Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS


SEKOLAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Manajemen Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Luluk Indarti, M.Pd.I

MPI 5A :

Kelompok 12 :

1. Dita Dian Nopianti (126207212061)


2. Guntur Risky Mustofa (126207212065)
3. Fara Azura (126207213117)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

NOVEMBER 2023

i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen
Berbasis Sekolah” tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung
2. Dr. H. Ahmad Muhtadi Anshor, M.Ag. selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik & Pengembangan Lembaga UIN SATU TULUNGAGUNG
3. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN SATU TULUNGAGUNG
4. Dr. Muhammad Zaini, M.A. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan UIN SATU TULUNGAGUNG
5. Dr. Masduki, M.Ag. selaku Koordinator Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam
6. Dr. Hj. Luluk Indarti, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Berbasis Sekolah yang dengan ikhlas dan tulus dalam membimbing kami
7. Drs. Samsul Huda, M.Pd.I SELAKU Kepala Perpustakaan UIN SATU
TULUNGAGUNG
8. Teman-teman mahasiswa UIN SATU TULUNGAGUNG khususnya Program
Studi Manajemen Pendidikan Islam angkatan 2021 kelas 5A

Di dalam makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik
baik berupa kritik atau saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.

Tulungagung, 06 November 2023

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Pengambilan Keputusan ....................................................... 3
B. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan ............................................................. 4
C. Pengambilan Keputusan Partisipatif ............................................................ 6
D. Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan ......................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan dalam manajemen berbasis sekolah
merupakan proses yang kompleks dan penting dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah. Keputusan yang diambil harus didasarkan
pada data dan informasi yang akurat serta mempertimbangkan berbagai
factor yang memengaruhi keberhasilan sekolah.
Menurut Leithwood, K., dan Riehl, C. pengambilan keputusan
dalam manjemen berbasis sekolah harus melibatkan seluruh stakeholder,
termasuk guru, staf sekolah, orang tua, dan siswa. Hal ini penting karena
setiap pihak memiliki kepentingan dan pandangan yang berbeda terkait
dengan kebijakan dan program yang akan diimplementasikan di sekolah.1
Selain itu, pengambilan keputusan juga harus didasarkan pada bukti
atau data yang relevan. Menurut Alma Harris manajemen berbasis sekolah
menekankan pentingnya penggunaan data untuk mengevaluasi kinerja
sekolah dan membuat keputusan yang lebih efektif. Data tersebut dapat
berupa hasil ujian, tingkat absensi siswa, atau feedback dari orang tua dan
siswa.2
Dengan demikian, pengambilan keputusan dalam manajemen
berbasis sekolah merupakan proses yang melibatkan berbagai pihak dan
didasarkan pada data yang relevan. Hal ini bertujuan untuk memastikan
bahwa kebijakan dan program yang diimplementasikan dapat memberikan
dampak positif terhadap kualitas pendidikan di sekolah.

1
Kenneth leithwood dan Carolyn riehl. What We Know About Successful School
Leadership. (Nottingham : National Collenge For School Leadership, 2003) hal 16
2
Alma Harris. Distributed leadership: different perspectives. (Dordrecht: Springer 2009)
hal 7

1
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep Dasar Pengambilan Keputusan?
2. Bagaimana Jenis Pengambilan Keputusan?
3. Bagaimana Pengambilan Keputusan Partisipatif?
4. Bagaimana Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan?

C. Tujuan Pembahasan
Dengan adanya rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan dari
pembahasan tema makalah ini, sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan Konsep Dasar Pengambilan Keputusan
2. Untuk mendeskripsikan Jenis Pengambilan Keputusan
3. Untuk mendeskripsikan Pengambilan Keputusan Partisipatif
4. Untuk mendeskripsikan Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pengambilan Keputusan


