Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMPN 2 MAUK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seperti biasanya di dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
mengajar merupkan kegiatan paling cocok dilakukan oleh siswa. Hal ini berarrti
bahwa berhasil tidaknya suatu tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Dalam kegiatan sehari hari di sekolah sering di hadapkan pada kenyataan bahwa
walaupun siswa diberi pelajaran ioleh guru dengan bahan pelajaran, waktu, tempat
dan metode pembelajaran yamng sama namun hasil yang diperoleh berbeda-beda.
Hal itu disebabkan karena banyak siswa yang mengalami hambatan-hamabatan
dalam belajar, baik dari dalam individu maupun dari luar individu, salah satu faktor
yang berasal dari luar individu adalah lingkungan keluarga. Seperti yang
dikemukakan oleh Mohamad Surya (1973:18) bahwa ”berhasil tidaknya suatu
pembuatan ata proses belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kematangan
dan lingkungan keluarga”.
Dengan hal tersebut, kehidupan keluarga dan pengaruh sosial Ekonomi
perkembangan baik anak selanjutnya karena keluarga merupakan lingkungan
pendidikan pertama yang mempunyai peranan penting dalam menentukan dan
membina proses perkembangan anak. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan
bahwa masalah yang dialami siswa di sekolah merupakan akibat atau lanjutan dari
situasi lingkungan keluarga.
Berdasarkan penjelasan diatas disimpulkan bahwa pengaruh sosial Ekonomi
mempunyai peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar anak.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Belajar
1.1.1 Pengertian Belajar
Hampir semua ahli mencoba dan merumuskan dan membuat tafsirannya.
Belajar adalah modifikasi atau memerteguh kelakuan melalui pengalaman.
Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi
lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Belajar merupakan suatu proses atau usaha perubahan tingkah laku
seseorang yang dipengaruhi oleh dorongan yang timbul dari dalam dari
individu. Doreongan tersebut timbul karena adanya kebutuhan yang menurut
pemenuhan dan pemuasan. Untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan itu
individu berinteraksi dengan linkungan untuk mencapai kebutuhan yang
diharapkan. Dalam hal tersebut diatas M. Surya mengemukakan (1979:32)
bahwa : "Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan”
C.T Morgan (Singgih, D. Gunarasa, 1986 : 2) mengartikan bahwa
“belajar adalah sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku sebagai akibat (hasil) dari pengalaman yang lalu”. Selanjutnya Rocman
N. (1976:9). Merumuskan belajar yaitu suatu proses perubahan itu dapat
terjadi dalam bidang keterampilan, kebiasaan, sikap, pengrtian pengetahuan
atau prestasi”.
Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli dirumuskan secara
berbeda-beda akan tetapi pada dasarnya semua ahli itu mengartikan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan perilaku.

1.1.2 Prinsip-prinsip Perilaku


Proses belajar memang komplek, namun dengan mempelajari uraian
terahulu juga dapat terperinci dalam bentuk-bentuk atau prinsip-prinsip belajar
adalah suatu proses perubahan perilaku.
Belajar adalah suatu proses berkembang, anak baru dapat mempelajari
dan mencerna bila ia tentyang matang untuk meniru pelajaran itu. Manusia
sebagai organisme yang berkembang kesediannya mempelajari sesuatu tidak
hanya menimbah saja tetapi karena perkembangan anak, lingkungan dan
pengalaman.
Belajar adalah reorganisasi pengalaman. Pengalaman adalah sutu
interaksi anatara individu dengan lingkungannya.
Belajar berlangsung terus menerus, anak memperoleh kemampuannya
tidak hany sekolah akan tetapi di luar sekolah. Dalam pergaulan memperoleh
penglama-pengalaman sendiri-sendiri karena itu sekolah harus bekerja sama
dengan orang tua dan masyarakat. Agar semuanya turut membantu
perkembangan anak-anak secara harmonis.

