Anda di halaman 1dari 18

MODEL EVALUASI RESPONSIF

Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan


Dosen Pengampu Sudharno Dwi Yuwono, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 4 kelas 4D
1. Dwi Rahmi W 1601015071
2. Nur Rizqillah Almaulidah 1601015116
3. Zean Rizkilah 1601015063
4. Siti Fatimah 1601015100
5. Siti Dina Novita Astuti 1601015125
6. Hana Atikah 1601015075
7. Rizka Novita Sari 1601015080

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan pokok
bahasan “Model Evaluasi Responsif”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Evaluasi Pendidikan.

Makalah ini merupakan hasil dari tugas kelompok bagi para mahasiswa, untuk belajar
dan mempelajari lebih lanjut dalam memahami konseli, karena dalam model evaluasi
responsif ini berorientasi pada aktivitas, keunikan dan keragaman sosial dari program.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar cara berkelompok
kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai
dengan yang diharapkan sehingga mahasiswa memahami teori dari masing-masing ahli,
dan ilmu yang didapat dapat diaktulisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan pengembangan
penyusunan tugas makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
senantiasa menjadi pedoman dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang.

Jakarta, April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Latar Belakang Pembuat Model Evaluasi Responsif ................................................


B. Tujuan Model Evaluasi Responsif.............................................................................
C. Langkah-langkah dalam melakukan Model Evaluasi Responsif ...............................
D. Bukti Penggunaan Model Evaluasi Responsif dalam Pendidikan ............................

BAB III PENUTUP

SIMPULAN ...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................


BAB I
LATAR BELAKANG

Bimbingan dan Konseling berada pada ranah pendidikan membutuhkan adanya


peningkatan mutu agar senantiasa mampu memenuhi kebutuhan individu baik di sekolah
maupun masyarakat pada umumnya. Guru pembimbing sebagai tenaga profesional
senantiasa melakukan yang terbaik setiap hari dengan melakukan perbaikan, dan
inovasi. Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi
pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam
pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk didalamnya melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajar.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1990:47), evaluasi program bimbingan adalah segala
upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan
mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan
yang dilaksanakan. Adanya evaluasi BK yang terus menerus akan senantiasa membantu
guru pembimbing untuk dapat melakukan perbaikan dan inovasi dalam penyelenggaraan
BK di sekolah. Dengan adanya perbaikan dari segi pelayanan itu juga akan memberi
dampak yang positif terhadap anak bangsa.
Dalam melakukan evaluasi, perlu mempertimbangkan model evaluasi yang akan
digunakan. Model evaluasi merupakan suatu design yang dibuat oleh pakar
evaluasi. Banyak model evaluasi yang menggambarkan kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh guru. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang salah
satu model evaluasi yaitu model evaluasi responsif.
A. Rumusan Masalah
1. Siapa Pembuat Model Evaluasi Responsif?
2. Apa Tujuan dari Evaluasi Responsif?
3. Bagaimana cara Melakukan Model Evaluasi Responsif?
4. Bagaimana Bukti Penggunaan dalam Model Evaluasi Responsif dalam
Pendidikan?

