Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas : 4E
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammaad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat, baik itu berupa
sehat jasmani atau rohani, sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Nor Rochmatul Wachidah, M.Pd yang
telah membimbing kami dalam mata kuliah Manajemen Kurikulum & Program Pendidikan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khusunya kepada dosen kami
yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Hilda Taba, Kurikulum merupakan suatu rancangan pembelajaran yang
disusun dengan mempertimbangkan berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta
perkembangan individu. Jadi, dalam penyusunan kurikulum juga mempertimbangkan
proses belajar dan dilihat dari manusianya itu sendiri yaitu, guru dan peserta didik. (Hilda
Taba, 2010)
Dalam sistem pendidikan nasional kita mengenal tiga komponen utama, yaitu (1)
guru (2) peserta didik (3) kurikulum.2 Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan.
Tanpa peserta didik, guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru
para siswa juga tidak akan dapat optimal belajar. Tanpa kurikulum, guru pun tidak akan
mempunyai bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 19 menjelaskan Kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tersebut.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan
kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap
kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap
kegagalan proses pengembangan manusia.
Kurikulum merupakan acuan pendidikan. Kurikulum itu tidak hanya sekedar
instruksi pembelajaran yang disusun pemerintah untuk diterapkan di Sekolah, namun
kemajuan suatu negara tergantung pada mutu pendidikannya bukan. Bagaimana Kurikulum
yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) bisa
menjawab setiap problem yang ada dalam dunia pendidikan. Maka dari itu, Perkembangan
kurikulum di Indonesia menjadi sorotan penulis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana landasan kurikulum di Indonesia?
2. Bagaimana kebijakan pelaksanaan kurikulum di Indonesia?
3. Bagaimana peranan dan kedudukan kurikulum di Indonesia?
4. Bagaimana anatomi kurikulum di Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana landasan kurikulum di Indonesia.
2. Mengetahui bagaimana kebijakan pelaksanaan kurikulum di Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana peranan dan kedudukan kurikulum di Indonesia.
4. Mengetahui bagaimana anatomi kurikulum di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Terlepas dari itu semua bahwa pada intinya semua sama. Dapat disederhanakan bahwa
ketiga pendapat diatas semuanya berpendapat sama sehingga dapat saling melengkapi.
Untuk itu empat landasan tersebut dapat dijadikan landasan utama dalam pengembangn
kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, budaya, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan landasan organisatoris.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama
halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat,
seperti: perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme.
2
Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat
tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang
dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini
diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan
keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan
dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan
yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal
yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat.
Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa
lalu.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya
sendiri. Aliran ini mempertanyakan: bagaimana saya hidup di dunia? Apa
pengalaman itu?
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme
merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir
kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan
pada hasil belajar dari pada proses.
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua
bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu :
a. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan
dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek
3
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang
berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
b. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan
kurikulum.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi
bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke
lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal
maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan
masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
4
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang
menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya.
Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di
masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya
tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk
melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi
di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui
pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban
sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya
dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
5
mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia. (Safaruddin, 2020)
6
Selanjutnya model pendidikan Gymnasium diubah menjadi MULO (Meer
Uifgebried Order Wijs) dengan masa pendidikan empat tahun. Sementara untuk tingkat
atas, Belanda mendirikan AMS (Algemene Midelbare School). Lamanya pendidikan ini
berlangsung selama tiga tahun yang dibagi menjadi bagian A dan B.
a. Bagian A kelompoknya ilmu-ilmu budaya yaitu sentralisasi timur dan sastra klasik
barat.
b. Spesifikasi mata pelajaran bagian B ialah ilmu pengetahuan alam yang meliputi ilmu
eksakta dan IPA.
a. Kurikulum 1947
Kurikulum 1947 merupakan kurikulum yang pertama di era kemerdekaan.
Menggunakan istilahnya pada bahasa Belanda leer plan yang memiliki arti rencana
pelajaran, istilah tersebut populer dari pada istilah curriculum dalam bahasa Inggris.
Asas pendidikan yang diputuskan adalah Pancasila.
Kurikulum pada waktu itu lebih dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran
1947, yang diselenggarakan di tahun 1950. Berbagai kalangan mengatakan bahwa
sejarah perkembangan kurikulum di awali dari Kurikulum 1950. Berupa 2 hal utama
yaitu
1) Daftar mata pelajaran dan jam pembelajaran.
2) Garis besar pengajaran.