1.1.3 Kesulitan Belajar


Kehidupan manusia dapat berlangsung oleh hubungan-hubungan yang
terus menerus yang timbal balik dengan lingkungan hidup. Dalam hubungan
timbal balik dengan lingkungan ini manusia sering dihadapkan pada masalah-
masalah. Setiap individu pada umumnya memiliki masalah dan seolah-olah
dilahirkan bersama-sama dengan permasalahannya. Demikian halnya siswa di
sekolah merekapun memiliki masalah didalam hidupnya. Salah satunya adalah
masalah belajar.
Prestasi belajar yang rendah meruakan petunjuk bahwa siswa yang
bersangkutan memiliki masalah terutama kesulitan dalam belajarnya.
Kesulitan yang dialami siswa dapat disebabkan oleh keadaan dari dalam diri
siswa ataupun dari luar siswa. Moh. Surya (1973:10-11) menjelaskan bahwa
“proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai pembawaan dan dari luar
dipengaruhi oleh lingkungan”.
Salah satu faktor yang mempangaruhi disri siswa yaitu lingkungan.
Dalam hal ini lingkungan keluarga. Winarno S (1972 : 56) mengemukakan
bahwa selanjutnya, terutama sangat berpengaruh bagi perkembangan anak
keluarga, huubungan antar keluarga, status sosial ekonomi keluarga, status
anak dalam keluarga.
Lingkungan keluarga yang tidak membantu atau menunjang keberhasilan
akan menimbulkan masalah bagi siswa diantaranya kesulitan di dalam
perbuatan belajar di rumah, yang meliputi :
- Keadaan lingkungan di sekitar rumah
- Fasilitas belajar (tempat, waktu, dan perlengkapan)
- Hubungan antar anggota keluarga
- Keutuhan anggota keluarga
- Perhatian dan bimbingan orang tua atau anggota keluarga lainya.
Hal tersebut di atas yang dikemukakan nana S. (Soetrisno, 1983: 22)
sebagai berikut :
Sebab-sebab pelajaran ditinjau dari segi orang tua yaitu masalah kurang
perhatian dan bimbingan orang tuanya selama di rumah. Pengawasan yang
ketat terhadap anak, masalah keamanan anak dalam situasi rumah akibat
keutuhan keluarga, orang tua sudah tidak ada atau anak tidak terlibat dengan
ibu atau bapak tirinya ternyata memberikan pengaruh yang tidak sedikit tentu
saja faktor fasilitas belajar di rumah (waktu, tempat perlengkapan) cukup
memberikan pengaruh terhadao hasil belajar siswa.
Disisi lain Erman Amti (193:72-74) memperjelas pendapat diatas bahwa
faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah kesulitan berasal dari dalam
diri siswa dan lingkungan keluarga.
1. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
a. Keadaan ekonomi yang memadai
Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh dengan hanya
mengandalkan keterangan-keterangan yan diberikan oleh guru di
depan kelas, tetapi membutuhkan jua alat-alat yang memadai seperti
buku tulis, pensil, peta, pena dan terlebih dahulu lagi buku bacaan.
Sebagian besar alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh
murid-murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan
ekonoominya kurang memadai sudah barang tentu tidak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya secara memuaskan. Apabila
keadaan ini terjadi pada orang tua siswa, maka siswa yang
bersangkutan akan menanggung resiko-resiko yang tidak diharapkan.
b. Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tuanya
Pendidikan tidak hanya berlansung di sekolah tetapi juga di dalam
keluarga. Sayangnya, masih ada orang tua yang beranggapan bahwa
tugas mendidik hanyalah tugas sekolah saja. Para orang tua seperti itu
menganggap bahwa tugas mendidik hanyalah tugas sekolah saja. Para
orang tua seperti itu menganggap bahwa tugas orang tua tidak lebih
darisekedar mencukupi kebutuhan lahir anak: seperti makan, minum,
apakaian dan alat-alat pelajaran, serta kebutuhan-kebutuhan lain yang
bersifat kebendaan. Oleh sebab itu, para orang tua seperti ini selalu
sibuk dengan pekerjaannya sejak pagi sampai sore, bahkan ada juga
sampai malam untuk mendapatkan uang memperhatikan dan
mengawasi anak-anaknya belajar dan atau bermain.
c. Harapan orang tua terlalu tinggi
Disamping adanya orang tua yang kurang memperhatikan dan
mengawasi anak-anaknya terdapat pula orang tua yang meiliki
pengharapan yang sangat tinggi anak-anaknya. Mereka memaksa
anak-anaknya untuk selalu rajin belajar dan memperoleh nilai tinggi
tanpa mempertimbangkan apakah anak memiliki kemampuan yang
cukup memadai untuk melakaksanakan kegiatan-kegiatan belajar
memperoleh nilai tinggi. Bagi siswa-siswa yang ditakdirkan tidak
memiliki kemampuan yang cukup tinggi dengan sendirinya akan
merasakan tugas-tugas dan harapan-harapan itu sebagai satu siksaan,
dan pada gilirannya dapat menimbulkan putus asa dan tak acuh lagi
pada siswa itiu sendiri.
d. Orang tua pilih kasih terhadap anak
Keadaan anak dalam suatu keluarga selalu sama. Dengan kata
lain, mereka dilahirkan dengan membawa kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Ada mereka yang dilahirkan dengan membawa
potensi yang cukup tinggi, tetapu juga sebaliknya. Ada anak yang
dilahirkan sesuai yang diharapkan, tetapi juga yang ada yang tidak
demikian. Keadaan-keadaan ini rupanya tidak selalu diterima oleh
sebagian orang tua sebagai suatu kenyataan. Ada orang tua yang
menolak anak yang keadaanya tidak sesuai dengan yang mereka
harapkan. Penolakan ini memang tidak dinyatakan terus terang, tetapi
ditampilkan dalam bentuk-bentuk perlakuan-perlakuan tertentu.
Misalnya dengan melebih-lebihkan atau menyanjung-nyanjung anak
yang mereka anggap memenuhi harapan mereka, dan mengabaikan
atau mencela anak yang tidak harapkan.
e. Hubungan keluarga yang tidak harmonis
Orang tua merupakan tumpuan harapan anak-anak. Mereka
mengharapkan pendidikan, bimbingan, kasih sayang dari orang tua
agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.
Harapan-harapan itu akan mungkin terwujud apabila dalam keluarga
itu terdapat hubungan yanng harmonis antara yang satu dengan yang
lain, yaitu antara ayah dan ibu, antara kedua orang tua dengan anak-
anaknya, dan antara anak dengan sesamanya. Apabila di dalam suatu
keluarga tidak terdapat hubungan yang harmonis; seperti ayah dan ibu
selalu cekcok, jarang tinggal rumah, anak akan merasa tidak aman dan
tidak dapat memutuskan perhatiannya dalam belajar. Hal ini karena
proses belajar memang menuntut ketenangan dan ketentraman di
rumah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dengan demikian bahwa
masalah yang dialami anak di rumah (lingkungan keluarga) memiliki
pemgaruh terhadap prestasi belajarnya di sekolah.

