Disusun Oleh:
Kelompok 1
Abdul Aji Ibrahim Lubis (0301202142)
Fitrianingrum Br. Bane (0301202137)
Lidya Febryanti (0301202215)
Rafika (0301202123)
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Sejarah Pendidikan Islam 3
2.2 Objek Sejarah Pendidikan Islam 5
2.3 Metode Sejarah Pendidikan Islam 5
2.4 Tujuan Sejarah Pendidikan Islam 6
2.5 Manfaat dan Urgensi Sejarah Pendidikan Islam 7
2.6 Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam 8
2.7 Ilmu-ilmu Yang Berkaitan Dengan Sejarah Pendidikan Islam 15
2.8 Ruang Lingkup Sejarah Pendidikan Islam 18
2.9 Pendekatan Dalam Pendidikan Islam 21
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan 25
Daftar Pustaka iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak Islam masuk ke Indonesia, pendidikan Islam telah ikut mengalami
pertumbuhan dan perkembangan, karena melalui pendidikan Islam itulah, transmisi dan
sosialisasi ajaran Islam dapat dilaksanakan dan dicapai hasilnya sebagaimana yang kita
lihat sekarang ini.1 Telah banyak lembaga pendidikan Islam yang bermunculan dengan
fungsi utamanya adalah memasyarakatkan ajaran Islam, di Sumatra Barat di jumpai
surau, Rangkang dan Meunasah di Aceh, Langgar di Jakarta, Tajuk di Jawa Barat,
pesantren di Jawa, dan seterusnya. Munculnya lembaga-lembaga tradisional ini tidak
selamanya diterima baik oleh masyarakat, mengingat jauh sebelum itu telah
berkembang pula agama-agama lain seperti Hindu, Budha, dan juga paham agama
setempat dan adat istiadat yang tidak selamanya sejalan dengan ajaran Islam.
Menghadapi hal yang demikian itu para pendidik dan juru dakwah menggunakan
berbagai strategi dan pendekatan, yaitu disamping menggunakan pendekatan kultural
juga dengan pendekatan politis dan perkawinan. Melalui pendekatan yang demikian itu,
Islam yang diajarkan tidak selamanya menampilkan corak seragam. Kenyataan inilah
yang selanjutnya memperlihatkan alam Indonesia sebagai negara yang kaya dengan
budaya, agama, adat istiadat dan lembaga pendidikan. Dalam proses sosialisasi ajaran
Islam tersebut, para pendidik telah memainkan peranan yang amat signifikan dengan
cara mendirikan
lembaga pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak, hingga Perguruan Tinggi
atau Universitas.
Lembaga-lembaga pendidikan tersebut telah mengembangkan sistem dan pendekatan
dalam proses belajar mengajar, visi misi yang harus diperjuangkan, kurikulum, bahan
ajar berupa buku-buku, majalah dan sebagainya, gedung-gedung tempat berlangsungnya
kegiatan pendidikan lengkap dengan sarana prasarananya, tradisi dan etos keilmuan
yang dikembangkan, sumber dana dan kualitas lulusan yang dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
Penelitan ini akan menganalisis dan mendeskripsikanPolitik Pendidikan Agama
Islam dalam Materi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
1
Pendidikan Nasional dan Peraturan Turunanya. Penelitian ini mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
A. Bagaimana pendekatan dalam pendidikan Islam
B. Apakah tujuan sejarah pendidikan Islam
C. Tujuan penelitian
a. Bagi civitas akademika
1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi kajian pustaka dalam kajian
pendidikan Agama Islam maupun pendidikan secara umum
2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan sistem dan kebijakan
dalam pendidikan Agama Islam
3) Menjadi kontribusi penting bagi pemerhati dunia pendidikan khususnya berkaitan
dengan studi kebijakan pendidikan Islam
4) Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan rujukan dalam
mencari solusi dari problem kebijakan pendidikan
5) Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam memahami tentang kebijakan
pendidikan Islam.
