Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Sejarah Pendidikan Islam


”Konsep Dasar Sejarah Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu: Dr. Junaidi Arsyad, MA

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Abdul Aji Ibrahim Lubis (0301202142)
Fitrianingrum Br. Bane (0301202137)
Lidya Febryanti (0301202215)
Rafika (0301202123)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah Senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat, Karunia dan Nikmat-Nya
kepada kita semua. Sholawat semoga tersampaikan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW. Sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan makalah tepat
waktu yang berjudul “Konsep Dasar Sejarah Pendidikan Islam”. Tujuan penulisan
makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam pada
program studi Pendidikan Agama Islam.
Penyusunan penulisan makalah ini mengalami kesulitan dan hambatan, namun
berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda kami yang senantiasa memberikan segenap doa kepada
kami selama mengikuti pendidikan.
2. Bapak Dr. Junaidi Arsyad, MA sebagai dosen pembimbing mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang telah memberikan arahan dan pentujuk sangat jelas,
sehingga memudahkan menyelesaikan makalah.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung meselesaikan tugas ini tepat
waktu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan dimasa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya bagi kita semua calon pendidik.

Medan, 10 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Sejarah Pendidikan Islam 3
2.2 Objek Sejarah Pendidikan Islam 5
2.3 Metode Sejarah Pendidikan Islam 5
2.4 Tujuan Sejarah Pendidikan Islam 6
2.5 Manfaat dan Urgensi Sejarah Pendidikan Islam 7
2.6 Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam 8
2.7 Ilmu-ilmu Yang Berkaitan Dengan Sejarah Pendidikan Islam 15
2.8 Ruang Lingkup Sejarah Pendidikan Islam 18
2.9 Pendekatan Dalam Pendidikan Islam 21
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan 25
Daftar Pustaka iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak Islam masuk ke Indonesia, pendidikan Islam telah ikut mengalami
pertumbuhan dan perkembangan, karena melalui pendidikan Islam itulah, transmisi dan
sosialisasi ajaran Islam dapat dilaksanakan dan dicapai hasilnya sebagaimana yang kita
lihat sekarang ini.1 Telah banyak lembaga pendidikan Islam yang bermunculan dengan
fungsi utamanya adalah memasyarakatkan ajaran Islam, di Sumatra Barat di jumpai
surau, Rangkang dan Meunasah di Aceh, Langgar di Jakarta, Tajuk di Jawa Barat,
pesantren di Jawa, dan seterusnya. Munculnya lembaga-lembaga tradisional ini tidak
selamanya diterima baik oleh masyarakat, mengingat jauh sebelum itu telah
berkembang pula agama-agama lain seperti Hindu, Budha, dan juga paham agama
setempat dan adat istiadat yang tidak selamanya sejalan dengan ajaran Islam.
Menghadapi hal yang demikian itu para pendidik dan juru dakwah menggunakan
berbagai strategi dan pendekatan, yaitu disamping menggunakan pendekatan kultural
juga dengan pendekatan politis dan perkawinan. Melalui pendekatan yang demikian itu,
Islam yang diajarkan tidak selamanya menampilkan corak seragam. Kenyataan inilah
yang selanjutnya memperlihatkan alam Indonesia sebagai negara yang kaya dengan
budaya, agama, adat istiadat dan lembaga pendidikan. Dalam proses sosialisasi ajaran
Islam tersebut, para pendidik telah memainkan peranan yang amat signifikan dengan
cara mendirikan
lembaga pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak, hingga Perguruan Tinggi
atau Universitas.
Lembaga-lembaga pendidikan tersebut telah mengembangkan sistem dan pendekatan
dalam proses belajar mengajar, visi misi yang harus diperjuangkan, kurikulum, bahan
ajar berupa buku-buku, majalah dan sebagainya, gedung-gedung tempat berlangsungnya
kegiatan pendidikan lengkap dengan sarana prasarananya, tradisi dan etos keilmuan
yang dikembangkan, sumber dana dan kualitas lulusan yang dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
Penelitan ini akan menganalisis dan mendeskripsikanPolitik Pendidikan Agama
Islam dalam Materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

1
Pendidikan Nasional dan Peraturan Turunanya. Penelitian ini mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
A. Bagaimana pendekatan dalam pendidikan Islam
B. Apakah tujuan sejarah pendidikan Islam
C. Tujuan penelitian
a. Bagi civitas akademika
1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi kajian pustaka dalam kajian
pendidikan Agama Islam maupun pendidikan secara umum
2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan sistem dan kebijakan
dalam pendidikan Agama Islam
3) Menjadi kontribusi penting bagi pemerhati dunia pendidikan khususnya berkaitan
dengan studi kebijakan pendidikan Islam
4) Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan rujukan dalam
mencari solusi dari problem kebijakan pendidikan
5) Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam memahami tentang kebijakan
pendidikan Islam.
b. Bagi masyarakat umum
1) Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan umum tentang kebijakan Pendidikan
Agama Islam dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan peraturan turunanya
2) Dapat dijadikan sebagai pedoman masyarakat dalam memahami Pendidikan Agama
Islam yang ada di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan Islam terdiri dari 3 kata kunci utama yaitu sejarah,
pendidikan, dan Islam. Secara bahasa sejarah atau history dalam bahasa Inggris dapat
diartikan sebagai pengalaman masa lampau dari manusia (the past experience of
mankind). 1Sedangkan dalam bahasa Arab sejarah disebut juga dengan tarikh, yang
bermakna ketentuan masa atau waktu. Sedangkan ilmu tarikh berarti ilmu yang
mengandung atau yang membahas penyebutan peristiwa dan sebab-sebab terjadinya
peristiwa tersebut2.
Sayyid Quttub mengatakan: Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan
tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan
tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu
dan tempat.3
Pendapat lain juga mengatakan bahwa kata sejarah berasal dari bahasa Melayu yang
menyerap dari kata syajarah dari bahasa Arab artinya pohon, keturunan, asal usul,
silsilah, dan riwayat. Kata ini masuk ke dalam bahasa Melayu setelah akulturasi budaya
pada sekitar abad ke-13. Kemudian setelah itu terjadilah akulturasi yang kedua yaitu
ketika masuknya kebudayaan Barat pada abad ke-15 yang membawa kata historie
(Belanda) dan history (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani istoria yang berarti
ilmu.4
Dari beberapa definisi di atas, maka kata sejarah secara singkat dapat diartikan
sebagai:
` “Kejadian-kejadiann atau peristiwa pada masa lampau yang berkaitan dengan
kehidupan manusia atau suatu ilmu yang mempelajari tentang kejadian-kejadian
tertentu.”
Sedangkan secara etimology pendidikan berasal dari kata education dalam
bahasa Inggris yang berarti upbringing (pengembangan), teaching (pengajaran),
instruction (perintah), pedagogy (pembinaan kepribadian), breeding (memberi makan),

1
Fauzan, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: UIN Jakarta, 2016), hal. 1
2
Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam (Grogol:Pustaka Arafah), hal. 10
3
Ibid, hal. 10
4
M. Dien Madjid & Johan Wahyudhi. Ilmu Sejarah (Jakarta: Kencama, 2014), hal. 7

