Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TAFSIR TARBAWY

tentang

POTENSI DASAR BELAJAR S.AL-NAHL : 78 & AL-RUUM : 30

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

HILMA RENI : 2014030044

MUHAMMAD FADHILLAH U. : 2014030053

ENDAR PUJA SUKMA : 2014030047

MPI.B

Dosen pengempu:

Drs.syafrijal,M.Ag

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadirat allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmatnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya hingga ada umatnya sampai hari akhir.

Makalah ini disusun untuk membahas tentang potensi belajar dalam surah al nahl : 78 & al ruum
: 30 bidang studi tafsir tarbawi. Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan
para pembaca. Namun terlepas dari itu Saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga Saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

SOLOK,15 Maret 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang mengandung arti pelihara dan latih.Konsep
pendidikan dalam bentuk praktik mengarah padapengertian pendidikan sebagai suatu “proses”.
Sedangkan pengertian pendidikan dilihat dari historisnya, pendidikan berasal dari bahasa Yunani
“paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.

Dalam bahasa Arab kata pendidikan berasal dari kata rabba-yurabbi-tarbiyatan, berarti
mendidik, mengasuh dan memelihara. Bahasa Arabpendidikan sering diambilkan dari kata
„allama dan addaba. Kataallama berarti mengajar (menyampaikan pengetahuan), memberitahu,
mendidik. Sedang kata addaba lebih menekankan pada melatih, memperbaiki, penyempurnaan
akhlak (sopan santun) dan berbudi baik.

Namun kedua katatersebut jarang digunakan untuk diterapkan sebagai wakil dari kata
pendidikan, sebab pendidikan itu harus mencakup keseluruhan, baik aspek intelektual, moralitas
atau psikomotorik dan afektif. Dengan demikian, ada tiga istilah pendidikan dalam konteks Islam
yang digunakan untuk mewakili kata pendidikan, yaitu tarbiyah, ta‟lim dan ta‟dib.Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, kata tarbiyah dipandang tepat untuk mewakili kata pendidikan,
karena kata tarbiyah mengandung arti memelihara, mengasuh dan mendidik yang ke dalamnya
sudah termasuk makna mengajar atau „allama dan menanamkan budi pekerti (addaba).

A. Rumusan Masalah
1. Apa itu potensi dasar belajar?
2. Apa ayat yang menjelaskan tentang potensi dasar belajar?
3. Apa hubungannya dengan pendidikan?
4. Apa kandngan ayatnya?
B. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui maksud dari potensi dasar belajar
BAB II

PEMBAHASAN

POTENSI DASAR BELAJAR S.AL-NAHL : 78 & AL-RUUM : 30

A. AYAT YANG DIBAHAS BESERTA ARTINYA

1.surah al-nahl : 78

‫ّٰللا ُ ا َ خْ َر ج َ ك ُ م ْ م ِّ نْْۢ ب ُ ط ُ ْو نِّ ا ُ م َّ ٰه ت ِّ ك ُ م ْ ََل ت َ ع ْ ل َ م ُ ْو نَ ش َ ي ْ ـ ًٔ ا ۙ َّو ج َ ع َ ل َ ل َ ك ُ م ُ ا ل س َّ مْ ع َ َو ا َْل َ ب ْ ص َ ا َر‬ ‫َو ه‬


َّ
َ‫َو ا َْل َ ف ْ ـ ِٕ د َ ة َ ۙ ل َ ع َ ل ك ُ م ْ ت َ ش ْ ك ُ ُر ْو ن‬

Ayat di atas mengisyaratkan adanya tiga potensi yang terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu;
al-abshar danal-afidah

Dalam Tafsir Al-Maraghi, Maksud dari ayat tersebut ialah bahwa Allah SWT menjdikan
kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan kalian dari dalam
perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang dengan itu kalian dapat memahami dan
membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara
yang salah dengan yang benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat
mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat memahami dari sebagian yang lain apa
yang saling kalian perbincangkan, menjadikan penglihatan, yang dengan itu kalian dapat melihat
orang-orang, sehingga kalian dapat saling mengenal dan membedakan antara sebagian dengan
sebagian yang lain, dan menjadikan perkara-perkara yang kalian butuhkan di dalam hidup ini,
sehingga kalian dapat mengetahui jalan, lalu kalian menempuhnya untuk berusaha mencari rizki
1
dan barang-barang, agar kalian dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Demikian halnya dengan seluruh perlengkapan dan aspek kehidupan.

dalam proses belajar idealnya ditandai dengan adanya pengalaman psikologi baru yang
positif, sehingga diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap dan kecakapan

yang konstruktif. Al-Qur'an melihat pendidikan sebagai sarana yang strategis dan ampuh
dalam mengangkat harkat dan martabat manusia dari keterpurukanya sebagaimana yang
dijumpai dalam masa jahiliyah.