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tokoh dari pembuat model evaluasi responsif
2. Mengetahui tujuan dari evaluasi responsif
3. Mengetahui cara melakukan model evaluasi responsif
4. Mengetahui penggunaan model evaluasi responsif dalam pendidikan sesuai
dengan hasil riset.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Pembuat Model Evaluasi Responsif
Model evaluasi responsif (responsive evaluation model) merupakan model
penelitian evaluatif yang bersifat kualitatif. Pendekatan yang lebih bersifat fleksibel,
dengan mampu mendengarkan pandangan dari beragam perspektif yang berbeda.
Pendekatan yang bersifat informal, dan tentu terkadang mempertaruhkan idealisme
dalam pengukuran untuk mendapatkan kemanfaatan. Tidak menggunakan cara yang
ketat dalam mengembangkan alat ukur dan juga perhitungan statistik. Evaluasi
ini juga diberi nama evaluasi yang berpusat pada klien. Penelitian responsif
mengambil sampel dengan cara purposive (secara sengaja), mencari informasi dari
pihak yang bersebrangan, dan laporan bersifat ekspresif atau disesuaikan dengan
kebutuhan.
Evaluasi responsive dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert
Stake. Evaluasi menurut Stake adalah usaha mendeskripsikan program-program
dan memberikan judgement (pertimbangan) kepadanya. Maksud dari pendekatan
judgement disini adalah bahwa evaluasi harus dilaksanakan oleh evaluator yang
benar-benar memiliki kompetensi dan kemampuan dibidangnya. Stake mengatakan
bahwa evaluasi tidak sempurna jika tidak memberikan judgement. Dalam
memberikan judgement dapat digunakan standar atau kriteria absolute (mutlak) atau
relative, yang terdiri atas kategori standard dan pertimbangan. Pada setiap kategori
terdapat tiga fokus atau tiga fase menurut Stake yakni yakni antecedent
(pendahuluan atau persiapan), transaction-process (transaksi, proses implementasi)
dan autcome (keluaran atau hasil). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Antecedent yaitu sebuah kondisi yang ada sebelum instruksi yang mungkin
berhubungan dengan hasil, contohnya: latar belakang guru, kurikulum yang
sesuai, ketersediaan sumber daya serta karakteristik siswa dan tujuan yang ingin
dicapai.
2. Transaction yaitu pertemuan dinamis yang merupakan proses instruksi
(kegiatan, proses dan pelaksanaannya) contohnya: interaksi guru dan siswa
3. Outcomes yaitu efek dari pengalaman pembelajaran atau dari program setelah
selesai dilaksanakan. Contohnya: performance guru, peningkatan kinerja,
Untuk lebih ringkasnya perhatikanlah tabel 1, berikut ini:
Tabel 1: Fase Evaluasi menurut Stake

Tahap Deskripsi Judgement

Antecedent Tujuan (merupakan Standar kriteria yang


tujuan/ sasaran dan efek-efek antecedent (persiapan)
yang diinginkan). digunakan sebagai dasar
Mengumpulkan data tentang perbandingan.
aktivitas dan kejadian selama
Judgement (proses
tahap ini, mendeskripsi
membandingkan tujuan,
kondisi yang ada.
observasi dan standar).

Transaksi Tujuan (melaksanakan Standar kriteria yang


program). digunakan sebagai dasar
perbandingan.
Observasi (perilaku nyata
sehari-hari dari peserta, Judgement (proses
pelaksana termasuk membandingkan tujuan,
penggunaan media, tes, dst). observasi dan standar).

Outcomes Tujuan (hasil-hasil apakah Standar kriteria yang


yang dirumuskan atau digunakan sebagai dasar
diramalkan) perbandingan.

Observasi mengumpulkan Judgement (proses


data membandingkan tujuan,
observasi dan standar).

Model evaluasi Stake dapat membawa dampak yang cukup besar dalam
penilaian, dan merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih
jauh dalam bidang evaluasi. Dalam model ini, evaluasi dilakukan dengan
membandingkan antara satu program dengan program lain yang dianggap standar.
Stake berpendapat menilai suatu program pendidikan harus melakukan
perbandingan yang relative antara program satu dan program yang lain, atau
perbandingan yang absolut yaitu membandingkan suatu program dengan standar
tertentu. Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau
program yang dijadikan objek evaluasi. Standar dapat dikembangkan dari
karakteristik yang dimiliki kurikulum, tetapi dapat juga dari yang lain (pre-ordinate,
mutually adaptive, process). (Tayibnapis, 2000:19).

1. Tiga Kriteria Model Evaluasi Responsif Stake


Dibandingkan dengan pendekatan lainnya, evaluasi responsif lebih
berorientasi pada aktivitas, keunikan dan keragaman sosial dari program. Evaluasi
responsif adalah sebuah pendekatan untuk evaluasi pendidikan dan program
lainnya. Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian kualitatif naturalistik.
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Bogdan dan Taylor dalam Moleong ,1993:3). Pendekatan naturalistik adalah cara
mengamati dan mengumpulkan data yang dilakukan tanpa memanipulasi subjek
yang diteliti .
Evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu mencari
pengertian isu dari berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat, yang
berminat, dan yang berkepentingan dalam program. Wirawan (2011: 89)
mengatakan bahwa pada awalnya Stake menamai model evaluasi ini Countenance
of Educational Evaluation, sedangkan Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J.
Shinfield (1985) memberi nama model ini sebagai Client-centered Evaluation atau
evaluasi yang berpusat pada klien. Menurut Stake, evaluasi disebut responsif jika
memenuhi tiga kriteria:
a. Lebih berorientasi secara langsung kepada aktivitas program dari pada
tujuan program
b. Merespon kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens
c. Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani dilaporkan
dalam kesuksesan dan kegagalan dari program.

