Sejak dari kecil kita selalu diajarkan sikap sopan santun, jujur,adil dan berbagai aturan-
aturan yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial. Pembelajaran tersebut
bertujuan agar sejak dini kita dapat menanamkam dan menerapkan nilai-nilai atau norma-
norma dalam diri kita yang sendirinya akan sangat mempengaruhi bagaimana kita
bersikap di dalam lingkungan masayarakat kita.
Apabila aturan-aturan yang berlaku dilanggar maka orang yang melanggarnya akan
dikenakan hukuman yang berlaku di dalam masyarakatnya contohnya bila kita meludah
sembarangan atau berbicara kotor kepada orang lain terutama orang yang lebih tua, maka
kita telah melanggar norma kesopanan dan hukumannya adalah berupa teguran atau kita
akan mejadi bahan omongan yang buruk dikalangan masyarakat kita. Didalam kelompok
masyarakat memiliki tolak ukur atau standar moral yang harus diterapkan dan dipatuhi
oleh setiap orang di dalam masyarakatnya.
Yaitu standar moral yang berhubungan dengan berbagai persoalan apa saja yang dapat
menguntungkan atau merugikan manusia atupun anggota kelompoknya. Dan penentuan
standar moral merupakan bagian dari Etika. Agar setiap orang dapat menerapkan semua
aturan di dalam masayarakat dengan baik,maka setiap orang perlu menanamkan berbagai
sikap yang baik seperti kejujuran dan keadilan, sebab apabila setiap orang telah memiliki
sikap jujur dan adil, maka ia akan selalu bersikap dan berkata jujur di dalam
kehidupannya sehari-hari terutama dalam menjalankan pekerjaan yang menuntut adanya
sikap kejujuran. Sehingga ia akan mudah mendapat percayaan dari orang lain dalam
memjalankan tugas tertentu.
Bersikap adil pun tak kalah pentingnya karena lebih menyangkut hubungan antara orang
yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal hubungan antara pimpinanan dalam
mengatur masyarakatnya ataupun bawahannya dala bekerja. Setiap orang dituntut untuk
dapat bersikap adil yaitu tidak membeda-bedakan atau berbuat semena-mena terhadap
orang lain. Karena apabila kita dapat berbuat jujur dan adil kepada orang lainnya maka
kita dihormati oleh orang lain.
Adil
A. Adil
a. Pengertian Adil
Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al qisth
(moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim. Prinsip ini benar-benar
merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam syari’at Islam, sehingga wajar
kalau tuntunan dan aturan agama semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh
lapisan manusia diperintah untuk berlaku adil. Adil adalah memberikan hak kepada orang
yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada
tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa
ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt .
Islam memerintahkan kepada kita agar kita berlaku adil kepada semua manusia. yaitu
keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang Muslim
terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan
kebathilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf) dan
memberikan kebenaran kepada yang berhak.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapak dan kaum kerabatmu .” (An-Nisa’: 135)
Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan
legal. Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang
selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud
dalam masyarakt bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara balk
Menurut kemampuannya.
Fungsi penguasa ialah membagi-bagikan fungsi-fungsi dalam negara kepada masing-
masing orang sesuai dengan keserasian itu. Setiap orang tidak mencampuri tugas dan
urusan yang tidak cocok baginya. Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan
terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan
menciptakan pertentangan dan ketidakserasian. Misalnya, seorang pengurus kesehatan
mencampuri urusan pendidikan, atau seorang petugas pertanian mencampuri urusan
petugas kehutanan. Bila itu dilakukan maka akan terjadi kekacauan.
b. Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done
when equals are treated equally). Sebagai contoh, Budi bekerja selama 30 hari sedangkan
Doni bekerja 15 hari.
Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai
dengan lamanya bekerja. Andaikata Budi menerima Rp.100.000,- maka Doni harus
menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama, justru hal
tersebut tidak adil dan melenceng dari asas keadilan.
c. Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi
Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam
masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan
akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat. Adil menurut
para Filsafat lainnya :
a. Menurut Socrates , keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa
pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
b. Menurut Kong Hu Cu Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai
ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat
ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Dari semua itu dapat disumpulkan bahwa" Keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan
yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut
hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila
setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian
yang sama dari kekayaan bersama".
C. Hikmah Orang yang Adil :
a. Orang yang adil akan mendapatkan keamanan di dunia dan akhirat.
b. Apabila orang yang adil berkuasa, maka keadilannya akan memelihara
kekuasaannya.
c. Keridhaan dari Allah Ta’ala terhadap orang yang adil.
d. Orang yang adil tidak akan mengganggu dan menyakiti orang lain ataupun
makhluk lainnya.
e. Pemilik sifat adil berhak untuk mendapatkan kekuasaan, kemuliaan dan
kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.
f. Keadilan akan membawa pemiliknya untuk berpegang teguh dengan kebenaran
dan meninggalkan kebatilan tanpa ada basa-basi.
g. Keadilan dalam Islam mencakup segala sisi kehidupan. h. Keadilan merupakan
jalan menuju surga.