1 Ahmad Mustafa,Tafsir al Maraghi jilid V (Baerut : Daar al-Fikr, 2009), hlm. 118
Adapun mengenai potensi belajar berdasarkan ayat-ayat diatas menurut kami,
berdasarkan surah An-Nahl ayat 78 adalah ayat ini secara jelas mengungkap tiga alat potensi
belajar untuk manusia, yaitu:

(pendengaran), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal,

(penglihatan-penglihatan), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi


visual,

(aneka hati), adalah gabungan daya pikir dan daya kalbu, yang menjadikan seseorang
terikat, sehingga tidak terjerumus dalam kesalahan dan kedurhakaan. Dengan demikian tercakup
dalam pengertiannya potensi meraih ilham dan percikan cahaya ilahi.

2. QS. Ar-Rum : 30

ِّ ‫س ع َ ل َ ي ْ ه َ ا ۗ ََل ت َ ب ْ د ِّ ي ْ ل َ ل ِّ خ َ ل ْ ق‬
َ ‫ّٰللا ِّ ا ل َّ ت ِّ ي ْ ف َ ط َ َر ا ل ن َّ ا‬
‫ت ه‬ َ ‫ف َ ا َ ق ِّ م ْ َو جْ ه َ كَ ل ِّ ل د ِّ ي ْ نِّ ح َ ن ِّ ي ْ ف ً ا ۗ ف ِّ ط ْ َر‬
َۙ‫س ََل ي َ ع ْ ل َ م ُ ْو ن‬ ِّ ‫ك ا ل د ِّ ي ْ نُ ا ل ْ ق َ ي ِّ م ُۙ َو ل ٰ ك ِّ نَّ ا َ ك ْ ث َ َر ا ل ن َّ ا‬
َ ِّ ‫ّٰللا ِّ ۗ ذٰ ل‬
‫ه‬

Artinya :

“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

ada ayat ini jelas sekali, bahwa Din merupakan fitrah manusia dan bagian dari fitrah
manusia yang tidak akan pernah berubah. Syekh Muhammad Taqi Mishbah, seorang mujtahid
dan filosuf kontemporer, ketika mengomentari ayat di atas menyatakan, bahwa ada

penafsiran yang dapat diambil dari ayat ini,

Pertama

, maksud ayat ini ialah, bahwa prinsip-prinsip agama, seperti tauhid dan hari akhir, dan
hukum-hukum agama secara global, seperti membantu orang-orang miskin, menegakkan
keadilan dan lainnya, sejalan sengan kecenderungan manusia.

Kedua

, tunduk kepada

llah Ta’ala mempunyai akar dalam diri


manusia. Lantaran manusia secara fitrah, cenderung untuk bergantung dan mencintai
Kesempurnaan yang mutlak Kedua penafsiran di atas bisa diselaraskan. Penafsiran pertama
mengatakan, bahwa mengenal agama adalah fitrah, sedangkan penafsiran kedua menyatakan
bahwa yang fitri adalah ketergantungan, cinta dan menyembah kepada Yang Sempurna. Namun
menyembah kepada Yang Sempurna tidak mungkin dilakukan tanpa mengenal-Nya terlebih
dahulu. Dengan demikian, penafsiran kedua kembali kepada yang pertama.

Allamah Thaba’thabai memberikan penjelasan mengapa Din itu merupakan fitrah.Dalam


kitab Tafsir al-Mizan, beliau berkata,”(Lantaran) Din tidak lain kecuali tradisi kehidupan dan
jalan yang harus dilalui manusia, sehingga dia bahagia dalam hidupnya. Tidak ada tujuan yang
ingin dicapai manusia, melainkan kebahagiaaan. Hamka memaknai katafitrahyang ada pada ayat
tersebut diatas

sebagai “rasa asli (murni) yang berada dalam jiwa setiap manusiayang belum dipengaruhi
oleh faktor lainnya, kecuali mengakuikekuasaan tertinggi di dalam ini (Allah).Pada
dasarnya,fitrahmanusiaadalah

