pahlawan dan bagaimana cara mereka dalam mengusir
penjajah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), armada kekuatan Aceh telah
disiapkan untuk menyerang kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu Aceh telah memiliki
armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Pada tahun 1629, Aceh mencoba
menaklukkan Portugis. Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil mendapat
kemenangan. Namun , Aceh masih tetap meneruskan perjuangan melawan Portugis.
B. Perlawanan Terhadap VOC.
Masalah yang khusus yaitu Belanda membuat jalan di Tegalrejo yang melalui makam
leluhur Dipenogoro tanpa izin terlebih dahulu.
Perlawanan Diponegoro mendapat dukungan dari Kyai Maja, Sentot Prawiro Direjo, dan
pangeran Mangku Bumi. Dalam perang, Dipenogoro melakukan siasat Perang Gerilya,
sehingga Belanda kewalahan dalam menghadapinya. Belanda mengangkat Jendral De Koock
untuk menghadapi Diponogoro dengan siasat Benteng Stelsel, artinya setiap daerah yang
dikuasainya segera dibangun benteng, kemudian antara benteng yang satu dengan yang
lainnya dihubungkan jalan untuk gerak cepat pasukan. Diponegoro ditangkap dalam
perundingan dan di asingkan ke Batavia, kemudian ke Manado dan akhirnya ke Makassar
sampai meninggal dunia pada 8 Januari 1855.
4. Perang Jagaraga.
Pada tahun 1844, kapal Belanda terdampar di Pantai Buleleng. Sesuai dengan hukum
Tawan Karang, kapal itu disita oleh kerajaan Buleleng. Tetapi Belanda menuntut agar kapal
itu dikembalikan dan seluruh kerajaan di Bali tunduk kepada Belanda. Tetapi Raja Beleleng
menolaknya, sehingga pada tahun 1846, Belanda mendaratkan 1700 pasukan dan terjadilah
pertempuran di Buleleng. Kerajaan Buleleng dipimpin oleh Patihnya, Gusti Ktut Jelantik.
Namun pertempuran itu gagal yang kekalahan itu dianggap sebagai tunduknya semua
kerajaan di Bali terhadap Belanda.
Akhirnya Raja dan Patih Buleleng bersatu dengan kerajaan lain seperti Karangasem,
Klungkung, Mengwi, dan Bandung sepakat untuk menyerang pos-pos Belanda yang dipimpin
Gusti Ktut Jelantik. Sehingga pada tahun 1848 belanda mengirim pasukan 2300 orang.
Belanda mengancam dan menuntut raja-raja di Bali. Namun, tuntutan itu tidak dihiraukan
oleh raja dan rakyat Bali. Sehingga pada tahun 1849, pihak Belanda kembali mengirim
pasukan yang lebih banyak, sekitar 5000 serdadu ke Bali. Selanjutnya, berkobarlah
pertempuran sengit yang dikenal sebagai Perang Jagaraga (Perang Puputan) atau perang
hingga seluruh pasukan Bali gugur. Benteng Jagaraga akhirnya dapat diduduki Belanda.
Maka pada tahun 1849 semua kerajaan di Bali sudah berada di bawah kekuasaan Belanda.
5. Perang Banjar (1859-1863).
Pada tahun 1859 terjadi Perang Banjar. Perang itu timbul, karena :
a. Dhaerah kekuasaan Belanda di Kalimantan Selatan semakin diperluas, dan dhaerah
kerajaan makin dipersempit oleh Belanda.
b. Rakyat hidup menderita karena beban pajak dan kewajiban kerja paksa.
c. Pemerintah Belanda melakukan intervensi dalam urusan Kerajaan banjar.
Pada tahun 1857 terjadi konflik internal dalam pergantian raja. Belanda menunjuk
Pangeran Tamjidillah sebagai sultan, yang tidak dikehendaki rakyat. Penangkapan Pangeran
Prabu Anom dan pengambilalihan Kesultanan banjar oleh Belanda pada tahun 1859, yang
menimbulkan kekecewaan mendalam bagi kaum bangsawan dan rakyat, sehingga muncullah
Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat memimpin perlawanan.
Pada bulan April tahun 1859, pasukan Banjar menyerang pos-pos Belanda, seperti di
Martapura, sekitar sungai Barito, dan di Tabanio. Bahkan pasukan Pangeran Hidayat yang
dipimpin Tumenggung Surapati berhasil membakar dan menenggelamkan kapal Onrust milik
Belanda. Sehingga pada tanggal 11 Juni 1860, Belanda secara resmi menghapus kesultanan
Banjar dan Banjar diperintah oleh seorang penguasa Hindia Belanda.
