Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3Tujuan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tidak mampu melalui kebijakan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Perumusan
masalahkebijakan pendidikan ini terjadi di dalam pemerintahan sebagai pembuat
kebijakan dan didukung legislatif sebagai badan pengontrol kebijakan pemerintah.
Perumusan kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dan legislatif yang saling
bekerja sama, agar dalam melaksanakan kebijakan.Sedangkan perumusan
kebijakan atau penyusunan alternatif kebijakan pendidikan juga dipandang proses
perencanaan analisis kebijakan pendidikan.
Perumusan kebijakan merupakan tahap kritis dari sebuah proses kebijakan.
Karena terkait dengan proses pemilihan alternatif kebijakan oleh pembuat
kebijakan yang biasanya mempertimbangkan pengaruh langsung yang dihasilkan
dari pilihan alternatif utama. Proses ini biasanya akan mengekspresikan dan
mengalokasikan kekuatan dan tarik- menarik di antara berbagai kepentingan sosial,
politik, dan ekonomi. Tahap perumusan kebijakan melibatkan aktivitas identifikas
atau merajut seperangkat alternatif kebijakan untuk mengatasi sebuah
permasalahan serta mempersempit seperangkat solusi tersebut sebagai persiapan
dalam penentuan kebijakan akhir (Sidney, 2007: 79). Perumusan kebijakan
pendidikan menjadi bagian terpenting secara teknis dalam perumusan analisis
kebijakan yang dilakukan secara terus-menerus. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika proses perumusan kebijakan pendidikan sering disebut sebagai
lingkaran kebijakan pendidikan yang berputar terus- menerus. Perumusan
kebijakan pendidikan haruslah bersifat bijaksana, dalamarti tidak menimbulkan
problematika pendidikan baru, yang lebih besar dan lebih rumit dibandingkan
problem pendidikan yang hendak diatasi atau dipecahkan. Perumusan kebijakan
pendidikan bersifat teknis dibandingkan tahapan agenda setting yang lebih bersifat
politis, dengan menerapkan berbagai teknis analisis untuk membuat keputusan
terbaik (Hasbullah). Sehingga formulasi kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh
pejabat berwenang merumuskan alternatif kebijakan itu bertujuan untuk
mengatasi masalah pendidikan. Alternatif kebijakan pendidikan melihat perlunya
membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan dan tindakan
3
legislatif terkait jalan keluar dari masalah yang rumit dalam bidang pendidikan
(Willian N Dunn,). Perumusan kebijakan kebijakan sebagai proses
pengembanganusulan akan tindakan yang terkait dan dapat diterima (biasa disebut
dengan alternatif, proposal, atau pilihan) untuk menangani permasalahan
pendidikan. Perumusan kebijakan pendidikan menurut tidak selamanya akan
berakhir dengan dikeluarkannya sebagai sebuah produk peraturan perundang-
undangan (Anderso). Umumnya sebuah proposal kebijakan biasanya ditujukan
untuk membawa perubahan mendasar terhadap kebijakan yang ada saat ini.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan publik, termasuk
dalam bidang pendidikan, antara lain 1) faktor politik, 2) ekonomi (financial),
administrasi (organisasi), teknologi, sosial, budaya, agama, pertahanan dan
keamanan.1
1
Dr.Arwildayanto,M.Pd.,Dr.Arifin Suking,M.Pd. dan Warni Tune Sumar,S.Pd.,M.Pd.,Analisis
Kebijakan Pendidikan,CV Cendikia Press,Bandung,2018,hlm.51-54
4
pendidikan tersebut bersifat dinamis, tersusun secara sosial, maka analis kebijakan
pendidikan akan menghadapi dan berhadapan dengan masalah dari masalah
lainnya (metapr0blem) yang rumit mengingat banyaknya stakeholder pendidikan
yang terlibat. Oleh karena itu tugas utamanya adalah menstrukturkan metaproblem
lintas sektor.
Dari situasi demikian, kemudian analis perlu mencari masalah substantifnya
dengan mencoba mendefinisikan masalah pendidikan dalam pengertian yang
mendasar dan umum, misalnya apakah kebijakan penganggaran pendidikan itu
masalah ekonomi, sosiologi, atau masalah lainnya. Apabila masalah substantif
sudah dirumuskan, kemudian analis menyusun masalah formal yang spesifik,
langkah ini disebut pengkhusunan masalah (pr0blem specificati0n).