3
4

raising of animal (menumbuhkan). Sedangkan dalam bahasa Arab , kata pendidikan


merupakan terjemahan dari kata at-Tarbiyah yang diartikan sebagai upaya untuk
mengembangkan dan menumbuhkan potensi yang terdapat dalam diri seseorang baik itu
potensi fisik, sosial, dan spiritualnya.5
Secara terminologi jika digabungkan kata pendidikan Islam dapat diartikan
secara sempit dan luas. Pengertian sempitny adalah usaha yang dilakukan untuk
pentransferan ilmu (knowledge), nilai (value) dan keterampilan (skill) berdasarkan
ajaran Islam dari sipendidik kepada peserta didik guna terbentuknya watak yang Islami
secara utuh. Dimana dalam hal ini lebih bersifat kepada proses pembelajaran, ada
pendidik, peserta didik, da nada bahan (materi) yang disampaikan didukung dengan
alat-alat yang digunakan.6
Adapun pendidikan Islam dalam arti luas tidak hanya terbatas kepada proses
pentransferan tiga ranah di atas saja, akan tetapi mencakup berbagai hal yang berkenaan
dengan pendidikan Islam secara luas yang mencakup sejarah, pemikiran, dan lembaga.
Dengan demikian ada kajian tentang sejarah pendidikan Islam, pemikiran pendidikan
Islam, lembaga-lembaga pendidikan Islam, dan lain-lain.7
Bila dirangkaikan kata sejarah dengan pendidikan Islam. Dirjen Lembaga Islam
merumuskan sebagai berikut:
a. Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari
waktu ke waktu, mulai sejak zaman lahirnya Islam hingga sekarang.
b. Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan pendidikan
Islam, baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasionalisasi
sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.8
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan diatas maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa sejarah pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang membahas dan
mengkaji tentang dunia pendidikan dalam Islam mulai dari aspek-aspeknya, objek
pendidikan, serta metode yang digunakan mulai dari sejak awal Islam lahir sampai saat
sekarang ini dengan berlandasan al-Qur’an dan Sunnah.

5
Junaidi Arsyad, Pendidikan Dalam Sejarah Islam (Medan: Perdana Publishing, 2020) hal. 4
6
H. Haidar Putra Daulay & Hj. Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah (Jakarta: Kencana,
2013), hal. 3
7
Ibid, hal. 3
8
Ibid, hal. 3
5

2.2 Objek Sejarah Pendidikan Islam


Setiap cabang ilmu pastilah memiliki objek pembahasannya sendiri. Begitupun
dengan sejarah pendidikan Islam yang memiliki objek kajiannya. Sejarah pendidikan
Islam sebagai suatu cabang keilmuan sebenarnya memiliki objek kajian yang tidak jauh
berbeda dengan keilmuan lainnya. Objek kajian dari sejarah pendidikan Islam yaitu
“sejarah” menurut beberapa subjek. Dan orang yang menulis sejarah disebut dengan
sejarahwan.
Objek kajian sejarah pendidikan Islam secara general dapat dibagi mejadi dua
hal: pertama, sejarah sebagai ilmu dan kedua, pendidikan Islam sebagai bagian dari
sejarah yang terus berkembang sesuai kondisi sosial budaya setempat. Oleh sebab itu
untuk mengkaji sejarah pendidikan Islam tidak bisa terlepas dari perjalanan lahirnya
agama Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW .9
Objek lain dari sejarah pendidikan Islam ialah mencakup fakta-fakta yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam barik informal
maupun formal sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang ini. Dengan
demikian akan diperoleh apa yang disebut dengan sejarah sebagai objek. Hal ini sejalan
dengan peran agama Islam sebagai agama dakwah penyeru kebaikan dan pencegah
kemunkaran. Menuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin (material dan spiritual).
Serta Objek dari sejarah pendidikan Islam sangatlah erat kaitannya dengan nilai-nilai
agama, filosofi, psikologi, dan sosiologi.10

2.3 Metode Sejarah Pendidikan Islam


Yang dimaksud dengan metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis
secara kritik rekaman dan peninggalan masa lampau. Dengan demikian, diperlukan
rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh
dengan menempuh proses yang disebut dengan historiografi (penulisan sejarah).
Berdasarkan hal yang diungkapkan di atas, maka dapat kita lihat bahw metode
sejarah pendidikan Islam juga menggunakan metode yang ada dalam penulisan sejarah.
Oleh karena itulah, metode sejarah pendidikan Islam mencakup fakta-fakta yang

9
Abdul Gani Jamora Nasution, Pendidikan Islam Dalam Catatan Sejarah (Yogyakarta: Magnum, 2017),
hal. 3-4
10
Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam (Grogol:Pustaka Arafah), hal. 14.,/”
6

berkembang tentang pendidikan Islam, yaitu dimulai dari masa tumbuhnya sampai
kepada masa perkembangannya dari periode ke periode.
Fakta-fakta yang diungkapkan bisa didapat dari berbagai sumber, misalnya dari
prasasti, undang-undang, dokumen-dokumen, gambar serta benda-benda sejarah
lainnya. Menurut buku sejarah Pendidikan Islam oleh Direktorat Pendidikan Agama
Islam, ada tiga metode yang ditempuh: pertama, deskriptif; kedua, komparatif; dan
ketiga, analisis-sintesisis.11
Dengan menggunakan metode deskriptif, seluruh ajaran-ajaran Islam yang
dibawa oleh Rasulullah SAW., yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah khususnya
yang menjelaskan tentang pendidikan Islam dapat dijelaskan dengan baik. Sehingga
dengan cara ini akan lebih dapat mudah memahami ajaran-ajaran Islam.
Metode Komparatif, yaitu sebuah metode dengan cara melakukan perbandingan
antara tuntunan ajaran Islam tentang pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan
yanh hidup dan berkembang pada masa tertentu. Dengan menggunakan metode ini
nantinya kita akan dapat melihat perbedaan dan persamaan antara keduanya. Sehingga
apabila terjadi permasalahan dapat dicari solusinya.
Metode analisi sintesis sintesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap
istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaaran Islam secara kritis,
sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam.12

2.4 Tujuan Sejarah Pendidikan Islam


Setiap cabang ilmu pastilah memiliki tujuan yang ingin dicapai setalah
mempelajari ilmu tersebut. Begitu pun dengan mengetahui dan mempelajari sejarah
pendidikan Islam yang memiliki tujua. Adapun tujuan sejarah pendidikan Islam yaitu:
a) Mengetahui dan memahami fakta-fakta pertumbuhan serta perkembangan
sejarah pendidikan Islam sejak masuknya Islam ke Indonesia hingga sampai saat
ini.
b) Mengambil manfaat dari proses pendidikan yang memecahkan problematika
pendidikan Islam masa kini

11
H. Haidar Putra Daulay & Hj. Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah (Jakarta: Kencana,
2013), hal. 5
12
Junaidi Arsyad, Pendidikan Dalam Sejarah Islam (Medan: Perdana Publishing, 2020) hal. 7
7

c) Memilki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-


pembaharuan sistem pendidikan Islam di Indonesia
d) Mengambil I’tibar dari setiap kejadian masa lampau yang berkaitan dengan
dunia pendidikan guna diterapkan saat ini.13
2.5 Manfaat dan Urgensi Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Dengan banyak mengkaji sejarah kita akan bisa memperoleh informasi tentang
pelaksanaan pendidikan Islam dari zaman Rasulullah sampai sekarang ini mulai dari
pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan kembali
tentang pendidikan Islam.
Secara umum sejarah memegang peranan penting bagi kehidupan umat manusia.
Hal ini karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan
dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan
kehidupan manusia. Ilmu tarikh (sejarah) dalam Islam menduduki arti penting dan
berguna dalam kajian Islam. Oleh karena itu kegunaan sejarah pendidikan Islam
meliputi dua aspek yaitu kegunaan bersifat umm dan yang bersifat akademis.
Secara umum manfaat mempelajari sejarah pendidikan Islam berguna sebagai
faktor keteladanan, faktor cermin, faktor pembanding dan perbaikan keadaan. Sebagai
faktor keteladanan dapat dimaklumi karena al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam
banyak mengandung nilai-nilai kesejarahan sebagai teladan.
Sebagai cermin ilmu sejarah berusaha menafsirkan pengalaman masa lampau
manusia dalam berbagai kegiatan. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan bahwa
tidak semua kegiatan manusia berjalan mulus, terkadang menemukan berbagai
rintangan-rintangan. Sehingga kerap sekali apa yang diharapkan tidak semuanya terjadi.
Sebagai pembanding, suatu peristiwa yang berlangsung dari masa ke masa tentu
memiliki persamaan dan kekhususan. Dengan demikian hasil proses pembanding antar
masa silam, sekarng dan yang akan datang. Dengan harapan dapat memberikan andil
bagi perkembangan pendidikan Islam
Adapun kegunaan sejarah pendidikan Islam yang bersifat akademis yaitu:
a) Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam,
sejak zaman lahirnya sampai saat ini.