Jujur
D. Jujur
a. Pengertian Jujur
Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut.
Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya
secara samar-samar.
Berikut saya akan mencoba memberikan pemahaman sebatas mampu saya tetang makna
dari kata jujur ini. Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap
seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu
akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu
menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada
“perobahan” (sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut
dengan jujur. Sesuatu atau fenomena yang dihadapi tentu saja apa yang ada pada diri
sendiri atau di luar diri sendiri.
Misalnya keadaan atau kondisi tubuh, pekerjaan yang telah atau sedang serta yang akan
dilakukan. Sesuatu yang teramati juga dapat mengenai benda, sifat dari benda tersebut
atau bentuk maupun model. Fenomena yang teramati boleh saja yang berupa suatu
peristiwa, tata hubungan sesuatu dengan lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan apa
saja yang ada dan apa saja yang terjadi. Perlu juga diketahui bahwa ada juga seseorang
memberikan berita atau informasi sebelum terjadinya peristiwa atau fenomena. Misalnya
sesorang mengatakan dia akan hadir dalam pertemuan di sebuah gedung bulan depan.
Kalau memang dia hadir pada waktu dan tempat yang telah di sampaikannya itu maka
seseorang itu bersikap jujur. Dengan kata lain jujur juga berkaitan dengan janji. Disini
jujur berarti mencocokan atau menyesuaikan ungkapan (informasi) yang disampaikan
dengan realisasi (fenomena).
Mungkin kita pernah melihat atau memperhatikan Tukang bekerja. Dia bekerja
berdasarkan sebuah pedoman kerja. Dalam pedoman kerja (tertulis atau tidak) ada
ketentuan sebuah perbandingan yakni 3 : 5. Tapi dalam pelaksanaan kerja Tukang
tersebut tidak mengikuti angka perbandingan itu, dia membuat perbandingan yang lain
yakni 3 : 6, Peristiwa ini jelas memperlihatkan si Tukang tidak mengikuti ketentuan yang
ada dalam pedoman kerja. Dengan demikian berarti si Tukang tidak bersikap jujur.
Dalam kasus ini sang Tukang tidak berusaha menyesuaikan informasi yang ada dengan
fenomena (tindakan yang dilaksanakan ). Kejujuran juga bersangkutan dengan
pengakuan. Dalam hal ini kita ambil contoh , orang Eropa membuat pernyataan atau
menyampaikan informasi, bahwa ….orang pertama sekali yang sampai ke Benua
Amerika adalah Cristofer Colombus…Padahal menurut sejarah yang berkembang,
sebelum Colombus mendarat di Benua Amerika telah sampai kesana armada Laksmana
Cheng ho. Artinya apa, tidak ada pengakuan. Dalam hal ini kita juga melihat persoalan
kesesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan.
Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam rumusan, bahwa apa yang disebut dengan
jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara
Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap seperti inilah yang dinamakan
shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.
لِى ِستًّا ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْمV« اضْ َمنُوا: -صلى هللا عليه وسلم- ِ ت قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ ع َْن ُعبَا َدةَ ب ِْن الصَّا ِم
Vُوج ُك ْم َو ُغضُّ وا ْ إِ َذا َو َع ْدتُ ْم َوأَ ُّدوا إِ َذاV إِ َذا َح َّد ْثتُ ْم َوأَوْ فُواVأَضْ َمنُ لَ ُك ُم ْال َجنَّةَ اصْ ُدقُوا
َ اؤتُ ِم ْنتُ ْم َواحْ فَظُوا فُر
صا َر ُك ْم َو ُكفُّوا أَ ْي ِديَ ُك ْم
َ أَ ْب
"Jaminlah kepadaku enam perkara dari dirt kalian, niscaya aku men-jamin bagi kalian
surga: jujurlah jika berbicara, pemihilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah
kemahian kalian, tiinduk-kanlah pandangan, dan tahanlah tangan kalian" (HR. Ahmad)
عن أبي هريرة عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم انه قال من قال لصبي تعال هاك ثم لم يعطيه فهي
كذبة
"Barangsiapa berkata kepada anak kecil, kemari soya beri korma ini, kemudian dia tidak
memberinya, maka dia telah melakukan kebo-hongan" (HR. Ahmad) Orang yang sering
mengingkari janji juga akan kehilangan kepercayaan orang lain, bahkan akan
mendapatkan label munafik, sebagaimana sabda Rasulullah:
قال آية المنافق ثالث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلفVعن أبي هريرة عن النبي صلى هللا عليه وسلم
وإذا ائتمن خان
“Ciri-ciri orang munafik ada tiga, yaitu: jika berkata ia dusta, jika berjanji, ia ingkar, dan
jika dipercaya, ia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim)
Sementara itu, Allah memberi pujian orang-orang yang jujur dalam berjanji. Dia memuji
Nabi Ismail a.s. yang menepati janji-nya sebagai berikut:
ق ْال َو ْع ِد َو َكانَ َرسُوالً نَّبِيًّا ِ ر فِي ْال ِكتَاVْ َو ْاذ ُك
َ َب إِ ْس َما ِعي َل إِنَّهُ َكان
َ صا ِد
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ismail di dalam al-Qur 'an. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang jujur janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi” (Qs.
