Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan
secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti
dengan baik, tidak boleh dikerjakan secara asal-asalan. Arah pekerjaan
yang jelas dan landasan yang mantab serta cara-cara mendapatkannya
yang transparan akan menjadikan amal perbuatan yang mendapatkan ridlo
dan hidayah dari Allah swt. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran
Islam. Sesuai dengan prinsip itu, maka manajemen dalam arti mengatur
segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal
yang disyariatkan dalam ajaran Islam.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan
Islam akan sangat bergantung kepada manajemen yang digunakan dalam
suatu lembaga pendidikan Islam (sekolah Islam) yang bersangkutan.
Manajemen tersebut akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber
daya manusia yang professional untuk mengoperasikan sekolah Islam
tersebut, kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
karakteristik siswa, kemampuan dan komitmen tenaga kependidikan yang
handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan
belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan
fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di
atas tidak sesuai dengan yang diharapkan dan/atau tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, maka efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah
Islam tersebut kurang optimal.
Sementara itu salah satu elemen keberhasilan pendidikan islam
ialah peserta didik atau boleh dikatakan sebagai murid. Murid
merupakan input dalam suatu lembaga pendidikan. Sedangkan
keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat atau dipandang melalui output
yang dihasilkan. Output yang mempunyai mutu atau kualitas yang tinggi
2

tidak mungkin kalau dihasilkan dengan input yang rendah. Output yang
tinggi biasanya dihasilkan melalui input yang tinggi pula. Maka dari itu
suatu sekolah islam yang ingin meningkatkan kualitas pendidikannya
harus meningkatkan kualitas inputnya dahulu.
Disamping itu walaupun input suatu sekolah tersebut baik, sekolah
tersebut tidak mungkin baik jika tidak didukung dengan pengaturan atau
bahasa sekarang dinamakan manajemen yang baik pula. Banyak sekali
sekolah-sekolah yang inputnya baik tapi kenyataannya outputnya kurang
berhasil atau bermutu. Ketika diselidiki, hal itu bukan disebabkan
pendidikan atau materinya akan tetapi disebabkan manajemen peserta
didiknya yang kurang baik. Maka dari itu penulis disini akan menguraikan
dari beberapa referensi mengenai manajemen peserta didik dan hal-hal
yang berkaitan dengan manajemen peserta didik tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Pendidikan Islam?
2. Apa Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam?
4. Apa Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik?
5. Apa saja Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan?
6. Bagaimana Karakteristik Peserta Didik?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
3. Untuk Mengetahui Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
Islam.
4. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik.
5. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan.
6. Untuk Mengetahui Karakteristik Peserta Didik.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam


Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Luther
Gulick memandang manajemen sebagai ilmu karena manajemen
dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik
berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja
sama.1 Sedangkan menurut Folet melihatnya sebagai kiat karena
manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang
lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan
para profesional dituntut oleh suatu kode etik.2
Meskipun cenderung mengarah pada suatu fokus tertentu, para ahli
masih berbeda pandangan dalam mendefenisikan manajemen dan
karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian
terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan
tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang digunakan
di sini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Meskipun pendekatan ini
mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum ada perbaikan.
Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya
menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan
suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang
– struktur – tugas - tekhnologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang
satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai
tujuan system.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang
ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu:

1
. Luther Gulick, Dictionary Of Education (New York: Mcgraw-Hill Book Company,
Ttp), h. 145
2
. Folet, Managerial Proses And Organisational Behavior (Glenview: Scott, Ttp), h. 39
4

