SIFAT-SIFAT ALLAH
Disusun Oleh
Kelompok 2
Kelas IAT / V A
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah Studi Tafsir Klasik “ Sifat-sifat Allah “
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Tafsir
Klasik program studi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN Raden Intan Lampung. Kami menulis makalah ini untuk membantu
mahasiswa supaya lebih memahami mata kuliah khususnya mengenai Sifat-sifat
Allah.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari sifat Allah ?
2. Apa saja sifat-sifat wajib bagi Allah ?
3. Apa saja sifat-sifat mustahil bagi Allah ?
4. Apa saja ayat-ayat al-quran yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah ?
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui Definisi Sifat Allah.
2. Mengetahui Sifat Wajib Allah.
3. Mengetahui Sifat Mustahil Allah.
4. Mengetahui ayat Yang berkaitan dengan Sifat Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI SIFAT
Adapun “Sifat” (sifah) adalah nama yang menunjukkan pada
sebagian keadaan dari dzat, dan sifat tersebut merupakan sesuatu yang
terjadi dengan mengambil sesuatu dari dzat tersebut, seperti ilmu
kekuasaan dan sebagainya.
Ibnu Faris mengatakan: sifat adalah al-amarah (tanda-tanda) yang
lazim untuk sesuatu. Ia juga mengatakan: “sifat (na’t) adalah penyebutan
(penjelasan) mengenai sesuatu dengan kebaikan yang ada di dalamnya.
Sifat-sifat Allah seluruhnya sifat sempurna yang tidak memiliki
kekurangan sedikitpun dalam segala aspeknya..seperti sifat Al Hayah
(hidup). Al Ilmu (berilmu), Al Qudrah (berkuasa), As Sam’u (mendengar),
Al Bashar (melihat), dan lain-lainnya. Sifat-sifat di atas semuanya
sempurna ditinjau dari segala aspeknya.
Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk
sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:
- Qudrah (berkuasa)
- Iradat (berkehendak)
- llmu (mengetahui)
- Hayat (hidup)
- Sama’ (mendengar)
- Basar (melihat)
- Kalam (berbicara)
Sifat Ma’nawiyah
adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak dapat
berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah.
Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
”Semua yang ada dibumi akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (QS Ar-
Rahman/55 : 26-27)
”Dan tidak ada seorangpun yang sama dengan Dia (Allah)”. (QS
Al-Ikhlas/112 : 4).
”Allah tidak ada tuhan selain Dia yang maha hidup, kekal, dan
terus menerus mengurus ( mahlukNya ) tidak mengantuk dan tidak
tidur”. (QS al-Baqarah/2 : 255).
11. Shamamun artinya tuli.
Allah mendengar setiap doa orang yang beriman walaupun hanya
berupa bisikan di dalam hati sebab Allah Maha Mendengar dan Maha
mengetahui. Oleh sebab itu mustahil kalau Allah bersifat Shamamun
(tuli).
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi
Maha mengetahui”. (QS Al An’am/6 : 103).
“Para rasul itu kami lebihkan sebagian atas sebagaian yang lain.
Di antara mereka ada yang Allah bercakap-cakap (langsung
dengannya) dan Allah meninggikan sebagian dari mereka beberapa
derajat”. (QS Al Baqarah/2 : 253).
255. Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di
sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa
yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang
ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan
bumi.Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi,
Mahabesar.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H 255.
