Anda di halaman 1dari 15

ISU-ISU KEBIJAKAN PENDIDIKAN

“Makalah ini disusun untuk memenuni tugas pada mata kuliah


“ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN”

DosenPengampu : ANWAR SAJALI, M.Pd

Oleh:
HADISTI NUR INDRAYI
ROSSALINA
SYAHGUSTIARA FANI

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
TEBING TINGGI DELI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Segala
puji dan syukur kita atas kehadirat_Nya, yang telah memberikan kesempatan, nikmat, sehat, dan
segala rahmat, hidayah, serta inayah_Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang “ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN”. Makalah ini telah disusun
dengan semaksimal mungkin. Akan tetapi, penulis juga menyadari bahwa makalah ini tentu
masih terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari rekan-
rekan dan Bapak dosen demi kesempurnaan makalah ini dan sebagai penyemangat penulis dalam
menyusun makalah dan agar kedepannya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan banyak pengetahuan serta manfaat kepada pembaca.

Tebing tinggi, 13 April 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

A. Konsep Isu Isu Kebijakan..........................................................................................


B. Isu-isu krisis kebijakan pendidikan; kategori standar nasional pendidikan (SNP)....
C. Lingkup Standar Nasional Pendidikan (SNP)...........................................................
D. Muatan Isu Kritis Dalam Standar Nasional Pendidikan............................................
E. Isu-Isu Kebijakan Pendidikan....................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. KESIMPULAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan mendasar dalam pendidikan pada zaman tekhnologi dan informasi sekarang ini
di pandang sebagai problem yang sangat luar biasa sulit di berbagai negara. Sekalipun demikian,
negara-negara yang peduli terhadap masalah ini mengakui bahwa pendidikan merupakan tugas
negara yang maha penting. Pendidikan merupakan kunci dalam membangun dan memperbaiki
sikap individu  dalam menghadapi keadaan dunia yang terancam oleh berbagai otensi bencana
yang mungkin diawali oleh pemanasan global. Tanpa kunci itu, usaha tersebut akan gagal.
Dalam konteks tersebut, setiap negara terus melakukan peningkatan pendidikan masing-
masing. Misalnya, melakukan perubahan sistem pendidikan guna mencapai kualitas atau mutu
pendidikan yang terus menerus menuju ke arah lebih baik. Hal ini perlu diupayakan secara serius
dan fokus karena peradaban masyarakat bangsa Indonesia ditentukan oleh cara pendidikan
dijalani oleh masyarakat.
Cara dan sistem pendidikan yang sudah berakar dalam dan bertahan lama di negeri ini
membutuhkan reformasi pendidikan secara menyeluruh. Dalam konteks ini, pemerintah mencoba
memotong kompas dengan gagasan untuk menyamaratakan mutu pendidikan di Indonesia. Akan
tetapi, upaya ini sering menjadi sasaran kritik dan kecaman karena belum meratanya taraf
kehidupan di tiap-tiap wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, pemerataan standar pendidikan
yang mengacu pada standar nasional harus dilaksanakan secara bertahap . sesuai dengan taraf
kehidupan masyarakat di tiap-tiap wilayah.
Pengambilan kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah tentu harus
disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan perkembangan jaman, dalam pengambilan kebijakan
pemerintah harus mempertimbangkan berbagai paktor ytang terkait dan mempertimbangkan isu
isu terutama isu isu tentang kebutuhan pendidikan di tengah tengah masyarakat.disamping itu,
isu utama pendidikan saat ini adalah urgensi dari pemerataan pendidikjan di seluruh wilayah
Negara kesatuan republic Indonesia  baik dari segi kualitas mapun kuantitas pendidikan. Oleh
karena itu, pemaparan di atas yang menjadi latar belakang utama kami dalam membahas isu isu
kebijakan pendidikan, karena hal ini dipandang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh
mahasiswa manajemen pendidikan islam pada khususnya dan seluruh pelajar serta masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep Dan Teori Kebijakan Pendidikan?
2. Bagaimanakah Konsep Isu Isu Kebijakan Pendidikan?
3. Bagaimanakah Relitas Isu Isu Kebijakan Pendidikan Di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk Mempelajari Konsep Dan Teori Kebijakan Pendidikan
2. Untuk Memahami Konsep Isu Isu Kebijakan Pendidikan
3. Untuk Mengetahui Relitas Isu Isu Kebijakan Pendidikan Di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Isu Isu Kebijakan


