Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TAFSIR AYAT AKIDAH

SIFAT-SIFAT ALLAH

Dosen Pengampu: Ahmad Muttaqin, M. Ag

Disusun Oleh

Kelompok 2

Kelas IAT / V A

Elvita Hidayati 1931030134

Pungkas Martadi 1931030076

Vivi Fikriatur Rohmah 1931030110

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah Studi Tafsir Klasik “ Sifat-sifat Allah “

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Tafsir
Klasik program studi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN Raden Intan Lampung. Kami menulis makalah ini untuk membantu
mahasiswa supaya lebih memahami mata kuliah khususnya mengenai Sifat-sifat
Allah.

Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan


manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu dengan terbuka dan senang
hati kami menerima kritik dan saran dari semua pihak.

Bandar Lampung, 27 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Allah telah menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat yang menunjukkan dan
sekaligus memberitahukan, menggambarkan dan membuktikan kesempurnaan-
Nya Allah. Allah SWT melakukan pilihan-pilihan sesuai kehendak-Nya untuk
memberikan pahala atau memberikan siksa, mencipta atau tidak mencipta,
memberi petunjuk atau tidak memberikannya dan sebagainya.Allah melakukan
perbuatan-perbuatanyang layak bagi-Nya dan sesuai dengan kehendak dan
kekuasaan-Nya.Begitulah Tuhan memberitahukan tentang diri-Nya kepada
makhluk-Nya.Apapun yang terdapat pada diri Allah dan keluar dari-Nya adalah
kehendak, kekuasaan, kesempurnaan dan milik Allah yang Maha suci.Itulah sifat
Allah yang Maha sempurna dan meliputi segala sesuatu.
Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa Allah sama sekali berbeda dari dan
tidak dapat disamakan dengan makhluk-Nya. Dia Allah Maha suci dan bersih dari
segala penyerupaan dan pembentukan. Sifat Allah bukanlah Dzat-Nya tetapi ia
(sifat) tidak dapat dipisahkan dari-Nya.jika dikatakan bahwa Allah Maha melihat,
berarti Allah melihat dengan penglihatan-Nya, bukan dengan Dzat-Nya.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari sifat Allah ?
2. Apa saja sifat-sifat wajib bagi Allah ?
3. Apa saja sifat-sifat mustahil bagi Allah ?
4. Apa saja ayat-ayat al-quran yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah ?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui Definisi Sifat Allah.
2. Mengetahui Sifat Wajib Allah.
3. Mengetahui Sifat Mustahil Allah.
4. Mengetahui ayat Yang berkaitan dengan Sifat Allah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SIFAT
Adapun “Sifat” (sifah) adalah nama yang menunjukkan pada
sebagian keadaan dari dzat, dan sifat tersebut merupakan sesuatu yang
terjadi dengan mengambil sesuatu dari dzat tersebut, seperti ilmu
kekuasaan dan sebagainya.
Ibnu Faris mengatakan: sifat adalah al-amarah (tanda-tanda) yang
lazim untuk sesuatu. Ia juga mengatakan: “sifat (na’t) adalah penyebutan
(penjelasan) mengenai sesuatu dengan kebaikan yang ada di dalamnya.
Sifat-sifat Allah seluruhnya sifat sempurna yang tidak memiliki
kekurangan sedikitpun dalam segala aspeknya..seperti sifat Al Hayah
(hidup). Al Ilmu (berilmu), Al Qudrah (berkuasa), As Sam’u (mendengar),
Al Bashar (melihat), dan lain-lainnya. Sifat-sifat di atas semuanya
sempurna ditinjau dari segala aspeknya.

B. SIFAT WAJIB ALLAH SWT.


Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah
sebagai kesempurnaan bagi-Nya.Menurut para ulama ilmu kalam sifat-
sifat wajib bagi Allah terdiri atas 20 sifat. Dari 20 sifat itu dikelompokkan
menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
a. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah.
Sifat nafsiyah ini hanya ada satu, yaitu Wujud (ada).
b. Sifat Salbiyah yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya,
yakni sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dengan
kesempurnaan Dzat-Nya.