Dalam evaluasi responsif lebih dikenal isu ketimbang rumusan masalah. Isu
merupakan hal penting yang menjadi kajian, atau sebuah studi evaluasi. Hal yang
menjadi permasalahan sebuah program dapat menjadi isu dalam penelitian. Karena
itu pemahaman awal akan program yang dievaluasi dapat memudahkan dalam
menentukan isu. Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian
makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang
terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program pembelajaran.

Pendekatan ini adalah sistem yang mengorbankan beberapa fakta dalam


evaluasi dengan harapan dapat meningkatkan penggunaan hasil evaluasi kepada
individu atau program itu sendiri. Model ini berdasarkan pada apa yang biasa
individu lakukan untuk menilai suatu perkara. Untuk melaksanakan evaluasi ini,
evaluator dipaksa bekerja lebih keras untuk memastikan individu yang dipilih
memahami apa yang perlu dilakukan. Evaluator juga perlu membuat prosedur
yang baku dan mencari serta mengatur tim untuk memperhatikan pelaksanaan
program tersebut. Dengan bantuan tim, evaluator akan menyediakan catatan,
deskripsi, hasil tujuan serta membuat grafik.

Pendekatan ini adalah sistem yang mengorbankan beberapa fakta dalam


evaluasi dengan harapan dapat meningkatkan penggunaan hasil evaluasi kepada
individu atau program itu sendiri. Model ini berdasarkan pada apa yang biasa
individu lakukan untuk menilai suatu perkara. Untuk melaksanakan evaluasi ini,
evaluator dipaksa bekerja lebih keras untuk memastikan individu yang dipilih
memahami apa yang perlu dilakukan. Evaluator juga perlu membuat prosedur
yang baku dan mencari serta mengatur tim untuk memperhatikan pelaksanaan
program tersebut. Dengan bantuan tim, evaluator akan menyediakan catatan,
deskripsi, hasil tujuan serta membuat grafik. Adapun tahapannya, yaitu:

1. Pelaksanaan awal evaluasi, evaluator dan klien (stakeholder) membuat


perundingan tentang kontrak mengenai tujuan penilaian, validitas dan jaminan
kerahasiaan.
2. Mengenal pasti concern (perhatian), isu dan nilai-nilai dari stakeholder.
3. Mengumpulkan informasi yang memiliki hubungan dengan tujuan, isu, nilai
yang dikenal pasti oleh stakeholder.
4. Penyediaan laporan mengenai keputusan atau alternatif. Laporan ini
mengandung beberapa isu-isu dan perhatian yang dikenal betul
oleh stakeholder.
2. Pola Pikir Stake mengenai Evaluasi
Evaluator melayani berbagai jenis klien termasuk para guru, para
administrator sekolah, pengembang kurikulum, pembayar pajak, para legislator, dan
masyarakat pada umumnya yang sering mempunyai perbedaan kebutuhan. Para
evaluator harus berinteraksi secara terus-menerus untuk merespons kebutuhan para
kliennya. Kunci dalam evaluasi responsif adalah evaluator harus mau
mendengarkan audience-nya. Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinfield
(1985) mengemukakan pola pikir Stake mengenai evaluasi sebagai berikut.
a. Evaluasi harus membantu audiens untuk melihat dan memperbaiki apa yang
mereka lakukan karenanya disebut evaluasi berpusat pada klien.
b. Para evaluator harus melukiskan program-program dalam kaitan dengan faktor-
faktor yang mendahului, transaksi, dan manfaat evaluasi.
c. Yang harus diteliti pada evaluasi antara lain efek sampingan, pencapaian
insidensial, dan manfaat dari program.
d. Para evaluator harus menghindari membuat kesimpulan akhir sumatif, ia harus
mengumpulkan, menganalisis, dan merefleksikan penilaian berbagai pemangku
kepentingan yang mempunyai minat terhadap objek evaluasi.

B. Tujuan Model Evaluasi Responsif


Tujuan evaluasi adalah untuk memahami semua komponen program melalui
berbagai sudut pandangan yang berbeda. Sesuai dengan pendekatan yang
digunakan, maka model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat
kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi
langsung maupun tak langsung dengan interpretasi data yang impresionistik.