1. Pengertian Isu Isu Kebijakan
Isu kebijakan public sangat penting dibahas untuk membedakan istilah yang dipahami
dalam perbincangan sehari hari, yang sering di artikan sebagai kabar burung. isu dalam sebuah
kebijakan memiliki lingkup luas, yang meliputi berbagai persoalan yang ada ditengah tengah
masyarakat. Oleh karena itu, memahami konsep isu sangat membantu para analis untuk
menganalisis kebijakan public.
Isu kebijakan (polici isues) lazimnya muncul karena telah terjadi silang pendapat diantara
para actor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan
mengenai karakter permasalahan isu dapat diartikan sebagai problema public yang saling
bertentangan (konflik) satu sama lain (controversial public problem).
Dengan demikian, isu kebijakan public merupakan produk atau dari adanya perdebatan
baik tentang perumusan perincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu.
Dunn (1995) menyatakan bahwa isu kebijakan tidak hanya mengandung ketidak sepakatan
mengenai arah tindakan yang actual dan potensial, tetapi juga mencerminkan pertentangan dan
pandangan mengenai sifat masalahnya. dengan demikian, isu kebijakan merupakan hasil
perdebatan tentang devinisi, klasipikasi, eksplanasi,  dan evaluasi masalah.1
Pada sisi lain, hogwood dan gun (1972) menegaskan bahwa isu bukan hanya mengandung
makna adanya masalah atau ancaman, melainkan juga peluang peluang bagi tindakan positif
tertentu dan kecenderungan yang dipersepsikan memiliki nilai potensial yang signifikan. isu
merupakan kebijakan alternative (alternative policies) atau suatu proses yang dimaksudkan untuk
menciptakan kebijakan baru, atau kesadaran suatu kelompok mengenai kebijakan tertentu yang
dianggap bermanfaat bagi mereka (alford dan friedhan 1997)
2. Peringkat Isu Isu Kebijakan
Berdasarkan peringkatnya, menurut dunn (1995) isu kebijakan public secara berurutan
dapat dibagi menjadi empat katagori besar yaitu :

1 Suharsimi Arikunto. Organisasi dan Administrasi Teknologi Kejuruan. (Jakarta: Depdikbud, 1998)
a. Isu utama
Isu utama(bojar isues) secara khusus ditemui pada tingkat pemerintah tertinggi di
dalam atau diantara jurisdiksi/wewenang pedral, negara bagian dan local. Isu isu utama
secara khusus meliputi pertanyaan tentang misi suatu instansi yaitu pertanyaan tentang sifat
dan tujuan organisasi pemerintah. Isu seperti apakah kementrian pendidikan dan pelayanan
masyarakat harus berusaha menghilangkan kondisi yang menimbulkan kemiskinan adalah
pertanyaan mengenai misi lembaga.
b. Isu sekunder
Isu sekunder (sekundary usues) adalah isu yang terletak pada tingkat instansi
pelaksana program di tingkat pemerintahan fedral, Negara bagian, dan local. Isu ini dapat
berisi isu prioritas program dan definisi klompok sasaran dan penerima dampak.  Isu
mengenai cara mendefinisikan kemiskinan keluarga adalah isu yang kedua.
c. Isu fungsional
Isu fungsional (functional isues) terletak di antara tingkat program dan proyek, serta
memasukan pertanyaan yang mengacu pada masalah anggaran, keuangan dan usaha untuk
memperolehnya.
d. Isu minor
Isu minor (minor isues) adalah isu yang ditemukan paling sering pada tingkat proyek
yang spesifik. Isu minor meliputi personal, staf, keuntungan bekerja, waktu liburan, jam
kerja, dan petunjuk pelaksanaan dan peraturan
3. Pentingnya Isu Kebijakan Untuk Dicermati
Menurut wahab (2001) isu kebijakan mencakup hal hal berikut:
1. Proses pembuatan kebijakan publik  di sistem politik mana pun lazimnya berangkat dari
adanya tingkat kesadaran tertentu atas suatu masalah atau isu tertentu.
2. Derajat keterbukaan, yaitu tingkat relatif demokratis atau tidaknya suatu sistem politik di
antaranya dapat di ukur melalui mekanisme mengalirnya isu menjadi agenda kebijakan
pemerintah dan pada akhirnya menjadi kebijakan public.