b. Bagi masyarakat umum
1) Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan umum tentang kebijakan Pendidikan
Agama Islam dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan peraturan turunanya
2) Dapat dijadikan sebagai pedoman masyarakat dalam memahami Pendidikan Agama
Islam yang ada di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan Islam terdiri dari 3 kata kunci utama yaitu sejarah,
pendidikan, dan Islam. Secara bahasa sejarah atau history dalam bahasa Inggris dapat
diartikan sebagai pengalaman masa lampau dari manusia (the past experience of
mankind). 1Sedangkan dalam bahasa Arab sejarah disebut juga dengan tarikh, yang
bermakna ketentuan masa atau waktu. Sedangkan ilmu tarikh berarti ilmu yang
mengandung atau yang membahas penyebutan peristiwa dan sebab-sebab terjadinya
peristiwa tersebut2.
Sayyid Quttub mengatakan: Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan
tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan
tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu
dan tempat.3
Pendapat lain juga mengatakan bahwa kata sejarah berasal dari bahasa Melayu yang
menyerap dari kata syajarah dari bahasa Arab artinya pohon, keturunan, asal usul,
silsilah, dan riwayat. Kata ini masuk ke dalam bahasa Melayu setelah akulturasi budaya
pada sekitar abad ke-13. Kemudian setelah itu terjadilah akulturasi yang kedua yaitu
ketika masuknya kebudayaan Barat pada abad ke-15 yang membawa kata historie
(Belanda) dan history (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani istoria yang berarti
ilmu.4
Dari beberapa definisi di atas, maka kata sejarah secara singkat dapat diartikan
sebagai:
` “Kejadian-kejadiann atau peristiwa pada masa lampau yang berkaitan dengan
kehidupan manusia atau suatu ilmu yang mempelajari tentang kejadian-kejadian
tertentu.”
Sedangkan secara etimology pendidikan berasal dari kata education dalam
bahasa Inggris yang berarti upbringing (pengembangan), teaching (pengajaran),
instruction (perintah), pedagogy (pembinaan kepribadian), breeding (memberi makan),
1
Fauzan, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: UIN Jakarta, 2016), hal. 1
2
Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam (Grogol:Pustaka Arafah), hal. 10
3
Ibid, hal. 10
4
M. Dien Madjid & Johan Wahyudhi. Ilmu Sejarah (Jakarta: Kencama, 2014), hal. 7
3
4
5
Junaidi Arsyad, Pendidikan Dalam Sejarah Islam (Medan: Perdana Publishing, 2020) hal. 4
6
H. Haidar Putra Daulay & Hj. Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah (Jakarta: Kencana,
2013), hal. 3
7
Ibid, hal. 3
8
Ibid, hal. 3
5
9
Abdul Gani Jamora Nasution, Pendidikan Islam Dalam Catatan Sejarah (Yogyakarta: Magnum, 2017),
hal. 3-4
10
Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam (Grogol:Pustaka Arafah), hal. 14.,/”
6
berkembang tentang pendidikan Islam, yaitu dimulai dari masa tumbuhnya sampai
kepada masa perkembangannya dari periode ke periode.
Fakta-fakta yang diungkapkan bisa didapat dari berbagai sumber, misalnya dari
prasasti, undang-undang, dokumen-dokumen, gambar serta benda-benda sejarah
lainnya. Menurut buku sejarah Pendidikan Islam oleh Direktorat Pendidikan Agama
Islam, ada tiga metode yang ditempuh: pertama, deskriptif; kedua, komparatif; dan
ketiga, analisis-sintesisis.11
Dengan menggunakan metode deskriptif, seluruh ajaran-ajaran Islam yang
dibawa oleh Rasulullah SAW., yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah khususnya
yang menjelaskan tentang pendidikan Islam dapat dijelaskan dengan baik. Sehingga
dengan cara ini akan lebih dapat mudah memahami ajaran-ajaran Islam.