C. Langkah-langkah Proses Pelaksanaan Model Evaluasi Responsif Stake


Langkah-langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi/ mengidentifikasi,
merekam proses wawancara, mengumpulkan data (menyusun proposal evaluasi),
melaksanakan evaluasi, membahas hasil evaluasi, pemanfaatan hasil evaluasi. dan
mengembangkan desain atau model. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah
proses pelaksanaan model evaluasi responsive, yakni sebagai berikut:
1. Evaluator mengobeservasi/mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku
kepentingan (responden)
Apabila jenisnya banyak maka harus diranking berdasarkan pentingnya setiap
pemangku kepentingan bagi program, karena evaluasi memiliki keterbatasan
sumber dan waktu pelaksanaan evaluasi. Misalnya, dari identifikasi ditemukan
10 jenis pemangku kepentingan yang harus direspon. Jadi, dari 10 jenis tersebut
diambil 4 jenis pertama dalam ranking. Kemudian dari 4 jenis pemangku
kepentingan tersebut diidentifikasi jumlah setiap pemangku kepentingan.
Selanjutnya, dari jumlah tersebut ditarik sampel untuk masing-masing
pemangku kepentingan secara proporsional.
2. Merekam proses wawancara.
Evaluator dapat mengunjungi sampel pemangku kepentingan secara langsung
dan berbincang-bincang dengan mereka atau mengumpulkan mereka di suatu
tempat. Dengar pendapat merupakan bagian dari penelitian pendahuluan.
3. Mengumpulkan data (menyusun proposal evalauasi).
Evaluator mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembang
program baik yang berhubungan dengan kondisi awal, transaksi, dan hasil. Data
dapat dikumpulkan melalui studi dokumen dapat pula melalui wawancara.
Sebelum melakukan pengumpulan data maka para evaluator harus bertemu
terlebih dahulu untuk membuat kerangka acuan yang berhubungan dengan
antecedents, transaksi dan hasil. Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk
memperjelas tujuan evaluasi tetapi juga untuk melihat apakah konsisten
terhadap transactions yang dimaksud dengan antecendent dan autocome.
4. Melaksanakan evaluasi.
Dalam melasanakan evaluasi selain harus melakukan komunikasi dengan
pimpinan dan staf program, evaluator harus juga melakukan komunikasi
dengan para pemangku kepentingan.
5. Membahas hasil evaluasi dengan para pemangku kepentingan.
Draf hasil evaluasi di samping dibahas dengan pimpinan dan staf proyek juga
dibahas dengan para pemangku kepentingan. Masukan, kritik, dan saran dari
mereka sebanyak mungkin harus diperhatikan. Akan tetapi, dapat terjadi para
pemangku kepentingan mempunyai pendapat yang bertentangan dan tidak
mungkin untuk disatukan. Dalam keadaan seperti ini evaluator dapat
menekankan pada salah satu pemangku kepentingan yang dominan jumlahnya,
akan tetapi juga menguraikan pendapat yang lainnya.
6. Pemanfaatan hasil evaluasi.
Evaluator mendorong para pemangku kepentingan untuk menerima dan
memanfaatkan hasil evaluasi.
Agar lebih mudah dipahami, langkah-angkah proses pelaksanaan Model
Evaluasi Responsif Stake digambarkan dalam gambar berikut ini:
Berdasarkan langkah-langkah ini evaluator mencoba responsif terhadap orang-orang
yang berkepentingan pada hasil evaluasi. Hal yang penting dalam model responsif
adalah pengumpulan dan sintesis data.
Fase-fase evaluasi responsive yang dikemukakan oleh Stake :
a. Pendahuluan, transaksi, dan hasil
b. Penemaan ‘tema’: mempersiapkan evaluasi dan studi kasus
c. Pengesahan/konfirmasi
d. Memisahkan format yang digunakan untuk audience
e. Memasang laporan formal, jika ada
f. Berbicara dengan klien: setiap program dan audience
g. Identifikasi bidang program
h. Meninjau aktivitas program
i. Menemukan tujuan dan fokus pada tujuan
j. Mengonsep persoalan dan masalah
k. Identifikasi kebutuhan dan mengulang persoalan pokok
l. Memilih observasi, memutuskan dan pemberian instrument (jika ada)
Pendekatan kepada peserta evaluasi dengan mengolaborasi informasi penting dan
teknik pengumpulan data secara rasional. Stake menyerukan untuk mengikuti
pendekatan ini dengan beberapa alasan:
1) Membantu audience untuk mengerti evaluasi program ini dapat dilakukan