Menurut Harrison berpendapat bahwa pengambilan keputusan
adalah proses mengevaluasi berbagai alternatif yang berhubungan dengan
tujuan individu atau organisasi.3 Sedang Menurut Salusu, pengambilan
keputusan adalah suatu proses memilih suatu alternatif cara bertindak
dengan medote yang efisien sesuai situasi.4 Menurut Siagian, pengambilan
keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu
masalah yang dihadapi.5
Jadi pengambilan keputusan adalah memilih satu dari beberapa
alternatif yang tersedia. Dapat diartikan bahwa pengambilan keputusan
adalah memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap paling tepat
dari beberapa alternative yang dirumuskan. Keputusan itu harus bersifat
fleksibel, analitis dan mungkin untuk dilaksanakan dengan dorongan sarana
prasarana dan sumber daya yang tersedia (berupa manusia dan material).
Inti konsep dasar pengambilan keputusan adalah keputusan, yang
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah decision. Keputusan merupakan
hasil dari proses “membuat” atau “to make”, yang selanjutnya lebih dikenal
dengan istilah “mengambil”. Kedua kata tersebut dalam bahasa Inggris
sering dirangkai dengan istilah decision making atau pengambilan
keputusan. Terry mengatakan pengambilan keputusan adalah proses
pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
Dalam konteks persekolahan idealnya pengambilan keputusan di
sekolah melibatkan para guru dan stakeholder yang lain. Keterlibatan guru
dibutuhkan untuk menjamin efektifitas pencapaian tujuan sekolah. Hal ini
tercermin sebagaimana yang dikatakan oleh Duke dan Canady bahwa, ada

3
Harrison, E.F, The Managerial Decision-Making Process, (Boston: Houghton Miffin
Company, 1992), hal. 5.
4
Salusu. Pengambilan Keputusan Stratejik, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2015), hal. 4
5
Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Haji Masagung, 1992),
hal. 257

3
hubungan antara partisipasi guru dalam pengambilan keputusan dengan
mutu pembelajaran dan efektifitas sekolah.6 Oleh sebab itu, model
pengambilan keputusan partisipatif merupakan model pengambilan
keputusan yang sangat penting untuk diterapkan di sekolah, agar para guru
dan warga sekolah merasa memiliki dan tanggungjawab dalam
melaksanakan keputusan.
Ada dua keuntungan jika model pengambilan keputusan partisipatif
dilaksanakan di sekolah:
1. Mendatangkan keputusan terbaik, dan
2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan organisasi.

B. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan


1. Keputusan Strategis
Keputusan strategis adalah keputusan untuk menjawab tantangan
dan perubahan lingkungan dan biasanya bersifat jangka panjang.
Keputusan ini diambil oleh manajemen atas. Keputusan Strategis
mengandung karakteristik khusus yang membedakan keputusan
strategis dengan keputusan keputusan yang lain. Tujuan keseluruhan
dari pengambilan keputusan strategis (strategic decision making) adalah
untuk memilih strategi alternatif sehingga keunggulan kompetitif jangka
panjang dapat tercapai. Berikut adalah karakteristik khusus yang
terkandung dalam Keputusan Strategis:
a. Rare, keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus,
yang tidak dapat ditiru oleh organisasi, perusahaan, atau instansi
lainnya.
b. Consequential, keputusan-keputusan strategis yang memasukan
sumber daya penting dan menuntut banyak komitmen dari instansi
terkait.
c. Directive, keputusan-keputusan strategis yang menetapkan
keputusan yang dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan

6
Duke, Daniel L., and Canady, Robert L. School Policy. (New York: McGraw Hill, Inc.
1991) hal 7

4
tindakan-tindakan di masa yang akan datang untuk organisasi secara
keseluruhan.
2. Keputusan Administratif / Taktik
Keputusan Administratif / Taktik adalah keputusan yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya (keuangan, teknik). Keputusan ini
diambil oleh manajemen menengah. Pengambilan keputusan taktis
(tactical decision making) terdiri dari pemilihan di antara berbagai
alternatif dengan hasil yang langsung atau terbatas yang dapat dilihat.
Menerima pesanan khusus dengan harga yang lebih rendah dari harga
jual normal untuk memanfaatkan kapasitas menganggur dan
meningkatkan laba tahun ini merupakan suatu contoh. Beberapa
keputusan taktis cenderung bersifat jangka pendek seringkali
mengandung konsekuensi jangka panjang. Tujuan keseluruhan dari
pengambilan keputusan strategis (strategic decision making) adalah
untuk memilih strategi alternatif sehingga keunggulan kompetitif jangka
panjang dapat tercapai. Pengambilan keputusan taktis harus mendukung
tujuan keseluruhan ini, meskipun tujuan langsungnya berjangka pendek
(menerima satu pesanan khusus untuk meningkatkan laba) atau berskala
kecil (memproduksi sendiri daripada membeli komponen).

3. Keputusan Operasional
Keputusan Operasional adalah keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan operasional sehari-hari. Keputusan ini diambil oleh manajemen
bawah. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan
strategis yang diambil oleh para manajer puncak. Keputusan operasional
ini dilakukan untuk menjalankan kegiatan organisasi sehari-hari atau
dilakukan dalam rutinitas organisasi demi berjalannya organisasi
tersebut. Keputusan ini biasanya diputuskan tanpa meminta pendapat
dari pimpinan terlebih dahulu, jadi langsung diputuskan saat itu juga.