Maryam[19]: 54)
Ketika ia menjual tidak akan me-ngurangj takaran dan timbangan. Pada saat membeli
tidak akan memperberat timbangan dan menambah takaran. Orang yang jujur dalam
bermu'amalah juga senantiasa bersikap santun, tidak sombong dan tidak pamer (riya).
Jika orang tersebut melakukan atau meninggalkan sesuatu, semuanya da¬lam koridor
Allah swt.
Ia tidak tamak dan serakah dalam bermu'amalah. Barang siapa yang selalu bersikap jujur
dalam bermu'amalah maka dia akan menjadi kepercayaan masya¬rakat. Semua orang
akan merasa nyaman dan aman berinteraksi dan bermu'amalah dengannya.
5. Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan (shidq al-hal) Seorang yang jujur akan
senantiasa menampilkan diri apa adanya sesuai kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak
memakai topeng dan baju kepalsuan, tidak mengada-ada dan menampilkan diri secara
bersahaja. Rasulullah saw. bersabda:
DAFTAR PUSTAKA
http://liabriana.blogspot.com/2010/11/pentingnya-bersikap-jujur-dan-adil-di.html
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=527
http://tintacair95.blogspot.com/2011/03/hikmah-kejujuran.html
www.scribd.com
Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 8 - 10
8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
9. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.
10. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.
[838] Kaum muslimin yang jumlahnya masih sedikit itu telah Mengadakan Perjanjian yang kuat dengan
Nabi di waktu mereka melihat orang-orang Quraisy berjumlah banyak dan berpengalaman cukup, lalu
timbullah keinginan mereka untuk membatalkan Perjanjian dengan Nabi Muhammad s.a.w. itu. Maka
perbuatan yang demikian itu dilarang oleh Allah s.w.t.
[347] Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencurian yang dilakukan
Thu'mah dan ia Menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui
perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi. hal ini diajukan oleh
kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi s.a.w. dan mereka meminta agar Nabi membela Thu'mah dan
menghukum orang-orang Yahudi, Kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah,
Nabi sendiri Hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.
HADITS ADIL DAN BENAR
،الص ْد َق َي ْه ِدي إِىَل الْرِب ِّ َوإِ َّن الْرِب َّ َي ْه ِدى اجْلَن َِّة
ِّ الص ْد ِق فَ ِإ َّن
ِّ ِاهلل (ص) َعلَْي ُك ْم ب ِ قَ َال رس و ُل
ُْ َ
ِ ِ ِ ِ َالص ْد َق حىَّت يكْت
،بَ َوإِيَّا ُك ْم َوالْ َك ذ.ب عْن َد اهلل ص د ِّْي ًقا َ ُ َ ِّ ص ُد ُق َو َيتَ ّحَّرى ْ َالر ُج ُل ي
َّ َو َما َيَز ُال
ب ِ َّ َو َما َي َز ُال.ب َي ْه ِدى إِىَل الْ ُف ُج ْو ِر َو إِ َّن الْ ُف ُج ْو َر َي ْه ِدى إِىَل النَّا ِر ِ َّ َف
ُ الر ُج ُل يَ ْك ذ َ إن الْ َك ذ
)اهلل ّك َّذابًا (رواه البخاري ِ ويتحَّرى الْ ِك ْذب حىَّت يكْتب ِعْن َد
ََ ُ َ َ َ ََ َ
Rasulullah saw bersabda: “Berpeganglah kamu dengan kejujuran karena kejujuran itu
membawa kebajikan. Dan sesungguhnya kebajikan itu membawa (orang yang jujur) ke
syurg. Seseorang senantiasa dan berusaha untuk jujur, Allah akan mencatatnya sebagai
seorang yang sangat jujur. Hindarilah perbuatan dusta karena dusta itu membawa kepada
kejahatan. Kejahatan itu membawa (pendusta) ke dalam api neraka. Seorang yang
senantiasa dan terus berdusta, Allah akan mencatatnya sebagai pendusta besar.” (HR. Al-
Bukhari)