13
Ibid. hal. 7-8
8

b) Mengambil manfaat dan proses pendidikan Islam, guna memecahkan


problematika pendidikan Islam pada masa kini.
c) Memilki sifat positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-
pembaharuan sistem pendidikan Islam.14
2.6 Periodesasi sejarah pendidikan Islam
Sejarah Islam menurut Dr. Harun Nasution dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
periode Klasik, pertengahan dan modern.15
 Periode klasik (650-1250 M)
Periode klasik dibagi menjadi dua masa yaitu:
a. Masa Kemajuan Islam I (650-1000 M)
Masa ini merupakan masa pembebasan, integasi dan keemasan Islam. Sebelum Nabi
Muhammad saw. Wafat pada tahun 632 M. seluruh semananjung Arabia telah tunduk
kebawah kekuasaan Islam. Pembebasan ke daerah di luar Arabia dimulai pada zaman
khalifah pertama, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada masa pemerintahan
KhulafaurRasyidin ( Abu Bakar, Umar , Usman dan Ali) terjadi pembebasan, integrasi,
dan keemasan Islam.
b. Masa Disintegrasi
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya telah terjadi pada akhir zaman bani
Umayyah, tetapi memuncak pada Bani Abbasiyah terutama setelah khalifah-khalifah
yang memerintah berikutnya lemah dan banyak diwarnai oleh intrik-intrik politik.
Disintegrasi politik terjadi dalam lapangan kebudayaan dan lapangan keagamaan.
Perpecahan dikalangan umat islam semakin besar karena adanya daerah-daerah yang
berdiri sendiri. Disamping itu, selain Baghdad, telah muncul pusat-pusat kebudayaan
lain, seperti Kairo di Mesir, Cordova di Spanyol, Asfahan, Bukhara, dan Samarkand di
Timur.
Dengan munculnya pusat-pusat kebudayaan baru ini, terutama yang berada
dibawah kekuasaan Persia, bahasa Persia meningkat menjadi bahasa kedua di dunia 9
Islam selain Bahasa Arab.

 Periode Pertengahan (1000-1250 M)


14
J. Sutarjo, Urgensi Pengetahuan Sejarah Sosial Pendidikan Islam Dalam Dunia Akademis, Jurnal
Tarbiyah, 2014, vol 11, hal. 257-259
15
Harun Naution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah, Pemikiran dan Grakan (Jakarta : Bulan Bintang,
1975) hal. 11
periode ini dibagi menjadi dua masa:
a. Masa kemunduran I
Kemunduran masa ini terjadi karena meningkatnya desentralisasi dan disintegrasi
dalam dunia Islam. Zaman ini juga merupakan zaman hancurnya khalifah secara formal.
Islam tidak lagi memiliki Khalifah, yang diakui oleh semua ummat Islam sebagai
lambang persatuan dan ini berlaku sampai kerajaan usmani mengangkat kerajaan yang
baru di Istambul pada abad ke enam belas. Bagian yang merupakan pusat dunia Islam
jatuh ketangan bukan Islam untuk beberapa waktu. Bahkan Islam hilang dari Spanyol.
b. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M)
Masa ini dapat dibagi dalam dua fase berikut:
1. Masa Kemajuan
Fase kemajuan merupakan kemajuan Islam kedua. Kemajuan Islam kedua ini lebih
banyak merupakan kemajuan dalam bidang politik. Selain itu, gase ini ditandai pula
dengan dibangunnya tempat Ibadah, seperti Masjid Aya Sofia, yang pada mulanya
adalah gereja yang kemudian dirobohkan dan diajdikan sebuah masjid. Gedung-gedung
bersejarah, yaitu Taj Mahal, Benteng Merah, Jami`ah, Masjid, Istana, dan gedung
pemerintahan di Delhi.
2. Fase Kemunduran II
Pada fase ini, kemunduran terjadi karena timbulnya pemberontakan, seperti di Suria
dan Lebanon. Selain itu, dipersia, kerajaan safawi juga mendapat serangan dari Raja
Afghan. Pada masa ini kekuatan militer dan politik menurun. Perdagangan dan ekonomi
ummat Islam semakin terpuruk dengan hilangnya monopoli dagang antara Timur dan
Barat dari tangan mereka. Begitu pula dalam bidang ilmu pengetahuan. Saat itulah
dunia Islam dalam keadaan Statis dan tidak berkembang.
 Periode Modern (1800 M- Sekarang)
periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir
yang berakhir pada tahun 1801 M membuka mata dunia Islam terutama Turki dan
Mesir. Raja dan para pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk
mengembalikan Balance Of Power. Pada saat itu Barat bangkit dari kegelapan. Mereka
banyak belajar dari bangsa barat. Dengan demikian, timbullah pemikiran dan aliran
pembeharuan atau modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan
10

pemikiran tentang cara membuat umat Islam maju kembali seperti pada masa periode
Klasik.16
Ketiga periode tersebut apabila dirinci dapat dibagi menjadi 5 masa yaitu:
1. Masa hidupnya Nabi Muhammad saw (571-632 M)
2. Masa Khulafaurrasyidin (632-661M)
3. Masa kekuasaan Bani Umayyah di Damsyik (661-750M)
4. Masa kekuasaan Bani Abbasiyah di Baghdad (750-1250M)
5. Masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Baghdad (1250-Sekarang)17

Adapun periodesasi yang dilalui oleh pendidikan Islam dari masa kelahirannya
sampai masa sekarang dapat dikemukakan sebagai berikut: periode pertumbuhan
pendidikan Islam, yang berlangsung sejak turunnya ayat Al-qur`an yang pertama
sampai wafatnya Rasulullah Muhammad saw. Periode perkembangan pendidikan Islam,
yang berlangsung sejak wafat Rasulullah Muhammad saw. Dimana pendidikan Islam
dialksanakan oleh Khulafaurrasyidin dan dilanjutkan pada masa pemerintahan Bani
Umayyah.
Pendidikan Islam pada periode pertama dan kedua ini berpusat di masjid dengan
materi pokok pengajaran Al-Qur`an. Periode kejayaan pendidikan Islam yang ditandai
dengan muncul dan berkembangnya pemikiran-pemikiran yang dipengaruhi filsafat dan
tumbuhnya madrasah, serta perkembangan kebudayaan Islam mencapai pucak
keemasannya. Pemikiran-pemikiran filsafat ini mampu mengantarkan dunia Islam
dalam percaturan politik Internasional. Periode kejayaan Pendidikan Islam ini
berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad.18
1. Pendidikan pada Masa Rasulullah saw
a. Pendidikan pada Masa Nabi di Makkah
Langkah awal yang Nabi tempuh adalah menyerukan kepada keluarganya terlebih
dahulu. Pertama Nabi serukan kepada Istrinya, Khadijah untuk beriman dan menerima
petunjuk Allah yang kemudian diikuti Ali bin Abi Thalib dan Zaid Bin Haritsah.
Setelah itu Nabi mulai mengajak sahabat-sahabat yang dilakukan secara hati-hati.
Beliau hanya menyerukan kerangka umum ideology Islam dengan kata lain pemikiran-