Masalah krusial dalam langkah tersebut adalah apakah masalah substantif dan
masalah formal sesuai dengan situasi masalahnya mengingat kebanyakan situasi
masalah merupakan suatu sistem masalah yang rumit. Dalam situasi demikian
dapat berakibat seorang analis melakukan suatu kekeliruan yakni memecahkan
masalah pendidikan yang salah (s0lving the wr0ng pr0blem). Ada beberapa
metode dalam penstrukturan masalah pendidikan antara lain;
1) b0undary analisys, yaitu analisis yang dimaksudkan untuk mengestimasi
batas-batas meta problem,
2)classificati0n analisys, yatu analisis dengan tujuan untuk mengelompokan
konsep-konsep yang relevan dengan masalah pendidikan,
3) hierarchy analisys, yaitu analisis yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
masalah-masalah/sebab-sebab yang mungkin dan dapat ditindak lanjuti
4) synectics, yaitu metode untuk mengetahui kesamaan- kesamaan masalah,
5) brainst0rming, yaitu anallisis yang bertujuan untuk membangkitkan ide-ide,
tujuan dan strategi,
6) multiple perspective analisys, yaitu analisis yang dimaksudkan untuk
membangkitkan kejelasan pandangan
7) assumpti0nal analisys, yaitu analisis untuk mensintesakan secara kreatif
asumsi-asumsi yang bertentangan
8) argumentati0n mapping, yaitu analisis untuk menilai asumsi-asumsi
5
Analisis b 0 undari menganggap masalah sudah tersetrukturkan, kemudian
dikaji apakah masalah tersebut telah lengkap, untuk itu ada tiga langkah yang
perlu dilakukan yaitu 1) penentuan sampel jenuh, yaitu mencari stakeholder untuk
melihat masalah pendidikan itu bisa melalui tatap muka atau telepon, 2)
pendalaman keterwakilan masalah pendidikan pada stakeholder terkait guna
mendalami masalah dan representasi alternatif dari masalah itu, hal ini dilakukan
melalui wawancara, telepon atau usulan stakeholder lainnya, 3) estimasi batas,
yaitu memperkirakan batas dari metaproblem,dalam hal ini analis membuat
distribuís frekuensi tentang aspirasi stakeholder atas masalah pendidikan yang
diajukan, analisis ini akan mengindara kesalahan memecahkan masalah yang
salah.
Analisis klasifikasi merupakan teknik untuk memperjelas konsep yang dipakai
untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan situasi masalah yang mengacu pada
klasifikasi pengalaman melalui penalaran induktif. Analisis klasifikasi didasarkan
pada dua prosedur utama yaitu pemecahan logis dan klasifikasi logis. Pemecahan
logis dilakukan dengan cara memilih dan memecah masalah kedalam bagian-
bagiannya, sedangkan klasifikasi logis bersifat sebaliknya. Meskipun tidak ada
cara yang pasti untuk apakah sistem klasifikasi benar atau tidak, namun beberapa
aturan dapat membantu meyakinkan para analis kebijakan pendidikan, melakukan
klasifikasi masalah relevan dengan situasi masalah dan konsisten secara logika
yaitu: 1) relevansi substansi, 2) bersifat saling terpisah (exhaustiveness),
3) ketidak bersamaan (disj0intness), eksklusif timbal balik, 4) konsisten,
5) berbeda tegas secara hirarki. Disamping itu salah satu pendekatan yang paling
berguna dalam analisis klasifikasi berfikir himpunan, yakni berfikir yang
melibatkan kajian hubungan antar himpunan satu dengan yang lainnya.
Analisis Hirarki, merupakan teknik untuk mengidentifikasi : 1) sebab-sebab
situasi masalah yang mungkin, yakni sebab atau situasi yang meskipun terpsah
jauh namun memberi kontribusi pada terjadinya suatu masalah; 2) sebab-sebab
yang masuk akan, yaitu sebab-sebab yang
6
mempengaruhi terjadinya suatu masalah pendidikan berdasarkan riset ilmiah dan
pengalaman langsung aktor pendidikan; dan 3) sebab-sebab yang dapat ditindak
lanjuti, yaitu sebab-sebab yang dapat dikontrol ayau dimanipulasi oleh pembuat
kebijakan. Sementara itu aturan untuk melaksanakan analisis hirarki sama dengan
analisis klasifikasi, perbedaannya adalah kalau dalam analisis klasifikasi
melibatkan pemecahan dan klasifikasi konsep secara umum, sedangkan dalam
analisis hirarki, analis membangun/mengetahui konsep-konsep/sebab-sebab
khusus yang mungkin, masuk akal, dan dapat ditindak lanjuti.