Metode Komparatif, yaitu sebuah metode dengan cara melakukan perbandingan
antara tuntunan ajaran Islam tentang pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan
yanh hidup dan berkembang pada masa tertentu. Dengan menggunakan metode ini
nantinya kita akan dapat melihat perbedaan dan persamaan antara keduanya. Sehingga
apabila terjadi permasalahan dapat dicari solusinya.
Metode analisi sintesis sintesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap
istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaaran Islam secara kritis,
sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam.12
11
H. Haidar Putra Daulay & Hj. Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah (Jakarta: Kencana,
2013), hal. 5
12
Junaidi Arsyad, Pendidikan Dalam Sejarah Islam (Medan: Perdana Publishing, 2020) hal. 7
7
13
Ibid. hal. 7-8
8
pemikiran tentang cara membuat umat Islam maju kembali seperti pada masa periode
Klasik.16
Ketiga periode tersebut apabila dirinci dapat dibagi menjadi 5 masa yaitu:
1. Masa hidupnya Nabi Muhammad saw (571-632 M)
2. Masa Khulafaurrasyidin (632-661M)
3. Masa kekuasaan Bani Umayyah di Damsyik (661-750M)
4. Masa kekuasaan Bani Abbasiyah di Baghdad (750-1250M)
5. Masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Baghdad (1250-Sekarang)17
Adapun periodesasi yang dilalui oleh pendidikan Islam dari masa kelahirannya
sampai masa sekarang dapat dikemukakan sebagai berikut: periode pertumbuhan
pendidikan Islam, yang berlangsung sejak turunnya ayat Al-qur`an yang pertama
sampai wafatnya Rasulullah Muhammad saw. Periode perkembangan pendidikan Islam,
yang berlangsung sejak wafat Rasulullah Muhammad saw. Dimana pendidikan Islam
dialksanakan oleh Khulafaurrasyidin dan dilanjutkan pada masa pemerintahan Bani
Umayyah.
Pendidikan Islam pada periode pertama dan kedua ini berpusat di masjid dengan
materi pokok pengajaran Al-Qur`an. Periode kejayaan pendidikan Islam yang ditandai
dengan muncul dan berkembangnya pemikiran-pemikiran yang dipengaruhi filsafat dan
tumbuhnya madrasah, serta perkembangan kebudayaan Islam mencapai pucak
keemasannya. Pemikiran-pemikiran filsafat ini mampu mengantarkan dunia Islam
dalam percaturan politik Internasional. Periode kejayaan Pendidikan Islam ini
berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad.18
1. Pendidikan pada Masa Rasulullah saw
a. Pendidikan pada Masa Nabi di Makkah
Langkah awal yang Nabi tempuh adalah menyerukan kepada keluarganya terlebih
dahulu. Pertama Nabi serukan kepada Istrinya, Khadijah untuk beriman dan menerima
petunjuk Allah yang kemudian diikuti Ali bin Abi Thalib dan Zaid Bin Haritsah.
Setelah itu Nabi mulai mengajak sahabat-sahabat yang dilakukan secara hati-hati.
Beliau hanya menyerukan kerangka umum ideology Islam dengan kata lain pemikiran-
16
Kodir, Sejarah, hal. 30-31
17
Ibid ., 7
18
. H. Moch. Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru: pendidikan hal. 159
11
pemikiran Islam dilihat dari segi Al-Qur`an dan suunah, maka pendidikan yang kita
lihat dalam Al-Qur`an dan sunnah mendapatkan nilai ilmiahnya. Rasulullah dalam
segala ucapan dan tindakannya merupakan gambaran hidup terhadap pemikiran
pendidikan Islam.19
2. Pendidikan Islam pada Masa Khulafaurrasyidin
a. Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Pada masa Kekhalifahhan Abu Bakar As-Shiddiq ajaran Islam belum dipahami
benar, Motivasi Islamnya bukan karena kesadaran yang sunggug-sungguh tapi karena
perkembangan politik dan ekonomi dan rasa kesukuan yang mendalam. Abu bakar juga
berkewajiban melaksanakan amanat Rasul yaitu memberangkatkan pasukannya ke Syria
yang telah dipersiapkan sesaat sebelum Nabi wafat.
