Psikologi Manajemen |
Ketentuan Pidana
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
i
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau
pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan /
atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PSIKOLOGI MANAJEMEN
Editor:
Samsu, S.Ag., M.Pd.I., Ph.D.
PUSAKA JAMBI
2017
PSIKOLOGI MANAJEMEN
Editor:
Samsu, S.Ag., M.Pd.I., Ph.D.
Diterbitkan oleh:
Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan (PUSAKA)
email: pusakajambi@gmail.com
KATA PENGANTAR
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Psikologi Manajemen |
Dekan,
Psikologi Manajemen |
v
H. Kasful Anwar US, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi, yang telah memberikan motivasi sehingga penulisan buku
ini dapat tercapai.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan buku ini, yang semata-mata
merupakan kelemahan dan kealfaan dari penulis sendiri. Untuk
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan buku ini. Hanya kepada Allah SWT,
sumber segala kebenaran dan kesempurnaan, penulis serahkan
semuanya. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
yaa rabbal ‘aalamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
vi
| Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
DAFTAR ISI
Pengantar Dekan FTK UIN STS Jambi .......................................... v
Bagian I : Pendahuluan..............................................................................1
Daftar Pustaka.........................................................................................125
Psikologi Manajemen | 1
BAGIAN II PENGANTAR
PSIKOLOGI MANAJEMEN
Hakekat Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi pola-pola tingkah laku yang
diperoleh dalam lingkungan tersebut. Lingkungan ini dibagi
menjadi dua bagian, yaitu lingkukngan kultural dan lingkungan
manusia (interpersonal).
1. Lingkungan Kultural
Psikologi Manajemen | 3
Lingkungan kultural adalah sesuatu yang ada yang bebas
dari orang (person), yang bersifat non personal. Lingkungan
kultural meliputi objek fisik dan nilai-nilai masyarakat.
Halhal tersebut dianggap bebas dalam arti di luar orang
tertentu dan diperoleh oleh para warga masyarakat.
Lingkungan kultural merupakan sumber dan sekaligus
pembatas bagi perkembangan kepribadian. Lingkungan ini
menentukan jenisjenis pengalaman yang pada gilirannya
dapat memahami dan mengapresiasi jenis-jenis tingkah laku.
Dalam skala yang lebih luas, lingkungan kultural dapat
dibagi menjadi beberapa dimensi, yaitu struktur dan fungsi
keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, keagamaan, rekreasi,
dan pelayanan sosial. Dalam dimensi-dimensi ini sudah tentu
mencakup segi organisasi dan manajemen. Ini berarti juga
merupakan suatu lingkungan yang dapat memberikan
pengaruh terhadap tingkah laku manusia dan kepribadian
orang.
2. Lingkungan Interpersonal
Manusia, individu, dan person juga merupakan
lingkungan. Banyak kegiatan manusia dapat dilaksanakan
dalam hubungan dengan orang lain. Manusia memberikan
stimulus sehingga menimbulkan respon kepada orang
lainnya. Antara manusia yang satu dengan yang lainnya
terjadi proses interaksi dan saling mempengaruhi.
Dalam kenyataannya, kedua jenis lingkungan ini merupakan
suatu lingkungan yang kompleks, terkandung di dalamnya kedua
kategori tersebut. Kenyataan ini dapat dilihat dalam lingkungan
organisasi dan manajemen, di mana unsur manusia, alat, waktu,
alam, dan objek fisik lainnya berpadu menjadi satuan stimulus
terhadap personil, yang menuntut jenis dan pola tingkah laku
tertentu.
Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan
dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia
serta sumbersumber lainnya menggunakan metode yang efisien
2 Ibid., h. 19.
Psikologi Manajemen | 5
Terdapat beberapa fungsi-fungsi manajemen yang
dikemukakan para pakar. Fungsi-fungsi manajemen menurut para
pakar adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan mengikuti
suatu tahapantahapan tertentu dalam pelaksanaannya.
Beberapa pakar yang menjelaskan fungsi-fungsi manajemen
adalah sebagai berikut:
1. Luther Gullick: Perencanaan; Pengorganisasian; Staf
(Penyusunan pegawai); Pembinaan kerja; Pengkoordinasian;
Pelaporan; Pengawasan.
2. George Terry: Perencanaan; Pengorganisasian; Penggerak
(Actuating); Pengawasan.
3. James Stone: Perencanaan; Pengorganisasian; Pimpinan;
Pengawasan.
4. Kootz dan Donnel: Perencanaan; Pengorganisasian; Staf
(Penyusunan pegawai); Pengarahan (Direksi); Pengawasan.
5. Nickels, McHugh, dan Mc Hugh: Perencanaan;
Pengorganisasian; Pengarahan (Direksi); Pengawasan.
6. Richard Griffin: Perencanaan; Pengorganisasian; Pimpinan;
Pengawasan.
7. Earnest Dale: Perencanaan; Pengorganisasian; Staf
(penyusunan pegawai); Pembinaan kerja (Direksi);
Penginovasian; Presentasi; Pengawasan.
Dengan demikian, fungsi-fungsi dalam proses manajemen
terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, menyusun staf,
mengarahkan, dan mengontrol. Merencanakan berarti memilih
serangkaian tindakan. Mengorganisasikan berarti menata
pekerjaan untuk melaksanakan rencana. Menyusun staf berarti
memiliki dan mengalokasikan pekerjaan kepada orang-orang yang
akan melaksanakannya. Mengarahkan berarti menuntut tindakan
bertujuan pada pekerjaan. Mengontrol berarti rencana
dilaksanakan dan dilengkapi.
Psikologi manajemen pada hakikatnya merupakan bagian
integral dalam ilmu manajemen. Manajemen sebagai suatu sistem
3 Ibid., h. 17.
Psikologi Manajemen | 7
Secara esensial, seorang manajer adalah seorang pembuat
keputusan, berdasarkan penilaian terhadap kesiapan kerja atau
kedudukan kerja sekarang, mengorganisasi lingkungan kerja yang
mengarahkan bawahannya (staf) ke deferensiasi baru dan integrasi
baru tingkah lakunya. Dalam pembuatan keputsuan itu, manajer
melakukan manipulasi dan pengawasan terhadap tingkah laku
bawahannya, mengadakan prediksi, memberikan lingkungan kerja
tertentu, sehingga menghasilkan tingkah laku yang diharapkan.