1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pimpinan (leading)
4. Pengawasan (Controling).3
Manajemen sering diartikan sebagai proses perencanaan,
mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan
segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Pemikiran tentang manajemen bermula pada tahun 5.000 SM di
Mesir. Pada masa itu orang memakai catatan tertulis untuk perdagangan
dan pemerintahan. Pada 3.00 SM –3.00 M masyarakat Roma
memanfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian terpusat untuk
efektifitas dan efesiensi. Tahun 1500 M Machiaveli membuat pedoman
pemanfaatan kekuasaan. Tahun 1776 M Adam Smith menyatakan bahwa
pembagian kerja titik kunci badan usaha.4
Kemudian 1841-1925 Henry Fayol mengemukakan pentingnya
administrasi. Menurut penulis manajemen biasa dikatakan sebagai ilmu
jika teori-teorinya mampu menentukan manajer dengan memberi kejelasan
bahwa apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan
mereka meramalkan akibat-akibat dari tindakan-tindakanya.
Menurut Mary Parker Follet manajemen sebagai seni untuk
melasanakan pekerjaan melalui orang-orang. Defenisi ini perlu mendapat
perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang lain.
Adapun interpretasi tentang pendidikan berbeda-beda menurut para
pakar. Perbedaannya tak lain hanya terletak pada sudut pandang. Di antara
mereka ada yang mendefinisikan dengan mengkonotasikan dengan
peristilahan bahasa, keberadaan, dan hakekat kehidupan manusia di dunia
ini, dan ada pula yang melihat dari segi proses kegiatan yang dilakukan

3
. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V (Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 2
4
. Adan Smith, Management System Analysis And Aplication, Cet. I (Japan: Holt
Saunders International, 1982), h. 29
5

dalam penyelenggarakan pendidikan. Tetapi semua pendapat itu bertemu


dalam pandangan bahwa 5 pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan
hidup secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik,
mental, dan moral bagi individu-individu supaya mereka menjadi manusia
yang berbudaya. Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia
dan menjadi warga negara yang berguna. Inilah yang kelihatannya
merupakan pandangan yang kebanyakan dipegang oleh para ahli
pendidikan terkemuka sepanjang zaman. John Dewey, misalnya
mengemukakan; bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah alam sesama
manusia.
Adapun Mohammad Nasir menyatakan bahwa pendidikan adalah
bimbigan jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan
kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.5
Pengertian tersebut hampir sama dengan pengertian yang
dipublikasikan oleh Ahmad D. Marimba, bahwa pendidikan adalah
bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Dari beberapa pandangan ahli pendidikan di atas, jelaslah bahwa
pendidikan adalah suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu
secara terus-menerus terhadap nilai-nilai budayadan cita-cita masyarakat.

B. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam


Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka
istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah
peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas,
yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-orang

5
. Muhammad Natsir, Capita Selekta (Bandung: Gravenhage, 1954), h. 87
6

dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu


yang berusia kanak-kanak.
Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga
pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga
pendidikan di masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan
sebagainya.6
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”.
Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di
bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid).
Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari, sedangkan
menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia
berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi.
Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada
sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi
lazimnya disebut dengan mahasiswa.7
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia
dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi
orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiapmu’alim dan murabbi yang
menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik
dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa
pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja
dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan
binasa.8
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan
Islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan
di akhirat kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik

6
. Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h. 103
7
. Ibid., h. 104
8
. Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan
Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008), h. 16.
7

merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan


orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta
didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat
beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat
beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar,
mendidik, dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk
meraih surga. Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan
mejerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi, kita tidak boleh melalaikan
tugas ini.9
Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan,
karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya atau hulpeoosheid.10
Dalam Al-Quran dijelakan:

َ ۡ
‫َل‬ ‫ُم‬
‫ِّك‬
‫هت‬ ‫ُه‬
َ‫م‬ ‫ُونِّ أ‬
‫بط‬ُ ۢ ‫ُم م‬
‫ِّن‬ ‫َك‬‫َج‬ ‫َخ‬
‫ۡر‬ ‫َٱه‬
‫َّللُ أ‬ ‫و‬
َ
‫مع‬ ۡ‫ُ ٱلسه‬ ‫ُم‬‫َ َلك‬‫َل‬
‫َع‬‫َج‬
‫ۡا و‬ ‫ن شَي‬َ‫ُو‬‫لم‬ َۡ‫تع‬َ
َ
‫َر‬‫ٱۡلَۡبص‬
ۡ َ ‫و‬
٧٨ ‫ن‬ َ‫ُو‬
‫ُر‬ َ ۡ
‫تشۡك‬ ‫ُم‬ ‫َه‬
‫لك‬ ‫ة َلع‬َ‫د‬َ‫ف‬َۡ‫ٱۡل‬
ۡ َِّ
‫و‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS.
An-Nahl: 78).11
Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat
bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat
anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam
sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan
agama peserta didik.12