Keberhasilan Abu bakar dalam menuntaskan permasalahan rakyatnya dan
pengiriman tentaranya ke Persia, membuka kemungkinan ekspedisi dakwah dan
pendidikan agama Islam. Masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar tidak lama, tapi
beliau telah berhasil meletakkan dasar-dasar kekuatan perjuangan perluasan dakwah dan
pendidikan Islam.20
b. Pada masa khalifah Umar bin Khattab
Sebelum lahirnya agama Islam, di Negeri Arab telah ada semacam sekolah rendah
yang mengajarkan menulis dan membaca yang disebut Kuttab, akan tetapi sekolah ini
kurang mendapat perhatian orang mekkah hingga waktu agama Islam lahir, yang pandai
membaca dan menulis hanya 17 orang. Dan dimasa keKhalifahan Ummar bin Khattab
memberikan intruksi kepada penduduk agar mereka memberikan pelajaran berenang,
menunggang kuda, pepatah, dan syair. Dan untuk sekolah tinggi diberikan dimasjid.
Antara lain pelajaran tafsir, hadits dan lainnya.21
c. Pada masa Khalifah Usman bin Affan
Pada masa ini peluasan dan pengembangan materi pelajaran mulai memperoleh
pengaruh yang cukup kuat dari kondisi budaya daerah. Pengaruh ini sangat bermanfaat
untuk menghapus hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
Pada masa ini juga ilmu agama mulai meluas dan bercabang. Tugas mendidik dan
mengajar diserahkan oleh ummat itu sendiri. Adapun objek pendidikan pada masa itu
19
Yunus Sejarah Pendidikan Islam hal. 23
20
Hasan Langulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988) Hal. 120
21
Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru: pendidikan hal.166
12
adalah: orang dewasa yang telah lama memeluk agama Islam. Orang dewasa baru
masuk Islam, anak-anak yang sudah lama dan baru masuk Islam dan ornag yang
mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan mendalam.
Adapun metode yang dilakukan adalah ceramah, hafalan, latihan, diskusi dan
Tanya jawab. Mata pelajaran yang diberikan disesuaikan kebutuhan si terdidik dengan
urutan mendahulukan pengetahuan yang sangat mendesak atau penting digunakan
sebagai pedoman hidup beragama.
Dalam fase pendidikan lebih ditekankan pada ilmu praktik dengan maksud agar
mereka yang berminat dapat mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik-
baiknya dalam kehidupan sehari-hari22
d. Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
pada masa ini kegiatan pendidikan mendapatkan gangguan dan hambatan, tehambat
oleh adanya perang saudara. Ali pada saat itu tidak sempat memikirkan pendidikan dan
menangani persoalan yang lebih berat lagi.
Pendidikan yang masih berjalan adalah seperti apa yang telah ada sebelumnya
dengan sarana yang sudah ada. Hanya motivasi dan filsafah pendidikan, selain yang
sudah ada dan telah dibina Rasul juga tumbuh motivasi dan falsafah pendidikanbaru
yang dibina oleh kaum Syiah dan Khawarij. Hal mana akan mengakibatkan
bermacamnya pandangan dan faham yang menjadi dasar dan landasan cara berfikiryang
lebih lanjut akan memberikan kesempatan untuk menceraikan ummat dimasa-masa
mendatang.23
3. Pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah
Pemikiran pendidikan pada masa itu tetap memantulkan Al-Qur`an dan sunnah, di
Ibu kota Khilafah di Madinah, di Mekkah dan diberbagai tempat lain yang ditaklukkan
oleh orang-orang Islam. Disitulah bertebaran murid-murid guru teragung mengajarkan
prinsip-prinsip agama baru seperti yang mereka telah pelajari. Pada masa Nabi, negara
Islam meliputi seluruh Jazirah Arab. Pendidikan berpusat di Kota Madinah. Pada masa
Khalifah-Khalifah dan Bani Umayyah negara Islam bertambah luas dengan pesatnya.