Keputusan manajer dipengaruhi oleh tujuan, minat, dan
tingkah laku yang ada pada bawahannya. Proses pembuatan
keputusan pada hakekatnya dibatasi oleh tingkah laku
manusianya. Keputusan tersebut mempengaruhi lingkungan kerja
dengan cirinya masingmasing.
2.Psikologi membantu pengembangan manajer.
Ada tiga bentuk kontribusi (sumbangan) psikologi bagi
manajer, yaitu:
a. Memberikan seperangkat konsep dan prinsip yang
membantu manajer untuk melihat tingkah laku manusia
lebih kritis dan menambah pemahamannya tentang
tingkah laku itu.
b. Memberikan keterampilan kepada manajer yang
langsung bertalian dengan proses manajemen.
c. Memperkenalkan manajer kepada unsur-unsur logik dan
metode riset mengenai tingkah laku manusia.
Konsep-konsep dan teori akan memperbaiki kemampuan
manajer untuk menjelaskan dan memprediksi, karena memberikan
cara-cara baru untuk melihat dan menganalisis tingkah laku
manusia lainnya. Studi psikologis tentang proses manajemen
mengakrabkan manajer dengan konsep-konsep dan teori-teori
yang membentuk landasan bagi pembuatan hipotesis mengenai
kelemahan dan keberhasilan manajemen.
Manajer yang mempelajari psikologi juga mempelajari
prinsipprinsip dan prosedur-prosedur yang relevan dengan
Psikologi Manajemen | 9
BAGIAN III PENGETAHUAN
MANAJEMEN
7 Ibid., hal.7.
8 Sri Minarti, Manajemen Sekolah; Mengelola Pendidikan Secara Mandiri,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, Cet ke-1, hal.350. pendapat ini juga dikutip
Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya, Tips Menjadi Kepala Sekolah
Profesional, Jogjakarta: Diva Press, 2012, hal. 117.
Psikologi Manajemen | 11
untuk pemecahan masalah, berdasarkan dinamika organisasi,
perencanaan strategis dan pengambilan keputusan.
The Gartner Group mendefinisikan pengetahuan manajemen
sebagai suatu disiplin yang membicarakan pendekatan terpadu
untuk mengidentifikasi, mengelola dan membagi semua informasi
pada sebuah organisasi. Aset informasi ini termasuk dokumen
berbasis data, kebijakan, dan prosedur yang sebelumnya tidak
mengartikulasikan keahlian dan pengalaman masing-masing
sumber daya manusia. Isu-isu pengetahuan manajemen mencakup
pengembangan, penerapan dan pemeliharaan sesuai teknis dan
organisasi infrastruktur untuk mengaktifkan berbagi pengetahuan.
Sedangkan pengetahuan manajemen adalah sikap dan cara
bekerja dengan manajemen. Ini adalah pendekatan yang
menyeluruh yang melampaui selain sebagai taktik fungsional,
bahkan bisa dikatakan bahwa itu adalah jenis filsafat manajemen,
bukan ilmu. Proses ini mendefinisikan target organisasi dari
membuat keuntungan atau share value9.
Adapun yang menjadi komponen pengetahuan manajemen
adalah orang, proses, dan teknologi.Ketiga hal ini sangat penting
untuk membangun efektivitas organisasi dan mendapatkan hasil
dari pengetahuan manajemen. Mayoritas organisasi yang telah
menerapkan pengetahuan manajemen menemukan bahwa hal itu
relatif lebih mudah untuk menempatkan teknologi dan proses,
sedangkan “orang” merupakan komponen yang menimbulkan
tantangan lebih besar.
Tantangan terbesar pada proses pengetahuan manajemen
adalah untuk memastikan partisipasi sumber daya manusia dalam
berbagi pengetahuan, kolaborasi dan penggunaan kembali untuk
mencapai tujuan organisasi. Hal ini membutuhkan perubahan pola
pikir tradisional dan budaya organisasi dari “penimbunan
Psikologi Manajemen | 13
Beberapa karakteristik pengetahuan manajemen yang perlu
ditransfer dalam sebuah organisasi terinspirasi dari ayat Al-Qur’an
pada Surat Al-Alaq ayat 1-5, sebagai berikut:
Psikologi Manajemen | 15
dan berbagi pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk kemajuan
organisasi.
Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan manajemen
yang meliputi pelatihan dosen, peningkatan jenjang pendidikan,
pengelolaan sumber daya manusia, job distribution,
pertemuan/rapat dalam suatu organisasi.
BAGIAN IV LANDASAN
PSIKOLOGI MANAJEMEN
A. Landasan Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani on = being, dan
logos = logic, jadi ontologi adalah the teory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan). Dalam pengertian lain,
ontologi itu terdiri dari dua suku kata, yaitu ontos dan logos. Ontos
berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi
dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat
yang ada. Menyoal tentang wujud hakiki objek ilmu dan keilmuan
(setiap bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa?
Objek ilmu atau keilmuan itu dalah dunia empirik, dunia yang
dapat dijangkau panca indera. Jadi soal objek ilmu adalah
pengalaman inderawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang hakikat suatu yang berwujud (yang
ada) berdasarkan pada logika semata.15
Metafisika atau kajian ontologi merupakan masalah yang
paling mendasar dan menjadi inti dalam filsafat. Orang yang
berfilsafat berarti ia juga mesti bermetafisika. Objek-objek ilmu
14 Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2003, hal.105.
15 Muhammad Adib. Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal.69.
pengetahuan harus dipikirkan secara mendalam sampai pada
hakikatnya.
Pada abad ke-17, Christian Wolff menunjukkan suatu istilah
baru, yakni Ontologi. Menurutnya, ontologi atau metafisika adalah
ilmu mengenai ada secara keseluruhan.16 Metafisika merupakan
sebuah usaha sistematis dalam mencari hal yang ada di belakang
hal-hal fisik. Yang ada ini merupakan prinsip dasar yang dapat
ditemukan pada semua hal. Dengan kata lain, metafisika atau
ontologi adalah studi mengenai makna dan hakikat dari yang ada.
Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui;
merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar
ontologi dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi
objek penelaahan ilmu. Berdasarkan objek yang telah ditelaahnya,
ilmu dapat disebut sebagai pengetahuan empiris, karena objeknya
adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman
manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat
diuji oleh panca indera manusia. Berlainan dengan agama atau
bentuk-bentuk penge tahuan yang lain, ilmu membatasi diri hanya
kepada kejadiankeja dian yang empiris, selalu berorientasi
terhadap dunia empiris.
Beberapa pertanyaan tentang persoalan-persoalan ontologis
sebagaimana dikemukakan oleh Ali Mudhoffir yang dikutip
Aceng Rahmat, di antaranya adalah:
• Apa yang dimaksud dengan yang ada, keberadaan atau
eksistensi itu?
• Bagaimana penggolongan dari ada, keberadaan, dan
eksistensi?
• Apa sifat dasar (nature) atau keberadaan?
a. Persoalan-persoalan kosmologis (alam). Persoalan kosmologis
bertalian dengan asal mula, perkembangan dan struktur atau
susunan alam.
• Jenis keteraturan apa yang ada dalam alam?
16 Lorens Bagus, Metafisika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991),
hal.19.
18 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
• Keteraturan dalam alam seperti halnya sebuah mesin
(mekanisme) ataukah keteraturan yang bertujuan
(teologi)?
• Apa hakikat hubungan sebab akibat?
• Apa ruang dan waktu itu?
b. Persoalan-persoalan antropologi (manusia)
• Bagaimana terjadi hubungan antara fisik ragawi dan
jiwa?
• Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
c. Manusia sebagai makhluk bebas atau tak bebas?17
Dilihat dari landasan ontologi, maka ilmu akan berlainan
dengan bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Ilmu yang mengkaji
problem-problem yang telah diketahui atau yang ingin diketahui
yang tidak terselesaikan dalam pengetahuan sehari-hari. Masalah
yang dihadapi adalah masalah nyata. Ilmu menjelaskan berbagai
fenomena yang memungkinkan manusia melakukan tindakan
untuk menguasai fenomena tersebut berdasarkan penjelasan yang
ada.
Ilmu dimulai dari kesangsian atau keragu-raguan, bukan
dimulai dari kepastian, sehingga berbeda dengan agama yang
dimulai kepastian. Ilmu memulai dari keragu-raguan akan objek
yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek
pengenalan ilmu mencakup kejadian-kejadian atau seluruh aspek
kehidupan yang dapat diuji oleh pengalaman manusia.
Jadi ontologi ilmu adalah ciri-ciri yang esensial dari objek
ilmu yang berlaku umum, artinya dapat berlaku juga bagi cabang-
cabang ilmu yang lain. Ilmu berdasarkan atas beberapa asumsi
dasar untuk mendapatkan pengetahuan tentang fenomena yang
tampak. Asumsi dasar ialah anggapan yang merupakan dasar dan
titik tolak bagi kegiatan setiap cabang ilmu pengetahuan.
Berbicara tentang ontologi ilmu pengetahuan, dijelaskan
bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang rasional
17 Aceng Rahmat, Filsafat Ilmu Lanjutan ( Jakarta; Kencana, 2011), hal. 142-143
Psikologi Manajemen | 19
empiris.18 Pertama, masalah rasional; hipotesis harus berdasarkan
rasio (hipotesis harus rasional), walaupun hipotesis tersebut belum
diuji kebenarannya, namun hipotesis itu telah mencukupi segi
kerasionalannya, yang menunjukkan adanya hubungan pengaruh
atau sebab akibat. Kedua, masalah empiris; hipotesis ini harus diuji
kebenarannya mengikuti prosedur metode ilmiah. Dengan
megikuti rumus baku metode ilmiah: logico-hypothetico-verificatif
(buktikan bahwa itu logis-tarik hipotesis-ajukan bukti empiris).19
B. Landasan Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah
ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara
memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan,
yaitu cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh
pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengaetahuan.
Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang
menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur
mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata cara, teknik, atau prosedur
mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non
ilmiah, metode ilmiah dan metode problem solving. Pengetahuan
yang diperoleh melalui pendekataan/metode non ilmiah adalah
pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara
kebetulan, untung-untungan (trial and error), akal sehat (common
sense), prasangka, otoritas (kewibawaan) dan pengalaman biasa.20
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan
bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Epistemologi
membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam
usaha untuk memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain,
epistemologi adalah suatu teori pengetahuan. Ilmu merupakan
24 T. Jacob, Manusia, Ilmu, dan Teknologi (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hal.7-8.
24 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
b. Ilmu telah berkembang dengan pesat sehingga kaum
ilmuwan lebih mengetahui tentang hal-hal yang mungkin
terjadi apabila terjadi penyalahgunaan.25
BAGIAN V PLANNING
ORGANISASI PENDIDIKAN
2. Menurut Tingkatannya
a. Perencanaan Strategik (Renstra); disebut juga
perencanaan jangka panjang. Strategi yang dimaksud
diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang
diharapkan tercapai pada masa depan. Bentuk
29 Ibid., hal.52-53.
30 Ibid., hal.54-55.
Psikologi Manajemen | 29
konfigurasi itu terungkap berdasarkan ruang lingkup,
hasil persaingan, target, dan penataan sumber-sumber.
b. Perencanaan Koordinatif (Manajerial); yang ditujukan
untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Perencanaan ini biasanya sudah
terperinci dan menggunakan data statistik, namun
demikian, kadangkadang juga menggunakan
pertimbangan akal sehat (common sense). Perencanaan ini
mencakup semua aspek dalam suatu sistem yang
meminta ditaatinya kebijakankebijakan yang telah
ditetapkan pada tingkat perencanaan strategik.