Sifat salbiyah ini ada lima, yaitu:


- Qidam (dahulu)
- Baqa’(kekal)
- Mukhalafatul lil-hawadis (berbeda dengan yang baru)
- Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sendiri)
- Wahdaniyah (keesaan)

Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk
sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:
- Qudrah (berkuasa)
- Iradat (berkehendak)
- llmu (mengetahui)
- Hayat (hidup)
- Sama’ (mendengar)
- Basar (melihat)
- Kalam (berbicara)
Sifat Ma’nawiyah
adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak dapat
berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah.
Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:

- Qadiran ( Maha berkuasa)


- Muridan (Maha berkehendak)
- ‘Aliman (Maha mengetahui)
- Hayyan (Maha hidup)
- Sami’an (Maha mendengar)
- Basiran (Maha melihat)
- Mutakalliman (Maha berbicara).

C. SIFAT MUSTAHIL ALLAH


Sifat mustahil bagi Allah SWT berarti sifat-sifat yang secara akal
tidak mungkin dimiliki Allah SWT. Sifat-sifat mustahil merupakan
kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah SWT. Sifat-sifat mustahil bagi
Allah SWT jumlahnya sama dengan sifat-sifat wajib bagi Allah yaitu
sebanyak 20 ( dua puluh ) sifat, yaitu:

1. ‘Adam ( tidak ada )


Alam semesta ini ada yang menciptakan yitu Allah SWT.Tidak
mungkin alam semesta ini terjadi dengan sendirinya. Tidak mungkin
diciptakan oleh manusia atau mahluk yang lain. Yang menciptakan
adalah Allah. Maka mustahil Allah SWT tidak ada (‘Adam) .

“Dan dialah yang menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran,


pengelihatan dan hati( tetapi) amat sedikitlah kamu bersyukur. Dan
Dia telah menciptakan dan mengembangbiakkan kamu di bumi dan
kepadanNya-lah kamu akan dihimpunkan. Dan Dialah yang
menghidupkan dan mematikan dan Dialah yang (mengatur)
pertukaran malam dan siang. Mengapa kamu tidak
memahaminya?”.(Q.S. Al-Mu’minun / 23 : 78-80 )
2. Huduts ( baru atau ada pemulaannya. )
Setiap yang baru atau ada permulaannya akan selalu didahului
dengan tidak ada. Sesuatu yang tidak ada kemudian ada, pasti ada yang
membuat atau menciptakan. Maka mustahil Allah SWT bersifat
Huduts, sebab siapa yang menciptakan Allah SWT ? Setiap sesuatu
yang Huduts pasti ada akhirnya sehingga tidak ada lagi. Hal ini jelas
mustahil (tidak mungkin) bagi Allah SWT.
"Dialah yang awal dan akhir, yang dhahir dan yang bathin. Dan
Dia maha Mengetahui segala sesuatu”.( QS. Al-Hadid / 57 : 3).
3. Fana’ ( rusak )
Mustahil Allah SWT yang mengendalikan seluruh alam semesta
yang amat rumit ini bersifat fana’ (rusak).

”Semua yang ada dibumi akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (QS Ar-
Rahman/55 : 26-27)

4. Mumastalatu lil khawadist ( menyerupai yang baru atau makhluk )


Manusia saja jika membuat barang tentu tidak bisa sama persis
dengan dirinya. Tidak mungkin Allah yang Maha Sempurna
menciptakan mahlukNya sama dengan Dia sendiri.

”Dan tidak ada seorangpun yang sama dengan Dia (Allah)”. (QS
Al-Ikhlas/112 : 4).

5. Ihtiyajuhu lighairihi ( membutuhkan sesuatu kepada selain dariNya )


Allah SWT adalah Maha Kaya. Mustahil Allah membutuhkan yang
lain. Allahlah yang menciptakan semua makhluk dan memberi nikmat
kepada semua makhluknya tetapi Dia tidak pernah mengharapkan
imbalan.

”Dan Dialah yang Maha kaya sedangkan kamulah orang yang


membutuhkan-Nya”. (Q.S. Muhammad / 47 : 38 )

6. Ta’addud ( berbilang atau lebih dari satu )


Mustahil Allah lebih dari satu, sebab jika Allah ada dua atau lebih,
pasti akan terjadi perbedaan pendapat. Misalnya dalam pengaturan
peredaran planet-planet dan bintang-bintang. Bila terjadi perbedaan
cara pengaturan maka akan terjadi tabrakan.