Nabi mengabarkan, “Bahwa ayat ini ayat paling agung dalam al-Qur’an”
karena ayat ini meliputi makna tauhid, kebesaran, dan luasnya sifat Allah, dan
Allah mengabarkan bahwasanya Dia adalah, “Allah” yang memiliki segala
makna-makna ketuhanan, dan bahwasanya tidak ada yang berhak bercitra
ketuhanan dan peribadahan kecuali hanya Dia. Dipertuhankannya selainNya dan
peribadahan kepada selainNya adalah batil, dan bahwasanya Dia “Hidup kekal,”
yang memiliki seluruh maknan-makna kehidupan yang sempurna berupa
pendengaran, penglihatan, kemampuan, kehendak, dan sebagainya dari sifat-sifat
fisik, sebagaimana juga Dia “terus menerus mengurus (makhlukNya),” termasuk
di dalamnya segala macam bentuk sifat-sifat perbuatan, karena Dia terus menerus
mengurus (makhlukNya), yang sendiri saja mengurusnya, dan tidak butuh kepada
bantuan seluruh makhluk-makhlukNya. Allah mengurus segala makhluk, di mana
Dia menciptakan mereka dalam mempertahankan keberadaan dan kelanggengan
mereka. Dan di antara kesempurnaan hidup dan kepengurusanNya bahwa Dia
“tidak mengantuk,” maksudnya, tidak ingin tidur, “dan tidak tidur” karena
ngantuk. Tidur hanya muncul pada para makhluk yang diselubungi oleh
kelemahan, ketidak mampuan, serta kekurangan, dan tidak muncul pada Dzat
yang memiliki keagungan, kesombongan, dan kemuliaan, dan Allah juga
mengabarkan bahwasanya Dia Pemilik apa yang ada di langit dan di bumi.
2. Surat Hud Ayat 45
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H
3. Al Hasyr ayat 23
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan.
TAFSIR IBNU KATSIR
4. Al Hasyr ayat 24
Sedangkan menurut konteks Ibnu Majah ada kelebihan dan kekurangannya, dan
ada yang didahulukan dan yang diakhirkan. Hal ini telah kami sebutkan dengan
panjang lebar, lengkap berikut semua jalur periwayatan dan lafal-lafaznya yang
tidak perlu lagi dikemukakan di sini. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bertasbih
kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. (Al-Hasyr: 24) Semakna dengan
apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Langit yang tujuh, bumi
dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44) Adapun firman Allah subhanahu
wa ta’ala: Dan Dialah Yang Mahaperkasa. (Al-Hasyr: 24) Yakni Zat-Nya tidak
dapat dicapai.lagi Mahabijaksana. (Al-Hasyr: 24) dalam syariat dan ketetapan-
Nya. ".
Dan jika ia mati di hari itu, maka ia mati sebagai syahid. Dan barang siapa
yang mengucapkannya di kala petang hari, maka ia beroleh kedudukan yang
seperti itu. Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya dari Mahmud ibnu Gailan, dari
Abu Ahmad Az-Zubairi dengan sanad yang sama, lalu ia mengatakan bahwa
hadits ini gharib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui jalur ini."
5. As Syura ayat 4
ى االعٰظِ اي ُم
ُّ ضؕ ٰوه ُٰو االعٰ ِل ٰ ت ٰو ٰما فِى ا
ِ اَل ار ِ لٰهٗ ٰما فِى السامٰ ٰو
Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang
Mahaagung, Mahabesar.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman,
beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
Jadi seandainya mereka yang telah melanggar perintah Allah ﷻ, kurang dalam
beribadah, mereka menggunakan nikmat yang telah Allah ﷻberikan untuk
bermaksiat, tidak menunaikan kewajiban-kewajiban harta maka Allah ﷻakan
mengampuni mereka jika mereka bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian
mendapat petunjuk (istiqamah). Para ulama menafsirkan “ ا ْهت َ َٰدىmendapat
petunjuk” dengan istiqamah. Dalam ayat ini juga ada permasalahan yang dibahas