2. Faktor yang berasal dari diri siswa


a. Tingkat kecerdasan rendah
Tidak diragukan lagi bahwa taraf kecerdasan atau kemampuan
dasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
Kemampuan yang tinggi pada seseorang anak memungkinkannya
dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan
persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat dan berhasil. Sebaliknya
tingkat kemampuan yang rendah dapat mengakibatkan siswa
mengalami kesulitan dalam belajar.
b. Kesehatan sering terganggu
Belajar tidak hanya melibatkan pikiran tetapi juga jasmaniah.
Badan yang sring sakit-sakitan, kurang vitamin, dan kurang gizi dapat
membuat seseorang tidak berdaya, tidak bersemangat dan tidak
memiliki kemampauan dalam belajar, apabila seseorang tidak
bersemangat tidak memiliki kemampuan dalam belajar, maka besar
kemungkinan orang yang bersangkutan tidak dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
c. Alat penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi dengan baik
Pengliehatan dan pendengaran merupakan alat indra yang
terpenting untk belajar. Apabila mekanisme mata atau telinga kurang
berfungsi, maka anggapan yang disampaikan dari dunia luar
umpamannya dari guru, tidak mungkin diterima oleh orang yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, sidswa tidak dapat menerima dan
memenuhi bahan-bahan pelajaran, baik yang disampaikan langsung
oleh guru mapun melalui buku-buku bacaan.
d. Gangguan alat perseptual
Setelah sesuatu pesan diterima oleh mata dan telinga, langkah
berikutnya dalam belajar dalam mengirimkan pesan itu ke otak,
sehingga pesan itu dapat ditafsirkan. Langkah-langkah tersebut disebut
persepsi. Apa yang sebenarnya yang terjadi dalam persepsi adalah
proses pengelolahan tanggapan baru (yang diterima melalui indera)
dengan pertolongan ini akan menghasilkan dan memberikan arti atau
makna tertentu kepada tanggapan yang diterima. Tetapi, persepsi itu
bisa juga salah, akalau ada gangguan-gangguan pada alat perseptual.
Dalam hal ini anggapan yang diterima oleh alat indera tidak dapat
diartikan sebagaimana mestinya.
e. Tidak menguasai cara-cara belajar yang baik
Kegagalan belajar tidak semata-mata disebabkan oleh tinkat
kecerdasan rendah atau karena faktor-faktor kesehatan, tetapi juga
disebabkan karena faktor-faktor kesehatan, tetapi juga disebabkan
karena tidak menguasai cara-cara belajar yang baik. Ternyata terdapat
huv\bungan yang berarti antara cara-cara belajar yang dicapai. Ini
berarti bahwa siswa yang cara-cara belajarnya lebih baik cenderung
memperoleh hasilyang lebih baik pula, dan demikian juga sebaliknya,
untuk memungkinkan siswa dapat menerapkan cara-cara belajar yang
baik, sejak dini siswa hendaknya diperkenalkan dan dibiasakan
menerapkan cara-cara belajar yang baik dalam kehidupannya sehari-
hari, baik di sekolah maupun dirumah.

1.1.4 Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan kecakapan nyata siswa mencapai materi
pelajaran tertentu sesuai kurikulum dan kriteria penelitian yang mempunyai
tujuan dan hasil yang harapan yaitu dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Pretasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal).
Pretasi yangdicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1.1.4.1 Faktor yang barasal dari diri sendiri (internal)
Faktor Jasmaniyah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak
berfungsi sebagai mestinya, seperti mengalami skit, cacat tubuh atau
perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang
membawa kelainan tingkah laku.
Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri atas;
- Faktor intelektif meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan
bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi uyang dimiliki.
- Faktor nonitelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motifasi, emosi, dan
penyesuaian diri.
1.1.4.2 Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)
Faktor sosial yang terdiri atas- Lingkuangan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan kelompok
1.1.4.3 Faktor budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi dan
kesenian.
1.1.4.4 Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan belajar.
1.1.4.5 Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan
Bloom juga, (Abin Syamsudin, 1981:146) mengemukakan bahwa perubahan
perilaku sebagai hasil belajar mencakup tiga spek koggnitif, afektif dan
psikomotor, secara terinci ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Aspek kognitif yang meliputi
- Pengamatan/perseptual.
- Hafalan/ingatan
- Pengertian/pemahaman
- Aplikasi/penggunaan
- Analisa
- Sintesa
- Evaluasi
b. Aspek afektif
- Penerimaan
- Sambutan
- Apresiasi/penghargaan
- Internalisasi
- Karakterissi/penghayatan
c. Aspek Psikomotor
- Keterampilan bergerak/bertindak
- keterampilan ekspresi verbal dan non verbal