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,


tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang
mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan”. (QS al-
Anbiyaa/21 : 22).
”Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa
Allah itu salah seorang dari yang tiga padahal sekali-kali tidak ada
tuhan selain dan Tuhan Yang Maha Esa jika mereka tidak berhenti
dari apa yang mereka katakana itu, maka orang-orang kafir diantara
mereka disentuh siksa yang pedih”. (Al-Maidah : 73)
7. ‘Ajzun artinya Lemah.
Manusia mempunyai kekuatan pikiran dan fisik yang dengannya
dapat memanfaatkan alam untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Manusia adalah ciptaan Allah. Jika manusia memiliki kekuatan apalagi
Allah SWT, maka mustahil Allah bersifat lemah.

“Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah, baik yang


di langit maupun yang di bumi.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa”. (QS Fathir/35 : 44)

8. Karahah artinya terpaksa.


Allah SWT melakukan sesuatu tanpa ada yang mempengaruhi
secara terpaksa atau ada yang memaksa. Tidak mungkin Allah Dzat
yang maha berkehendak melakukan suatu perbuatan atas dasar
perintah pihak lain. Maka mustahil Allah SWT bersifat Karahah
(terpaksa

"Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap segala yang


Dia kehendaki."(Q.S. Hud : 107).

9. Jahlun artinya Bodoh


Manusia diciptakan Allah masing-masing mempunyai
keistimewaannya sendiri-sendiri. Ini menunjukkan bahwa ilmu Allah
sangat luas atau maha luas. Allah SWT memberikan ilmu kepada
manusia maka mustahil Allah SWT bersifat Jahlun atau bodoh.

“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan (oleh Allah) melainkan


hanya sedikit saja”.(QS Al Israa/17 : 85)

10. Mautun artinya Mati.


Allah menghidupkan dan mematikan mahlukNya.Mahluk Allah
seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan yang hidup karena
kehendak Allah, dan mustahil Allah sebagai penciptanya bersifat
mautun atau mati sebab Allah Maha Hidup.

”Allah tidak ada tuhan selain Dia yang maha hidup, kekal, dan
terus menerus mengurus ( mahlukNya ) tidak mengantuk dan tidak
tidur”. (QS al-Baqarah/2 : 255).
11. Shamamun artinya tuli.
Allah mendengar setiap doa orang yang beriman walaupun hanya
berupa bisikan di dalam hati sebab Allah Maha Mendengar dan Maha
mengetahui. Oleh sebab itu mustahil kalau Allah bersifat Shamamun
(tuli).

"Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al


Baqarah/2 : 256).

12. ‘Umyun artinya Buta.


Manusia, binatang diciptakan oleh Allah dengan diberi indra mata
untuk melihat. Apalagi Allah yang Maha Melihat maka mustahil juka
Allah bersifat ‘umyun ( buta ).

“Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang


disembuyikan oleh hati.Sesungguhya Allah Dialah yang maha
Mendengar Lagi Maha Melihat”. (QS Al-Mu’min/ 19-20)

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi
Maha mengetahui”. (QS Al An’am/6 : 103).

13. Bukmun artinya Bisu.


Allah SWT menurunkan wahyu kepada para nabi, dari wahyu itu
kemudian terhimpun kalamullah yang tertulis dalam kitabullah.Adanya
al-Qur’an yang berisi firman Allah membuktikan bahwa mustahil
Allah bersifat bukmun (bisu).

“Para rasul itu kami lebihkan sebagian atas sebagaian yang lain.
Di antara mereka ada yang Allah bercakap-cakap (langsung
dengannya) dan Allah meninggikan sebagian dari mereka beberapa
derajat”. (QS Al Baqarah/2 : 253).

14. ‘Aajizan Áajizan artinya maha lemah


15. Mukrahan artinya Maha Terpaksa
16. Jaahilan artinya Maha Bodoh
17. Mayyitan artinya Maha Mati
18. Ashammu artinya Maha Tuli
19. A’ma artinya Maha Buta.Mustahil Allah bersifat Maha Buta.
20. Abkamu artinya Maha Bisu.Mustahil Allah bersifat Maha Bisu.
D. PENAFSIRAN AYAT- AYAT SIFAT
1. QS. Al-Baqarah Ayat 255