Pusat pendidikan bukan di Madinah saja, bahkan tersebar pula di kota-kota besar
yakni:24
22
Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:PN,Angkasa 1983), Hal.47
23
Ibid,. 57,58,62
24
Yunus Sejarah Pendidikan Islam hal. 33
13
Kota Mekkah
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, Abdullah bin Abbas pergi ke
Mekkah dan mengajar disana. Beliau mengajar tafsir, hadits, fiqh, dan sastra. Kemudian
digantikan oleh muridnya Mujahid bin Jabar, Athak bin Rabah.
Madinah (Hijaj)
Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya karena disanalah
tempat khalifah Abu Bakar, umar dan Ustman. Disana banyak tinggal sahabat Nabi.
Ulama yang termasuk disana adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Tsabit dan Abdullah bin Umar. Mereka semua mengajarkan ilmu keagamaan.
Basrah
Ulama yang terkenal di Basrah adalah Abu Musa Al-Asy`arid an Anas bin Malik.
Abu Musa terkenal sebagai ahli fiqh, hadis dan tafsir, sedang Anas bin Malik adalah
ulama ahli hadist yang termasyhur.
Kufah (Irak)
Kufah menjadi pusat ilmu agama, madrasah ini melahirkan enam ulama besar
yaitu : Alqomah, Al-Aswad, Masruq Ubaidah, Al-Harits bin Qais dan Amin bin
Syurahbil.
26
Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:PN,Angkasa 1983), Hal.73
27
Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru: pendidikan hal.171
28
Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru: pendidikan hal.159-160
15
3. Sejarah kebudayaan
Sejarah pendidikan merupakan bagian sejarah kebudayaan ummat manusia, karena
mendidik itu berarti pula suatu usaha untuk menyerahkan atau mewariskan kebudayaan.
33
Khozin, Op.Cit, hal.21
34
Dr. Junaidi Arsyad, MA PENDIDIKAN dalam SEJARAH ISLAM Hal. 15
35
Khozin, Op.Cit, hal.1
36
Dr. Junaidi Arsyad, MA PENDIDIKAN dalam SEJARAH ISLAM Hal. 15
Dalam hubungan ini pendidikan berarti pemindahan isi kebudayaan untuk
menyempurnakan segala dan kecakapan anak didik guna mengahadapi persoalan dan
harapan-harapan kebudayaannya.
Begitu juga dengan sejarah Pendidikan Islam, kita mengetahui bahwa pendidikan
Islam adalah usaha mewariskan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Oleh karena itu mempelajari sejarah kebudayaan dalam rangka memahami
sejarah Islam adalah sangat penting.37
Sejarah juga merupakan suatu peristiwa yang memiliki makna luas dan beraneka
ragam. Keluasan dan keanekaragaman tersebut sama halnya dengan variasi dan
kompleksitas kehidupan manusia dimuka bumi. Sehingga untuk mempermudah
pemahaman tentang sejarah banyak pakar llmu sejarah kemudian mengelompokkan
peristiwa sejarah kedalam beberapa tema. Pembagian tema sejarah inilah yang disebut
dengan pembagian sejarah secara sistematis. Misalnya, sejarah Agama, sejarah
kesehatan, sejarah social, sejarah politik, sejarah peradaban islam dst.38
ada beerapa ilmu yang dapat membantu mendapatkan data historis yang akurat,
tentunya dibutuhkan ilmu-ilmu pendukung yang dapat memperkuat keberadaan sejarah. Ilmu-
ilmu yang dibutuhkan adalah :
1. ilmu-ilmu Dasar
a. Paleografi Yaitu pengetahuan tulisan-tulisan kuno
b. Diplomatic Yaitu pengetahuan menyelidiki tanggal, tempat dan keaslian dokumen-
dokumen tertulis
c. Epigrafi Yaitu pengetahuan tentang tulisan pada dokumen
d. Kronologis Yaitu pengetahan tentang kesatuan waktu
e. Sigilografi Yaitu pengetahuan mengenai segel yang dipergunakan zaman dulu
f. Heraldry Yaitu pengetahuan tentang tanda-tanda istimewa dalam benda
g. Numismatik Yaitu pengetahuan tentang mata uang dan mendali
h. Genealogi; pengetahuan tentang asal usul / nasabiyah subjek
Dalam memahami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sejarah pendidikan islam perlu
memahami mana yang perlu dikembangkan dan mana yang perlu diperbaiki. Dalam hal