c. Perencanaan Operasional; yang memusatkan perhatian
pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan
di lapangan dari suatu rencana strategis.31
3. Menurut Jangka Waktunya
a. Perencanaan Jangka Pendek; yaitu perencanaan tahunan
atau perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam
waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai
rencana operasional.
b. Perencanaan Jangka Menengah; mencakup kurun waktu
pelaksanaan 5 – 10 tahun, yang merupakan penjabaran
dari rencana jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat
operasional.
c. Perencanaan Jangka Panjang; meliputi cakupan waktu di
atas 10 tahun sampai dengan 25 tahun, dan semakin
panjang rencana, maka semakin banyak pula variabel
yang tentunya akan sulit dikontrol.32
Proses perencanaan strategik merupakan penetapan
serangkaian keputusan dan kegiatan dalam perumusan dan
implementasi strategi-strategi yang dirancang untuk mencapai
31 Ibid., hal.55-59.
32 Ibid., hal.59-60.
30 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
tujuan-tujuan organisasi.33 Ada sembilan langkah yang harus
dilakukan dalam proses perencanaan strategik, yaitu sebagai
berikut:
1. Penentuan misi dan tujuan 2.
Pengembangan profil perusahaan
3. Analisa lingkungan eksternal
4. Analisa internal perusahaan
5. Identifikasi kesempatan dan ancaman strategik
6. Pembuatan keputusan strategik
7. Pengembangan strategi perusahaan
8. Implementasi strategi
9. Peninjauan kembali dan evaluasi.34
Perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam
pertanyaan (asdibimega) sebagai berikut :
1) Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2) Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
3) Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4) Bilamanakah tindakan itu harus dikerjakan ?
5) Mengapa tindakan itu harus dikerjakan ?
6) Bagaimana cara melaksanakan tindakan itu ?
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan
kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat
diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T.
Hani Handoko mengemukakan manfaat perencanaan sebagai
berikut:
1) Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan;
2) Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-
masalah utama;
3) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
4) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
Psikologi Manajemen | 33
terjadi di waktu mendatang adalah bagian esensi dari proses
perencanaan.
Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi
pengembangan berbagai alternatif dalam proses pencapaian
tujuan, penilaian dan pemilihan alternatif terbaik di antar berbagai
alternatif yang ada. Meskipun perencanaan belum dilaksanakan,
akan tetapi sebaiknya metode pengawasan yang akan dilakukan
telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam metode pengawasan telah
diperhitungkan berbagai permasalahan dan kendala di lapangan
serta berbagai cara menanggulanginya. Pengawasan melibatkan
analisis berkelanjutan dan pengukuran operasi aktual terhadap
standar yang dikembangkan dan dirumuskan di dalam proses
perencanaan.
Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat membuat
rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan
terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk
mencapai suatu hasil yang diinginkan.
A. Pengertian Organisasi
Organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama,
organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok
fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah
perkumpulan, dan badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk
pada proses pengorganisasian, yaitu bagaimana pekerja diatur dan
dialokasikan di antara para anggota agar dapat mencapai tujuan
secara efektif, artinya organisasi merupakan susunan dan aturan
dari berbagai bagian organ sehingga menjadi kesatuan yang
teratur.
Organisasi diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan
pengorganisasian diartikan sebagai proses membagi kerja ke
dalam tugastugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu
kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber-sumber daya serta mengkoordi-
nasikannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara
efektif.
Fungsi organisasi meliputi kegiatan-kegiatan membentuk atau
mengadakan struktur organisasi baru untuk menghasilkan produk
baru, menetapkan garis hubungan kerja antara struktur yang ada
dengan struktur baru dan merumuskan komunikasi dan titiktitik
hubungan menciptakan deskripsi kedudukan dan menyusun
kualifikasi tiap kedudukan (posisi) yang menunjukkan apakah
rencana dapat dilaksanakan oleh organisasi yang ada atau
diperlukan orang lainnya yang memiliki keterampilan khusus.
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan
struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber
daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang
Psikologi Manajemen | 35
melingkupinya.37 adalah penentuan bagaimana penyusunan organi
sasi dan bagaimana aktivitas dapat dilakukan. George R. Terry
(1986) mengemukakan bahwa: “Pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orangorang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien,
dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-
tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai
tujuan atau sasaran tertentu”.
Organisasi (Organizing) adalah dua orang atau lebih yang
beker ja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran
spesifik atau sejumlah sasaran. Bila ditinjau dari proses, maka
proses itu adalah proses menyangkut bagaimana strategi dan
taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan diatur dalam
sebuah struktur organisasi yang tepat dan dapat bekerja secara
efektif.
Pengorganisasian atau Organizing berarti menciptakan suatu
struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa
sehingga hubungan antar bagian-bagian satu sama lain
dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur
tersebut.
Pengorganisasian bertujuan membagi satu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu,
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-
tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
B. Proses Pengorganisasian
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi
(1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, di
antaranya adalah: (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan
pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b)
pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian
37 Ibid., hal.167.
36 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan
kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan
(f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko
mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian,
yaitu: (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan
total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan
oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu
mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.38
Ernest Dale (1986) menggambarkan proses pengorganisasian
sebagai berikut:
1. Yang harus dilakukan dalam merinci pekerja adalah
menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Membagi beban kerja menjadi kegiatan yang dapat
dilaksanakan oleh perorangan/kelompok.
3. Penggabungan pekerja/para anggota dengan cara rasional
dan efisien.
4. Menetapkan mekanisme.
5. Melakukan monitoring.
Organisasi Pendidikan merupakan proses mempersiapkan
kepu tusan-keputusan untuk masa depan dalam pembangunan
pen didikan, yang merupakan fungsi dari perencanaan pendidikan
seba gaimana yang diharapkan.
Tujuan dari organisasi pendidikan adalah menyusun
kebijakan dan menggariskan strategi pendidikan yang sesuai
dengan kebijakan pemerintah (menyusun alternatif dan prioritas
kegiatan) yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan pada masa
38 Ibid., hal.168-169.
Psikologi Manajemen | 37
yang akan datang dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan
pendidikan.