 ‫ي‬ ْ ‫ض ٰم ْن ذٰا الا ِذ‬ ٰ ْ ‫ت ٰو ٰما فِى‬


ٌۗ ِ ‫اَل ْر‬ ِ ‫ي ْالقٰي ُّْو ُم ەَۚ َٰل ت ٰأ ْ ُخذ ُ ٗه ِسنٰةٌ او َٰل ن ْٰو ٌۗ ٌم ٰلهٗ ٰما فِى السامٰ ٰو‬
ُّ ‫َل ا ِٰلهٰ ا اَِل ه َۚ ُٰو ا ٰ ْل ٰح‬
ٓ ٰ ُ‫ّللَا‬
‫ٰ ه‬
ۤ ‫ا‬ ْ
‫ش ْيءٍ ِِّم ْن ِعلمِ ٓه اَِل بِ ٰما شٰا َۚ ٰء ٰو ِس ٰع‬ ُ َۚ ْ ٰ ٌۗ ْ ‫ا‬
ٰ ‫يٰ ْشفٰ ُع ِع ْندٰ ٗ ٓه اَِل بِ ِاذنِه يٰ ْعل ُم ٰما بٰيْنٰ ا ٰ ْي ِد ْي ِه ْم ٰو ٰما خٰلفٰ ُه ْم ٰو َٰل يُحِ ْيط ْونٰ ِب‬
ْ
‫ي العٰظِ ْي ُم‬ ْ َۚ ُ ْ ٰ ْ ‫ت ٰو‬
ٰ َۚ ‫اَل ْر‬
ُّ ‫ض ٰو َٰل يٰـُٔ ْود ُٗه حِ فظ ُه ٰما ٰوه ُٰو العٰ ِل‬ ِ ‫كُ ْر ِسيُّهُ السامٰ ٰو‬

255. Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di
sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa
yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang
ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan
bumi.Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi,
Mahabesar.

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H 255.

Nabi mengabarkan, “Bahwa ayat ini ayat paling agung dalam al-Qur’an”
karena ayat ini meliputi makna tauhid, kebesaran, dan luasnya sifat Allah, dan
Allah mengabarkan bahwasanya Dia adalah, “Allah” yang memiliki segala
makna-makna ketuhanan, dan bahwasanya tidak ada yang berhak bercitra
ketuhanan dan peribadahan kecuali hanya Dia. Dipertuhankannya selainNya dan
peribadahan kepada selainNya adalah batil, dan bahwasanya Dia “Hidup kekal,”
yang memiliki seluruh maknan-makna kehidupan yang sempurna berupa
pendengaran, penglihatan, kemampuan, kehendak, dan sebagainya dari sifat-sifat
fisik, sebagaimana juga Dia “terus menerus mengurus (makhlukNya),” termasuk
di dalamnya segala macam bentuk sifat-sifat perbuatan, karena Dia terus menerus
mengurus (makhlukNya), yang sendiri saja mengurusnya, dan tidak butuh kepada
bantuan seluruh makhluk-makhlukNya. Allah mengurus segala makhluk, di mana
Dia menciptakan mereka dalam mempertahankan keberadaan dan kelanggengan
mereka. Dan di antara kesempurnaan hidup dan kepengurusanNya bahwa Dia
“tidak mengantuk,” maksudnya, tidak ingin tidur, “dan tidak tidur” karena
ngantuk. Tidur hanya muncul pada para makhluk yang diselubungi oleh
kelemahan, ketidak mampuan, serta kekurangan, dan tidak muncul pada Dzat
yang memiliki keagungan, kesombongan, dan kemuliaan, dan Allah juga
mengabarkan bahwasanya Dia Pemilik apa yang ada di langit dan di bumi.
2. Surat Hud Ayat 45

ٰ‫مِن أ ٰ ْهلِي ٰو ِإ ان ٰو ْعدٰكٰ ْال ٰح ُّق ٰوأ ٰ ْنتٰ أ ٰ ْح ٰك ُم ْال ٰحاكِمِين‬


ْ ‫ح ٰرباهُ فٰقٰالٰ ٰربِّ ِ ِإ ان ا ْبنِي‬
ٌ ‫ٰونٰادٰ ٰى نُو‬

“ Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku,


sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau
itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya".