16
Kodir, Sejarah, hal. 30-31
17
Ibid ., 7
18
. H. Moch. Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru: pendidikan hal. 159
11

pemikiran Islam dilihat dari segi Al-Qur`an dan suunah, maka pendidikan yang kita
lihat dalam Al-Qur`an dan sunnah mendapatkan nilai ilmiahnya. Rasulullah dalam
segala ucapan dan tindakannya merupakan gambaran hidup terhadap pemikiran
pendidikan Islam.19
2. Pendidikan Islam pada Masa Khulafaurrasyidin
a. Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Pada masa Kekhalifahhan Abu Bakar As-Shiddiq ajaran Islam belum dipahami
benar, Motivasi Islamnya bukan karena kesadaran yang sunggug-sungguh tapi karena
perkembangan politik dan ekonomi dan rasa kesukuan yang mendalam. Abu bakar juga
berkewajiban melaksanakan amanat Rasul yaitu memberangkatkan pasukannya ke Syria
yang telah dipersiapkan sesaat sebelum Nabi wafat.
Keberhasilan Abu bakar dalam menuntaskan permasalahan rakyatnya dan
pengiriman tentaranya ke Persia, membuka kemungkinan ekspedisi dakwah dan
pendidikan agama Islam. Masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar tidak lama, tapi
beliau telah berhasil meletakkan dasar-dasar kekuatan perjuangan perluasan dakwah dan
pendidikan Islam.20
b. Pada masa khalifah Umar bin Khattab
Sebelum lahirnya agama Islam, di Negeri Arab telah ada semacam sekolah rendah
yang mengajarkan menulis dan membaca yang disebut Kuttab, akan tetapi sekolah ini
kurang mendapat perhatian orang mekkah hingga waktu agama Islam lahir, yang pandai
membaca dan menulis hanya 17 orang. Dan dimasa keKhalifahan Ummar bin Khattab
memberikan intruksi kepada penduduk agar mereka memberikan pelajaran berenang,
menunggang kuda, pepatah, dan syair. Dan untuk sekolah tinggi diberikan dimasjid.
Antara lain pelajaran tafsir, hadits dan lainnya.21
c. Pada masa Khalifah Usman bin Affan
Pada masa ini peluasan dan pengembangan materi pelajaran mulai memperoleh
pengaruh yang cukup kuat dari kondisi budaya daerah. Pengaruh ini sangat bermanfaat
untuk menghapus hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
Pada masa ini juga ilmu agama mulai meluas dan bercabang. Tugas mendidik dan
mengajar diserahkan oleh ummat itu sendiri. Adapun objek pendidikan pada masa itu

19
Yunus Sejarah Pendidikan Islam hal. 23
20
Hasan Langulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988) Hal. 120
21
Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru: pendidikan hal.166
12

adalah: orang dewasa yang telah lama memeluk agama Islam. Orang dewasa baru
masuk Islam, anak-anak yang sudah lama dan baru masuk Islam dan ornag yang
mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalam.
Adapun metode yang dilakukan adalah ceramah, hafalan, latihan, diskusi dan
Tanya jawab. Mata pelajaran yang diberikan disesuaikan kebutuhan si terdidik dengan
urutan mendahulukan pengetahuan yang sangat mendesak atau penting digunakan
sebagai pedoman hidup beragama.
Dalam fase pendidikan lebih ditekankan pada ilmu praktik dengan maksud agar
mereka yang berminat dapat mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik-
baiknya dalam kehidupan sehari-hari22
d. Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
pada masa ini kegiatan pendidikan mendapatkan gangguan dan hambatan, tehambat
oleh adanya perang saudara. Ali pada saat itu tidak sempat memikirkan pendidikan dan
menangani persoalan yang lebih berat lagi.
Pendidikan yang masih berjalan adalah seperti apa yang telah ada sebelumnya
dengan sarana yang sudah ada. Hanya motivasi dan filsafah pendidikan, selain yang
sudah ada dan telah dibina Rasul juga tumbuh motivasi dan falsafah pendidikanbaru
yang dibina oleh kaum Syiah dan Khawarij. Hal mana akan mengakibatkan
bermacamnya pandangan dan faham yang menjadi dasar dan landasan cara berfikiryang
lebih lanjut akan memberikan kesempatan untuk menceraikan ummat dimasa-masa
mendatang.23
3. Pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah
Pemikiran pendidikan pada masa itu tetap memantulkan Al-Qur`an dan sunnah, di
Ibu kota Khilafah di Madinah, di Mekkah dan diberbagai tempat lain yang ditaklukkan
oleh orang-orang Islam. Disitulah bertebaran murid-murid guru teragung mengajarkan
prinsip-prinsip agama baru seperti yang mereka telah pelajari. Pada masa Nabi, negara
Islam meliputi seluruh Jazirah Arab. Pendidikan berpusat di Kota Madinah. Pada masa
Khalifah-Khalifah dan Bani Umayyah negara Islam bertambah luas dengan pesatnya.
Pusat pendidikan bukan di Madinah saja, bahkan tersebar pula di kota-kota besar
yakni:24

22
Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:PN,Angkasa 1983), Hal.47
23
Ibid,. 57,58,62
24
Yunus Sejarah Pendidikan Islam hal. 33
13

 Kota Mekkah
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, Abdullah bin Abbas pergi ke
Mekkah dan mengajar disana. Beliau mengajar tafsir, hadits, fiqh, dan sastra. Kemudian
digantikan oleh muridnya Mujahid bin Jabar, Athak bin Rabah.
 Madinah (Hijaj)
Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya karena disanalah
tempat khalifah Abu Bakar, umar dan Ustman. Disana banyak tinggal sahabat Nabi.
Ulama yang termasuk disana adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Tsabit dan Abdullah bin Umar. Mereka semua mengajarkan ilmu keagamaan.
 Basrah
Ulama yang terkenal di Basrah adalah Abu Musa Al-Asy`arid an Anas bin Malik.
Abu Musa terkenal sebagai ahli fiqh, hadis dan tafsir, sedang Anas bin Malik adalah
ulama ahli hadist yang termasyhur.
 Kufah (Irak)
Kufah menjadi pusat ilmu agama, madrasah ini melahirkan enam ulama besar
yaitu : Alqomah, Al-Aswad, Masruq Ubaidah, Al-Harits bin Qais dan Amin bin
Syurahbil.