Prinsip-prinsip organisasi pendidikan ádalah sebagai berikut:
a. Pengorganisasian pendidikan harus bersifat komprehensif.
b. Pengorganisasian pendidikan harus bersifat integral.
c. Pengorganisasian pendidikan harus memperhatikan
aspekaspek kualitatif dan kuantitatif.
d. Pengorganisasian pendidikan harus merupakan rencana
jangka panjang dan kontinue.
e. Pengorganisasian pendidikan harus didasarkan efisiensi.
f. Pengorganisasian pendidikan harus dibantu oleh organisasi
administrasi yang efisien dan data yang dapat diandalkan.
g. Pengorganisasian pendidikan harus memperhitungkan semua
sumber yang ada atau yang dapat diadakan.
C. Struktur Organisasi
Pengorganisasian menyangkut penentuan pekerja, pembagian
verja, penetapan mekanisme untuk mengorganisasikan kegiatan.
Salah satu hasil dari proses ini adalah struktur organisasi yang
merupakan prosedur formal manajemen organisasi.
Pada struktur organisasi ini tergambar posisi kerja,
pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan
atasan dan bawahan, spesifikasi aktivitas mengacu pada
spesifikasi tugas per orang an dan kelompok di seluruh organisasi.
Dalam struktur organisasi juga tergambar hubungan dalam
orga nisasi yang menunjukkan kaitan antara tanggung jawab,
wewenang, dan pelaporan akuntabilitas, yaitu keharusan
mempertang gungjawabkan pelaksanaan tugas yang mengacu
kepada sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi.
Bentuk-bentuk hubungan dalam organisasi pada umumnya
dan organisasi pendidikan pada khususnya Sangat banyak dan
bervariasi. Dalam organisasi sekolah yang benar, hubungan-hu
bung an itu secara garis besar mencakup aspek sarana, fungsí atau
Psikologi Manajemen | 41
mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan
usahausaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah
menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendiri atau
penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki secara efektif.
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan
(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama.
Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen,
sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan
yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan
(actua ting) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi
untuk mengerjakan sesuatu jika: (1) merasa yakin akan mampu
mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan
manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem
pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4)
tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan
dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut
harmonis.
Kepemimpinan (Leading)
Pekerjaan leading meliputi empat kegiatan yaitu: 1) mengambil
keputusan, 2) mengadakan komunikasi agar terjadi saling
pengertian antara manajer dan bawahan, 3) memberi semangat,
inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka
bertindak, dan 4) mengkoordinasi kegiatan
Pengarahan (Directing)
Directing adalah fungsi manajemen yang berhubungan
dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau
instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-
Staf (Staffing)
Staf merupakan suatu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja,
pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga
memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Koordinasi (Coordinating)
Pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi
manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim
dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan
masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan
dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu
sendiri.
Inovasi (Inovation)
Inovasi adalah proses atau hasil pengembangan atau
pemanfaatan/mobi-lesasi pengetahuan, keterampilan (termasuk
keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan
atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau
sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara
signifikan (terutama ekonomi dan sosial).
Psikologi Manajemen | 43
Laporan (Reporting)
Adalah suatu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan
mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-
fungsi kepada pimpinan yang lebih tinggi, baik secara lisan
maupun tertulis.
Psikologi Manajemen | 45
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Bila ditinjau dari proses, maka proses itu adalah proses yang
dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan bisa berjalan sesuai target
yang diharapkan. Pengawasan merupakan tindakan seorang
manajer untuk menilai dan mengendalikan jalan suatu kegiatan
yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Proses controlling dimulai dengan menentukan standar yang
mencakup kriteria-kriteria untuk mengukur pelaksanaan
pekerjaan, yaitu suatu pernyataan mengenai kondisi-kondisi yang
terjadi apabila suatu pekerjaan dilaksanakan secara memuaskan.
Setelah itu, dilaksanakan pengukuran hasil/pelaksanaan pekerjaan
dengan menggunakan metode pada fungsi-fungsi manajemen,
yaitu:
1. Perencanaan: garis umpan balik proses manajemen dapat
berwujud meninjau kembali rencana, mengubah tujuan, atau
mengubah standar.
2. Pengorganisasian: memeriksa apakah struktur organisasi
yang ada itu cukup sesuai dengan standar, apakah tugas dan
kewajiban telah dimengerti dengan baik, dan apakah diper
lukan kembali penataan orang-orang.
3. Penataan staf: memperbaiki sistem seleksi, sistem latihan, dan
menata kembali tugas-tugas.
4. Pengarahan: mengembangkan kepemimpinan yang lebih
baik, meningkatkan motivasi, menjelaskan pekerjaan yang
sukses, penyadaran akan tujuan yang secara keseluruhan
apakah kerja sama antara pimpinan dan bawahan berada
dalam standar.
Dengan demikian, ada dua sasaran pengawasan yaitu
perilaku individu sebagai orang-orang yang memproses input
menjadi output (yang diarahkan agar berperilaku organisasi), dan
Psikologi Manajemen | 47
5. merupakan kontrol diri sendiri,
6. bersifat langsung, yaitu pelaksanaan kontrol di tempat kerja,
dan
7. memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para
tenaga kependidikan.
Humble mengemukakan adanya tiga macam pemeriksaan,
yaitu pemeriksaan terhadap karya, kemampuan, dan gaji. Kontrol
mencakup segala bagian organisasi, mulai dari perencanaan
seleksi personalia, pembinaan personalia, anggaran belanja,
penilaian perilaku, cara bekerja, sampai dengan efektivitas
pemakaian dana.
Kontrol dalam organisasi pada umumnya, khususnya dalam
lembaga-lembaga pendidikan tidak boleh dilakukan secara
eksakta, sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar. Bila hal ini
dilakukan berarti organisasi itu menerapkan kontrol mesin kepada
manusia.
Kontrol yang baik ialah kontrol yang dapat memanfaatkan
profesi karir personalia secara optimal, yaitu dengan cara:
1. mengikutsertakan mereka dalam menentukan sasaran,
2. menciptakan iklim organisasi yang mendorong
pengembangan diri dan komunikasi yang lancar,
3. membuat mereka responsif dan bersemangat dalam
melakukan pekerjaan.