5
Contoh: customer service yang harus melayani setiap keluhan
pelanggan dan memberikan solusi saat itu juga.7

C. Pengambilan Keputusan Partisipatif


Teknik partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan gaya
kemimpinan demokratis dan kebanyakan berorientasi pada perilaku,
Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu atau
kelompok dalam proses. Seorang pimpinan yang menggunakan teknik
partisiaptif dalam pengambilan keputusan dilakukan secara formal maupun
informal, dan memerlukan keterlibatan intelektual, emosional, dan fisik.
Tingkat partisipasi sangat dipengaruhi oleh factor pengalaman individu atau
kelompok dan sifat tugas. Semakin banyak pengalaman, semakin terbuka,
serta semakin tidak terstrukturnya tugas, maka tingkat partisipasi akan
semakin tinggi. Penerapan teknik partisipasi pada pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara informal pada individu atau tim atau secara formal
pada program. Teknik partisipasi individu terjadi apabila pengambilan
keputusan yang dilakukan pimpinan dipengaruhi oleh karyawan. Sedangkan
teknik partisipasi kelompok terjadi apabila keputusan yang diambil oleh
pimpinan melalui Teknik konsultasi dan demokrasi.
Pimpinan meminta dan menerima keterlibatan karyawan dalam
partisipasi konsultasi, akan tetapi pimpinan mempertahankan hak untuk
membuat keputusan. Dalam bentuk demokrasi, keputusan akhir diambil
berdasarkan konsensus atau suara terbanyak melalui partisipasi total dan
kelompok, bukan partisipasi individu. Pimpinan perlu menyeimbangkan
kondisi, data dan perilaku bawahan untuk mengevaluasi keefektifan
keputusan yang diambil dalam penggunaan teknik pengambilan keputusan
partisipatif.
Teknik pengambilan keputusan ini termasuk teknik yang sulit
karena melibatkan unsur-unsur seperti gaya kepemimpinan atau
kepribadian serta faktor situasional, lingkungan, dan kontekstual serta
ideologi. Walaupun didukung oleh analisis data dan situasi, penggunan

7
Muhdi, dkk, Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan Model Manajemen
Pendidikan Menengah, Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2, 2017

6
teknik partisipasi pada situasi yang berbeda akan memberikan hasil yang
berbeda. Permasalahan yang terjadi adalah kecenderungan adanya
partisipasi palsu dalam teknik pengambilan keputusan. Banyak Pimpinan
meminta partisipasi, tetapi saat bawahan menanggapinya dengan memberi
saran atau coba memberi masukan pada sebuah keputusan, mereka
diabaikan dan tidak pernah menerima umpan balik apa pun. Hasilnya akan
negative apabila pimpinan mengharapkan partisipasi karyawannya, namun
tidak melibatkan mereka secara intelektual atau emosional serta selalu
mengesampingkan saran mereka. Kerugian dari teknik pengambilan
keputusan partisipasi adalah memakan banyak dan pelemparan tanggung
jawab, namun apabila dilihat dari sudut pandang perilaku teknik ini lebih
banyak menguntungkan daripada kerugiannya.8
Pengambilan keputusan partisipatif ialah sebuah metode untuk
memilih keputusan yang digunakan untuk menetapkan serta menerapkan
satu penyelesaian dari beberapa penyelesaian yang dilaksanakan secara
demokrasi dan musyawarah guna mewujudkan target yang sudah
ditentukan. Dalam pemilihan kebijakan partisipatif oleh kepala sekolah
harus diiringi beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengambil
kebijakan yang sesuai. Sehingga seluruh peraturan yang dipilih untuk
memecahkan sebuah masalah yang dimiliki oleh suatu organisasi sekolah
dan khususnya untuk dapat mewujudkan program sekolah yang berkualitas.