Sinektik adalam metode yang dirancang untuk mendorong kesadaran akan masalah-
masalah yang analog, untuk kemudian dikaji persamaan- persamaannya. Dalam
prakteknya analis dapat menghasilkan empat jenis analogi yaitu : 1) analogi
personal; 2) analogi langsung; 3) analogi simbolik; dan 4) analogi fantasi. Metode
ini mengandalkan pada analis secara individu dan kelompok untuk membuat
analogi yang tepat dari masalah Pendidikan. Curah pendapat (brainst0rming)
adalah metode menumbuhkan ide, tujuan dan strategi dalam mengidentifikasi
dan menarik konsep-konsep dari situasi masalah pendidikan. Metode ini dapat
didorong sebagai upaya menemukan sejumlah saran mengenai pemecahan
masalah yang potensial. Metode curah pendapat melibatkan beberapa prosedur
yaitu : 1) pembentukan kelompok curah pendapat; 2) proses pemunculan dan
evaluasi ide yang jelas; 3) suasana kegiatan curah pendapat yang terbuka; dan 4)
tahapan evaluasi ide yang dilakukan sesudah ide-ide sebelumnya terhimpun.
Metode ini dapat dilakukan dengan dialog, seminar, forum group discussion
(FGD) dan lainnya. Alat lain yang dapat dipakai dalam curah pendapat adalah
penyusunan skenario yang menggambarkan pokok-pokok kejadian masa depan
secara hipotetisyang akan mendorong penggunaan imaginasi yang konstruktif
berkaitan kejadian pendidikan di masa depan (proyeksi).
Analisis perspektif jamak, adalah metode untuk memperoleh pemahaman yang
lebih besar atas masalah pendidikan saat ini dan kedepannya sekaligus pemecahan
potensial dengan menerapkan secara
7
sistematis perspektif personal, organisasi dan teknis terhadap situasi masalah
pendidikan. Ciri utama dari metode ini adalah 1) perspektif teknis, memandang
masalah dan pemecahannya dalam bentuk model optimis dan dengan menggunakan
teori probabilitas, ekonometrik, dengan menekankan pada berfikir kausalitas, 2)
perspektif organisasi, memandang masalah pendidikan dan pemecahannya sebagai
bagian suatu kemajuan yang teratur darisuatu keadaan organisasi ke keadaan yang
lain, 3) perspektif personal, memandang masalah dan pemecahannya dalam
kerangka persepsi, nilai, dan kebutuhan individu. Ciri utama cara ini adalah
penekanannya pada intuisi, kharisma, kepemimpinan, dan kepentingan pribadi sebagai
faktor penentu kebijakan pendidikan itu sendiri.
2
Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses,(Yogyakarta: Media Presindo,2002).h 77-78
8
Dalam kenyataannya, pembuat kebijakan seringkali kehilangan arah dalam
menetapkan tujuan-tujuan kebijakan. Solusi kerapkali dipandang lebih penting
daripada masalah. Padahal yang terjadi seringkali sebaliknya dimana sebuah
solusi yang baik akan gagal jika diterapkan pada masalah yang salah.
Berdasarkan pengertian pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa formulasi
kebijakan merupakan cara untuk memecahkan suatu masalah yang di bentuk oleh
para aktor pembuat kebijakan dalam menyelesaikan masalah yang ada dan dari
sekian banyak alternatif pemecahan yang ada maka dipilih alternatif kebijakan
yang terbaik.
Proses perumusan kebijakan yang efektif memperhatikan keselarasan antara
usulan kebijakan dengan agenda dan strategi besar (grand design) pemerintah.
Melalui konsultasi dan interaksi, tahapan perumusan kebijakan menekankan
konsistensi sehingga kebijakan yang baru tidak bertentangan dengan agenda dan
program pemerintah yang sedang dilaksanakan.
Kemudian menurut Islamy dalam buku Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara mengemukakan pendapatnya bahwa ada empat langkah dalam proses
pengambilan kebijakan publik, yaitu:
Perumusan Masalah (defining problem).
Pemahaman terhadap masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi yang
tersembunyi, mendiaognosis penyebab- penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan
yang memungkinkan, memadukan pandangan yang bertentangan dan rancangan
peluang kebijakan baru. Perumusan masalah merupakan sumber dari kebijakan
publik, dengan pemahaman dan identifikasi masalah yang baik maka perencanaan
kebijakan dapat di susun, perumusan masalah dilakukan oleh mereka yang terkena
masalah atau orang lain yang mempunyai tanggung jawab dan pembuat kebijakan
harus mempunyai kapasitas untuk itu. Proses kebijakan publik di mulai dengan
kegiatan merumuskan masalah secara benar, karena keberhasilan atau kegagalan
dalam melaksanakan perumusan
9
kebijakan ini akan sangat berpengaruh pada proses pembuatan kegiatan ini akan
sangat berpengaruh pada proses pembuatan kebijaksanaan seterusnya.