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H

“dan Nuh berseru kepada Rabbnya sambil berkata ’ya Rabbku,


sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janjiMu adalah
benar", yakni, Engkau telah berkata kepadaku, ”angkutlah dari masing masing
hewan (jantan dan betina) dan keluargamu” dan engau tidak akan menelisihi
janjiMu kepadaku. Boleh jadi Nuh terbawa oleh rasa kasih sayangnya, dan bahwa
Allah menjanjikan keselamatan keluarganya, sehingga dia mengira bahwa
janjiNya berlaku umum kepada keluarganya yang beriman dan yang tidak
beriman. Oleh karena itu, dia berdoa kepada Allah dengan doa itu meski begitu
dia menyerahkan urusannya kepada hikmah Allah yang mendalam.

3. Al Hasyr ayat 23

‫ع اما‬ ُ َۚ ‫اار ْال ُمت ٰ ٰك ِِّب ُر‬


ِ ‫س ْب ٰحانٰ ا‬
ٰ ‫ّللَا‬ ُ ‫يز ْال ٰجب‬ ُ ‫ه ُٰو ّللَاا ُ الاذِي َٰل ِإ ٰلٰ ٰه ِإ اَل ه ُٰو ْال ٰم ِلكُ ْالقُد‬
ُ ‫ُّوس الس ٰاَل ُم ْال ُمؤْ مِ نُ ْال ُم ٰهيْمِ نُ ْال ٰع ِز‬
﴾٢٣ ﴿ ٰ‫يُ ْش ِركُون‬

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan.
TAFSIR IBNU KATSIR

Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Mahasuci. (Al-Hasyr: 23)


Menurut Wahb ibnu Munabbih, artinya suci. Menurut Mujahid dan Qatadah,
artinya Yang Memberkati. Menurut Ibnu Juraij, disebutkan demikian karena para
malaikat yang mulia menyucikan-Nya. Yang Mahasejahtera. (Al-Hasyr: 23) Yaitu
Mahasejahtera dari segala bentuk cela dan kekurangan, karena kesempurnaan zat,
sifat, dan perbuatan-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang
Mengaruniakan keamanan. (Al-Hasyr: 23) Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah makhluk-Nya merasa aman dari
mendapat perlakuan aniaya oleh-Nya.

Qatadah mengatakan, makhluknya merasa aman dengan adanya firman-


Nya yang menyatakan bahwa Dia Mahahak (benar). Menurut Ibnu Zaid, hamba-
hamba-Nya yang beriman membenarkan keimanan mereka kepada-Nya. Firman
Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Maha Memelihara. (Al-Hasyr: 23) Ibnu Abbas
dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yang
dimaksud ialah Dia Maha Menyaksikan semua makhluk-Nya tentang amal
perbuatan mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Dia Maha
Mengawasi mereka. maka tiada sesuatu pun yang dapat mencapai Zat-Nya karena
keperkasaan, keagungan, kekuasaan, dan kebesaran-Nya.

Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: Yang Mahakuasa,


Yang Memiliki Segala Keagungan. (Al-Hasyr: 23) Yaitu Yang tidak pantas
bersifat kuasa selain Dia dan tidak pantas bersifat agung selain Dia karena
keagungan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam sebuah hadits
shahih (hadits Qudsi) yang mengatakan: ". Kebesaran adalah (bagaikan) kain-Ku
dan Keagungan adalah (bagaikan) selendang-Ku; maka barang siapa yang
menyaingi-Ku pada salah satu dari keduanya, niscaya Kuazab dia. Qatadah
mengatakan bahwa makna al-jabbar ialah Tuhan Yang menundukkan makhluk-
Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, al-jabbar artinya Tuhan Yang memperbaiki urusan-
urusan makhluk-Nya. Yang mengatur mereka sesuai dengan apa yang menjadi
kemaslahatan bagi mereka. Qatadah mengatakan bahwa al-mutakabbir artinya
Yang Maha Agung dari semua keburukan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Al-Hasyr: 23)

4. Al Hasyr ayat 24

‫يز ْال ٰحكِي ُم‬


ُ ‫ض ۖ ٰوه ُٰو ْالعٰ ِز‬
ِ ‫ت ٰو ْاْل ٰ ْر‬
ِ ‫اوا‬ ٰ ُ‫ص ِّ ِو ُر ۖ لٰهُ ْاْل ٰ ْس ٰما ُء ْال ُح ْسن ٰٰى َۚ ي‬
‫سبِِّ ُح لٰهُ ٰما فِي ال ا‬
ٰ ‫س ٰم‬ ٰ ‫ئ ْال ُم‬ ِ ‫ّللَاُ ْالخٰا ِل ُق ْال ٰب‬
ُ ‫ار‬ ‫ه ُٰو ا‬
﴾٢٤ ﴿