Jadi prestasi belajar merupakan kecakapan nyata siswa setelah ia memperoleh


pelajaran tertentu yang tercermin dalam penguasaan terhadap pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diberikan di sekolah. Indikator yang digunakan adalah angka atau
nilai yang hasilnya berbeda-beda. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh
pembawaan, kematangan ataupun lingkungan. Dalam hal ini Mohamad Surya
(1973:13) mengemukakan sebagai berikut :
Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu
yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun
rohaniah. Individu yang satu berbeda dengan indivdu yang lainnya. Rimbul
perbedaan indivdual ini kita dapat kembalikan kepada faktor pembawaan dan
lingkungan sebagai komponen utama terbentuknya keunikan individu.
Abin Syamsudin (2002) mengemukakan ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa, sebagai berikut :
Raws Input ialah siswa dengan segala karakteristik seperti IQ, motifasi, motif,
kebiasaan, emosi, fisik dan lain-lain.
Instrumental inputs ialah masukan instrumental seperti guru, kurikulum, sekolah
sarana dan prasarana, buku sumber, dan lain-lain.
Enviromental inputs ialah masukan-masukan lingkungan seperti lingkungan
keluarga, sosial dan masyarakat.
Perbedaan prestasi belajar siswa ditujukan oleh tinggi rengahnya nilai rata-rata
yang dicapai mereka. Sehubungan dengan ini Abin Syamsudin (1972:2) menjelaskan
sebagai berikut :
Perbedaan ini tidak hanya nampak dalam rangka nilai hasil belajarnya, juga
kalau diperhatikan hanya nampak dalam angka hasil belajarnya, juga
kalaudiperhatikan di dalam proses atau jalannya cara pemecahan masalah atau
pengerjaan tugas, dengan kata lain di dalam proses perbuatan belajarnya pun berbeda-
beda pula. Ada yang sangat cepat sekali, tetapi adapula yang tidak berhasil sama
sekali melakukan tugasnya dalam waktu yang telah ditetapkan.
Olh karena itu slah satu penyebab prestasi belajar yang ditimbulkan oleh
lingkungan terutama lingkungan keluarga. Dengan demikian, makin rendah prestasi
belajar yang dicapai siswa maka semakin besar kecenderungan bahwa siswa yang
bersangkutan mengalami kesulitan.

2.7 Langkah-langkah Bimbingan


Bimbingan meerupakan suatu proses kegiatan bantuan kepada individu, kegiatan
bimbingan di sekolah adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan
dalam proses belajar agar setelah mendapatkan pelayanan bimbingan dapat
mempergunakan kemampuan yang dimilikinnya untuk :
Mengatasi kesulitan siswa dalam memahami dirinya sendiri.
Mengatasi kesulitan siswa dalam memahami lingkungan yang meliputi
lingkungan sekolah keluarga, dan kehidpan masyarakat yang lebih luas.
Mengatasi kesulitan siswa dalam mengidentifikasi dan memecehkan masalah
yang dihadapinya.
Dengan memperhatikan uraian di atas bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan
bimbingan adalah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai
dengan kemampuan, agar dapat menyesuaikan diri dengan kemampuan, agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkunyannya.
Berdasarkan gambaran umum permasalahan dan uraian di atas, maka penulis
merumuskan masalah-masalah langkah-langkah bimbingan yang perlu dilakukan oleh
penulis untuk menyelesaikan masalah tersebut di atas. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut : je3nis bantuan yang diberikan ialah :
Bimbingan dalam kesulitan belajar siswa
Bimbingan penyesuaian diri siswa, terutama dalam kehidupan sosial.
Untuk itu langkah-langkah usaha untuk memberikan bimbingan yang ditempuh
ialah :
Mengadakan wawancara khusus dengan siswa yang bersangkutan Dalam
