Pengembangan Profesi
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nya kami akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Mata Kuliah
Pengembangan Profesi (Manajer Pendidikan Islam) yang membahas tentang “
Manajemen Konflik pada Lembaga Pendidikan ” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................i
Kata Pengenatar.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
Daftar Pustaka........................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, konflik adalah sesuatu yang nyata dan selalu ada
selama seseorang masih bersosial bersama masyarakat. Konflik antar perorangan dan
antar kelompok merupakan bagian dari sejarah umat manusia. Berbagai macam
keinginan seseorang dan tidak terpenuhinya keinginan tersebut dapat juga berakhir
dengan konflik
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Konflik pada Lembaga Pendidikan?
2. Apa saja penyebab konflik dan jenis-jenis konflik dalam manajemen konflik
pendidikan?
3. Bagaimana strategi dalam penanganan konflik dalam pendidikan?
4. Bagaimana tinjauan islam mengenai penanganan konflik dalam pendidikan?
C. Tujuan
1. Agar kita mengetahui pengertian dari Manajemen Konflik pada Lembaga
Pendidikan.
2. Agar kita mengetahui penyebab Konflik dan jenis-jenis konflik dalam
manajemen konflik pendidikan.
3. Agar kita mengetahui strategi dalam penanganan konflik dalam pendidikan.
4. Agar kita mengetahui tinjauan islam mengenai penanganan konflik dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam setiap yang melibatkan banyak orang, disamping ada proses kerja sama
untuk mencapai tujuan organisasi, tidak jarang juga terjadi perbedaan pandangan,
ketidak cocokan, dan pertentangan yang bisa mengarah pada konflik. Didalam
organisasi manapun terdapat konflik, baik yang masih tersembunyi maupun yang sudah
muncul terang-terangan. Dengan demikian, konflik merupakan kewajaran dalam suatu
organisasi, termasuk dalam lembaga pendidikan islam.1
Konflik berasal dari kata kerja Latin Configere yang berarti saling memukul.
Dalam kamus bahasa indonesia konlik berarti percocokan, perselisihan, dan
pertentangan. Sedangkan secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
2
munculnya Konflik. Pendapat tersebut sejalan dengan batasan konflik yang diberikan
oleh Dubin sebagaimana juga dikutip oleh Sulistyorini dan Muhammad Fathurrohman
bahwa konflik berkaitan erat dengan suatu motif, tujuan, keinginan, atau harapan dari
dua individu atau kelompok tidak dapat berjalan secara bersamaan (incompatible).
Adanya ketidak sepakatan tersebut dapat berupa ketidak setujuan terhadap tujuan yang
ditetapkan atau bisa juga terhadap metode-metode yang digunakan untuk mencapai
tujuan.
3
Bashori, “Manajemen Konflik di tengah dinamika pondok pesantren dan madrasah” Muslim Heritage,
Vol. 1, No. 2, November 2016-April 2017, Hal. 365.
4
c 235.
3
Setidaknya ada dua pandangan yang bahkan telah menjadi semacam aliran yang
ekstrem barlawanan secara dimetris tentang konflik. Perbedaan pandangan ini bisa jadi
terkait dengan akibat atau pengaruh ganda konflik tersebut. Pandangan pertama
menganggap bahwa konflik merupakan suatu gejala yang membahayakan dan pertanda
instabilitas organisasi/lembaga. Implikasinya, manakala suatu lembaga sering memiliki
konflik, berarti lembaga tersebut semakin tidak stabil dan rentan akan bahaya dehingga
harus segara diatas. Sebaliknya, pandangan kedua beranggapan bahwa konflik itu
menunjukkan adanya dinamika dalam organisasi/lembaga, yang bisa mengantarkan
pada kemanjuan. Apabila dalam organisasi/lembaga tidak ada konflik, justru ini
menunjukkan tidak ada dinamika sama sekali yang berarti jauh dari realisasi kemajuan,
kendatipun konflik juga harus dikelola dengan baik.
5
Ibid, Hal. 236-237.
4
pengacau. perbedaan dalam persepsi dan nilai-nilai
pribadi dan sebagainya.
4. konflik menganggu organisasi dan Konflik dapat membantu atau
menghalangi pelaksanaan optimal menghambat pelaksanaan kegiatan
organisasi dalam berbagai derajat.
5. tugas manajemen adalah menghilangkan Tugas manajemen adalah mengelola
konflik tingkat konflik dan penyelesaiannya.