9
. Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan
Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008), h. 17
10
. M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Mutiara, 1982), h. 93.
11
. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), h.
275.
12
. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 170.
8

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW., yang artinya:


“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
(kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi,
Nasrani, Majusi” (HR. Muslim)
Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-
kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang
disebut di dalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi
fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini
adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.
Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan perkembangan
seseorang.13
Manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh
banyak potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu
dapat dibagi dua, yaitu kecenderungan menjadi orang yang baik dan
kecenderungan menjadi orang yang jahat. Kecenderungan beragama
termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik.14
Firman Allah SWT:

‫ٱه‬ َ
‫َت‬
ِّ‫َّلل‬ ‫ۡر‬ ‫ۚ ف‬
‫ِّط‬ ‫َن‬
‫ِّيفا‬ ‫ِّينِّ ح‬ ‫ِّلد‬‫هكَ ل‬َۡ ‫َج‬
‫ۡ و‬ ‫َق‬
‫ِّم‬ ‫َأ‬
‫ف‬
‫َل‬َ ۚ
‫ها‬َۡ
‫لي‬ََ‫هاسَ ع‬ ‫َ ٱلن‬ ‫َر‬‫َط‬
‫ِّي ف‬ ‫ه‬
‫ٱلت‬
ۚ‫ِّ ٱه‬
ِّ‫َّلل‬ َۡ‫ِّخ‬
‫لق‬ ‫َ ل‬ ‫ِّيل‬
‫ۡد‬‫تب‬َ
‫َر‬
َ َۡ
‫كث‬ ‫ه أ‬ ‫ََلك‬
‫ِّن‬ ‫ُ و‬ ‫َيِّم‬‫ٱلق‬ ۡ ُ ‫ِّكَ ٱلد‬
‫ِّين‬ ‫َل‬
‫ذ‬
٣٠ ‫ن‬َ‫ُو‬ َۡ
‫لم‬ ‫يع‬َ ‫هاسِّ ََل‬
‫ٱلن‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)

13
. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2008), h. 35.
14
. Ibid., h. 35.
9

agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”


(QS. Ar-Rum: 30).15
Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu
telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para
pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia
anak dalam pertumbuhannya. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus
sudah ditanamkan sejak peserta didik itu masih usia muda, karena kalau
tidak demikian kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam yang diberikan pada masa dewasa. Dengan
demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-
baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik.16

C. Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam


Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen
mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistemology) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut
disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Berdasarkan
landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana mengembangkan
landasan epistemology yang sesuai.
Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemology pada
dasarnya bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan
memperhitungkan aspekontologi danaksiologi. Dengan demikian juga
halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi, yakni bagaimana
menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi masalah mengenai
dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan
mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul.

15
. Op, Cit., Departemen Agama RI, h. 407
16
. R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan islam_22.html, (Diakses
Pada 20 Oktober 2017)
10

Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya


menyediakan seperangkat pengetahuan untuk berfikir efektif dalam
memecahkan masalah-masalah manajemen. Ini merupakan hakikat
manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah
organisasi berdasarkan pendekatan keilmuan.
Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran
manajemen, asumsi yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah
ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan memberikan kepuasan dalam
melakukan pendekatan yang sistematik dalam peraktekmanajerial.
Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan
perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan
kepuasan. Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat
dinyatakan:
1. Mengacu pada pengalaman empirik,
2. Adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain
3. Mengakui kemungkinan adanya penolakan.
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi
manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi
dan dimulai dikenal sebagai teori manajemen klasik. Menurut teori klasik
pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 3 pilar yaitu: pembagian kerja,
struktur, rentang pengawasan.
Namun banyak ahli yang mengatakan bahwa manajemen belum
mempunyai teori yang standar, tetapi sebagai pendekatan. Karena itu teori
seringkali dikatakan sebagai pendekatan manajemen secara
klasik, neoklasik dan pendekatan modern. Salah satu teori klasik yang
tergolong paling tua adalah manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Henry
Fayol. Tergolong dari teori klasik ini yaitu; tentang studi waktu dan gerak,
administrasi,birokrasi. Sedangkan teori neoklasik seringkali dikaitkan
dengan pendekatan perilaku, yaitu teori kebutuhan manusia, teori
kepribadian dan organisasi selanjutnya teori modern yaitu; pimpinan
situasional, dan hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan.
11