Agenda Kebijakan
Sekian banyak problema-problema umum yang muncul hanya sedikit yang
mendapat perhatian dari pembuat kebijakan publik. Pilihan dan kecondongan
perhatian pemuat kebijakan menyebabkan timbulnya agenda kebijakan. Sebelum
masalah- masalah berkompotensi untuk masuk dalam agenda kebijakan, masalah
tersebut akan berkompetisi dengan masalah yang lain yang pada akhirnya akan
masuk dalam agenda kebijakan.3
3
Ibid, h.81
4
Ali Imron, Kebijakan Pendidikan di Indonesia:Proses,Produk,,Ed.I,(Cet.II;Jakarta:Bumi
Aksara,2002)h.60
5
Ibid, h.66
10
memperhatikan tuntutan masyarakat setelah kebijakan pendidikan tersebut selesai
dibuat dan diimplementasikan. Aspek partisipasi warga dari seluruh lapisan
masyarakat sangat penting baik sebelum, saat maupun sesudah perumusan
kebijakan pendidikan. Perumusan dengan menggunakan pendekatan model ini
membuat perumusan kebijakan pendidikan bersifat pasif, yaitu dimana perumusan
kebijakan baru dapat dilaksanakan apabila terdapat tuntutan dari masyarakat.
Pendekatan Man-Power Approach
Berbeda dengan pendekatan tuntutan sosial, pendekatan man- power ini lebih
menitik beratkan kepada pertimbangan- pertimbangan rasional. Dalam
merumuskan kebijakan pendidikan, pendekatan itu tidak memedulikan
keberadaan dan seperti apa tuntutan masyarakat. Perumusan kebijakan pendidikan
dilaksanakan oleh pengambil kebijakan berdasarkan dari apa yang menjadi
pertimbangan- pertimbangan rasional serta pandangan kedepan dari sudut
pandang mereka. Pendekatan ini melegitimasi kekuasaan pemerintah sebagai
pemimpin yang berwenang dalam merumuskan suatu kebijakan pendidikan.
Pendekatan jenis ini memang bersifat lebih otoriter dan terkesan kurang
menghargai demokrasi. Namun demikian, pendekatan jenis ini juga membawa sisi
positif dimana proses perumusan kebijakan pendidikan menjadi lebih efisien dan
memiliki dimensi usia jangka Panjang.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakekat dan tantangan perumusan masalah kebijakan Pendidikan adalah konsep
yang menjadi pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan kebijkan Pendidikan
adalah suatu produk yang dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan
Pendidikan yang disesuaikan dengan lingkungan hidup Pendidikan secara
moderat.Kebijakan Pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak,
Aspek-aspek yang tercakup dalam kebijakan Pendidikan meliputi kebijakan
Pendidikan di lahirkan dari ilmu Pendidikan, keterbukaan (openness),kebijakan
Pendidikan didukung oleh riset dan pengembangan, kebijakan di arahkan pada
terbentuknya masyarakat demokratis,kebijakan Pendidikan berkaitan dengan misi
Pendidikan dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu .Proeses perumusan
kebijakan Pendidikan yang efektif memperhatikan keselarasan antara usulan
kebijakan dengan agenda dan strategi besar pemerintah.Melalui konsultasi dan
interaksi, tahapan perumusan kebijakan menekankan konsistensi sehingga
kebijakan yang baru tidak bertentangan dengan agenda dan program pemerintah
yang sedang dilaksanakan. Dan dalam merumuskan suatu kebijakan, pemerintah
harus bijaksana sehingga apapun kebijakan yang dibuat tidak menimbulkan
permasalahn dikemudian hari.
3.2 Saran
Perumusna kebijakan pendidkan sangatlah penting untuk dilaksanakan agar tujuan
Pendidikan yang telah disusun dapat dicapai secara maksimal, Untuk merumuskan
kebijakan Pendidikan maka perlu diketahui model -model perumusan kebijakan
Pendidikan tersebut. Ada beberapa model perumusan kebijakan Pendidikan yaitu,
model kelembagaan, model system, model penyelidikan,model inkrementaris,
model analisis kebijakan, model pendekatan implemetasi kebijakan
public,masing-masing model kebijakan memiliki kelemahan dan kekuatan.Namun
kekuatan dan kelemahan tersebut dapat kita sesuaikan dengan kondisi perumusan
kebijakan tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron, 2002 Kebijakan Pendidikan di Indonesia Proses Produk,Jakarta Bumi Aksara
HAR Tilar dan Rian Nugroho. 2008 Kebijakan Pendidikan,Yogyakarta Pustaka Pelajar
13