Dengan demikian, pengawasan (controlling) diartikan sebagai
usaha menentukan apa yang sedang dilaksanakan dengan cara
menilai hasil/prestasi yang dicapai dan kalau terdapat
penyimpangan dari standar yang telah ditentukan, maka segera
diadakan usaha perbaikan, sehingga semua hasil/prestasi yang
dicapai sesuai dengan rencana.
Proses pengawasan ini saling berkaitan, apabila belum selesai,
maka kembali ke proses awal, dan apabila telah selesai, maka akan
menghasilkan keluaran (output) berupa laporan hasil kinerja.
Dalam penerapannya di bidang manajemen pendidikan, kepala
sekolah sebagai pimpinan tentunya harus mampu melakukan
48 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
pengawasan agar kualitas output yang dihasilkan menjadi lebih
baik dan sesuai dengan keinginan banyak pihak, khususnya
stakeholders pendidikan.
Psikologi Manajemen | 49
52 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
BAGIAN IX EFEKTIVITAS
KEPEMIMPINAN
55 Tony Bush & David Middlewood, Leading and Managing People in Education,
California: Sagu Publication Limited, 2005, p. 47.
56 Marc Schabracq , Changing Organizational Culture, England: John Wiley &
Sons Ltd. The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ,
2007, p.7.
57 Kasful Anwar, Kepemimpinan Pesantren: Menawarkan Model
Kepemimpinan Kolektif dan Responsif, Jambi: STS Press, 2011, hal. 71.
Psikologi Manajemen | 55
impelementasi, makna ayat-ayat al-Qur’an hanya dipandang
secara doktrinal-transendental, tidak dipahami secara kultural-
profan. Pesan-pesan al-Qur’an tidak diperkenalkan secara
dialogisdengan kenyataan sosial yang mengikat kehidupan58,
Dalam prakteknya, al-Qur’an memberikan spirit bagi setiap
manusia termasuk organisasi untuk tumbuh kembangnya budaya
organisasi kearah yang lebih baik. Inspirasi al-Qur’an telah
mendorong berbagai pranata sosial termasuk pendidikan untuk
terus mengembangkan budaya organisasi yang baik seperti
budaya kerja yang maksimal, membayar upah sebelum kering
keringatnya, hidup harus bekerjasama, dan sebagainya. Karena
itulah penting untuk membicarakan organisasi dan budayanya.
Membicarakan budaya organisasi, setidak ada dua kata yang
harus dipahami secara utuh, yaitu organisasi dan budaya.
Dalam pandangan Ashkanasy5960 pada tingkat praktis, budaya
dan iklim deskriptor organisasi sedang meningkat. Semakin
banyak manajer dalam organisasi berbicara tentang mengubah
budaya mereka, menciptakan budaya baru, mencari tahu dampak
budaya mereka, atau melestarikan budaya mereka. Ketika
seseorang menguji tentang apa yang mereka sebenarnya
bicarakan, banyak yang harus dilakukan dengan apa yang kita
akan dan harus sebut iklim.
Budaya, dalam bahasa manajerial populer, biasanya mengacu
pada bagaimana orang merasa tentangorganisasi,sistem
kekuasaan, dan tingkatan keterlibatan dan hal-hal yang menjadi
komentar karyawan, yang semuanya mengacu pada iklim yang
lebih dari budaya. manajer perlu untuk belajar bahwa di mana
budaya mungkin paling penting adalah dampaknya pada barang
yang “sulit” , seperti strategi dan struktur. Kebanyakan manager
58 Suryadharma Ali, Mengawal Tradisi Meraih Prestasi: Inovasi dan Aksi
Pendidikan Islam, Malang: UIN Maliki Press, 2013, hal. 147.
59 Neal M. Ashkanasy, et al, (Eds), Handbook of Organizational Culture and
Climate, USA: Sage Publication, Inc., 2000.
69 Ibid., hal.67-68.
70 Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus, dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2011),
hal.95.
71 Ibid., hal.97.
Psikologi Manajemen | 59
bahwa seseorang harus bekerja dengan penuh ketekunan dengan
mencurahkan seluruh keahlianya. Jika seseorang bekerja sesuai
dengan kemampuanya, maka akan melahirkan hal-hal yang
optimal. Organisasi yang baik tentunya akan dapat dibangun jika
tercipta budaya organisasi yang kondusif.
64 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
A. Konsep Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk
memandang motivasi, yaitu motivasi dipandang sebagai suatu
proses dan kita menentukan karakter dari proses dengan petunjuk
yang ada.72
Manajemen tradisional menitikberatkan pada metode
instruksi, yakni manajemen dengan cara menentukan hal-hal yang
dianggap penting oleh manajer. Cara ini tidak mempertimbangkan
apakah penugasan atau pekerjaan itu sesuai atau tidak dengan
kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kemampuan, serta
pemahaman bawahan. Instruksi atau pekerjaan tersebut juga tidak
berdasarkan pada motif-motif dan tujuan manajemen.
Penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang
kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam
bidang ilmu manajemen menimbulkan perubahan mengenai unsur
ketenagaan dalam organisasi. Unsur ketenagaan menentukan
berhasil atau tidaknya proses manajemen.
72 Ibid., h. 72.
Sementara manajemen modern berpendapat bahwa tingkah
laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan suatu
pekerjaan
Psikologi Manajemen | 61
atau perbuatan akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi
yang ada. Bawahan atau staf dapat dipaksa untuk melakukan
suatu perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati
perbuatan itu sebagaimana mestinya. Manajer dapat memaksa
bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan/tugas, tetapi tidak
mungkin memaksanya untuk bekerja dalam arti sesungguhnya.
Hal ini menjadi tugas manajemen yang paling berat yakni
bagaimana cara dan upaya agar bawahan mau bekerja
berdasarkan keinginan dan motif berprestasi yang tinggi.
Psikologi Manajemen | 63
hendaknya berupaya mengenal dan memahami kemampuan
prasyarat yang telah dimiliki oleh bawahan/stafnya. Pegawai
yang telah menguasai prasyarat yang diperlukan akan lebih
mudah mengamati keterkaitan antara kemampuannya
dengan penugasan yang lebih kompleks untuk dikerjakan.