kesempatan wawancara tersebut diusahkan siswa agar siswa memahami gambaran
tentang dirinya. Dijelaskan bahwa ia tidak perlu merasa rendah diri.
Mengadakan pendekatan dengan orang tua siswa untuk memperoleh gambaran
tentang keadaan lingkungan keluarga, hal ini dilakukan dengan mengunjungi rumah
Mengikutsertakan siswa tersebut dalam kegiatan-kegiatan kelompok dalam hal
ini diikutsertakan dalam kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, agar dapat
berperan aktif dalam kegiatan tersebut.
Memberikan bantuan secara khusus dan individual dalam belajar, yaitu
memberikan jam tambahan belajar. Dalam hal ini diberikan dan jam tambahan pada
waktu istirahat atau pulang sekolah. Diberikan tugas-tugas pelajaran tambahan untuk
dikerjakan baik di sekolah maupun di rumah.
Kegiatan remedialKegiatan remedial merupakan bentuk khusus dari pengajaran
yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Dari hasil remedial tersebut dapat disimpulkan bahwa rendahnya
prestasi belajar dikarenakan latar belakang keluarga dan lingkungan sosial kirang
mendukung misalnya. Bimbingan belajar tempat belajar serta perlengkapan belajar.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
lingkungan keluarga dan ekonomi sosial memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap perkembangan prestasi belajar siswa di sekolah, karena keluarga merupakan
pendidikan sebagai pondasi bagi perkembangan siswa selanjutnya. Selain itu juga
siswa banyak menghabiskan waktunya di rumah bersama keluarga. Dengan demikian
baik buruknya kondisi lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
Disamping itu bimbingan dan penyuluhan juga memiliki peran penting dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu membantu siswa agar dapat memecahkan
masalah-masalah belajar. Masalah-masalah belajar secara terinci yang kerap kali di
alami siswa antara lain kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajara, guru tata tertib,
lingkungan sekolah, dan sebagainya. Oleh karena itu agar tujuan bimbingan dan
penyuluhan dapat tercapai maka harus ada kerjasama yang baik anatara pihak
sekolah, orang tua dan siswa itu sendiri.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Sekolah
Pendidikan merupakan usaha dan tanggung jawab bersama baik sekolah,
orang tua, dan masyarakat, oleh karenaitu penanganannya pun tidak dapat
dibebankan kepada salah satu pihak.
Pihak sekolah khususnya, henakdnya memberikan pelayanan yang baik
bagi para siswanya. Guru sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses
belajar mengajar di kelas adalah yang lebih bagi para siswanya. Dikelas
adalah yang lebih baik mengetahui perkembangan belajar siswa dan orang
yang berpengaruh dalam pencapaian prestasi siswa.
Dengan pemahaman dan posisi tersebut, guru dapat membantu siswa
dengan menciptakan atau menggunakan strategi yang mendorong siswa untuk
dapat merelisasikan kemampuannya masing-masing. Selain itu juga hal-hal
yang tak kalah penting yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah terutama guru
adalah sebagai berikut :
Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pihaksekolah
sebaiknya melibatkan keluarga siswa, disamping itu berusaha untuk
mengungkapkan lebih jauh ptestasi belajar yang dicapai siswa dengan segala
permasalahannya yang berkaiatan dengan kesulitan belajar di rumah.
 Memberikan pengajaran remedial dan jam tambahan (les)
 Membentuk kelompok belajar dengan pengawasan guru
 Menggunakan metode belajar yang bervariasi dengan harapan siswa dapat
mengembangkan aktivitas dan kreatif dalam belajarnya.