oleh para ulama yaitu mengapa Allah ﷻtidak menggunakan huruf َوsehingga
dibaca ا ْهت َ َٰدى َوakan tetapi menggunakan kata sehingga ث ُ َّمdibaca ?ا ْهت َ َٰدى ث ُ َّمDan
permasalahan ini dibahas oleh para ulama karena Allah ﷻtidak mungkin untuk
sembarangan meletakkan sebuah kata tanpa faedah, tentunya semua itu memiliki
faedah. Pada asalnya ث ُ َّمdigunakan untuk menunjukkan suatu jeda waktu. Dalam
bahasa arab kata sambung ada banyak di antaranya َوuntuk sekedar
mengumpulkan. Lalu ف
َ untuk menunjukkan urutan dan tidak ada jarak antara
urutannya contohnya فَخالد محمد جا َءartinya “telah datang Muhammad kemudian
Kholid” di mana kedatangan Khalid tidak berjarak dari kedatangan
Muhammad.Kemudian ث ُ َّمuntuk menunjukkan urutan dan ada jarak antara
urutan tersebut contohnya خالد ث ُ َّم محمد جا َءartinya “telah datang Muhammad
kemudian Kholid” di mana kedatangan Khalid berjarak beberapa waktu dari
kedatangan Muhammad. Adapun ث ُ َّمdalam ayat ini َاب ِل َم ْن َلغَ َّفار َواِنِي َ ع ِملَ َو َٰا َمنَ ت
َ َو
َ ا ْهت َ َٰدى ث ُ َّمtidak menunjukkan jarak waktu karena ternyata ث ُ َّمdalam ayat ini
صا ِل ًحا
digunakan untuk jarak derajat. Maksudnya adalah istiqamah memiliki derajat
yang tinggi, lebih tinggi daripada sekedar bertobat beriman dan beramal saleh.
Istiqamah ini perkara yang berat, seseorang yang memiliki derajat ini lalu ingin
mempertahankannya hingga ia meninggal menggapai husnulkhatimah maka dia
membutuhkan istiqamah. Maka bukanlah orang yang hebat orang yang hanya
beriman beramal saleh, akan tetapi orang yang bisa Istiqamah lah wali-wali Allah
ﷻ.
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad
14 H
Allah memberitakan bahwa Dia " ْال َحيHidup kekal" yakni hidup yang
sempurna, " ْالقَي ْو ُمTerus menerus mengurus makhluk-Nya," yang melakukannya
sendiri dan mengurus segala kondisi makhlukNya, di mana Allah telah mengurus
kondisi agama, kondisi dunia, dan kondisi takdir-takdir mereka, lalu Allah
menurunkan kepada RasulNya, Muhammad ﷺal-Kitab dengan kebenaran, yang
tidak ada keraguan padanya, dan kitab itu mencakup kebenaran.Tafsir As-Sa'di
(Ali-Imran:2)
ٰ علٰ ٰى كُ ِِّل
ٌ ش ْىءٍ قٰد
ِير ۖ ِْى ويُم
ٰ يتُ ٰوه ُٰو ۖ ِ ت ٰو ْٱْل ٰ ْر لٰ ۥهُ ُم ْلكُ ٱل ا
ِ س ٰ ٰم ٰ ٰو
ٰ ض يُح ِۦ
Yakni Dialah yang memiliki lagi yang mengatur makhluk-Nya, maka Dia
menghidupkan dan mematikan, juga memberikan apa yang dikehendaki-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Yaitu apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya pasti tiada.
KESIMPULAN
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah sebagai
kesempurnaan bagi-Nya.Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi
Allah terdiri atas 20 sifat.
Sifat mustahil bagi Allah SWT berarti sifat-sifat yang secara akal tidak
mungkin dimiliki Allah SWT.Sifat-sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat-
sifat wajib bagi Allah SWT. Sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT jumlahnya sama
dengan sifat-sifat wajib bagi Allah yaitu sebanyak 20 ( dua puluh ) sifat, yaitu
:Adam,Hudust,Fana, Mumastalatu lil khawadist, Ihtiyajuhu lighairihi.
Ta’addud,Ajzun, Karahah, Jahlun, Mautun,Shamamun,Umyun, Bukmun, Aajizan,
Mukrahan, Jaahilan, Mayyitan, Ashammu, A’ma, Abkamu.
DAFTAR PUSTAKA
Al- jibrin, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz, 2006, Cara Mudah Memahami
Aqidah, Jakarta: Pustaka At-Tazkia.
Drs. H. Masan AF, 2009, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,
Semarang: Karya Toha Putra.