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,


Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan
bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

TAFSIR IBNU KATSIR

Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang mempunyai nama-nama Yang


Paling baik. (Al-Hasyr: 24) Pembicaraan mengenai ayat ini telah disebutkan di
dalam tafsir surat Al-A'raf. Dan di sini kami akan mengetengahkan sebuah hadits
yang diriwayatkan di dalam hadits Sahihain melalui Abu Hurairah, dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda: Sesungguhnya
Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama.

Menurut lafal Imam At-Tirmidzi disebutkan sebagai berikut: ". Dialah


Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang
Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahamulia, Yang
Mahaperkasa, Yang Mahabesar, Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk rupa, Yang Maha Pengampun, Yang Maha Mengalahkan, Yang
Maha Pemberi karunia, Yang Maha Pemberi rezeki, Yang Maha Pemberi
Keputusan, Yang Maha Mengetahui, Yang Menyempitkan rezeki dan Yang
Melapangkan rezeki, Yang Merendahkan dan Yang Meninggikan, Yang
Memuliakan dan Yang Menghinakan, Yang Maha Mendengar, Yang Maha
Melihat, Yang Memutuskan, YangMahaadil, Yang Mahalembut, Yang Maha
Mengenal, Yang Maha Penyantun, Yang Mahaagung, Yang Maha Pemberi
ampunan, Yang Maha Mensyukuri, Yang Mahatinggi, Yang Mahabesar, Yang
Maha Memelihara, Yang Memberi waktu, Yang Maha Menghitung, Yang
Mahaagung, Yang Mahamulia, Yang Mengawasi, Yang Memperkenankan, Yang
Mahaluas, Yang Mahabijaksana, Yang Maha Mencintai, Yang Maha Pemurah,
Yang Membangkitkan, Yang Maha Menyaksikan, Yang Hak, Yang Melindungi,
Yang Mahakuat, Yang Mahakokoh, Yang Menolong, Yang Maha Terpuji, Yang
Maha Mencatat, Yang Memulai (penciptaan), Yang Mengembalikan (penciptaan),
Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mahahidup, Yang Mengatur
makhluk-Nya, Yang Mahakaya, Yang Mahaagung, Yang Maha Esa, Yang
Bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Yang Mahakuasa, Yang Berkuasa, Yang
Mendahulukan, Yang Mengakhirkan, Yang Awwal, Yang Akhir, Yang Zahir,
Yang Batin, Yang Menolong, Yang Mahatinggi, Yang Melimpahkan kebaikan,
Yang Maha Menerima tobat, Yang Membalas, Yang Memaaf, Yang Pengasih,
Raja semua raja, Yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan, Yang Adil, Yang
Menghimpun, Yang Kaya, Yang memberi kekayaan, Yang Memberi, Yang
mencegah, Yang Menimpakan Mudarat, Yang memberi manfaat, Cahaya
(Mahaterang), Yang Memberi petunjuk, Yang Membuat, Yang Kekal, Yang
Mewarisi, Yang Memberi petunjuk, Yang Maha Penyabar.

Sedangkan menurut konteks Ibnu Majah ada kelebihan dan kekurangannya, dan
ada yang didahulukan dan yang diakhirkan. Hal ini telah kami sebutkan dengan
panjang lebar, lengkap berikut semua jalur periwayatan dan lafal-lafaznya yang
tidak perlu lagi dikemukakan di sini. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bertasbih
kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. (Al-Hasyr: 24) Semakna dengan
apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Langit yang tujuh, bumi
dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44) Adapun firman Allah subhanahu
wa ta’ala: Dan Dialah Yang Mahaperkasa. (Al-Hasyr: 24) Yakni Zat-Nya tidak
dapat dicapai.lagi Mahabijaksana. (Al-Hasyr: 24) dalam syariat dan ketetapan-
Nya. ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad


Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Khalid (yakni Ibnu Tahman alias
Abul Ala Al-Khaffaf), telah menceritakan kepada kami Nafi' ibnu Abu Nafi', dari
Ma'qal ibnu Yasar, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda:
Barang siapa mengucapkan doa ini di waktu pagi hari sebanyak tiga kali, yaitu:
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
dari godaan setan yang terkutuk, kemudian membaca pula tiga ayat dari akhir
surat Al-Hasyr, maka Allah memerintahkan kepada tujuh puluh ribu malaikat
untuk memohonkan ampunan baginya hingga petang hari.