senantiasa tunduk kepada Zat yanghanif(Allah) melalui agamayang disyari’atkan

padanya.Fitrah merupakan anugrah Allah yangtelah diberikan-Nya kepada manusia sejak dalam
alam rahim. Di sini,fitrahmanusia masih merupakanwujud ilmi, yaitu berupa embrio dalamilmu
Allah SWT, kemudia akan berkembang setelah manusia lahir danmelakukan serangkaian
interaksi dengan lingkungannya.Dalam konteks pendidikanfitrahdimaknaidengan
potensi(kemampuan) dasar yang mendorong manusia untuk melakukanserangkaian aktivitas
sebagai alat yang menunjang pelaksanaan fungsikekhalifahannya di muka bumi. Alat tersebut
adalah potensi jiwa (al-qalb), jasad (al-jism), dan akal (al-aql).

Ketiga unsur ini merupakansatu kesatuan yang saling berkaitan guna menunjang
eksistensimanusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam hendaknya bertujuanmembentuk peserta
didik (manusia) yang beriman dan memeliharaberbagai komponen potensi yang dimilikinya,
tanpa mengorbankansalah satu di antaranya.

jasad(jism)manusia merupakantempat dimana jiwa(al-qalb)berada. Meskipun jiwa


merupakan tujuan utama bagi manusia, namun tanpa jism, jiwa tidak akan berkembangsecara
sempurna. Melaluiwasilah jism, jiwa manusia akan dapatmemberikan makna tertentu.

Menurutnya, Hamka ketika lahir potensi-potensi(fitrah) anak belumdiketahui. Pada masa


ini seorang anakhanya membawa insting(gharizah),seperti menangis, merasakan haus, lapar, dan
lainsebagainya. Dengan perangkat pisik dan psikisnya, potensi tersebutsecara bertahap
mengalami perkembangan kearah yang lebih baik.
Proses manusia mengembangkan potensinyasecara efektif dan efisienadalah melalui
pendidikan. Proses ini dimulai sejak manusia lahirsampai perkembangannya mengalami
kefakuman, yaitu dengan adanyakematian

2 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta : Djajamurni, 1962)hlm . 140


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang mengandung arti pelihara dan
latih.Konsep pendidikan dalam bentuk praktik mengarah padapengertian pendidikan sebagai
suatu “proses”. Sedangkan pengertian pendidikan dilihat dari historisnya, pendidikan berasal dari
bahasa Yunani “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak

. Adapun tempat surat Al-Fatihah diturunkan berdasarkan pendapat yang lebih kuat
ialah yang menyatakan bahwa surat ini diturunkan di Mekkah. Al Walidi menulis
didalam kitabnya Asbabun Nuzuldan As Tsa‟labididalam tafsirnya riwayat dari Ali Bin Abi
Thalib, dia berkata bahwa kitab ini di turunkan di Mekkah, dari dalam suatu perbendaharaan
di bawah „Arsy.Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syaibah didalam Al Mushannafdan
Abu Nu'aim dan Al-Baihaqi didalam Dalailun Nubuwwah, dan As-Tsa'labi dan Al-
Wahididari hadits Amer bin Syurahail, bahwa setelah Nabi Muhammad Sawmengeluhkan
pengalamannya di dalam gua itusetelah menerima wahyu pertamakepada Khadijah, lalu beliau
dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau Telah memencil seorang diri
didengarnya suara dari belakangnya: “Ya Muhammad, ya Muhammad, ya
Muhammad,mendengar suara itu akupun lari”. Maka berkatalah Waraqah : “Jangan engkau
berbuat begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenanglah engkau, sehingga dapat
engkau dengar apa lanjutan perkataannya itu”.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 2014.

Hakikat Manusia Dalam Pendidikan sebuah Tinjauan Filosofis

, Yogyakarta: Suka-Press. Bakar, Rosdiana. 2015.

Dasar-Dasar Kependidikan

. Medan: CV. Gema Ihsani. Chanifudin,

Potensi Belajar Dalam Al-

Qu’ran Telaah Surat An Nahl :78

, (Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 05, Juli 2016). Hamka. 1962.

Lembaga Hidup

.Jakarta: Djajamurni. Hamka. 1982.

Tafsir Al-Azhar

,.Jakarta: PustakaPanjimas. Katsir, Ibnu. 2004.

Tafsir Ibnu Katsir.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Anda mungkin juga menyukai