 Damsyik dan Palestina (Syam)


Setelah negeri syam menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak
memeluk agama Islam maka umar mengirim tiga orang uru agama ke negeri itu yakni
Muadz bin Jabal, Ubadah, dan Abu Dardak.
 Fistat (Mesir)
Abdullah bin Amir bin Al Ash adalah sahabat yang mendirikan madrasah dan
menjadi guru disana. Beliau hafal hadits yang ia hafal sendiri langsung dari Rasul. 25
Dalam periode Daulah Bani Umayyah terdapat dua jenis pendidikan yang berbeda
sistem dan kurikulumnya yaitu pendidikan khusus dan umum. Pendidikan Khusu adalah
pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan bagi anak-anak Khalifah dan para
pembesarnya, kurikulumnya diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang
kendali pemerintahan, kurikulum ini bukan saja diatur oleh guru saja akan tetapi oleh
orang tua murid juga.
25
AZ.Fanani, Diktat Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PN Biro Penerbitan dan Pengembangan Ilmiah,
1993). Hal. 27,28
14

Pendidikan lainnya adalah pendidikan yang diperuntukkan dari pendidikan sejak


zaman Nabi masih hidup, pendidikan merupakan sarana penting bagi kehidupan agama.
Yang bertanggungjawab terhadap kelancaran jalannya pendidikan adalah ulama,
merekalah memikul tugas mengajar dan memberi bimbingan serta pimpinan kepada
rakyat. Adapun lembaga pendidikannya antara lain pendidikan keluarga, kuttab dan
masjid semua itu adalah merupakan tempat mana berkembangnya suatu pendidikan.26
Dalam masa Bani Umayyah dengan segala kondisi dan situasinya, telah
memberikan kesempatan pada munculnya konsepsi pikiran baru yang menghidupkan
golongan atau firqah. Diantara firqah-firqah yang besar pengaruhnya ialah yang
diajarkan kaum Syi`ah, kaum Khawarij, Murji`ah, Jabariyah, Qadariyah dan
Mu`tazilah.27
Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai
jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi
kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke Eropa.
Pada saat itu umat Islam meninggalkan Ilmu-ilmu Aqliyah dan mengabaikan bidang
materi dan bahkan telah terjerumus kedalam sikap yang fatalistis, sehingga dengan
demikian pendidikan Islam mengalami kemunduran yang meperhatinkan.
Periode kebangkitan dan pembeharuan pendidikan Islam, yaitu sejak Napoleon
menguasai Mesir sampai sekarang. Pada periode ini ummat Islam mulai menyadari akan
kelemahan-kelemahan yang mereka alami, sehingga timbul usaha-usaha untuk bangkit
dan mengadakan pembeharuan khususnya dibidang Pendidikan Islam.
Dikalangan Ummat Islam muncul tiga pola pemikiran dalam usaha
pemngembalikan kejayaan Islam dan Ummat Islam, yaitu: pertama, pola pemikiran
yang berorientasi ke Barat. Sehingga mereka mengambil semua dari yang barat. Kedua:
pola pikir yang berorientasi pada Islam, karena mereka sadar bahwa kemunduran
ummat Islam itu disebabkan ummat islam telah meninggalkan ajaran Islam, mereka
berusaha mengamalkan ajaran Islam secara penuh. Ketiga: pola pikir yang berorientasi
kepada kepentingan Nasional, sehingga mereka berjuang bukan hanya untuk kejayaan
ummat Islam saja, melainkan juga pemeluk agama lain sebangsa dan setanah air karena
mereka hidup bersama dalam suatu wilayah daerah yang sama.28

26
Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:PN,Angkasa 1983), Hal.73
27
Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru: pendidikan hal.171
28
Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru: pendidikan hal.159-160
15

Adapun fase-fase yang dilalui sejarah pendidikan Islam di Indonesia secara


periodic, dibagi menjadi:
1. Periode masuknya Islam ke Indonesia
2. Periode pengembangan melalui proses adaptasi
3. Periode kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam (proses politik)
4. Periode penjajahan Belanda
5. Periode penjajahan Jepang
6. Periode kemerdekaan 1 (Orde Lama) dan
7. Periode kemerdekaan II (Orde Baru/ Pembangunan)
8. Periode Reformasi29
2.7 Ilmu-Ilmu Yang Berkaitan Dengan Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan Islam bukanlah ilmu yang berdiri sendiri ia merupakan bagian
dari sejarah pendidikan secara umum. Sejarah pendidikan merupakan uraian yang
sistematis dari pada segala sesuatu yang telah diperkirakan dan dikerjakan dalam
lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah pendidikan menguraikan
perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang karena itu sejarah pendidikan
Islam erat kaitannya dengan Ilmu-Ilmu lain, seperti:30
1. Sosiologi
Ilmu sosiologi secara sederhana diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala
atau fenomena kehidupan yang terjadi di masyarakat, yakni kebudayaan dan peradaban
yang diciptakannya, struktur dan sistem social yang diguanakannya, sturuktur dan
sistem ekonomi, juga model dan sistem pendidikan yang diterapkannya.31
Interaksi seseorang yang terjadi dalam kehidupan, antara individu maupun antar
golongan, akan menimbulkan suatu dinamika kehidupan. Kedinamikaan dan perubahan
kehidupan akan bermuara paada terjadinya mobilitas social. Proses kemobilitasan social
hendaknya berorientasi pada kemaslahatan baik dunia maupun akhirat. Karena 16
kemobilitasan social itu akan berpengaruh pada sistem pendidikan islam dan kebijakan
pendidikan islam yang digunakan pada perkembangan pendidikan selanjutnya.32
Kuntowijoyo menyebut perbedaan anatara sejarah dan ilmu-ilmu social dalam dua
hal, yaitu tujuan dan pendekatan. Tujuan sejarah ialah mempelajari hal-hal yang bersifat
29
Zuhairini, Sejarah hal.8. Rikuati, Sejarah, hal. 18
30
Dr. Junaidi Arsyad, MA PENDIDIKAN dalam SEJARAH ISLAM Hal. 14
31
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Sejarah Sosial Intelektual Islam, PT Rajagrafindo, Jakarta, 2012, hal.61
32
Mansur dan Mahfud Junaedi, Op.cit, hal.12-13
unik dan sekali terjadi. Sedangkan ilmu-ilmu social tertarik kepada umum dan
merupakan pola. Pendekatan sejjarah juga berbeda dengan ilmu-ilmu social. Sejarah itu
diakronis, memanjang dalam waktu sedangkan ilmu-ilmu itu sinkronis, melebar dan
ruang. Dengan demikian, meskipun sejarah dengan ilmu-ilmu social saling memberi
topangan tapi antara sejarah dan ilmu-ilmu social masih ada batas-batas dan identitas
yang membedakan.33
Kita bisa menyaksikan bahwa interaksi yang terjadi, baik antara individu maupun
antar golongan, dimana dalam hal ini menimbulkan suatu dinamika. Dinamika dan
perubahan tersebut bermuara pada terjadinya mobilitas social, semua itu berpengaruh
pada sistem pendidikan Islam serta kebijaksanaan pendidikan Islam yang dijalankan
pada suatu masa.34
2. Ilmu sejarah
Sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia, sejarah bukan
hanya sekedar catatan bagi orang-orang lahir dan orang-orang yang mati, dan sekedar
mengungkap kehidupan para penguasa dan biografi para pahlawan. Akan tetapi sejarah
juuga ilmu. Ilmu tentang manusia, waktu, sesuatu yang mempunyai makna social dan
tentang sesuatu tertentu. Sejarah sebagai ilmu tentang manusia, sejarah menelaah
peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan manusia yang dapat ditelaah sejarah.
Sejarah menelaah masyarakat dari segi waktu, yakni tentang perkembangan ,
berkesinambungan, pengulangan dan perubahan.35
Ilmu sejarah membahas tentang perkembangan peristiwa-peristiwa atau kejadian-
kejadian penting dimasa lampau, dan juga dibahas segala ihwal “peristiwa-peristiwa
besar” dalam struktur kekuasaan dan politik, karena umumnya orang-orang besar cukup
dominan pengaruhnya dalam menentukan sistem, materi, tujuan pendidikan yang
berlaku pada masa itu.36
17