Kondisi ini akan menjamin kelancaran kerja dan mencagah
terjadinya gagasan dan frustasi.
6. Novelty
Pada umumnya tenaga kerja lebih senang bekerja
berdasarkan prosedur-prosedur yang baru, yang mungkin
masih asing baginya. Suatu gaya dan alat yang baru serta
metode baru akan lebih mendorong pegawai bekerja secara
lebih baik dari sebelumnya, misalnya menggunakan metode
kerja secara bervariasi dan serasi dan sebagai
alat/perlengkapan yang tergolong canggih dan tepat guna.
7. Praktek yang aktif dan bermanfaat
Tenaga pegawai merasa senang berperan aktif dalam
latihan/praktek untuk mencapai tujuan
organisasi/manajemen. Praktek secara aktif berarti
mengerjakan sendiri dan langsung suatu tugas pekerjaan
tertentu, bukan hanya mendengarkan atau mencatat
informasi. Karena itu, pimpinan perlu menyediakan
kesempatan bagi bawahan/staf untuk melatih dan melakukan
langsung tugas-tugas dalam bidangnya di bawah supervisi/
bimbingan secara berkala dan berkesinambungan.
8. Latihan terbagi
Pelatih merupakan salah satu upaya untuk
membangkitkan motivasi kerja. Pimpinan perlu melakukan
upaya secara berencana agar kegiatan pelatihan dibagi
menjadi serangkaian kurun waktu yang cukup singkat.
Latihan seperti ini akan meningkatkan motivasi belajar
ketimbang latihan yang dilaksanakan sekaligus dalam jangka
waktu lama. Cara yang terakhir ini akan melelahkan dan akan
Psikologi Manajemen | 65
organisasi, penetapan tugas berdasarkan diri sendiri, dorongan
dan pujian dari pihak luar, teknik dan prosedur manajerial yang
bervariasi, minat-minat khusus staf, pengurangan kegiatan yang
tidak diminati, hindari situasi kecemasan, pemanfaatan
kecemasan, dan gejala frustasi untuk meningkatkan pekerjaan,
hindari timbulnya demoralisasi dalam pekerjaan, stabilisasi
emosional bawahan, pendayagunaan tekanan kelompok secara
efektif, pengembangan kreativitas.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pimpinan untuk
mendorong dan menggerakkan motivasi bekerja demi suksesnya
program organisasi pada semua lini, antara lain:
1. Kaitan sistem penugasan dengan tujuan, pengalaman pribadi,
minat, dan nilai-nilai yang berlaku agar tugas tersebut
mengandung makna tertentu bagi pegawai yang
bersangkutan.
2. Pengelola berupaya mempertunjukkan model-model tingkah
laku dan kepribadian yang baik, yang patut diamati dan
ditiru oleh rekan kerja, bawahan, dan atasan, serta orang-
orang yang mendapat pelayanan.
3. Kembangkan sistem dan prosedur komunikasi terbuka dua
arah antara unsur-unsur ketenagaan dalam organisasi dan
dengan pihak luar serta instansi terkait.
4. Upaya-upaya lainnya yang perlu dipertimbangkan
pelaksanaannya untuk memperkuat motivasi kerja dalam
rangka pendayagunaan sumber daya manusia bagi kegiatan
organisasi pada semua jenjang adalah penugasan yang
mengacu ke masa depan, penugasan berdasarkan
kemampuan prasyarat tenaga bersangkutan, pendayagunaan
prosedur-prosedur kerja yang relatif baru, penyediaan
kesempatan bagi setiap orang untuk berperan aktif.
Psikologi Manajemen | 67
Dari pengertian keputusan di atas, dapat penulis tarik
kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan
masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui
pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.
Sementara itu, pengambilan keputusan sangat penting dalam
manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin
(manajer). Beberapa definisi mengenai Pengambilan Keputusan
menurut beberapa ahli74 adalah sebagai berikut:
1. George. R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai “pe
mi lihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih
alternatif yang ada”.
2. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan di antara
alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak adalah
inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak
ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
3. Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan
keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan
ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang
dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti
penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan
masalah.
4. Chester I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari
perilaku perorangan dan dalam gambaran proses keputusan
ini secara relatif dan dapat dikatakan bahwa pengertian
Psikologi Manajemen | 69
1. Pengetahuan; pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan
seseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan.
2. Aspek kepribadian; aspek kepribadian ini tidak nampak oleh
mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan.
Sementara aspek eksternal dalam pengambilan keputusan,
antara lain:
1. Kultur; kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka
bagi perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap
proses pengambilan keputusan.
2. Orang lain; orang lain dalam hal ini menunjuk pada
bagaimana individu melihat contoh atau cara orang lain
(terutama orang dekat) dalam melakukan pengambilan
keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam
mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh
pada perilaku individu dalam mengambil keputusan.78
Dengan demikian, seseorang yang telah mengambil
keputusan, pada dasarnya telah melakukan pemilihan terhadap
alternatifalternatif yang ditawarkan kepadanya. Namun demikian,
hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kemungkinan atau pilihan
yang tersedia bagi tindakan itu akan dibatasi oleh kondisi dan
kemampuan individu yang bersangkutan, lingkungan sosial,
ekonomi, budaya, serta lingkungan fisik dan aspek psikologis.
Psikologi Manajemen | 71
suatu masalah. Setiap keputusan merupakan hasil dari proses
dinamik yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan.
Dalam proses pengambilan keputusan, perlu ditempuh
langkah-langkah sebagaimana yang dikemukakan oleh Robbins
dan Coulter79 sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi suatu masalah
Situasi yang dibutuhkan oleh suatu keputusan adalah
masa lah. Jika tidak ada masalah, berarti tidak akan pernah
ada suatu keputusan. Identifikasi terhadap masalah secara
tepat bersifat mutlak, dan harus mencermati faktor-faktor
yang merupakan kendala yang meliputi : masalah persepsi,
masalah diidentifikasikan sebagai solusi, identifikasi gejala
sebagai masalah.