Manajemen mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan


antara lain:
1. Menentukan cara/metode kerja
2. Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya.
3. Pemilihan prosudur kerja.
4. Menentukan batas-baras tugas
5. Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas
6. Melakukan pendidikan dan latihan
7. Menentukan sistem yang menghasilkan.17
Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi
dan produktifitas pendidikan. Banyak sumber daya manajemen yang
terlibat dalam organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga
pendidikan, antara lain: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi
dan informasi.
Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam
pendidikan adalah sumber daya manusia. Bagaimana manajer
menyediakan tenaga, bakat kreativitas, dan semangatnya bagi organisasi.
Karena tugas terpenting dari seorang manajer adalah menyeleksi,
menempatkan, melatih dan mengembangkan sumber daya manusia.
Persoalannya pengembagan sumber daya manusia mempunyai hubungan
yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan
kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer.
Sumber daya manusia menurut penulis terkandung aspek:
kompetensi, keterampilan, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan
komitmen. Dalam pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang
lingkup keterlibatannya ke dalam penyelenggaraan pendidikan
dikelompokkan kedalam SDM Pendidikan dalam sekolah dan SDM
pendidikan luar sekolah. Apabila dilihat dari segi tugas pokoknya,
dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga administratif dan tenaga

17
. Shrode A. William, Organization And Management Basic Syestem Comcepts
(Malaysia: Irwin Book, Ttp), h. 132
12

penunjang. Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang tenaga kependidikan


ditegaskan pengelompokannya menjadi tenaga pendidik, (pembimbing,
pengajar, pelatih), pengelolaan, pengawas, laporan, teknisi sumber belajar,
peneliti dan penguji.
Persoalan pokok dalam pembinaantenaga kependidikan adalah
pembinaan etos kerja. Etos kerja adalah sikap mentaluntuk menghasilkan
produk kerja yang baik, bermutu tinggi baik barang maupunjasa. Etos
kerja dipengaruhi oleh sikap, pandangan, cara-cara, dankebiasaan-
kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu kelompok atau
bangsa.Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata
nilai, dan dalam dunia pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan.
Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan
pembinaan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti
keterampilan komputer, menjahit, akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi
membentuk keinginan bagaimana melakukan pekerjaan-pekerjaan itu
sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya hal ini dapat terwujud jika
kemampuan menghasilkan sesuatu yang bermutu itu ditunjang oleh etos
kerja, motivasi tinggi untuk berprestasi.
Bagaimana caranya memupuk etos kerja. Salah satu usaha dengan
menciptakan suasana kerja yang mengantarkan perilaku karyawan/ guru ke
arah yang lebih produktif secara langsung mengubah sikap, pandangan
harapan dan keterampilan/ keahlian yang lebih efektif yang sekarang
sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dan ini
tantangan para manajer/pimpinan pendidikan.18
Pada intinya manajemen kesiswaan di suatu sekolah membantu
siswa untuk mengembangkan dirinya yang sesuai dengan program-
program yang dilakukan oleh sekolah atau sekolah islam tersebut.

D. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik

18
. Ansar Zainuddin, Manajemen Pendidikan Islam, dalam
http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-islam.html. ( Diakses Pada 20
Oktober 2017).
13

Tujuan umum dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala


kegiatan-kegiatan peserta didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut
dapat menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses
belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur serta
dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan secara keseluruhan.19
Tujuan khusus dari manajemen peserta didik adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotorik peserta
didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum
(kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta
didik
Dengan terpenuhinya 1, 2, 3 di atas diharapkan peserta didik dapat
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat
belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.
Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah sebagai
wahana bagi peserta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal
mungkin baik dari segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya,
kebutuhan dan potensi lainnya dari peserta didik.
Secara khusus fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas
peserta didik adalah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi
individualitas tanpa banyak terhambat. Meliputi kemampuan kecerdasan,
kemampuan bakat dan kemampuan lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta
didik adalah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan

19
. Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
h. 12.
14

sebayanya, orang tua dan keluarganya, lingkungan sosial sekolahnya dan


lingkungan sosial lingkungannya.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan
peserta didik adalah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan
minatnya. Karena hobi juga merupakan penunjang terhadap
pengembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan
peserta didik adalah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.
Kesejahteraan sangat penting karena dengan demikian ia akan jugaa turut
memikirkan kesejahteraan sebayanya.20
Sedangkan Menurut Shrode dan Voich, Tujuan utama manajemen
pendidikan adalah produktifitas dan kepuasan. mungkin saja tujuan ini
tidak tunggal bahkan jamak, seperti peningkatan mutu
pendidikan/lulusanya, keuntungan/ profit yang tinggi, pemenuhan
kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional tanggung jawab sosial.
Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian
terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan,
peluang dan ancaman.
Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami
makna produktivitas itu sendiri. Sutermeister membataskan produktivitas
sebagai ukuran kuantitas dan kulaitas kinerja dengan mempertimbangkan
kemanfaatan sumber daya. Produktivitas itu sendiri dipengaruhi
perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja manusia. Pengertian konsep
produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai dengan perilaku.
Produktifitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan,
efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian
perilaku, produktifitas merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha
untuk terus berkembang.21

20
. Ibid., h. 12- 13
21
. Op, Cit., Shrode A. William, h. 132.
15

E. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik


Secara umum bidang kesiswaan/ peserta didik sedikitnya memiliki
tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru,
kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
Berdasarkan tiga tugas utama tersebut ruang lingkup manajemen peserta
didik berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Perencanaan peserta didik/ kesiswaan


Dalam perencanaan kesiswaanini mencakup sensus sekolah dan
penentuan jumlah siswa yang diterima. Sensus sekolah pencatatan
anak usia sekolah yang diperkirakan akan masuk sekolah islam atau
calon siswa. Pendataan anak usia sekolah atau calon siswa merupakan
salah satu komponen penting dalam perencanaan pendidikan. Dengan
data yang diperoleh dari sensus sekolah akan dapat ditetapkan:
a. Jumlah dan lokasi sekolah,
b. Batas daerah penerimaan siswa suatu sekolah.
c. Jumlah fasilitas transportasi,
d. Layanan program pendidikan,
e. Fasilitas pendidikan bagi anak-anak cacat,
f. Laju pertumbuhan pendidikan khususnya anak-anak usia sekolah
disekitar sekolah.
2. Penerimaan Siswa Baru
Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai
dari perencanaan penentuan daya tampung sekolah islam atau jumlah
siswa baru yang akan diterima, dengan mengurangi daya tampung
dengan jumlah anak yang tinggal dikelas atau mengulang. Kegiatan
tersebut biasanya dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru atau
PSB.
Langkah-langkah penerimaan siswa baru adalah sebagai
berikut:
16

a. membentuk panitia penerimaan murid,


b. menentukan syarat pendaftaran calon,
c. menyediakan formulir pendaftaran,
d. pengumuman pendaftaran calon,
e. menyediakan buku pendaftaran,
f. waktu pendaftaran,
g. penentuan calon yang diterima.

3. Pengelompokan Siswa
Pengelompokan siswa dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
proses kegiatan belajar mengajar di sekolah islam dapat berjalan
lancar, tertib dan dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa jenis pengelompokan siswa diantaranya:
a. Pengelompokan dalam kelas-kelas.
b. Pengelompokan berdasarkan bidang studi
c. Pengelompokan berdasarkan spesialisasi
d. Pengelompokan dalam sistem kredit
e. Pengelompokan berdasarkan kemampuan
f. Pengelompokan berdasarkan minat.
4. Pembinaan Disiplin Siswa
Disiplin adalah suatu kegiatan dimana sikap, penampilan dan
tingkah laku peserta didik sesuai dengan tatanan nilai, norma dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah dan kelas dimana mereka
berada. Dalam peningkatan kedisiplinan biasanya terdapat tata tertib
suatu sekolah yang harus dipetuhi oleh seorang siswa misalnya: hadir
10 menit sebelum pelajaran dimulai, mengikuti seluruh kegiatan
pembelajaran dengan baik, dan mengerjakan semua tugas yang
diberikan.
Kewajiban menaati tata tertib yang ada merupakan hal yang
penting karena merupakan bagian dari sistem persekolahan yang
17

dilaksanakan dan juga sebagai sebuah kelengkapan sekolah islam


dalam menjalankan proses pembelajaran.
5. Kegiatan Ektra Kurikuler
Yang dimaksud dengan kegiatan tersebut adalah kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah islam namun dilaksanakan diluar jam sekolah
secara resmi. Artinya diluar jadwal pelajaran yang tercantum. Tujuan
dari adanya kegiatan ini adalah memperkaya dan memperluas
wawasan siswa dan juga membantu menanamkan nilai-nilai pada diri
siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan
ekstra kurikuler adalah:
a. Peningkatan aspek pengetahuan sikap dan ketrampilan.
b. Dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa
c. Penetapan waktu dan obyek kegiatan yang disesuaikan dengan
kondisi lingkungan.
d. Jenis-jenis kegiatan ekstra yang disediakan seperti pramuka, PMR,
kesenian, olahraga dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan Ko Kurikuler dilaksanakan dalam
berbagai bentuk, misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu,
mengerjakan PR, atau mengadakan kegiatan lain diluar sekolah islam.
Pada intinya kedua kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan
pribadi siswa.
6. Organisasi Siswa Intra Sekolah
OSIS adalah satu-satunya organisasi yang bersifat intra sekolah
yang harus ada di sekolah islam Tsanawiyah maupun Aliyah. OSIS
berfungsi sebagai wadah untuk:
a. Pembinaan pemuda dan budaya
b. Pembinaan stabilitas dan ketahanan nasional
c. Pembentukan watak dan kepribadian dalam integrasi sekolah.
d. Pencegahan pembinaan siswa yang kurang dapat dipertanggung
jawabkan.
18

e. Pembinaan aktifitas intra sekolah yang berorientasi pada kegiatan


yang bersifat edukatif.
f. Pemberian kesempata seluas-luasnya bagi pengembangan potensi
siswa.
Tujuan OSIS adalah untuk:
a. mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki jiwa
pancasila, berkepribadian luhur, moral dan mental yang tinggi,
berkecakapan serta berpengetahuan yang siap untuk diamalkan.
b. mempersiapakan siswa agar menjadi warga negara yang mengabdi
pada Tuhan YME, tanah air dan bangsanya.
c. menggalang kesatuan dan persatuan yang kokoh di sekolah dalam
satu wadah OSIS.
d. menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat.
Kegiatan ini dibina oleh kepala sekolah dan dibantu oleh guru
yang mempunyai kompetensi dalam keorganisasian.
7. Evaluasi Kegiatan Siswa
Dalam evaluasi kegiatan siswa terdapat berbagai langkah yang
perlu diperhatikan:
a. Penentuan standar, yang dimaksud standar adalah patokan
mengenai suatu keerhasilan atau kegagalan dalam suatu kegiatan.
b. Mengadakan pengukuran. Pengukuran dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.
c. Membandingkan hasil pengukuran dengan standar
d. Mengadakan perbaikan. Maka dari itu perlu untuk mengetahui
standar agar dapat digunakan sebagai umpan balik sebagai
perbaikan dalam pelaksanaan suatu kegiatan, supaya pelaksanaan
kegiatan memenuhi target yang telah ditetapkan.

8. Kenaikan Kelas dan Penjurusan


Kenaikan Kelas dan Penjurusan dapat diatur dalam peraturan
sekolah yang didasarkan pada kebijakan yang ada pada sekolah. Dalam
19

pelaksanaan kenaikan kelas dan penjurusan seringkali muncul berbagai


masalah yang memerlukan penyelesaian secara bijak. Masalah ini
dapat diperkecil jika data-data tentang hasil evaluasi siswa obyektif
dan mendayagunakan fungsi. Juga para guru harus berhati-hati dalam
memberikan nilai hasil evaluasi belajar kepada siswa.