D. Partisipasi Guru dalam Pengambilan Keputusan


Pembuatan keputusan partisifatif dapat menghasilkan keputusan
yang lebih baik sebab sejumlah pemikiran orang diperkenankan dalam
memecahkan suatu masalah. Jika orang dilibatkan dalam membuat
keputusan maka orang tersebut lebih suka untuk melaksanakan keputusan
ini secara efektif. Prosedur partisipasi dalam pembuatan keputusan
membantu penyatuan tujuan individu dengan tujuan organisasi. Partisipasi

8
Pusat pendidikan dan pelatihan kependudukan dan keluarga berencana BADAN
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA NASIONAL. Pengambilan Keputusan pelatihan
fungsional penjenjangan penyuluh keluarga berencana kategori keahlian. (Jakarta Timur: PUSAT
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL. 2021). hal 17

7
dalam pembuatan keputusan bermakna bagi perkembangan individu dan
bagi upaya fungsionalisasi diri, proses membangun keterampilan kelompok
dan pengembangan kompetensi kemampuan. Barangkali, nilai yang paling
besar dari keikutsertaan dalam pengambilan keputusan adalah pengertian
yang disampaikan kepada individu. Peserta membutuhkan respek dari orang
lain dalam rangka aktualisasi dirinya. Menurut Simon aspek internal dan
eksternal yang mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi
hubungannya dengan pengambilan keputusan adalah kewenangan,
komunikasi, pelatihan, efesiensi dan loyalitas kepatuhan. Kelima aspek ini
merupakan konsep yang dapat mendorong seseorang membuat dan
melaksanakan keputusan organisasi.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan kepala
madrasah dalam pengambilan keputusan adalah tingkat keterlibatan dan
partisipasi guru dalam pengambilan keputusan yang dilakukan. Artinya bila
guru dilibatkan secara penuh dalam pengambilan keputusan, maka tujuan
pengambilan akan dapat dicapai secara optimal, sebaliknya jika guru tidak
dilibatkan dalam pengambilan keputusan, maka tujuan pengambilan
keputusan akan kurang dapat tercapai secara optimal, dan bahkan dapat
mengalami kegagalan. Cara pengambilan keputusan dengan melibatkan
guru atau bawahan itu kemudian dikenal dengan model pengambilan
keputusan yang partisipatif. Partisipasi guru dalam pembuatan keputusan di
madrasah dimengerti sebagai kesempatan berperan guru dalam pembuatan
keputusan-keputusan madrasah terutama berkaitan dengan isu-isu yang
mempengaruhi aktivitas dan tugas pekerjaan mereka.
Kesempatan berperan serta guru dalam penentuan kebijaksan pada
tingkat satuan pendidikan seperti tertuang dalam PP nomor 74 tahun 2008
tentang guru pada pasal 43 ayat (1) menjelaskan bahwa guru berhak
memperoleh akses memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran yang
disediakan oleh satuan pendidikan, penyelenggara pendidikan, Pemerintah
Daerah, dan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 45 ayat (1) huruf (a-h) 6
Depdiknas, MPMBS, Panduan Monitoring dan Evaluasi, keterlibatan guru
meliputi: (a) penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan

8
silabusnya, (b) penetapan kelender pendidikan di tingkat satuan pendidikan,
(c) penyusunan rencana strategis sekolah, (d) penyampaian pendapat
menerima atau menolak laporan pertanggung jawaban anggaran dan
pendapatan belanja sekolah, (e) penyusunan anggaran tahunan pendidikan,
(f) perumusan kriteria penerimaan peserta didik baru, (g) perumusan kriteria
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dan (h) penentuan buku teks pelajaran
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.9
Sudrajat mengemukakan bahwa tujuan pengambilan keputusan
partisipatif yaitu dengan pelibatan guru/warga sekolah dan masyarakat ialah
untuk meningkatkan efektivitas sekolah dan pembelajaran murid dengan
cara peningkatan komitmen staf dan menjamin bahwa sekolah lebih
bertanggungjawab terhadap kebutuhan anak didik dan masyarakat.10
Keberhasilan anak didik dan prestasi yang dicapai dipelihara dalam
pencerahan pemikiran kita sebagai alasan untuk mengimplementasikan
pemikiran tentang pengambilan keputusan partisipatif. Penggunaan teknik
pengambilan keputusan partisipatif ini bertujuan untuk pergantian
akuntabiltas atau mengabaikan tanggung jawab dari atas kepada pusat
kekuatan staf, membuat sederhana pembagian pengambilan keputusan
kepada yang lain. Setiap orang yang berpartisipasi membuat keputusan
harus dimintai tanggung jawab terhadap hasil yang dicapai.
Pengambilan keputusan partisipatif memiliki nilai potensial untuk
meningkatkan mutu keputusan, mempermudah penerimaan keputusan dan
pelaksanaannya, membangkitkan kekuatan moral staf, meneguhkan
komitmen dan tim kerja, membangun kepercayaan, membantu staf dan
administrator memperoleh keterampilan baru dan meningkatkan keefektifan
sekolah. Sejumlah alternatif besar dapat diajukan dan dianalisis bila banyak
orang dilibatkan. Hal ini seringkali menghasilkan pendekatan inovatif
terhadap persoalan. Otonomi dapat dikembangkan, keputusan lebih baik di
capai dibandingkan dengan manajemen sekolah terpusat. Kepercayaan