ini hendaknya sejarah pendidikan Islam perlu dikembangkan nilai-nilai positif sangat
37
Hasbullah, Sejarah, hal. 11-12
38
Muhammad Tisna Nugraha Sejarah Pendidikan Islam: Diandra Kreatif hal.2
18
penting untuk dikembangkan dalam modernitas, tanpa nilai-nilai itu modernitas akan
anarkis dan tidak menghiraukan hak-hak asasi manusia.39
Pendidikan islam merupakan warisan dan perkembangan budaya manusia yang
bersumber dan berpedoman ajaran islam dalam rangka terbentuknya kepribadian utama
menurut islam. Munculnya ilmu pendidikan telah memotivasi umat islam untuk
menelusuri perjalanan sejarah pendidikan islam. Teori-teori yang berkaitan dalam dunia
pendidikan besar gunanya dalam mengumpulkan fakta-fakta sejarah yang selanjutnya
menempatkan fakta-fakta tersebut dalam konteks sejarahnya dengan demikian
pembahasan sejarah pendidikan tidak sekedar menempatkan peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan perkembangan dan perjalanan pendidikan islam sesuai dengan urutan-
urutan peristiwa. Lebih dari itu sejarah pendidikan islam menuntut pengungkapan
realitas sosial muslim untuk menjawab suatu peristiwa yang terjadi.
Dengan demikian sejarah pendidikan islam bukanlah ilmu berdiri sendiri namun
merupakan bagian dari sejarah pendidikan secara umum. Sejarah pendidikan merupakan
uraian sistematis dari segala sesuatu yang telah dipikirkan dan dikerjakan dalam
lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah pendidikan menguraikan
perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang.
39
Mansur dan Mahfud Junaedi, Op.Cit, hal. 14-15
19
Pendidikan tidak akan ada artinya apabila manusia tidak ada di dalamnya. Hal ini
disebabkan karena manusia merupakan objek dan subyek pendidikan, artinya manusia
tidak akan berkembang dan mengembangkan budayanya secara sempurna apabila tidak
ada pendidikan. dengan demikian maka akan di peroleh apa yang di sebut “ sejarah
serba subyek”.
2. Metode Sejarah Pendidikan Islam
Adapun metode yang dapat ditempuh untuk fase yang pertama adalah :
a. Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan
menggunakan interview.
b. Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.
c. Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat
dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.
Adapun fase yang kedua yaitu metode penulisan untuk memahami Sejarah
Pendidikan Islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah
keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sintesis.
a. Metode deskriptif, ajaran-ajaran islam yang dibawa oleh Rosulullah SAW, yang
termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah, khususnya yang langsung
berkaitan dengan pendidikan islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana
adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka apa yang terkandung dalam ajaran islam
dapat dipahami.
b. Metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran islam tentang
pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada
masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat diketahui persamaan dan
perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan pemecahan yang
mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan.
c. Metode analisis sintesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah
atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran Islam secara kritis, sehingga 20
menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam. Pada saatnya dengan
metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari
pembahasan sejarah pendidikan Islam. Metode ini dapat pula didaya gunakan untuk
kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang islami.