B. Isu-isu krisis kebijakan pendidikan; kategori standar nasional pendidikan (SNP)


1. Pengertian Standar Nasional Pendidikan
Menurut peraturan pemerintah nomor 19 tahgun 2005 bab 1 pasal 1 ayat 1, yang
dimaksud standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
diseluruh wilayah hukum Negara kesatuan republic Indonesia. Dengan kata lain, setiap lembaga
pendidikan dituntut untuk memenuhi kriteria minimum yang telah ditentukan. Hal tersebut
dilaksanakan agar tujuan pemerataan pendidikan diseluruh wilayah hokum Negara kesatuan
republik Indonesia.
2. Substansi Kebijakan Standar Nasional Pendidikan
Dalam pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan, harus ada yang menjamin dan
mengendalikan mutu pendidikan sehingga sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Pemerintah melakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Ketiga proses ini dilaksanakan untuk
menentukan layak tidaknya lembaga pendidikan yang berstandar nasional.
3. Tujuan standar nasional pendidikan
Standar nasional pendidikan bukan hanya bertujuan memeratakan standar mutu
pendidikan di Negara kesatuan republic indonesdia, melainkan juga untuk memenuhituntutan
perubahan local, nasional, dan global. Karena mutu pendidikan di Indonesia telah jauh tertinggal
dari Negara asean yang lain, peningkatan pada segi pendidikan akan terus terjadisehingga mutu
pendidikan di Indonesia dapat bersaing dengan yang lain.

C. Lingkup Standar Nasional Pendidikan (SNP)


Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 ada 8 standar yang menjadi
sorotan dalam melaksanakan standar nasional pendidikan yaitu:
1. Standar isi
Standar isi adalah ruanglingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kreteria kompetensi tamatan, kompetensi kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
Standar isi mencakup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Setiap jenjang memiliki kompetensi yang berbeda,
mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Dalam standar isi termuat kerangka dasar
dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender
pendidikan/akademik, yang berguna untuk pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
2. Standar proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikanyang berkaitan dengan proses
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Proses pembelajaran seharusnya dilaksanakan secara intraktif, insfiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat danperkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.hal tersebut sangat membantu dalam perkembangan akal dan
mental pesertadidik.
3. Standar kompetensi lulusan
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilayan
dalam dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
4. Standar pendidik dan ketenaga pendidikan
Standar pendidik dan tenaga kependidikan kreteria pendidikan prajabatan dan kelayakan
fisik ataupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi
akademis dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi para pendidik, diantaranya:
a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1);
b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendiikan yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan; dan
c. Sertifikat profesi guru untuk jenjang yang dia geluti
5. Standar sarana dan prasarana
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kreteria minimal tentang ruang belajar, berolahraga, tempat beribadah, oerpustkaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermaintempat berkreasi,serta sumber belajar lain. Setiap
lembaga pendidikanwajib memiliki sarana dan prasarana yang telah ditentukan.
6. Standar pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satua pendidikan,
kabupaten, kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
7. Standar pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya oprasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Ada tiga maca biaya dalam standar ini yaitu;
1) Gaji dan tunjangan pendidikan dan tenaga kependidikan
2) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
3) Biaya oprasi pendidikan tidakj langsung seperti air, sarana dan prasarana pajak asuransi
dan lain sebagainya.
8. Standar penilaian pendidikan
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur dan instrument penilaian hasil belajar pesetadidik. Penilaian dilakukan
secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.

D. Muatan Isu Kritis Dalam Standar Nasional Pendidikan


Adapun beberapa alasan yang menyebabkan belum layaknya Standar Nasional
Pendidikan diterapkan secara nasional adalah sebagai berikut.
1. Pertumbuhan Ekonomi Yang Tidak Merata Di Setiap Daerah
Kenyataan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berandil besar dalam
perkembangan aspek kehidupan lain, tidak terkecuali pendidikan. Di daerah yang memiliki hasil
alam tinggi, perkembangan pendidikannya tidak sesuai dengan harapan. Walaupun sudah
dikeluarkan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah (OTDA), pembangunan dalam
bidang pendidikan masih tidak menentu karena sifat pemerintah pusat tidak mempersiapkan
sumber daya untuk menjalankan sistem pendidikan yang sekarang sedang berjalan. Dengan
demikian, pemerintah pusat terkesan setengah-setengah dalam pemberian wewenang untuk
mengurusi pendidikan di daerah.2
Murip Yahya (2009:80) menyatakan bahwa pada dasarnya otonomi daerah memberikan
peluang kepada pengelola pendidikan untuk mengembangkan lembaga pendidikan, antara lain :

2 Stephen Robbin .Perilaku Organisasi (Jakarta: Preshindo.1997)


a. Merumuskan tujuan institusi yang megacu pada tujuan nasional
b. Merumuskan dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
masyarakat suatu daerah.
c. Menciptakan situasi belajar dan mengajar yang mendukung pelaksanaan dan pengembangan
kurikulum yang telah ditetapkan.
d. Mengembangkan sistem evaluasi yang tepat dan akurat, baik dari prestasi siswa maupun
penyelenggaraannya.
2. Sarana Fisik Yang Kurang Memadai
Masih banyak sekolah dan perguruan tinggi yang keadaan gedugnya tidak layak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, koleksi buku perpustakaannya kurang
lengkap, penggunaan teknologi informasi yang kurang memadai dan sebagainya.
Sebagai contoh adalah pendidikan di Papua yang sangat jauh tertinggal dibandingkan
dengan ulau Jawa. Pengadaan sarana dan prasarana di Papua tidak sesuai kebutuhan sehingga
peningkatan mutu pendidikan didi sana sangat lambat. Seharusnya pemerintah lebih
memerhatikan  daerah tertinggal (desa) daripada mengurusi pendidikan di daerah maju (kota)
yang lebih dapat dipantau. Hal ini akan lebih memudahkan pemerintah dalam menyukseskan
program pemerataan pendidikan yang berpaku pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).
3. Pendidikan Tidak Bebas Nilai
Menurut Sukarno (2005), kebijakan pendidikan akhir-akhir ini lebih banyak ditandai oleh
upaya penyesuaian struktural yang bentuk penyesuaian strukturalnya sering bersumber pada
pilihan aliran-aliran politik pendidikan dan pilihan teknokratis yang mungkin.
Orientasi pendidikan yang dipilih secara formal adalah seperti yang termaktub dalam
UUD “mencerdaskan bangsa” dan mengembangkan potensi manusia Indonesia seutuhnya dan
seluruhnya (UU 20/2003 Sisdiknas). Sekalipun demikian, perwujudan Mendiknas secara secara
retorik dan kebijakan Depdiknas atas orientasi itu tampaknya menekankan politik eklektis
(antara neo-konservatisme dan progresif humanistik dan sedikit orientasi radical education),
kendati mencobamenghapus kenangan “sekolah pembangunan” yang pernah dimunculkan pada
zaman Orde Baru.
Mendiknas mencoba mengakomodasi pertentangan  orientasi politik pendidikan sehingga
lebih bersifat eklektis-politis, mengambil elemen-elemen yang layak dipilih secara politis
sehingga dapat disejajarkan dengan kebijakan politik yang sangat populer pada era reformasi,
yaitu tentang otonomi daerah.
4. Paradigma Perubahan
Kekhawatiran menonjol yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu, antara lain
menyangkut lemahnya perbaikan mutu guru dan materi didik, serta metode pembelajaran (yang
masih tradisional, khususnya untuk tujuan demokratisasi) dan lemahnya sistem evaluasi dan
orientasi efisiensi eksternal, khsusnya relevansinya dengan kebutuhan demokratisasi masyarakat
dan pengembangan dunia usaha.3
Rencana perbaikan kesejahteraan guru (sesuai UU Guru), sertifikasi tenaga kependidikan
dan akreditasi lembaga pendidikan adalah langkah maju. Akan tetapi, belum diketahui apakah
ketiga rencana tersebut lebih membantu atau sebaliknya memojokkan sekolah/madrasah yang
lemah, terutama swasta, disamping apakah akan lebih mendesakkan tolak ukur lingkungan
sekolah yang demokratis dan pemahaman/kemampuan guru untuk mengembangkan kesetaraan,
toleransi, terutama solidaritas melaluiproses belajar.