9
Depdiknas, MPMBS, Panduan Monitoring dan Evaluasi, (Jakarta, Depdiknas, 2008),
hal.29.
10
Akhmad Sudrajad, Pendidikan Indonesia, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 3

9
sekolah juga ditingkatkan sehingga staf memperoleh pengertian tentang
kompleksitas manajemen dan kepala sekolah mempelajari penghargaan atas
pertimbangan program.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengambilan keputusan adalah memilih satu dari beberapa alternatif
yang tersedia. Dapat diartikan bahwa pengambilan keputusan adalah
memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap paling tepat dari
beberapa alternatif yang dirumuskan. Keputusan itu harus bersifat
fleksibel, analitis dan mungkin untuk dilaksanakan dengan dorongan
sarana prasarana dan sumber daya yang tersedia (berupa manusia dan
material).
2. Keputusan strategis adalah keputusan untuk menjawab tantangan dan
perubahan lingkungan dan biasanya bersifat jangka panjang. Keputusan
ini diambil oleh manajemen atas. Keputusan Strategis mengandung
karakteristik khusus yang membedakan keputusan strategis dengan
keputusan keputusan yang lain. Keputusan Administratif / Taktik adalah
keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya (keuangan,
teknik). Keputusan ini diambil oleh manajemen menengah.
Pengambilan keputusan taktis (tactical decision making) terdiri dari
pemilihan di antara berbagai alternatif dengan hasil yang langsung atau
terbatas yang dapat dilihat.
3. Teknik partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan gaya
kemimpinan demokratis dan kebanyakan berorientasi pada perilaku,
Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu
atau kelompok dalam proses. Seorang pimpinan yang menggunakan
teknik partisiaptif dalam pengambilan keputusan dilakukan secara
formal maupun informal, dan memerlukan keterlibatan intelektual,
emosional, dan fisik.
4. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan kepala
madrasah dalam pengambilan keputusan adalah tingkat keterlibatan dan
partisipasi guru dalam pengambilan keputusan yang dilakukan. Artinya
bila guru dilibatkan secara penuh dalam pengambilan keputusan, maka
tujuan pengambilan akan dapat dicapai secara optimal, sebaliknya jika

11
guru tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, maka tujuan
pengambilan keputusan akan kurang dapat tercapai secara optimal, dan
bahkan dapat mengalami kegagalan.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami sangat berharap atas
pemberian kritik dan saran yang diberikan, Oleh karena itu, kami meminta
kritik dan saran dari pembaca untuk menunjukkan kekurangan-kekurangan
dari makalah kami agar menjadi lebih baik dan memiliki kualitas yang lebih
baik. Berdasarkan pembahasan diatas, jika ingin mengkaji lebih dalam lagi,
penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca buku apa saja yang
berkaitan dengan Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Berbasis
Sekolah, misalnya manajemen berbasis sekolah karya luluk indarti.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajad, (2010). Pendidikan Indonesia, Bandung, Remaja Rosdakarya


Depdiknas, MPMBS,(2008). Panduan Monitoring dan Evaluasi, Jakarta :
Depdiknas
Duke, Daniel L., and Canady, Robert L. (1991). School Policy. New York: McGraw
Hill, Inc.
Harris, A. (2009). Distributed leadership: different perspectives. Dordrecht:
Springer
Harrison, E.F, (1992). The Managerial Decision-Making Process, Boston:
Houghton Miffin Company
Leithwood, K., DAN Riehl, C. (2003). What we know about successful school
leadership. Nottingham : National Collenge for Scholl Leadership.
Muhdi, dkk, (2017). Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan Model
Manajemen Pendidikan Menengah, Manajemen Pendidikan, Vol. 4, No. 2
Pusat pendidikan dan pelatihan kependudukan dan keluarga berencana BADAN
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA NASIONAL. (2021).
Pengambilan Keputusan pelatihan fungsional penjenjangan penyuluh
keluarga berencana kategori keahlian. Jakarta Timur: PUSAT
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
NASIONAL.
Salusu. (2015). Pengambilan Keputusan Stratejik, Jakarta: Kompas Gramedia.
Siagian, (1992) Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, Jakarta: Haji
Masagung

13

Anda mungkin juga menyukai