3. Sejarah kebudayaan
Sejarah pendidikan merupakan bagian sejarah kebudayaan ummat manusia, karena
mendidik itu berarti pula suatu usaha untuk menyerahkan atau mewariskan kebudayaan.
33
Khozin, Op.Cit, hal.21
34
Dr. Junaidi Arsyad, MA PENDIDIKAN dalam SEJARAH ISLAM Hal. 15
35
Khozin, Op.Cit, hal.1
36
Dr. Junaidi Arsyad, MA PENDIDIKAN dalam SEJARAH ISLAM Hal. 15
Dalam hubungan ini pendidikan berarti pemindahan isi kebudayaan untuk
menyempurnakan segala dan kecakapan anak didik guna mengahadapi persoalan dan
harapan-harapan kebudayaannya.
Begitu juga dengan sejarah Pendidikan Islam, kita mengetahui bahwa pendidikan
Islam adalah usaha mewariskan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Oleh karena itu mempelajari sejarah kebudayaan dalam rangka memahami
sejarah Islam adalah sangat penting.37
Sejarah juga merupakan suatu peristiwa yang memiliki makna luas dan beraneka
ragam. Keluasan dan keanekaragaman tersebut sama halnya dengan variasi dan
kompleksitas kehidupan manusia dimuka bumi. Sehingga untuk mempermudah
pemahaman tentang sejarah banyak pakar llmu sejarah kemudian mengelompokkan
peristiwa sejarah kedalam beberapa tema. Pembagian tema sejarah inilah yang disebut
dengan pembagian sejarah secara sistematis. Misalnya, sejarah Agama, sejarah
kesehatan, sejarah social, sejarah politik, sejarah peradaban islam dst.38
ada beerapa ilmu yang dapat membantu mendapatkan data historis yang akurat,
tentunya dibutuhkan ilmu-ilmu pendukung yang dapat memperkuat keberadaan sejarah. Ilmu-
ilmu yang dibutuhkan adalah :
1. ilmu-ilmu Dasar
a. Paleografi Yaitu pengetahuan tulisan-tulisan kuno
b. Diplomatic Yaitu pengetahuan menyelidiki tanggal, tempat dan keaslian dokumen-
dokumen tertulis
c. Epigrafi Yaitu pengetahuan tentang tulisan pada dokumen
d. Kronologis Yaitu pengetahan tentang kesatuan waktu
e. Sigilografi Yaitu pengetahuan mengenai segel yang dipergunakan zaman dulu
f. Heraldry Yaitu pengetahuan tentang tanda-tanda istimewa dalam benda
g. Numismatik Yaitu pengetahuan tentang mata uang dan mendali
h. Genealogi; pengetahuan tentang asal usul / nasabiyah subjek
Dalam memahami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sejarah pendidikan islam perlu
memahami mana yang perlu dikembangkan dan mana yang perlu diperbaiki. Dalam hal
ini hendaknya sejarah pendidikan Islam perlu dikembangkan nilai-nilai positif sangat

37
Hasbullah, Sejarah, hal. 11-12
38
Muhammad Tisna Nugraha Sejarah Pendidikan Islam: Diandra Kreatif hal.2
18

penting untuk dikembangkan dalam modernitas, tanpa nilai-nilai itu modernitas akan
anarkis dan tidak menghiraukan hak-hak asasi manusia.39
Pendidikan islam merupakan warisan dan perkembangan budaya manusia yang
bersumber dan berpedoman ajaran islam dalam rangka terbentuknya kepribadian utama
menurut islam. Munculnya ilmu pendidikan telah memotivasi umat islam untuk
menelusuri perjalanan sejarah pendidikan islam. Teori-teori yang berkaitan dalam dunia
pendidikan besar gunanya dalam mengumpulkan fakta-fakta sejarah yang selanjutnya
menempatkan fakta-fakta tersebut dalam konteks sejarahnya dengan demikian
pembahasan sejarah pendidikan tidak sekedar menempatkan peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan perkembangan dan perjalanan pendidikan islam sesuai dengan urutan-
urutan peristiwa. Lebih dari itu sejarah pendidikan islam menuntut pengungkapan
realitas sosial muslim untuk menjawab suatu peristiwa yang terjadi.
Dengan demikian sejarah pendidikan islam bukanlah ilmu berdiri sendiri namun
merupakan bagian dari sejarah pendidikan secara umum. Sejarah pendidikan merupakan
uraian sistematis dari segala sesuatu yang telah dipikirkan dan dikerjakan dalam
lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah pendidikan menguraikan
perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang.

2.8 Ruang Lingkup Sejarah Pendidikan Islam


Ruang lingkup sejarah pendidikan islam Mencakup Objek Sejarah Pendidikan
Islam dan metode sejarah pendidikan islam.
1. Objek sejarah pendidikan islam
Sejarah biasanya ditulis dan dikaji dari sudut pandang suatu fakta atau kejadian
tentang peradaban bangsa. Maka objek Sejarah Pendidikan Islam mencakup fakta-fakta
yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam baik
informal maupun formal. Dengan demikian dapat diperoleh “sejarah serba objek”.
Dalam hal ini sejalan dengan peranan agama Islam sebagai agama da’wah menyeru
kebaikan dan mencegah pada kemunkaran, menuju kehidupan yang sejahtera baik lahir
maupun batin. Namun sebagai cabang ilmu pengetahuan, objek sejarah pendidikan
Islam umumnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan dalam objek-objek sejarah
pendidikan, seperti mengenai sifat-sifat yang dimilikinya.