E. Isu-Isu Kebijakan Pendidikan


1. Pemerataan dan perluasan akses
Program pemerataan dan perluasan akses akan dilakukan dengan mengupayakan menarik
semua anak usia sekolah yang sama sekali belum pernah sekolah, menarik kembali siswa putus
sekolah, dan lulusan yang tidak pernah melanjutkan pendidikan. Berbagai kegiatan berikut akan
dilaksanakan dalam rangka melaksanakan program pemerataan dan perluasan.
Pemberian bantuan biaya oprasional pendidikan diberikan dalam rangka membantu
sekolah mencapai proses pembelajaran secara optimal.bantuan pembiayaan tida membedakan
sekolah negeri maupun swasta, madrasah maupun sekolah umum. Target pada tahun 2009 siswa
pada satuan dikdas memperoleh bantuan biaya oprasiona.
2. Peningkatan Mutu, Relevansi, Dan Daya Saing
Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing dikdas dilaksanakan melalui kegiatan
kegiatan sebagai bagian dari kegiatan yang mendasar dan sistematis adalah pengembangan
kurikulum, metode pembelajaran, dan sistem penilaian. Model kurikulum yang dikembangkan
perlu memperhatikan potensi peserta didik karakteristik daerah serta akar sosiokultural
3 Sudiyono. “Peran Komunikasi bagi Supervisor”. Jurnal Ecccopesion. (Malang : Yayasan Pegupon ) tahun 7 No 1
Juli 1998 hlm, 52
komunitas setempat. Dinamika perkembangan global, lapangan kerja, lingkungan budaya dan
seni, dan lain lain.
3. Penguatan Tata Kelola akuntabilitas, Dan Pencitraan Publik
Pengembangan kapasitas dewan pendidikan dan komite sekolah serta kom ite PLS
merupakan kegiatan yang terus dilakukan dalam rangka pemberdayaan partisipasi masyarakat
untuk ikut bertanggung jawab mengelola dikdas. Berfungsinya kedua kelembagaan tersebut
secara optimal akan memperkuat pelaksanaan prinsif good govermance dan akuntabulitas
penyelenggaraan pendidikan.
Pengembangan kapasitas juga akan terus dilakukan terhadap para pengurus sekolah atau
satuan pendidikan non formal lainya untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan leadership
menuju otonomi pengelolaan.. Kegiatan ini, bersama dengan penguatan DP/KS/komite PLS,
merupakan kegiatan dari upaya penerapan MBS dan manajemen berbasis masyarakat (MBM)
secara maksimal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isu kebijakan public sangat penting dibahas untuk membedakan istilah yang dipahami
dalam perbincangan sehari hari, yang sering di artikan sebagai kabar burung. isu dalam sebuah
kebijakan memiliki lingkup luas, yang meliputi berbagai persoalan yang ada ditengah tengah
masyarakat. oleh karena itu, memahami konsep isu sangat membantu para analis untuk
menganalisis kebijakan public.
Isu kebijakan public merupakan produk atau dari adanya perdebatan baik tentang
perumusan perincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Dunn (1995)
menyatakan bahwa isu kebijakan tidak hanya mengandung ketidak sepakatan mengenai arah
tindakan yang actual dan potensial, tetapi juga mencerminkan pertentangan dan pandangan
mengenai sifat masalahnya. dengan demikian, isu kebijakan merupakan hasil perdebatan tentang
devinisi, klasipikasi, eksplanasi,  dan evaluasi masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto. Organisasi dan Administrasi Teknologi Kejuruan.


 (Jakarta: Depdikbud, 1998)
Stephen Robbin .Perilaku Organisasi (Jakarta: Preshindo.1997)
Sudiyono. “Peran Komunikasi bagi Supervisor”. Jurnal Ecccopesion.
(Malang : Yayasan Pegupon ) tahun 7 No 1 Juli 1998 hlm, 52

Anda mungkin juga menyukai