7
tidak menentu pada pendidikan pikiran, yang utama yaitu pendidikan watak, adanya
kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Konteks pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, memberi perhatian kepada seni dan pendidikan jasmani.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum ini adalah pembaruan dari kurikulum sebelumnya, yaitu adanya
perubahan dalam struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana berubah ke
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, serta keterampilan khusus. Pada
Kurikulum tersebut adanya perwujudan dalam perubahan arah pelaksanaan UUD
1945 secara murni. Munculnya Kurikulum 1968 memiliki sifat politis karena
mengubah rencana pendidikan 1964 yang digambarkan sebagai produk Orde Lama,
tujuannya terletak pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 ditekankan pada pendekatan organisasi dengan materi
pelajaran, yaitu :
1) Kelompok pembinaan Pancasila
2) Pengetahuan dasar
3) Kecakapan khusus.
8
e. Kurikulum Periode 1975
Kurikulum 1975 ditekannya dengan tujuannya supaya pendidikan efisien dan
efektif. Latar belakangnya adanya pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO
(Management by Objective) yang dikenal pada saat itu. Metode, materi, dan tujuan
dari pembelajaran dijelaskan lebih detail di dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Tiap-tiap satuan pelajaran dijelaskan dalam bentuk:
1) Tujuan instruksional umum
2) Tujuan instruksional khusus
3) Materi pembelajaran
4) Peralatan pembelajaran
5) Kegiatan pembelajaran
6) Evaluasi
9
6) Pernyataan hasil belajar disepakti untuk setiap aspek rumpun pelajaran di tiap-
tiap tingkatan.
7) Dalam rumusan hasil belajar merupakan menjawab pertanyaan.
j. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan, modifikasi serta pemutakhiran dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran. Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi
tanggal 15 Juli 2013.
Tentunya ketiga peran kurikulum di atas harus berjalan seimbang dan selaras
untuk memenuhi syarat keadilan. Penyelarasan ketiga peran kurikulum tersebut
merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran,
11
antara lain guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa dan masyarakat. Dengan
pemikiran ini, tujuan dan isi kurikulum dilaksanakan sesuai dengan bidangnya. (Ahmad
Dhomiri, 2023)
12
Lias Hasibuan mengemukakan beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum,
yaitu:
1. Prinsip berorientasi pada tujuan.
2. Prinsip Relevansi
3. Prinsip Efesiensi.
4. Prinsip Fleksibilitas.
5. Prinsip Integritas.
6. Prinsip Kontinuitas.
7. Prinsip Sinkronisasi.
8. Prinsip Obyektivitas.
9. Prinsip Demokratis. (Lias Hasibuan, 2010)
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ada 4 landasan pokok dalam perkembangan kurikulum di Indonesia:
1. Landasan Filosofis, yaitu asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat
pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum.
2. Landasan Psikologis, yaitu asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik
tolak yaitu, psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3. Landasan sosial budaya, adalah asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi
yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum.
4. Landasan Ilmiah dan teknologi, adalah asumsi yang bersumber dari hasil riset atau
penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan.
Anatomi kurikulum dapat dirumuskan menjadi empat bagian, yaitu, pertama, Tujuan
yang akan dicapai, kedua Proses dalam pembelajaran, ketiga Materi yang akan disampaikan,
keempat Evaluasi. Dari keempat rumusan ini salingketerkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Tujuan yang akan dicapai harus sesuai dengan dengan proses yang akan dilakukan,
materi yang akan disampaikan juga tidak terlepas dari proses dan tujuan akan akan dicapai
dalam suatu kurikulum. Dengan demikian evaluasi akhir dari rumusan tersebut terdapat
timbal balik yang relevan terhadap pengembangan kurikulum selanjutnya.
14
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan dan kita pelajari
bermanfaat bagi kita semua. Apabila banyak kesalahan kami memohon kritik dan saran dari
para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Dhomiri, 2023. “Konsep Dasar Dan Peranan Serta Fungsi Kurikulum Dalam Pendidikan” 3,
no. 1
Fauzi, A. and Afriansyah, H. 2019. Manajemen Kurikulum, Pengelolaan kurikulum. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/334447688_Manajemen_Kurikulum.
Hilda Taba, 1991. Curriculum Development: Theory and Practice (Newyork: Hartcourt, Brace and
World,), 6
Lias Hasibuan, 2010. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Robert S. Zais. 1976. Curriculum Principles and Foundation. London. Harper & Row Publishers
Safaruddin, S. 2020. ‘Landasan Pengembangan Kurikulum’, Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam &
Pendidikan, 7(2), pp. 98–114. doi: 10.47435/al-qalam.v7i2.195.
Syaodih, N. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.
Wina Sanjaya, 2010. Kurikulum Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet, 3), 31
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar
Raya.
16