9. Kelulusan dan Alumni


Kelulusan adalah pernyataan dari sekolah islam sebagai suatu
lembaga tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus
diikuti oleh siswa. Kelulusan ini ditandai dengan adanya Ijazah atau
STTB. Prosesnya biasanya ditandai dengan pelepasan siswa dalam
suatu upacara.
Sedangkan hubungan dengan alumni, para sekolah islam tetap
menjaga hubungan dengan para alumninya. Demikian juga para alumni
juga biasanya bangga dengan sekolah islam dimana ia bersekolah dan
menempuh pendidikan dahulu.22

F. Karakteristik Peserta Didik


`Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta
didik adalah:
1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia
sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan
dengan orang dewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia
peserta didik, dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya,
sehingga peserta didik kehilangan dunianya.
2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan
kebutuhan itu semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut

22
. Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam,
dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-kesiswaan-
dalam-lembaga-pendidikan-islam/, (Diakses Pada 20 Oktober 2017).
20

Abraham Maslow, terdapat lima hierarki kebutuhan yang


dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan
tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan
terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan
(2) meta kebutuhan - meta kebutuhan (meta needs), meliputi apa saja
yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan,
keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun
demikian, masih ada kebutuhan yang tidak terjangkau
kelimahierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan
akan transendensi kepada Tuhan. Individu yang melakukan ibadah
sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan
kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya
hanyalah keikhlasan dan ridha dari Allah SWT.
3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu
yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah)
maupuneksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi,
sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta
didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan
hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka
pribadi peserta didik walaupun terdiri dari dari banyak segi, merupakan
satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).
4. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan
yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta
didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya
cipta), sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak
sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima, mendengarkan saja.
5. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi
dalam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat
disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan peseta
didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan
21

priode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat


pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat
dari dimensibiologis, psikologis, maupun dedaktis.23

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen pendidikan Islam adalah proses perencanaan,
mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan
segala aspeknya agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang
tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius
dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan
perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan
kepuasan. Manajemen juga mempunyai prinsip dasar dalam praktik
pendidikan antara lain: Menentukan cara/metode kerja, Pemilihan pekerja
dan pengembangan keahliannya, Pemilihan prosudur kerja, Menentukan
batas-baras tugas, Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas,
Melakukan pendidikan dan latihan dan Menentukan sistem yang
menghasilkan.
Tujuan dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala
kegiatan-kegiatan peserta didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut
dapat menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses
belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur.

23
. R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html (Diakses
Pada 20 Oktober 2017)
22

Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah sebagai


wahana bagi peserta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal
mungkin baik dari segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya,
kebutuhan dan potensi lainnya dari peserta didik.
Ruang lingkup manajemen kesiswaan, yaitu: Perencanaan peserta
didik/ kesiswaan; Penerimaan Siswa Baru; Pengelompokan Siswa;
Pembinaan Disiplin Siswa; Kegiatan Ektra Kurikuler; Organisasi Siswa
Intra Sekolah; Evaluasi Kegiatan Siswa; Perpindahan Siswa; Kenaikan
Kelas dan Penjurusan; Kelulusan dan Alumni.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008).


Adan Smith, Management System Analysis And Aplication, Cet. I (Japan: Holt
Saunders International, 1982).
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2008).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,
2008).
Folet, Managerial Proses And Organisational Behavior (Glenview: Scott, Ttp).
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar
Ihsan Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008)
Luther Gulick, Dictionary Of Education (New York: Mcgraw-Hill Book
Company, Ttp)
M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Mutiara, 1982).
Muhammad Natsir, Capita Selekta (Bandung: Gravenhage, 1954).
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya, 2001). Cet. V
Shrode A. William, Organization And Management Basic Syestem Comcepts
(Malaysia: Irwin Book, Ttp).
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011).
Ansar Zainuddin, Manajemen Pendidikan Islam, dalam
http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-
islam.html. ( Diakses Pada 20 Oktober 2017).
Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan
Islam, dalam
23

https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-
manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, (Diakses Pada 20
Oktober 2017).
R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-
islam_22.html (Diakses Pada 20 Oktober 2017)

Anda mungkin juga menyukai