Pangeran Antasari terus berjuang memimpin perlawanan, walaupun Kyai Damang
Leman menyerah dan Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Cianjur. Bahkan ia
diangkat oleh rakyat menjadi pemimpin tertinggi agama dengan gelar Panembahan Amirudin
Khalifatul Mukminin pada tanggal 14 maret 1862. Ia dibantu para pemimpin yang lalin,
seperti Pangeran Miradipa, Tumenggung Surapati dan Gusti Umah untuk memutuskan
pertahanan di Hulu Taweh. Perlawanan Antasari berakhir sampai ia meninggal pada 11
oktober 1862, yang kemudian perlawanannya dilanjutkan putranya, yaitu pangeran Muhamad
Seman.
6. Perlawanan Rakyat Aceh (1873-1912).
Pertempuran ini dilatar belakangi karena :
ü Aceh merupakan pusat perdagangan, sehingga Aceh banyak menghasilkan lada dan
tambang serta hasil hutan. Oeh karena itu Belanda berambisi untuk mendudukinya.
ü Aceh semakin terancam dengan adanya Traktat Sumatera, yang berisi pemberian kebebasan
bagi Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan di Sumatera, termasuk Aceh.
ü Aceh berusaha untuk memperkuat diri dengan mengadakan hubungan dengan Turki, Konsul
Italia, dan Konsul Amerika Serikat di Singapura.
ü Belanda khawatir, pada 26 Maret 1873 memaklumkan perang kepada Aceh.
ü Strategi Belanda untuk mengalahkan Aceh:
1. Menghancurkan seluruh ulama dan pemimpin dari pusat kegiatan.
2. Membentuk pasukan gerak cepat.
3. Semua pemimpin dan ulama yang tertangkap harus menandatangani perjanjian.
4. Setelah melakuan operasi militer, Belanda mengikuti kegiatan perdamaian rehabilitasi
(pasifkasi).
5. Bersikap lunak terhadap para bangsawan.
Pada 8 April 1873, Belanda menguasai masjid Raya Aceh, banyak mengundang para tokoh
dan rakyat untuk bergabung berjuang melawan Belanda, diantaranya Imam lueng Bata, Cut
Banta, Tengku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan istrinya Cut Nyak Dien. Pada tahun 1874,
Belanda berhasil menduduki istana kesultanan. Karena wilayah Aceh sangat kuat dalam
militernya, maka Belanda malakukan politik Devide Et Impera (memecah belah dan
menguasai). Pada bulan Agustus 1893, Teuku Umar menyatakan tunduk kepada Belanda
tanpa sebab, tetapi ia keluar dari Belanda pada 30 Maret 1896, dikarenakan keluarganya.
Militer Aceh berencana melakukan penyerbuan Terhadap Belanda, namun kekuatan militer
Aceh masih belum cukup kuat untuk melawan, sehingga Teuku Umar, dan Panglima Polim
terpaksa mundur dari peperangan.
Pada 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur karena terkena peluru ketika ia bersama
pasukannya bersiap untuk pengepungan di Meulaboh, sehingga perjuangannya dilanjutkan
oleh Cut Nyak Dien, dan mereka terus melakukan gerilya. Akhirnya Cut Nyak Dien berhasil
ditangkap dan dibuang ke Sumedang, serta meninggal pada 6 November 1905.
Panglima Polim dan Sultan Daudsah dipaksa menyerah ketika Belanda bertingkah licik
dengan menculik anggota-anggota keluarganya.
Pada 1904, Sultan Aceh dipaksa untuk menandatangani plakat pendek yang isinya:
1. Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
2. Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain selain Belanda.
3. Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda.
Dengan adanya plakat tersebut, maka Belanda semakin mudah menguasai seluruh
wilayah Aceh.
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini kita dapat menarik kesimpulan, bahwa saat revolusi industri,
Belanda merupakan negara yang kurang maju industrinya. Oleh karena itu, Belanda
mengembangkan keunggulan komparatif berupa industri berbasis pertanian dan
pertambangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tenaga kerja tanah
jajahan. Yang salah satunya dengan menjajah bangsa Indonesia. Sretegi tersebut terbukti
mampu menjadikan Belanda sebagai negara pemasok bahan mentah dan tambang yang
dibutuhkan negara industri maju di Eropa. Namun bangsa Indonesia tidaklah rela bila terus
diperbudak oleh Belanda hingga terjadilah bebabagai perlawanan yang telah dilakukan oleh
para pejuang dan pahlawan Indonesia. Oleh karena itu memanglah amat penting akan sejarah
sehingga tidaklah salah akan adanya mata pelajaran di setiap sekolah-sekolah di Indonesia.
Semua itu agar semua para generasi bangsa bisa lebih mengetahui sejarah dan sebagai
cerminan agar kita tetap selalu memperjuangkan tanah kelahiran kita Indonesia.
B. Saran
Setelah kita mempelajari mengenai pentingnya sejarah, kita harus bisa tetap
memperjuangkan negara kita dan juga dengan tetap menghargai para pejuang bangsa.
Sehingga sebagai siswa kita harus belajar dengan sebaik-baiknya agar penerus bangsa kita
bisa lebih memajukan negara ini. Dan sebagai penyusun kami merasa masih ada kekurangan
dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca.