Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Politik, Perubahan Sosial, Benchmarking dan


Kebijakan Pendidikan

Dosen Pembimbing : Dr. Aliwafa, M.Pd.I

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliyah :


ANALISIS KEBIJAKAN DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh kelompok 2 :


Umar
Ahmad Afandi
Hasanah Ilmi

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


UNEVERSITAS NURUL JADID
PAITON PROBOLINGGO 2022

i
KATA PENGANTAR

Pertama, Penulis memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis selalu dalam keadaan sehat
wal ‘afiyat dari awal dan sampai akhir dalam membuat makalah ini.

Kedua, Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, beliaulah satu-satunya Nabi yang dapat memberikan syafa’at di yaumil qiyamah nanti.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafa’at beliau, amin.

Alhamdulillahirabbil’alamin, setelah melalui beberapa proses akhirnya kelompok dapat


menyelesaikan makalah yang berjudul “Politik, Perubahan Sosial, Benchmarking dan Kebijakan
Pendidikan”.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
bantuan, bimbingan, nasehat, dan do’a dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada berbagai pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini, baik secara material maupun spiritual, di antaranya yaitu:

1. Dr. Aliwafa, M.Pd.I Selaku dosen mata kuliah Analisis Kebijakan Dan Problematika
Pendidikan Islam . terima kasih atas arahan, bimbingan, dan do’anya.
2. Teman-teman kami semua, terima kasih atas segala sesuatunya yang telah kalian berikan
kepada kami untuk selalu menyemangati kami.

Semoga dengan hal tersebut orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini semua amalnya dihitung sebagai ibadah dan mendapat belasan dari Allah SWT
dengan sebaik-baiknya balasan, amin.

Penulis juga memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam menganalisis suatu permasalahan, karena memang manusia dilahirkan tidak
akan luput dari lupa dan kesalahan.

Probolinggo, 12 November 2022

Penulis

(Kelompok)

ii
DAFTARISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. RumusanMasalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Masalah..........................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Analisis Kebijakan Pendidikan Islam .......................................................................4
B. Hubungan Antara Perubahan Sosial Dengan Pendidikan..........................................5
C. Benchmarking Dalam Lembaga Pendidikan..............................................................6
D. Kebijakan Pendidikan................................................................................................8
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan merupakan tulang punggung kemajuan sebuah peradaban, islam dalam hal ini
mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu dan ada pahala yang besar dalam sebuah usaha
mencari ilmu, sebuah negara akan mengalami kemajuan pesat jika system pendidikan yang
buatnya efektif, ada hubungan yang sangat erat kemajuan sebuah negara dengan keberhasilan
pendidikan yang dibangunnya, sehingga pendidikan menjadi salah satu kunci keberhasilan
sebuah Negara, oleh karena itu sudah menjadi selayaknya pendidikan ini merupakan tugas
dan tanggung jawab semua elemen dari masyarakat dan bangsa dari negara ini, negara harus
hadir dalam menciptakan system dan tatanan pendidikan yang efektif dan efisien dalam
memenuhi cita cita bersama.
Oleh karena itu tertuang di dalam UUD NKRI 1945 tentang kewajiban negara untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang hal ini dimaknai negara punya tanggung jawab besar
dalam membentuk mengawal dan mensukseskan pendidikan di Indonesia pada semua lapisan
masyarakat tanpa melihat Ras, suku dan agama
Dari hal di atas maka ada beberapa factor yang juga terlibat di dalmnya yaitu : factor politik
juga sangat mempengaruhi pendidikan karna pelaku, perumus dari sebuah kebijakan juga
lahir dari sebuah pergulatan politik yang panjang dapat kita ketahui bahwa politik negara
sangat berperan menentukan arah perkembangan pendidikan di suatu negara. Tidak
berlebihan kiranya bila banyak ahli yang berpendapat bahwa pendidikan sebagai salahsatu
upaya atau sarana untuk melestarikan kekuasaan negara, upaya peningkatan pendidikan juga
mengharuskan banyak cara yang di pakai salah satunya manajemen Bancmarkin sebagai alat
manajemen untuk senantiasa menganalisa kemajuan atau capian darisebuah system yang
dibuat bahkan ada kesempatan untuk mengadakan studi banding dengan negara lain yang
dipandang telah berdampak baik serta bisa mengadakan inovasi sesuai denga situasi dan
kondisi yang ada di Indonesia, kebijakan pendidikan yang di keluarkan oleh sebuah
pemerintahan dari hal yang terjadi dan daalam rangka pengadaan penyesuaian perbaiakan
secara terus – menerus merupakan sebuah keharusan sebagai pra syarat kemajuan pendidikan
di Indonesia.
Oleh karena itu berikut kami susun sebuah makalah yang akan mengulas tentang pendidikan
di Indonesia hal-hal yang akan berdampak langsung maupun tidak diantaranya politik,
perubahan social, bencmarking dan kebijakan pendidikan yang nantinya membantu
pemahaman bersama tentang hal – hal tersebut yang berdampak pada kemajuan pendidikan di
Indonesia.

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka dapat diajukan rumusan
masalah sebagai berikut: bagaimana hubungan antara politik, perubahan sosial, benchmarking
dan kebijakan pendidikan?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah, makalah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara politik, perubahan sosial, benchmarking dan kebijakan
pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Politik Dalam Bidang Pendidikan


1. Politik Sebagai Acuan Penyelenggaraan Pendidikan
Tantangan perkembangan dunia saat ini menuntut kemampuan sumber daya manusia
yang tangguh dan memiliki kreativitas yang tinggi, tetapi bagaimana negara mampu
menyiapkan SDM yang berkualitas tersebut masih mencari-cari pola hingga saat ini.
H.A.R. Tilaar (2003: 143) mengemukakan dua fungsi besar negara, yaitu: mewujudkan
kesejahteraan bagi rakyat banyak dan mempersatukan rakyat banyak tersebut dalam suatu
wadah yang disebut negara.
Kaitan antara pendidikan dan politik sangat erat bahkan selalu berhubungan sehingga
dengan keadaan tersebut dapat kita ketahui bahwa politik negara sangat berperan
menentukan arah perkembangan pendidikan di suatu negara. Tidak berlebihan kiranya
bila banyak ahli yang berpendapat bahwa pendidikan sebagai salahsatu upaya atau sarana
untuk melestarikan kekuasaan negara. Michael W. Apple dalam Tilaar (2003: 145)
menjelaskan bahwa politik kebudayaan suatu negara disalurkan melalui lembaga-lembaga
pendidikannya sehingga dalam pendidikan tersalur kemauan-kemauan politik atau sistem
kekuasaan dalam suatu masyarakat.
Upaya menanamkan suatu prinsip, doktrin dan kesepakatan-kesepakatan negara melalui
pendidikan dilakukan dengan cara yang tidak dapat ditelusur secara sekilas karena
biasanya berada secara implisit dalam suatu materi pendidikan atau kurikulum sehingga
secara tidak sadar sebenarnya masyarakat yang mengikuti dan memperoleh pendidikan
telah mendukung pula tujuan khusus negara tersebut.
Upaya untuk melestarikan kekuasaan negara secara umum dibedakan Tilaar (2003:145-
146) dalam beberapa sistem atau pendekatan, yaitu:
a. Moralisme Religius, dalam pendekatan ini Negara memberikan arah kepada
pendidikannya agar memelihara nilai-nilai moral religius yang dianut oleh negara.
Dalam sejarah pendidikan hal ini dikenal pada zaman scholastic.
b. Masa Aufklarung, munculnya intelektualoisme mendorong Negara mengarahkan
pendidikannya kepada pengembangan kemampuan berpikir yang merupakan dasar
dari kemajuan. Intelektualisme merupakan tujuan utama dalam pendidikan yang
diarahkan oleh negara.
c. Perkembangan Nasionalisme, dengan lahirnya Negara-negara bangsa pada abad 19,
terutama sesudah revolusi Prancis, maka pendidikan nasional merupakan tugas utama
dari negara. Pendidikan warga negara dilaksanakan di sekolah-sekolah dan mencapai

3
puncaknya dalam pendidikan totaliter seperti yang diselenggarakan oleh Nazisme,
totaliterisme, Fasisme, dan Komunisme.
d. Lahirnya Demokrasi, hal ini dikenal terutama dalam falsafah pendidikan yang
dikembangkan di Amerika Serikat oleh filsuf John Dewey, yang mengatakan bahwa
apabila kita berbicara mengenai demokratis maka kita memasuki wilayah pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana bagi tumbuh dan berkembangnya sikap demokrasi. Oleh
sebab itu pendidikan tidak dapat dilepaskan dari penyelenggaraan Negara yang
demokratis.
Sistem politik yang berlaku dalam suatu negara senantiasa terkait dengan kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh negara termasuk kebijakan dalam bidang pendidikan. Kaitan
tersebut terletak pada:
a) Perumusan kebijakan
b) Proses legitimasi
c) Proses penyampaian pada khalayak
d) Proses pengkomunikasian
e) Proses pelaksanaan, dan
f) Proses evaluasi
2. Pendidikan sebagai wahana pembangunan politik
Mochtar Buchori dalam Sindhunata (2000: 19-20) mengemukakan alasan kemerosotan
periode saat ini dalam perpolitikan dalam tiga generalisasi, yaitu
a) Perbedaan dalam perilaku politik disebabkan oleh perbedaan dalam mutu pendidikan
dasar yang mereka terima sebelum mereka memasuki kehidupan politik, generasi Dr.
Sutomo hingga Soekarno mendapatkan pendidikan dasar yang sangat kuat yang
mampu melahirkan kemampuan dan semangat intelektual yang tinggi dan sebagai
bekal yang lengkap dan memadai sebagai landasan kehidupan politik dikemudian
hari. Kondisi demikian tidak terjadi paska tahun 1945 dimana terjadi kemerosotan
mutu pendidikan kita secara cepat sehingga tidak mampu menghasilkan seseorang
yang tangguh dan profesional bukan sekedar figure semata
b) Perbedaan disebabkan karena politik sebelum kemerdekaan dihuni oleh “the educated
minority”, yaitu kelompok anggota masyarakat minoritas yang mengenyam
pendidikan cukup tinggi, sedangkan paska kemerdekaan dunia politik dikuasai oleh
golongan masyarakat yang relative kurang terdidik tetapi mampu menggalang
dukungan dari masyarakat.
c) Perbedaan dalam Zeitgeist, perbedaan dalam semangat zaman antara zaman sebelum
kemerdekaan dengan era paska kemerdekaan. Semangat zaman periode 1908-1945
sangat berbeda dengan zaman yang hidup dalam masyarakat kita dalam periode
setelah kemerdekaan

4
B. Hubungan Antara Perubahan Sosial Dengan Pendidikan
Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola
budaya dalam kehidupan tatanan masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala
umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan ini terjadi pula
sesuai dengan kehendak, hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu menginginkan
perubahan. Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan suatu bentuk dari seni dan budaya
manusia yang terus berubah, berkembang dan sebagai alternatif yang paling rasional dan
memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan maupun perkembangan. Hubungan antara
perubahan sosial dengan pendidikan adalah terjadinya perubahan pada struktur dan fungsi
dalam sistem sosial dan termasuk di dalamnya adalah pendidikan, sebab karena pendidikan
ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal, informal maupun non formal.
1) Pengertian dan Proses Perubahan Sosial Budaya
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia perubahan berarti hal, keadaan berubah,
peralihan, pertukaran. Sedangkan sosial adalah hal yang berkenan dengan masyarakat.
Perubahan sosial adalah berubahnya sebuah struktur atau susunan sosial kemasyarakatan
dalam kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap tatanan kehidupan bermasyarakat, perubahan ini juga terjadi
sesuai hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu menginginkan perubahan dari satu
keadaaan kepada keadaan lainnya yang lebih baik.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola yang
ada dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan
perubahan. Hirscahman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan
penyebab dari perubahan. Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor.
Diantaranya komunikasi, cara, pola piker masyarakat, faktor internal dan faktor eksternal
seperti: perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau resolusi,
bencana alam, perubahan iklim, peperangan dan pengaruh budaya lainnya
Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur budaya materil dan immaterial,
artinya setiap unsur budaya masyarakat yang bersifat materil dan immaterial juga
mempunyai kecenderungan terhadap perubahan. Berbeda dengan apa yang disampaikan
oleh Kingleys Davis yang mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat sehingga akan disebut sebagai
perubahan sosial kalau tatanan dan fungsi masyarakat yang berubah. Sebagai contoh
ketika muncul persatuan pekerja atau organisasi buruh yang di dalam masyarakat
kapitalis menyebabkan perubahan hubungan antar pekerja dengan majikan yang
kemudian berimplikasi juga pada berubahnya organisasi ekonomi atau bahkan politik.