Dan jika ia mati di hari itu, maka ia mati sebagai syahid. Dan barang siapa
yang mengucapkannya di kala petang hari, maka ia beroleh kedudukan yang
seperti itu. Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya dari Mahmud ibnu Gailan, dari
Abu Ahmad Az-Zubairi dengan sanad yang sama, lalu ia mengatakan bahwa
hadits ini gharib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui jalur ini."
5. As Syura ayat 4

‫ى االعٰظِ اي ُم‬
ُّ ‫ضؕ ٰوه ُٰو االعٰ ِل‬ ٰ ‫ت ٰو ٰما فِى ا‬
ِ ‫اَل ار‬ ِ ‫لٰهٗ ٰما فِى السامٰ ٰو‬

Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang
Mahaagung, Mahabesar.

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H

Allah menyampaikan bahwasanya Dia mewahyukan al-Quran agung ini


kepada Nabi yang mulia sebagaimana Dia telah mewahyukan kepada para nabi
dan rasul sebelum beliau. Dalam berita ini terdapat karuniaNya berupa penurunan
kitab-kitab suci dan pengutusan para rasul di masa dahulu dan berikutnya, dan
bahwa sesungguhnya Nabi Muahammad bukanlah rasul pertama, dan bahwa
sesungguhnya jalan yang ia tempuh adalah jalan para rasul sebelum beliau, dan
kondisi-kondisinya pun sama dengan kondisi-kondisi para rasul sebelum beliau.

6. QS. TAHA :82

‫َاب ِل َمن لَغَفَّار َو ِإنِى‬


َ ‫ع ِم َل َو َءا َمنَ ت‬ َ َٰ ‫ٱ ْهتَدَ َٰى ث ُ َّم‬
َ ‫ص ِل ًحا َو‬

Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman,
beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.

Jadi seandainya mereka yang telah melanggar perintah Allah ‫ﷻ‬, kurang dalam
beribadah, mereka menggunakan nikmat yang telah Allah ‫ ﷻ‬berikan untuk
bermaksiat, tidak menunaikan kewajiban-kewajiban harta maka Allah ‫ ﷻ‬akan
mengampuni mereka jika mereka bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian
mendapat petunjuk (istiqamah). Para ulama menafsirkan ‫“ ا ْهت َ َٰدى‬mendapat
petunjuk” dengan istiqamah. Dalam ayat ini juga ada permasalahan yang dibahas
oleh para ulama yaitu mengapa Allah ‫ ﷻ‬tidak menggunakan huruf ‫ َو‬sehingga
dibaca ‫ ا ْهت َ َٰدى َو‬akan tetapi menggunakan kata sehingga ‫ ث ُ َّم‬dibaca ‫ ?ا ْهت َ َٰدى ث ُ َّم‬Dan
permasalahan ini dibahas oleh para ulama karena Allah ‫ ﷻ‬tidak mungkin untuk
sembarangan meletakkan sebuah kata tanpa faedah, tentunya semua itu memiliki
faedah. Pada asalnya ‫ ث ُ َّم‬digunakan untuk menunjukkan suatu jeda waktu. Dalam
bahasa arab kata sambung ada banyak di antaranya ‫ َو‬untuk sekedar
mengumpulkan. Lalu ‫ف‬
َ untuk menunjukkan urutan dan tidak ada jarak antara
urutannya contohnya ‫ فَخالد محمد جا َء‬artinya “telah datang Muhammad kemudian
Kholid” di mana kedatangan Khalid tidak berjarak dari kedatangan
Muhammad.Kemudian ‫ ث ُ َّم‬untuk menunjukkan urutan dan ada jarak antara
urutan tersebut contohnya ‫ خالد ث ُ َّم محمد جا َء‬artinya “telah datang Muhammad
kemudian Kholid” di mana kedatangan Khalid berjarak beberapa waktu dari
kedatangan Muhammad. Adapun ‫ ث ُ َّم‬dalam ayat ini ‫َاب ِل َم ْن َلغَ َّفار َواِنِي‬ َ ‫ع ِملَ َو َٰا َمنَ ت‬
َ ‫َو‬
َ ‫ ا ْهت َ َٰدى ث ُ َّم‬tidak menunjukkan jarak waktu karena ternyata ‫ ث ُ َّم‬dalam ayat ini
‫صا ِل ًحا‬
digunakan untuk jarak derajat. Maksudnya adalah istiqamah memiliki derajat
yang tinggi, lebih tinggi daripada sekedar bertobat beriman dan beramal saleh.
Istiqamah ini perkara yang berat, seseorang yang memiliki derajat ini lalu ingin
mempertahankannya hingga ia meninggal menggapai husnulkhatimah maka dia
membutuhkan istiqamah. Maka bukanlah orang yang hebat orang yang hanya
beriman beramal saleh, akan tetapi orang yang bisa Istiqamah lah wali-wali Allah
‫ﷻ‬.