Terdapat tiga bagian peran dan kedudukan dari sejarah itu sendiri, yaitu:
1. Sejarah sebagai suatu peristiwa
Sejarah sebagai suatu peristiwa diartikan sebagai suatu kejadian yang terjadi pada
masyarakat dimasa lampau atau sesuatu yang penting dalam defenisi sejarah. Pada
konteks ini kejadian yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kehidupan
masyarakat manusia bukan dimaksud peristiwa sejarah. Selanjutnya jika suatu peristiwa
terjadi pada ummat manusia namun kejadiannya baru terjadi saat ini atau waktu
sekarang maka peristiwa itu bukanlah sejarah. Karena itu konsep tentang siapa yang
menjadi subjek dan objek sejarah serta konsep waktu kapan terjadinya suatu peristiwa,
dua-dua nya menjadi satu kesatuan penting apakah suatu peristiwa bisa disebut sebagi
sejarah atau tidak.
Berdasarkan waktu terjadinya peristiwa yang dapat terkategorikan sebagai sejarah
maka dikenal pula pembagian sejarah berdasarkan periodisasi waktu. Periodesasi waktu
sejarah adalah membagi peristiwa sejarah berdasarkan susunan kronologis yang
didasarkan tema atau apa yang dianggap sebagai peristiwa kunci, poin penting maupun
menarik. Sebagai contoh untuk sejarah peradaban islam, kemudian dibagi menjadi
40
Zaman Pra Islam, Zaman Rasulullah saw. Dimekkah dan di Madinah, Zaman
Khulafaurrasyidin, Zaman Bani Umayyah, Zaman Bani Abbasiyah, Zaman Khalifah
Islam di Spanyol, Zaman keKhalifahan Fathimiyah, Zaman Dinasti TurkI usmani,
Dinasti Mokhul, Dinasti Syafawi, Zaman kerajaan Islam di Indonesia, Zaman
Penjajahan Belanda, Zaman Penjajahan Jepang, Zaman Orde Lama, Zaman Orde Baru,
dan Zaman Era Reformasi.41
2. Sejarah sebagai suatu cerita
Sejarah sebagai suatu cerita adalah suatu rangkaian peristiwa yang terjadi dimasa
lampau dan kemudian diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran serta interpretasi
yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada bagian peran dan kedudukan ini penyusunan
peristiwa sejarah telah digunakan berdasarkan pemahaman penulisnya kedalam suatu
bentuk cerita sejarah. Pada tingkat ini diperlukan suatu penalaahan yang sangat jeli,
bijaksana serta verifikatif sehingga penulisan cerita dalam sejarah tersusun secara apa
adanya, sesuai dengan fakta atau sumber-sumber yang tidak ada dan tidak mengalami
pengurangan maupun tidak pula dilebih-lebihkan.
40
Muhammad Tisna Nugaraha Sejarah Pendidikan Islam: Diandra Kreatif hal.2-3
41
Dr. Junaidi Arsyad, MA PENDIDIKAN dalam SEJARAH ISLAM Hal. 15-16
21
42
Muhammad Tisna Nugaraha Sejarah Pendidikan Islam: Diandra Kreatif hal.3-4
43
Ibid, hal 135
22
44
Dapertemen Agama., Op.Cit., Hal. 76
23
tulisan yang berbahasa Arab. Ini harus segera diatasi dengan membuat metode
pengajaran yang baru yang ia kenalkan dengan nama al-Thariqah al-Mubasyarah
(metode langsung) yang mengajarkan komponen ilmu bahasa Arab dengan
penerapannya dalam percakapan sehari-hari didalam kelas dan pergaulan selama
pesantren, upaya ini telah berhasil ia wujudkan melalui lembaga pendidikan Adabiyah
School di Sumatera Barat dan salah seorang muridnya yang bernama Iman Jarkasyi
menguasainya dnegan baik dan menerapkannya dipondok pesantren Modern
Darussalam Gontor Ponorogo. Juga dalam buku metode pendidikan Rasulullah saw.