5
2) Dampak Perubahan Sosial Terhadap Pendidikan
Implikasi dari perubahan suatu sistem budaya yang dianut dalam masyarakat
mengakibatkan terjadinya pengaruh yang signifikan terhadap nilainilai budaya tersebut
dalam penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sistem pendidikan harus
memperhatikan nilai-nilai budaya
Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap pendidikan adalah dengan terus
dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan, juga dampak
pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu (quality
oriented), yaitu akan peningkatan kualitas pembelajran unggul sehingga menghasilkan
output yang berkualitas. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat
berpengaruh pada pendidikan, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi
berdampak positif, tetapi ada juga perubahan sosial yang menghasilkan akibat buruk bagi
dunia pendidikan, berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap
pendidikan
a. Dampak positif.
Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi pendidikan adalah dapat meningkatkan
taraf pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia
yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut.
b. Dampak negatif
Sedangkan dampak negative dari suatu teknologi yang begitu pesat yang membuat
banyak pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan cara hidup.
Siaran televisi dan akses internet yang sudah biasa dilakukan dimana saja, menjadi
tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan untuk mengantisipasinya, jika tidak siap
terhadap perubahan tersebut, maka siapapun akan tergusur, namun jika tidak maka
para pegiat pendidikan senantiasa berinovasi dan berkreasi dalam mengantisipasi
perubahan tersebut, dengan menggunakan fasilitas teknologi tersebut

C. Benchmarking Dalam Lembaga Pendidikan


1) Pengertian Benchmarking
Pada awalnya, benchmarking hanya dikenal di dunia bisnis. Namun, saat inibenchmarking
telah diadopsi oleh berbagai lembaga pendidikan di luar negeri, sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Definisi benchmarking baik di bidang bisnis maupun
pendidikan pada hakikatnya adalah sama. Definisi benchmarking dalam bidang bisnis
adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Watson, yang menyatakan bahwa
benchmarking merupakan kegiatan pencarian secara berkesinambungan dan penerapan
secara nyata praktik-praktik yang lebih baik yang mengarah pada kinerja kompetitif
unggul.

6
Sementara itu, definisi benchmarking dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
Benchmarking adalah suatu kegiatan untuk menetapkan standard dan target yang akan
dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu,
kelompok, organisasi ataupun lembaga. Ada sebagian orang menjelaskanbenchmarking
sebagai uji standar mutu. Maksudnya adalah menguji atau membandingkan standar mutu
yang telah ditetapkan terhadap standar mutu pihak lain, sehingga juga muncul istilah rujuk
mutu. Secara umum benchmarking digunakan untuk mengatur dan meningkatkan kualitas
pendidikan dan standar akademik (Ruswidiono, 2011) Goetsch dan Davis
mendefinisikannya sebagai proses pembanding dan pengukuran operasi atau proses
internal organisasi terhadap mereka yang terbaik dalam kelasnya, baik dari dalam maupun
dari luar institusi (Tjitono & Diana, 2003)
Berdasar berbagai definisi diatas jika dicermati memiliki banyak persamaan yaitu
benchmarking merupakan salah satu cara untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dan
kemudian mengadaptasi dan memperbaikinya agar dapat diterapkan pada institusi yang
melaksanakan benchmarking tersebut. Benchmarking merupakan proses belajar yang
berlangsung secara sistematis, terus menerus, dan terbuka. Berbeda dengan penjiplakan
(copywriting) yang dilakukan secara diam-diam, kegiatan benchmarking merupakan
tindakan legal dan tidak melanggar hukum. Dalam dunia bisnis modern meniru dianggap
sah asal tidak dilakukan secara langsung dan mentah-mentah. Benchmarking memang
dapat diartikan sebagai meniru dari paling hebat untuk membuatnya sebagai referens
(Yami, 2002). Kegiatan ini dilandasi oleh kerjasama antar dua buah institusi untuk saling
menukar informasi dan pengalaman yang sama-sama dibutuhkan
2) Tujuan dan Azas Benchmarking
a. Tujuan
Tujuan utama benchmarking adalah untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dari
sebuah institusi pendidikan yang terbaik dikelasnya, dan kemudian mengadaptasi serta
memperbaikinya untuk diterapkan pada institusi yang melaksanakan benchmarking
tersebut, diberbagai bidang. Benchmarking tidak sekedar mengumpulkan data,
melainkan yang lebih penting adalah apa rahasia dibalik pencapaian kinerja yang
terlihat dalam data yang diperoleh. Benchmarking membutukan kesiapan Fisik dan
Mental. Secara Fisik karena dibutuhkan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi
yang matang untuk melakukan benchmarking secara akurat. Sedangkan secara Mental
adalah bahwa pihak manajemen pendidikan harus bersiap diri bila setelah dibandingkan
dengan pesaing, ternyata mereka menemukan kesenjangan yang cukup tinggi (Rahman,
2013).
b. Beberapa azas dari benchmarking,
yaitu; pertama, benchmarking merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan
mengapa suatu institusi pendidikan dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara lebih
baik dibandingkan dengan yang lainnya. Kedua, fokus dari kegiatan benchmarking
diarahkan pada praktik terbaik dari institusi lainnya. Ketiga, praktik banchmarking
berlangsung secara sistematis dan terpadu dengan praktik manajemen lainnya, misalnya
7
TQM, corporate reengineering, analisis pesaing, dll. Terakhir kegiatan benchmarking
perlu keterlibatan dari semua pihak yang berkepentingan, pemilihan yang tepat tentang
apa yang akan di-benchmarking-kan, pemahaman dari organisasi itu sendiri, pemilihan
mitra yang cocok, dan kemampuan untuk melaksanakan apa yang ditemukan dalam
praktiknya. (Suryana, 2005)
c. Manfaat Benchmarking
(Jens, 2007) secara umum manfaat yang diperoleh dari benchmarking dapat
dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, perubahan budaya (Cultural Change) yaitu
benchmarking memungkinkan lembaga pendidikan untuk menetapkan kinerja baru yang
lebih realisitis, selain itu benchmarking juga berperan meyakinkan setiap pelanggan
akan kredibilitas target. Misal, mempertegas visi misi lembaga pendidikan tersebut.
Kedua, perbaikan kinerja (Performance Improvement) yaitu, benchmarking membantu
lembaga pendidikan untuk mengetahui adanya kesenjangan tertentu dalam kinerja untuk
memilih proses yang akan diperbaiki. Ketiga, peningkatan kemampuan sumber daya
manusia (Human Resources) yaitu, benchmarking memberikan dasar pelatihan,
berbagai pihak menyadari adanya kesenjangan antara apa yang mereka kerjakan dengan
apa yang dikerjakan orang lain di institusi lain. Keterlibatan semua pihak dalam
memecahkan permasalahan sehingga SDM mengalami peningkatan kemampuan dan
keterampilan. Apalagi sinergi antara kegiatan organisasi ditingkatkan melalui kerjasama
lintas fungsional.

D. Kebijakan Pendidikan
1. Pengertian kebijakan pendidikan
Kebijakan merupakan aktivitas politik yang dilaksanakan dengan sengaja berdasarkan
pemikiran yang bijaksana dan terarah yang dilakukan oleh organisasi, lembagai maupun
intansi pemerintah dalam memecahkan permasalahan untuk mendapatkan keputusan yang
sesuai dengan tujuan (Risnawan, 2017).
Setiap aspek kehidupan terdapat kebijakan masing-masing yang dijadikan pedoman dan
panduan dalam melakukan aktivitas dan membatasi prilaku sehingga lebih jelas dan
terarah. Kebijakan ini pun berlaku pada sistem pendidikan yang disebut dengan kebijakan
pendidikan. Kebijakan pendidikan ada dikarenakan munculnya permasalahan-
permasalahan yang terjadi di bidang pendidikan (Sutapa, 2008).
Kebijakan pendidikan merupakan sebuah aktivitas dalam merumuskan langkah maupun
tahapan dalam penyelenggaraan pendidikan melalui penjabaran visi misi pendidikan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan pada waktu tertentu (Fatkuroji, 2017).
Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengelola khusus bidang
pendidikan serta berhubungan dengan alokasi, penyerapan dan distribusi sumber
pelaksanaan pendidikan maupun pengelolaan perilaku pendidikan (Bakry, 2010). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang berhubungan