melalui interaksi yang alamiah antara evaluator dan audience.
2) Mendapatkan pengetahuan dari pengalaman manusia.
3) Pengamatan yang alami.
4) Mempelajari suatu objek secara mendalam.
D. Bukti Penggunaan Model Evaluasi Responsif Stake dalam Pendidikan
Pada jurnal “A responsive evaluation approach in evaluating the safe schools
and the child-friendly schools programmes in the Limpopo province” didapatkan
kesimpulan berupa isu-isu substantif tentang implementasi SSP. Penelitian ini
menyoroti tentang belum adanya implementasi SSP di sekolah. Hal ini terbukti dari
pengamatan selama kunjungan sekolah dan diskusi dengan para peserta. Para
peserta bahkan tidak mengetahui tentang SSP. Ketika berbicara dengan mereka
tentang SSP, mereka hanya berbicara tentang program CFS, program yang berbeda
yang berfokus pada isu-isu lain, sekolah berbasis hak dan inklusif, sekolah yang
efektif, pendidikan berkualitas, sekolah yang mempromosikan kesehatan dan
gender, sekolah yang mempromosikan kesetaraan, dan memiliki kemitraan
masyarakat.
Penemuan tersebut menunjukan bahwa masalah SSP tidak pernah
dikomunikasikan dengan baik ke sekolah, meskipun kebutuhan para pemangku
sekolah seharusnya merasa lebih aman. Baik para peserta dari sekolah maupun DOE
tidak dapat menghasilkan dokumen apapun untuk efek ini. Satu-satunya dokumen
kebijakan tentang keselamatan disekolah adalah dokumen yang dikembangkan oleh
sekolah itu sendiri dan ini adalah kebijakan yang sangat umum tentang keselamatan,
tidak terfokus pada program tertentu seperti Sekolah SSP memiliki kekhawatiran
yang perlu ditangani. Karena tidak ada dukungan dari masyarakat dan DOE maka
pihak sekolah melakukan hal-hal yang menjadi keputusan mereka sendiri, salah
satunya yaitu tentang masalah keselamatan dan keamanan yang didominasi oleh
posisi kuat seperti kepala sekolah dan SMT. Disekolah-sekolah ini mereka telah
memilih dari enam prinsip program CFS yang sejalan dengan kebutuhan mereka. Ini
berarti bahwa sekolah-sekolah belum menerapkan enam prinsip tetapi hanya
memilih prinsip yang mereka anggap paling penting. Sebagai contoh, Sekolah H
menempatkan banyak penekanan pada isu keselamatan dan keamanan karena
ancaman gengster di desa mereka dan juga masalah kesehatan karena mereka
memiliki masalah dengan toilet yang higienis. Sekolah J berfokus pada melibatkan
para profesional seperti psikolog, polisi dan pekerja sosial karena mereka memiliki
masalah dengan penyalah gunaan narkoba dan kehamilan remaja di sekolah dan
ingin membentuk kemitraan dengan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Model evaluasi responsive ini dikembangkan oleh Robert Stake pada tahun 1975.
Model Evaluasi responsif ini lebih berorientasi pada aktivitas, keunikan dan keragaman
sosial dari program. Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian kualitatif
naturalistik. Evaluasi responsif ini juga menekankan beberapa kriteria yaitu:

1. Lebih berorientasi secara langsung kepada aktivitas program dari pada tujuan
program
2. Merespon kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens
3. Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani dilaporkan dalam
kesuksesan dan kegagalan dari program.

Pendekatan ini adalah sistem yang mengorbankan beberapa fakta dalam evaluasi
dengan harapan dapat meningkatkan penggunaan hasil evaluasi kepada individu
atau program itu sendiri. Model ini berdasarkan pada apa yang biasa individu
lakukan untuk menilai suatu perkara. Untuk melaksanakan evaluasi ini, evaluator
dipaksa bekerja lebih keras untuk memastikan individu yang dipilih memahami apa
yang perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusadi dan Raffida, Tien. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan.
Medan: Perdana Publishing.
Badrujaman, Aip. 2009. Diklat Teori dan Praktek Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling. Jakarta.
Tayibnapis, F.Y. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
Wirawan. 2011. Evaluasi: teori, model, standar, aplikasi dan profesi. Jakarta: Rajawali
Pers.

Anda mungkin juga menyukai