39
Mansur dan Mahfud Junaedi, Op.Cit, hal. 14-15
19

Pendidikan tidak akan ada artinya apabila manusia tidak ada di dalamnya. Hal ini
disebabkan karena manusia merupakan objek dan subyek pendidikan, artinya manusia
tidak akan berkembang dan mengembangkan budayanya secara sempurna apabila tidak
ada pendidikan. dengan demikian maka akan di peroleh apa yang di sebut “ sejarah
serba subyek”.
2. Metode Sejarah Pendidikan Islam
Adapun metode yang dapat ditempuh untuk fase yang pertama adalah :
a. Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan
menggunakan interview.
b. Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.
c. Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat
dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.
Adapun fase yang kedua yaitu metode penulisan untuk memahami Sejarah
Pendidikan Islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah
keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sintesis.
a. Metode deskriptif, ajaran-ajaran islam yang dibawa oleh Rosulullah SAW, yang
termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah, khususnya yang langsung
berkaitan dengan pendidikan islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana
adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka apa yang terkandung dalam ajaran islam
dapat dipahami.
b. Metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran islam tentang
pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada
masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat diketahui persamaan dan
perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan pemecahan yang
mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan.
c. Metode analisis sintesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah
atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran Islam secara kritis, sehingga 20
menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam. Pada saatnya dengan
metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari
pembahasan sejarah pendidikan Islam. Metode ini dapat pula didaya gunakan untuk
kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang islami.
Terdapat tiga bagian peran dan kedudukan dari sejarah itu sendiri, yaitu:
1. Sejarah sebagai suatu peristiwa
Sejarah sebagai suatu peristiwa diartikan sebagai suatu kejadian yang terjadi pada
masyarakat dimasa lampau atau sesuatu yang penting dalam defenisi sejarah. Pada
konteks ini kejadian yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kehidupan
masyarakat manusia bukan dimaksud peristiwa sejarah. Selanjutnya jika suatu peristiwa
terjadi pada ummat manusia namun kejadiannya baru terjadi saat ini atau waktu
sekarang maka peristiwa itu bukanlah sejarah. Karena itu konsep tentang siapa yang
menjadi subjek dan objek sejarah serta konsep waktu kapan terjadinya suatu peristiwa,
dua-dua nya menjadi satu kesatuan penting apakah suatu peristiwa bisa disebut sebagi
sejarah atau tidak.
Berdasarkan waktu terjadinya peristiwa yang dapat terkategorikan sebagai sejarah
maka dikenal pula pembagian sejarah berdasarkan periodisasi waktu. Periodesasi waktu
sejarah adalah membagi peristiwa sejarah berdasarkan susunan kronologis yang
didasarkan tema atau apa yang dianggap sebagai peristiwa kunci, poin penting maupun
menarik. Sebagai contoh untuk sejarah peradaban islam, kemudian dibagi menjadi
40
Zaman Pra Islam, Zaman Rasulullah saw. Dimekkah dan di Madinah, Zaman
Khulafaurrasyidin, Zaman Bani Umayyah, Zaman Bani Abbasiyah, Zaman Khalifah
Islam di Spanyol, Zaman keKhalifahan Fathimiyah, Zaman Dinasti TurkI usmani,
Dinasti Mokhul, Dinasti Syafawi, Zaman kerajaan Islam di Indonesia, Zaman
Penjajahan Belanda, Zaman Penjajahan Jepang, Zaman Orde Lama, Zaman Orde Baru,
dan Zaman Era Reformasi.41
2. Sejarah sebagai suatu cerita
Sejarah sebagai suatu cerita adalah suatu rangkaian peristiwa yang terjadi dimasa
lampau dan kemudian diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran serta interpretasi
yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada bagian peran dan kedudukan ini penyusunan
peristiwa sejarah telah digunakan berdasarkan pemahaman penulisnya kedalam suatu
bentuk cerita sejarah. Pada tingkat ini diperlukan suatu penalaahan yang sangat jeli,
bijaksana serta verifikatif sehingga penulisan cerita dalam sejarah tersusun secara apa
adanya, sesuai dengan fakta atau sumber-sumber yang tidak ada dan tidak mengalami
pengurangan maupun tidak pula dilebih-lebihkan.

40
Muhammad Tisna Nugaraha Sejarah Pendidikan Islam: Diandra Kreatif hal.2-3
41
Dr. Junaidi Arsyad, MA PENDIDIKAN dalam SEJARAH ISLAM Hal. 15-16
21

3. Sejarah sebagai suatu ilmu


Sejarah sebagai suatu ilmu karena sejarah merupakan pengetahuan masa lampau
yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode atau kajian ilmiah untuk
memperoleh kebenaran mengenai suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.
Oleh sebab itu sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuang, sejarah harus dapat
dibuktikan berdasarkan standar maupun kriteria ilmiah yang dipersyaratkan. Artinya
sebuah peristiwa dalam sejarah harus dapat diuji kebenarannya melalui fakta yang ada,
baik itu berupa pelaku sejarah, saksi mata, dokumen, artefak, bangunan atau benda
lainnya yang dapat diuji secara ilmiah. Sehingga sebuah peristiwa dapat dikatakan
sebagai suatu fakta sejarah dan bukan merupakan rekayasa sejarah.42

2.9 Pendekatan Dalam Pendidikan Islam


pendekatan dalam pendidikan Islam, yaitu suatu upaya atau cara yang dilakukan
oleh pendidik dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk mendekati dan
mengantarkan peserta didik dalam mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun
budi pekerti untuk berakhlak mulia serta mempersiapkan peserta didik tersebut untuk
hidup secara layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya dan mampu
meraih kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.43
Kata pendekatan memiliki arti yang berbeda-beda tergantung kepada obyek apa
yang akan menjadi tema sentral perencanaan kerja dan kajian pemikiran yang akan
dikembangkan. Namun dalam hal ini pendekatan yang dimaksud adalah suatu cara
untuk memproses subyek atas obyek dalam mencapai tujuan. Pendekatan ini juga berarti
suatu cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan, dimana cara pandang tersebut
adalah cara pandang yang luas. Sedangkan pendidikan Islam ialah bimbingan yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar ia mampu berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga secara sederhana dapat dipahami bahwa
pendekatan dalam pendidikan Islam ialah suatu upaya atau cara yang dilakukan oleh
pendidik dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk mendekati dan mengantarkan
peserta didik dalam mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti
untuk berakhlak mulia serta mempersiakan peserta didik tersebut untuk hidup secara

42
Muhammad Tisna Nugaraha Sejarah Pendidikan Islam: Diandra Kreatif hal.3-4
43
Ibid, hal 135
22

layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya dan mampu meraih


kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.44
1. pendekatan Islam dalam Perpektif Normatif-Perenialis
Pendekatan Islam dalam perspektif normative-perenialis adalah ilmu pendidikan
Islam yang memfokuskan kajiannya pada penggalian ajaran al-qur`an dan Hadis yang
berkaitan dengan pendidikan Islam yang diyakini sebagai ajaran yang pasti benar, harus
diamalkan dan dinilai lebih unggul dibandingkan konsep pendidikan yang berasal dari
sumber agama lainnya. Ajaran-ajaran tersebut telah terseleksi dalam sejarah yang amat
panjang sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw.
Kajian tersebut pendidikan islam yang bersifat normative-perenialis ini telah
banyak dilakukan oleh sarjana Muslim, antara lain Muhammad Quthb melalui karya nya
Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyah, Abdul Rahman Shalih Abdullah melalui bukunya
Educational Theory: A Qur`anic Out-look dan Muhammad Nashih Ulwan melalui
bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam. Sedangkan di Indonesia kajian terhadap ayat-ayat
Al-qur`an dan al-hadis yang berkaitan dengan pendidikan dikembangkan antara lain
oleh Abuddin Nata dalam bukunya Tafsir-Ayat-Ayat Pendidikan.
2. pendidikan Islam Dalam Perspektif Filosofis
Pendidikan Islam yang bercirikan filosofis adalah pendidikan Islam yang
memfokuskan kajiannya pada pemikiran filsafat Islam yang berkaitan dengan
pendidikan Islam. Dengan sifatnya yang dalam radikal universal dan sistematis, filsafat
pendidikan Islam berupaya menjelas konsep-konsep yang mendasar tentang berbagai
hal yang ada hubungannya dengan berbagai aspek pendidikan Islam yaitu: Visi, Misi,
tujuan, kurikulum, bahan pelajaran, guru, murid, proses belajar mengajar, hubungan
guru murid, manejemen, dan aspek lainnya dikaji secara mendalam untuk ditemukan
inti gagasan yang terdapat didalamnya.
Kajian terhaadap ilmu pendidikan Islam perspektif Filosofis ini telah banyak
dilakukan oleh para serjana pendidikan seperti Muhammad Al-Toumy al-Syaibani
melalui karyanya yang berjudul Falsafah Al Tarbiyah Al-Islamiyah, Majid Pahri dengan
karyanya Sejarah dan filsafat pendidikan. Di Indonesia kajian terhadap pendidikan
Islam dalam perspektif filsafah ini, antara lain dilakukan oleh Muzayyin Arrifin dalam
bukunya Filsafat Pendidikan Islam