8
dengan bidang pendidikan dalam proses penjabaran visi misi pendidikan agar tercapainya
tujuan pendidikan melalui langkah strategis pelaksanaan pendidikan.
2. Komponen Kebijakan Pendidikan
Charles O. Jones (1979) menyatakan ada 5 komponen kebijakan pendidikan yaitu;
1) Goal (Tujuan). Tujuan diartikan sebagai hasil yang ingin didapatkan oleh individu
maupun kelompok dalam rentang waktu yang ditetapkan. Tujuan dirancang sebagai
langkah awal dalam merencanakan suatu kegiatan. Sebuah kebijakan pendidikan harus
memiliki tujuan yang jelas agar proses penerapanya terarah. Tujuan kebijakan
pendidikan harus dibuat rasional agar mudah diterima oleh berbagai pihak;
2) Plans (Rencana). Setelah tujuan pendidikan dirancang maka selanjutnya adalah
membuat perencanaan kerja yang lebih spesifik agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Rencana kerja dibuat bertujuan untuk proses manejemen dan penerapan
kebijakan pedidikan agar proses pengeimplementasianya terarah dan jelas;
3) Programme (Program). Setelah perencanaan kerja dibuat maka selanjutnya adalah
proses pengembangan program. Program merupakan aktivitas berupa proyek yang
nyata berdasarkan tujuan yang telah didesain sebelumnya. Program merupakan upaya
yang dilakukan agar tercapainya tujuan dengan cara melihat tingkat keberhasilannya.
Pembuatan kebijakan pendidikan diharapkan untuk dapat mengembangkan beberapa
alternatif yang dapat dijadikan pertimbangan ketika proses pengambilan keputusan;
4) Decision (Keputusan). Keputusan merupakan sebagai bentuk tindakan dalam
penentuan tujuan, pembuatan rencana program, pelaksanaan program, dan proses
evaluasi program. Pengambilan keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
uji coba terhadap alternatif-alternatif kebijakan pendidikan. Hasil keputusan kebijakan
pendidikan harus bersifat rasionalitas agar hasil tersebut dapat diterima oleh berbagai
pihak;
5) Efects (Dampak). Dampak merupakan pengaruh yang ditimbulkan setelah kebijakan di
laksanakan. Dampak ini dapat berupa sengaja maupun ketidaksengajaan baik berupan
dampak priimer maupun dampak sekunder. Dampak juga dapat berupa dampak positif
maupun dampak negatif.
Komponen-komponen ini lah yang dapat melahirkan sebuah kebijakan pendidikan. Tanpa
adanya salah satu dari komponen tersebut maka tidak akan berjalannya kebijakan
pendidikan. Kelima komponen ini saling berhubungan dan mendukung satu dengan yang
lainnya.
Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang berhubungan dengan bidang pendidikan
dalam proses penjabaran visi misi pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan melalui
langkah strategis pelaksanaan pendidikan. Komponen kebijaka pendidikan terdiri dari lima
yaitu tujuan, rencana, program, keputusan, dan dampak. Karakteristik kebijakan pendidikan
yaitu memiliki tujuan pendidikan, memenuhi aspek legal-formal, memiliki konsep
operasional, dibuat oleh yang berwenang, dapat dievaluasi dan memiliki sistematika.
Pendekatan dalam pengimplementasian kebijakan pendidikan terdiri dari pendekatan
struktural, pendekatan prosedural dan manejerial, pendekatan prilaku dan pendekatan politik.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan bukan alat politik tetapi politik adalah pendidikan dan sebaliknya pendidikan
yang tidak dapat memilih bukan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan negara. (memilih
dalam hal ini adalah kebijakan-kebijakan yang sesuai atau bermanfaat bagi individu warga
negara). Di sisi lain supremasi hukum dapat tercapai lewat pendidikan yang termaktub dalam
tujuan negara Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat dengan sistem politik yang
berkedaulatan rakyat.
Di sisi lain perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tentunya sangat berpengaruh pada
dunia pendidikan. Masalah-masalah sosial pendidikan yang muncul di tengah masyarakat juga
di alami dunia pendidikan. Sehingga sosiologi pendidikan memainkan perannya untuk ikut
memformat pendidikan yang mampu berkiprah secara kontekstual. Sistem, muatan, proses,
dana arah pendidikan perlu di tata ulang dan diatur secara khusus sehingga mampu menjawab
sekaligus bermain di arena perubahan sosial budaya tersebut. Penggunaan alat dan sarana
kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan pola pikir dan sikap manusia untuk
memproduk nilai-nilai baru sesuai dengan intensitas pengaruh teknologi terhadap tatanan
kehidupan sosial budaya. Dalam hal ini, pendidikan menjadi instrument kekuatan sosial
masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota masyarakat yang relevan
dengan tuntutan dan perubahan zaman.
Benchmarking dalam Pendidikan adalah suatu aktivitas dimana suatu Lembaga
Pendidikan mengadakan evaluasi diri secara kontinu, dengan membandingkan dirinya dengan
institusi lain yang terbaik, sehingga lembaga tersebut dapat mengidentifikasi, mengadopsi dan
mengaplikasikan praktik praktik yang lebih baik secara signifikan. Tujuan utama
benchmarking adalah untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dari sebuah institusi
pendidikan yang terbaik dikelasnya, dan kemudian mengadaptasi serta memperbaikinya untuk
diterapkan pada institusi yang melaksanakan benchmarking tersebut, diberbagai bidang.
Benchmarking tidak sekedar mengumpulkan data, melainkan yang lebih penting adalah apa
rahasia dibalik pencapaian kinerja yang terlihat dalam data yang diperoleh.
Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang berhubungan dengan bidang
pendidikan dalam proses penjabaran visi misi pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan
melalui langkah strategis pelaksanaan pendidikan. Komponen kebijakan pendidikan terdiri
dari lima yaitu tujuan, rencana, program, keputusan, dan dampak. Karakteristik kebijakan
pendidikan yaitu memiliki tujuan pendidikan, memenuhi aspek legal-formal, memiliki konsep
operasional, dibuat oleh yang berwenang, dapat dievaluasi dan memiliki sistematika.
Pendekatan dalam pengimplementasian kebijakan pendidikan terdiri dari pendekatan
struktural, pendekatan prosedural dan manejerial, pendekatan prilaku dan pendekatan politik
Sehingga keempat hal tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan
dalam mendukung satu dengan lainnya pada bidang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
10
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet. 5 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), h. 304
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Terj. Paulus Wirutomo, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003
Tirtosudarmo Riwanto, Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Indosenia,
Jakarta: Gramedia Widiasarma Indonesia, 1994
Syafaruddin dan Irawan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum Teaching,
2005
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet. 5 (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), h. 304
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Terj. Paulus Wirutomo, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003
Tirtosudarmo Riwanto, Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Indosenia,
Jakarta: Gramedia Widiasarma Indonesia, 1994
Syafaruddin dan Irawan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum Teaching,
2005
Badan Akreditasi Sekolah Nasional. (2004). Instrumen Evaluasi Diri Sekolah. Jakarta:
Depdiknas. Cahyana, A. (2010).
Upaya Peningkatan Mutu Sekolah melalui Satuan Otonomi Pendidikan. Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 16(2),
Purnama, N. (2006). Manajemen Kualitas Perspektif Global. Yogyakarta: Ekonisia. Rahman,
T. (2013). Benchmarking. Jakarta: Universitas Esa Unggul
Tjitono, F., & Diana, A. (2003). Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset. Yami,
Z. (2002).
Ekonisia. Zaedun, A. (2011). Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta:
Benchmarking Standar Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Pusat Mutu
Akib, H. (2012). Implementasi kebijakan: Apa, mengapa dan bagaimana. Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Publik, 1(1), 1-11.
Anwar, M. E. (2017). Menelusuri Kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia. Edukasi Islami:
Jurnal Pendidikan Islam, 3(05), 1-10.
11
Azhari, U. L., & Kurniady, D. A. (2016). Manajemen pembiayaan pendidikan, fasilitas
pembelajaran, dan mutu sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan, 23(2), 1-10.
Bakry, A. (2010). Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Jurnal Medtek, 2(1), 1-
13. Dewi, R. (2016). Kebijakan pendidikan di tinjau dari segi hukum kebijakan publik. Jurnal
Ilmu Hukum, 7(2), 58-71.
Fatkuroji, F. (2017). Implementasi Kebijakan Pembelajaran Terpadu dan Minat Pelanggan
Pendidikan. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 2(02), 28-40.
Hakim, L. (2016). Pemerataan akses pendidikan bagi rakyat sesuai dengan amanat Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. EduTech: Jurnal Ilmu
Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(1), 1-10

12

Anda mungkin juga menyukai