6. pelaksanaan kegiatan organisasi yang Pelaksanaan kegiatan organisasi yang
optimal membutuhkan penghapusan optimal membutuhkan tingkat konflik
konflik. yang moderat.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat berfungsi ataupun berperan
salah (dysfunctional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik mempunyai
potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan organisasi
tergantung pada bagaimana konflik tersebut dikelola.6
Dilain pihak Dale Timpe menyatakan bahwa manajemen konflik adalah proses
mengidentifikasikan dan menangani konflik secara bijaksana, adil, dan efesien dengan
6
Bashori, “Manajemen Konflik di tengah dinamika pondok pesantren dan madrasah” Muslim Heritage,
Vol. 1, No. 2, November 2016-April 2017, Hal. 358.
5
tiga bentuk metode pengelolaan konflik Yaitu stimulasi konflik, pengurangan atau
penekanan konflik, dan penyelesaian konflik. Pengelolaan konflik memebutuhkan
keterampilan seperti berkomunikasi yang efektif, pemecahan masalah, dan bernegosiasi
dengan fokus pada kepentingan organisasi.
Konflik memiliki jenis atau bentuk yang banyak sekali, baik dilihat dari segi
pelaku maupun peranannya. Robert G. Owens menyebutkan bahwa konflik dapat terjadi
antara seseorang atau unit-unit sosial yang disebut konflik interpersonal, intergroup, dan
internasional. Menurut panduan manajemen sekolah, konflik bisa terjadi pada semua
tingkat, yaitu sebagai berikut :
1. Konflik intrapersonal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik
interpersonal akan terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih tujuan
yang saling bertentangan, dan bimbingan yang mana yang harus dipilih untuk
dikatakan.
6
2. Konflik interpersional, yaitu konflik antara dua individu atau lebih. Konflik
yang terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan
dimana hasil bersama sangat menetukan.
3. Konflik intra grup, yaitu konflik antar anggita dalam satu kelompok. Setiap
kelompok dapat mengalami konflik substansif atu efektif. Konflik substansif
dapat terjadi karena adanya latar belakang kehalian yang berbeda, ketika
anggota dari sutu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas yang
sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap
situasi tertentu.
4. Konflik inter grup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik
intergroup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi,
perbedaan tujuan, dan meningkatnya tuntutan akan keahlian.
5. Konflik intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu
organisasi.
6. Konflik interorganisasi, yang terjadi antar organisasi. Konflik inter organisasi
terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sama lain, konflik
terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak
negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antara lembaga
pendidikan dengan salah satu organisasi masyarakat. Konflik intra organisasi
meliputi empat sub :
a. Konflik vertical, yang terjadi antar pimpinan dan bawahan yang tidak
sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya
konflik antara Rektor dengan tenaga kependidikan.
b. Konflik horizontal, yang terjadi antar karyawan atau departemen yang
memiliki hierarki yang sama dalam organisasi. Misalnya antar tenaga
kependidikan.
c. Konflik lini-staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi
tentang keterlibatan staf dalam proses pengembilan keputusan oleh
manajer lini. Misalnya konflik antar rector dengan tenaga administrasi.
7
d. Konflik peran. Misalnya rector menjabat sebagai ketua dewan
pendidikan.7
Jenis dan dan bentuk konflik itu memiliki implikasi dan konsekuensi bagi manajer
lembaga pendidikan islam. Karena manajer memiliki peran yang fungsional dalam
mengelola konflik dan diharapkan mampu mengelolanya sebaik mungkin sehingga
menghasilkan kepuasan bagi semua pihak, terutama pihak yang berkonflik. Setidaknya
mereka tidak lagi membuat ulah yang berpotensi menyusut konflik baru pasca
penyelesaian konflik. Disamping itu, hal ini juga menuntut manajer untuk bisa memberi
teladan bagi dirinya sendiri dan tentu orang lain.
Ada lagi gejala yang harus dicermati, dibendung dan dikelola manjer lembaga
pendidikan islam, yaitu konflik tersembunyi. Konflik semacam ini justru
lebihberbahaya karena sulit terdeteksi tapi berpotensi meledak suatu saat. Maka manajer
pendidikan islam perlu memperhatikan tahap-tahap konflik. Menurut panduan manajer
sekolah ada lima tahap konflik, yaitu sebagai berikut :
7
Rahmat, Hidayat, Manajemen Pendidikan Islam (Medan : LPPI,2016), Hal. 184-186.
8
yang berpengaruh secara signifikan dalam menekan terjadinya konflik yang
sesungguhnya.8
1. Metode menang kalah (win-lose), dimana ada salah satu pihak yang harus kalah,
dengan jalan menggunakan kekuasaan atau wewenang untuk menekan salah satu
pihak, sehingga yang akan mempunyai kecenderungan untuk berpihak non
produktif.
2. Metode kalah-kalah (fall-fall solution), dimana semua pihak yang terlibat harus
kalah, ada kambing hitam dan tidak bias dikompromikan.
3. Menang-menang (win-win solution), semua pihak sama-sama kuat dan
melaksanakan kompromi melalui metode problem solving.