Inspirasi bagi guru sejati karya Junaidi Arsyad merupakan satu diantara contoh
pendidikan Islam Perspektif Aplikatif. Dimana metode pendidikan Nabi diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar baik didalam kelas maupun dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari.45
Keberhasilan dalam menyampaikan materi sangat tergantung bagaiamana pendidik
menggunakan pendekatan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Dalam konteks
pendidikan Islam dikenal banyak pendekatan.
Melalui pendekatan tersebut diharapkan peserta didik dibawa ke dalam nuansa
pembelajaran yang di dalamnya dapat memberi pengalaman yang berarti melalui proses
pembelajaran sehingga dari proses tersebut diharapkan mereka dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.46
BAB III
PENUTUP
45
Di Adabtasi dari Abuddin Nata, ed., Sejarah pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan,
cet. IV (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013) hal.1-7
46
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik (Jakarta:Al-Huda, 2006) hal. 237
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Islam di Indonesia mengalami pasang surut dalam masa
perkembangannya terutama pada masa kemerdekaan. Pendidikan Islam pasca
kemerdekaan terbagi ke dalam dua fase yaitu orde lama dan orde baru. Selama masa
tersebut, pemerintah menitik beratkan kepada dua hal yaitu perkembangan dan
peningkatan mutu madrasah sehingga diharapkan mampu sejajar dengan sekolah umum
dan memperluas jangkauan pengajaran agama, tidak terbatas pada jangkauan madrasah
tetapi menjangkau sekolah umum bahkan perguruan tinggi. Kedua hal ini terkait erat
dengan upaya pemerintah yang diwakili oleh Departemen Agama dengan berbagai
kebijakan-kebijakan yang digulirkan selama masa tersebut. Terkait dengan
perkembangan pesantren, pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan
baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan, diantaranya
adalah mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, dan semakin berorientasi pada
pendidikan dan fungsional sehingga menghilangkan paradigma yang mengatakan bahwa
pesantren adalah lembaga tradisional yang hanya mampu menghasilkan output yang
berkualitas rendah dan tidak memiliki integritas.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan. (2016). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: UIN Jakarta.
25
Shafwan, Muhammad Hamba. Intisari Sejarah Pendidikan Islam. Grogol:Pustaka
Arafah.
Madjid, M. Dien & Johan Wahyudhi. (2014). Ilmu Sejarah. Jakarta: Kencana.
Arsyad, Junaidi. (2020). Pendidikan Dalam Sejarah Islam. Medan: Perdana Publishing.
Daulay, H. Haidar Putra & Hj. Nurgaya Pasa. (2013). Pendidikan Islam Dalam Lintas
Sejarah. Jakarta: Kencana.
Nasution, Abdul Gani Jamora Nasution. (2017). Pendidikan Islam Dalam Catatan
Sejarah. Yogyakarta: Magnum.
J. Sutarjo, Urgensi Pengetahuan Sejarah Sosial Pendidikan Islam Dalam Dunia
Akademis, Jurnal Tarbiyah, 2014, vol 11.
Nasution, Harun. (1975). Pembaharuan dalam Islam : Sejarah, Pemikiran dan Grakan.
Jakarta : Bulan Bintang.
Kodir, Sejarah.
Tolchah, H. Moch. Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru:
Yunus. Sejarah Pendidikan Islam.
Langulung, Hasan. (1988). Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna.
Supardi, Ahmad Supardi. (1983). Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung:PN,Angkasa.
Fanani, AZ. (1993). Diktat Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PN Biro Penerbitan dan
Pengembangan.
Nata, H. Abuddin Nata. (2012). Sejarah Sosial Intelektual Islam. Jakarta: PT
Rajagrafindo.
Mansur dan Mahfud Junaedi, Op.cit,
Nugraha, Muhammad Tisna Nugaraha. Sejarah Pendidikan Islam: Diandra Kreatif.Di
Adabtasi dari Abuddin Nata, ed., Sejarah pendidikan Islam pada Periode Klasik dan
Pertengahan, cet. IV (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013).Amini, Ibrahim. (2006).
Agar Tak Salah Mendidik. Jakarta:Al-Huda.
iii