7. QS. AL-IMRAN AYAT 2

‫ى ْٱلقٰيُّو ُم‬ ٰ ٓ ٰ ُ‫ٱَّلل‬


ُّ ‫َل إِلٰهٰ إِ اَل ه ُٰو ْٱل ٰح‬ ‫ا‬

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H

Allah memberitakan bahwa Dia ‫" ْال َحي‬Hidup kekal" yakni hidup yang
sempurna, ‫" ْالقَي ْو ُم‬Terus menerus mengurus makhluk-Nya," yang melakukannya
sendiri dan mengurus segala kondisi makhlukNya, di mana Allah telah mengurus
kondisi agama, kondisi dunia, dan kondisi takdir-takdir mereka, lalu Allah
menurunkan kepada RasulNya, Muhammad ‫ ﷺ‬al-Kitab dengan kebenaran, yang
tidak ada keraguan padanya, dan kitab itu mencakup kebenaran.Tafsir As-Sa'di

(Ali-Imran:2)

8. QS. AL-HADID 3 / TAFSIR IBNU KATSIR

ٰ ‫علٰ ٰى كُ ِِّل‬
ٌ ‫ش ْىءٍ قٰد‬
‫ِير‬ ۖ ِ‫ْى ويُم‬
ٰ ‫يتُ ٰوه ُٰو‬ ۖ ِ ‫ت ٰو ْٱْل ٰ ْر‬ ‫لٰ ۥهُ ُم ْلكُ ٱل ا‬
ِ ‫س ٰ ٰم ٰ ٰو‬
ٰ ‫ض يُح ِۦ‬

“Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan


mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

firman Allah Swt.:

“kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan


mematikan. (Al-Hadid: 2)”.

Yakni Dialah yang memiliki lagi yang mengatur makhluk-Nya, maka Dia
menghidupkan dan mematikan, juga memberikan apa yang dikehendaki-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

“dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Hadid: 2)”.

Yaitu apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya pasti tiada.
KESIMPULAN

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah sebagai
kesempurnaan bagi-Nya.Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi
Allah terdiri atas 20 sifat.

Sifat mustahil bagi Allah SWT berarti sifat-sifat yang secara akal tidak
mungkin dimiliki Allah SWT.Sifat-sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat-
sifat wajib bagi Allah SWT. Sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT jumlahnya sama
dengan sifat-sifat wajib bagi Allah yaitu sebanyak 20 ( dua puluh ) sifat, yaitu
:Adam,Hudust,Fana, Mumastalatu lil khawadist, Ihtiyajuhu lighairihi.
Ta’addud,Ajzun, Karahah, Jahlun, Mautun,Shamamun,Umyun, Bukmun, Aajizan,
Mukrahan, Jaahilan, Mayyitan, Ashammu, A’ma, Abkamu.
DAFTAR PUSTAKA

Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, 1996, Qowa’idul Mutsla, yogyakarta


: media hidayah

Al- jibrin, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz, 2006, Cara Mudah Memahami
Aqidah, Jakarta: Pustaka At-Tazkia.

Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, 1995, Syarah Lum’atul I’tiqad,


yogyakarta: Media Hidayah.

As-Segaf, Alawi bin Abdul Qadir, 2001, Mengungkapkan Kesempurnaan Sifat-


sifat Allah dalam Alquran dan As-sunnah, Jakarta:Pustaka Azzam.

Drs. H. Masan AF, 2009, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,
Semarang: Karya Toha Putra.

Anda mungkin juga menyukai