44
Dapertemen Agama., Op.Cit., Hal. 76
23

3. Pendidikan Islam dalam Perspektif Sejarah


Selanjutnya, pendidikan Islam dalam Perspektif sejarah adalah ilmu pendidikan
Islam yang menfokuskan kajiannya pada data-data empiris yang dapat dilacak dalam
sejarah, baik berupa kaya tulis, peninggalan berupa lembaga maupun pendidikan dengan
berbagai aspeknya. Melalui kajian ini ummat akan diajak untuk menyaksikan maju
mundurnya pendidikan Islam sepanjang sejarah untuk kemudian direnungkan,
dianalisis, dan diambil hikmahnya dan dijadikan bahan perbandingan dan masukan
untuk membangun kemajuan Pendidikan Islam dimasa sekarang dnegan melihat masa
lalu untuk kemajuan masa depan.
Kajian terhadap pendidikan Islam dalam perspektif sejarah ini telah banyak pula
deilakukan seperti A. Syailabi melalui karyanya Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah.
Sedangkan ditanah air seperti Mahmud Yunus dengan karya nya sejarah pendidikan
Islam dan sejarah pendidikan Islam di Indonesia.
4. pendidikan Islam dalam Perspektif Aplikatif
Adapun pendidikan Islam dalam Perspektif Aplikatif adalah pendidikan Islam
yang memfokuskan kajiannya dalam upaya menerapkan konsep-konsep pendidikan
dalam kegiatan yang lebih konkret dan dapat diukur serta dilihat hasilnya. Kajian ini
mengharuskan adanya uji coba konsep melalui eksperimen dikelas dan lainnya.
Hasilnya adalah konsep-konsep yang siap di aplikasikan upaya ini termasuk yang agak
kurang dilakukan oleh para serjana pendidikan muslim dibandingkan dengan yang
dilakukan oleh serjana barat seperti Debby De Potter dengan Quantum Teaching and
Learningnya, atau buku Cooperative Learning, Contextual Teaching and Learning dan
sebagainya.
Di Indonesia kajian, kajian terhadap pendidikan Islam yang bercorak aplikatif
ini misalnya kita jumpai pada Mahmud Yunus melalui konsepnya dalam bidang
metedologi pelajaran bahasa Arab. Setelah melakukan pengamatan selama beberapa
tahun terhadap metode pengajaran bahasa Arab yang dilakukan di Pesantren-pesantren,
Mahmud Yunus sampai pada kesimpulan, banhwa metode pengajaran Bahasa Arab
yang menekankan gramatika yang dilakukan secara persial di pessantren amat lah sulit,
rumit dan melelahkan, tapi hasilnya tidak sebanding dengan upaya yang dilakukan. Para
lulusan pesantren sangat kaya dan mendalam pengetahuan teoritisnya dalam bidang
bahasa, tapi mereka tidak mampu mengaplikasikannya dalam bentuk percakapan, dan
24

tulisan yang berbahasa Arab. Ini harus segera diatasi dengan membuat metode
pengajaran yang baru yang ia kenalkan dengan nama al-Thariqah al-Mubasyarah
(metode langsung) yang mengajarkan komponen ilmu bahasa Arab dengan
penerapannya dalam percakapan sehari-hari didalam kelas dan pergaulan selama
pesantren, upaya ini telah berhasil ia wujudkan melalui lembaga pendidikan Adabiyah
School di Sumatera Barat dan salah seorang muridnya yang bernama Iman Jarkasyi
menguasainya dnegan baik dan menerapkannya dipondok pesantren Modern
Darussalam Gontor Ponorogo. Juga dalam buku metode pendidikan Rasulullah saw.
Inspirasi bagi guru sejati karya Junaidi Arsyad merupakan satu diantara contoh
pendidikan Islam Perspektif Aplikatif. Dimana metode pendidikan Nabi diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar baik didalam kelas maupun dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari.45
Keberhasilan dalam menyampaikan materi sangat tergantung bagaiamana pendidik
menggunakan pendekatan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Dalam konteks
pendidikan Islam dikenal banyak pendekatan.
Melalui pendekatan tersebut diharapkan peserta didik dibawa ke dalam nuansa
pembelajaran yang di dalamnya dapat memberi pengalaman yang berarti melalui proses
pembelajaran sehingga dari proses tersebut diharapkan mereka dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.46

BAB III
PENUTUP
45
Di Adabtasi dari Abuddin Nata, ed., Sejarah pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan,
cet. IV (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013) hal.1-7
46
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik (Jakarta:Al-Huda, 2006) hal. 237
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Islam di Indonesia mengalami pasang surut dalam masa
perkembangannya terutama pada masa kemerdekaan. Pendidikan Islam pasca
kemerdekaan terbagi ke dalam dua fase yaitu orde lama dan orde baru. Selama masa
tersebut, pemerintah menitik beratkan kepada dua hal yaitu perkembangan dan
peningkatan mutu madrasah sehingga diharapkan mampu sejajar dengan sekolah umum
dan memperluas jangkauan pengajaran agama, tidak terbatas pada jangkauan madrasah
tetapi menjangkau sekolah umum bahkan perguruan tinggi. Kedua hal ini terkait erat
dengan upaya pemerintah yang diwakili oleh Departemen Agama dengan berbagai
kebijakan-kebijakan yang digulirkan selama masa tersebut. Terkait dengan
perkembangan pesantren, pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan
baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan, diantaranya
adalah mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, dan semakin berorientasi pada
pendidikan dan fungsional sehingga menghilangkan paradigma yang mengatakan bahwa
pesantren adalah lembaga tradisional yang hanya mampu menghasilkan output yang
berkualitas rendah dan tidak memiliki integritas.

DAFTAR PUSTAKA
Fauzan. (2016). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: UIN Jakarta.

25
Shafwan, Muhammad Hamba. Intisari Sejarah Pendidikan Islam. Grogol:Pustaka
Arafah.
Madjid, M. Dien & Johan Wahyudhi. (2014). Ilmu Sejarah. Jakarta: Kencana.
Arsyad, Junaidi. (2020). Pendidikan Dalam Sejarah Islam. Medan: Perdana Publishing.
Daulay, H. Haidar Putra & Hj. Nurgaya Pasa. (2013). Pendidikan Islam Dalam Lintas
Sejarah. Jakarta: Kencana.
Nasution, Abdul Gani Jamora Nasution. (2017). Pendidikan Islam Dalam Catatan
Sejarah. Yogyakarta: Magnum.
J. Sutarjo, Urgensi Pengetahuan Sejarah Sosial Pendidikan Islam Dalam Dunia
Akademis, Jurnal Tarbiyah, 2014, vol 11.
Nasution, Harun. (1975). Pembaharuan dalam Islam : Sejarah, Pemikiran dan Grakan.
Jakarta : Bulan Bintang.
Kodir, Sejarah.
Tolchah, H. Moch. Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru:
Yunus. Sejarah Pendidikan Islam.
Langulung, Hasan. (1988). Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna.
Supardi, Ahmad Supardi. (1983). Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung:PN,Angkasa.
Fanani, AZ. (1993). Diktat Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PN Biro Penerbitan dan
Pengembangan.
Nata, H. Abuddin Nata. (2012). Sejarah Sosial Intelektual Islam. Jakarta: PT
Rajagrafindo.
Mansur dan Mahfud Junaedi, Op.cit,
Nugraha, Muhammad Tisna Nugaraha. Sejarah Pendidikan Islam: Diandra Kreatif.Di
Adabtasi dari Abuddin Nata, ed., Sejarah pendidikan Islam pada Periode Klasik dan
Pertengahan, cet. IV (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013).Amini, Ibrahim. (2006).
Agar Tak Salah Mendidik. Jakarta:Al-Huda.

iii

Anda mungkin juga menyukai