3.2.2 Bagi Orang Tua


Dengan adanya pengaruhnya kesulitan belajar di rumah terhadap
prestasi belajar siswa, maka jelaslah betapa pentingnya bimbingan keluarga
kepada siswa yang menghadapi kesulitan dalam belajarnya. Ada beberapa
alternatif usaha yang dapat dilaksanakan oleh keluarga adalah :
Memberikan perhatian dan menciptakan suasana lingkungan rumah
yang nyaman untuk belajar
Menyediakan perhatian dan menciptakan fasilitas belajar yang
mendukung terhadap kelancaran dan keberhasilan belajar, misalnya waktu,
tempat dan perlengkapan.
Mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah khususnya guru kelas
untuk mengawasi perkembvangan belajar anak.
DAFTAR PUSTAKA

- Prof DR. H. ABIN SYAMSUDIN MAKNUN. (2003). Psikologi Pendidikan.


ROSDA
- RACMAN ABROR (1983) Psikologi Pendidikan. Tiara Wacana
- AMTI, E. dan MARJOHAN (1991) Bimbingan dan Konseling, Jakarta Depdikbud
TUGAS INDIVIDU
SOAL KONSEP-KONSEP MIPA

DISUSUN OLEH:
NAMA : SURONO
NPM : 20147279224
PRODI : MIPA 1D
DOSEN : Dr. Ir. MAMIK, M.Pd

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2015
TUGAS INDIVIDU
PENGARUH SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMPN 2 MAUK

DISUSUN OLEH:
NAMA : SURONO
NPM : 20147279224
PRODI : MIPA 1D
DOSEN : Dr. H. SYARIF HIDAYAT, M.Pd

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2015

Anda mungkin juga menyukai