8
Muzamil Qamar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta : Erlangga, 2010), Hal. 240-241.
9
Ibid., Hal. 245.
9
2. Kompetesi, kecendrungan ini terjadi bila pihak-pihak yang terlibat konflik sulit
untuk bekerja sama. Biasanya pihak yang kuat akan menang dan memaksakan
kehindaknya kepada yang lemah.
3. Penyesuaian diri, kecendrungan ini terjadi bila kemauan bekerja sama diantara
mereka sangat baik, tetai kegigihannya rendah. Disini yang di pentingkan
adalah menjaga hubungan antar individu.
4. Kompromi, kecendrungan ini terjadi bila kegigihan maupun kemauan kerja sama
antar pihak yang terlibat konflik sedang-sedang saja.
5. Kolaborasi, kecendrungan ini terjadi bila kegigihan dan kemauan untuk bekerja
sama teryata sama-sama tinggi. Pola inilah yang biasanya memberikan
penyelesaian terbaik.
Cara penyelesaian seperti ini yang paling diharapkan oleh mediator atau
perunding, walau kadang tidak mudah karena membutuhkan kesadaran semua pihak
yang terlibat untuk benar-benar menyelesaikan konflik. Artinya, mereka harus sadar
untuk tidak lagi mengedepankan kemenangan pribadi, tetapi lebih mempriotaskan
kemenangan bersama, sehingga penyelesaian tersebut memiliki jangkauan waktu yang
permanen dan bobot penyelesaian yang kokoh.10
Perbedaan pendapat sebenarnya tidak selalu jelek, bahkan ada ungkapan yang
popular dikalangan umat islam :
10
Muzamil Qamar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta : Erlangga, 2010), Hal. 188.
10
Artinya : “ perbedaan dikalangan umatku adalah rahmat. “
Dalam hal perbedaan pendapat itu justru membawa kebaikan. Tentu ada syarat-
syarat yang terpenuh, antara lain sebagai berikut :
Jadi idealnya perbedaan pendapat itu justru harus bisa menghasilkan hal positif. Untuk
menghadapi perbedaan yang mengarah kepada konflik,11 Abuddin Nata memandang
perlu di kembangankan beberapa Etika berikut ini :
11
bertentangan dengan akal sehat, merusak persatuan dan kesatuan lain sebagainya.
Namun, penolakan itu harus dilakukan dengan etika yang luhur dan penuh kesopanan.
Disisi lain, apabila perbedaan pendapat yang mengaruhi pada konflik itu tidak
dapatb\ di bendung, maka konflik yang sesungguhmya akan terjadi dan gejala ini harus
diatasi. Dalam Al-Qur’an surah An-nisa’ ayat 35, Allah SWT, berfirman yang artinya :
“Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang
hakam dari keluarga laki-laki san seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua
orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberikan taufik
kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Disamping itu, ayat tersebut juga memberi gambaran tengtang penjelasan konflik.
Para manajer harus memperhatikan berbagai proses penyelesaian konflik, cara
penyelesaian syarat orang yang menyelesaikan, dan niat baik dari pihak-pihak konflik.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya tentang mengendalikan konflik dalam
kepemimpinan, ada beberapa cara mengatasi konflik, diantaranya dengan cara
negosiasi. Negosiasi adalah tindakan yang menyangkut pandangan bahwa penyelesaian
konflik dapat dilakukan oleh pihak yang berkonflik secara bersama-sama dengan
melibatkan pihak ketiga, yang diakhiri dengan perdamaian.12
12
Rahmat, Hidayat, Manajemen Pendidikan Islam (Medan : LPPI,2016), Hal. 193-194.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Dalam kehidupan sehari-hari , konflik adalah sesuatau yang nyata dan selalu ada
selama seseorang masih hidup bersosial bersama masyarakat. Konflik antar perorangan
dan antar kelompok merupakan bagian dari sejarah umat manusia. Berbagai macam
keinginan seseorang dan tidak terpenuhinya keinginan tersebut dapat juga berakhir
dengan konflik. Perbedaan pandangan antar perorangan juga dapat mengakibatkan
konflik. Jika konflik antar perorangan tidak dapat teratasi secara adil dan proposional,
maka hal itu dapat menjadi konflik antar kelompok masyarakat. Sebuah konflik sering
berawal dari persoalan kecil dan sederhana.
Maka dari itu tenaga pendidik perlu mengetahui cara menangani konflik yang
baik, karena dengan pemahaman yang baik, konflik akan berakhir dengan cepat dan
sesuai dengan harapan, sebaiknya jika konflik tidak dikelola dengan baik maka akan
menimbulkan konflik yang lenih besar lagi.
DAFTAR PUSTAKA
14
3. Qamar, Muzamil, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta : Erlangga, 2010)
15