Mengidentifikasi atau mengenali masalah secara efektif
bukan merupakan hal yang mudah. Seorang pimpinan selaku
orang yang mengambil keputusan dapat mengidentifikasi
masalah dengan baik apabila mereka memahami tiga sifat
masalah, yaitu: a) harus sadar terhadap masalah, b) berada
dalam tekanan untuk bertindak, dan c) mempunyai sumber
daya yang diperlukan untuk bertindak.
2. Mengidentifikasi kriteria
Setelah mengidentifikasi masalah yang membutuhkan
perhatian, kriteria keputusan yang penting untuk
memecahkan masalah tersebut haruslah teridentifikasi.
Artinya, para pengam bil keputusan harus menentukan apa
yang relevan dalam mengambil keputusan.
3. Mengalokasikan bobot pada kriteria
Kriteria yang diidentifikasi tidak semuanya penting, ka-
rena nya para pengambil keputusan harus memberi bobot
pada masing-masing kriteria untuk memberinya prioritas
yang tepat dalam keputusan yang diambil.
4. Mengembangkan alternatif
79 Robbins dan Mary Coulter. Loc.Cit.
Psikologi Manajemen | 73
harus memilih alternatif yang menghasilkan angka paling
tinggi dalam langkah kelima.
Diperlukan kecermatan berpikir dan bertindak dalam
pemilihan alternatif, apalagi pada tingkat keputusan
manajerial. Solusi yang optimal sangat muskil untuk
diperoleh karena pengambil keputusan tidak mungkin
mengetahui semua alternatif yang ada, akibat dari setiap
alternatif dan proba bi litasnya.
7. Mengimplementasikan alternatif
Implementasi mencakup penyampaian keputusan itu
kepada orang-orang yang terpengaruh dan mendapatkan
komitmen mereka atas keputusan tersebut. Suatu alternatif
keputusan yang tidak diimplementasikan tidak lebih dari
sebuah abstraksi belaka. Dengan kata lain, suatu keputusan
mesti secara efektif diimplementasikan agar mencapai tujuan
yang dikehendaki.
8. Mengevaluasi efektivitas keputusan
Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan
mencakup menilai hasil keputusan tersebut untuk melihat
apakah masalahnya dapat diatasi; apakah alternatif dalam
langkah keenam dan diimplementasikan dalam langkah
ketujuh mencapai hasil yang dikehendaki dan sebagainya.
Manajemen yang efektif melibatkan pengukuran periodik
terhadap hasil. Hasil aktual dibandingkan dengan rencana dan
perubahan harus dibuat jika terjadi deviasi. Hal ini menunjukan
pentingnya pengukuran hasil, atau dengan kata lain tanpa adanya
pengukuran berarti tidak ada penilaian terhadap prestasi kerja.
D. Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Berbicara masalah pengambilan keputusan, tidak bisa lepas
dari peran kepemimpinan, manajer atau si pembuat keputusan
tersebut, dalam hal ini adalah seorang pemimpin. Kepemimpinan
seseorang dalam sebuah organisasi atau sebuah lembaga, sangat
besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga
Psikologi Manajemen | 75
yang tepat sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja sehingga dapat mengurangi atau meniadakan
birokrasi yang tidak perlu.
3. Keputusan-keputusan dan perintah-perintah dapat diberikan
secara cepat, tanpa kekhawatiran terjadi penyalahgunaan
wewenang, karena setiap pemimpin berkewajiban menyam
paikan pertanggungjawabannya.
4. Memperbesar partisipasi dan meningkatkan dedikasi serta
loya litas pada kebersamaan dan bahkan pada pemimpin,
karena setiap anggota kelompok merasa ikut berperan serta
sesuai dengan posisinya masing-masing.
5. Mendorong dan mengembangkan inisiatif, kreativitas, dan
kemauan untuk berprestasi di bidang masing-masing.
6. Menghilangkan sifat dan sikap menunggu perintah atau
keputusan pucuk pimpinan atau pimpinan lainnya sehingga
kehidupan organisasi menjadi dinamis.
7. Pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat, meskipun pucuk
pimpinan berhalangan, karena sesuai wewenang yang
dilimpahkan tetap dapat diambil keputusan-keputusan oleh
para pembantu pimpinan di bidangnya masing-masing.
8. Pucuk pimpinan berkesempatan memberikan latihan
kepemimpinan, sehingga selalu tersedia kader-kader
pengganti yang berkualitas, yang meneruskan kepemimpinan
organisasi pada masa-masa mendatang.81
Para pengambil keputusan selalu dihadapkan pada masalah,
dalam pencapaian tujuan. Karena begitu seseorang memiliki
tujuan, maka ia akan dihadapkan pada pertanyaan: what, how,
why, who dan when. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, pertanyaan
tentang bagaimana tujuan, visi dan misi, yang diinginkan dapat
dicapai, menandakan bahwa pencapaian tujuan dihadapkan pada
sejumlah rintangan atau batasan.
Dengan demikian, pengambilan keputusan merupakan
seperangkat langkah yang diambil individu atau kelompok dalam
81 Ibid., hal.32.
Psikologi Manajemen | 77
82 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
Psikologi Manajemen | 79
pengelolanya, kepribadian pengelolanya, perjalanan kehidupan
sekolah tersebut, dan faktor lingkungan. Karakteristik sekolah
dengan visi kewirausahaan yang sukses antara lain berpacu untuk
berprestasi dan menang, menyelesaikan masalah dengan teguh,
memiliki energi dan ambisi untuk kemajuan sekolah, memberikan
manfaat, fleksibel, dan adaptif terhadap lingkungan sekolah.
Sekolah yang produktif adalah sekolah yang menerapkan
manajemen secara efektif dan efisien, mampu mengelola
manajemen secara mandiri, penuh rasa percaya diri, dan berjiwa
wirausaha. Sekolah tersebut berupaya mengikuti suatu proses
pertualangan bisnis yang melibatkan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta pemikiran resiko, dapat
terlibat langsung dalam masyara kat, dan dapat memanfaatkan
lingkungan secara tepat guna. Karak teristik utama sekolah
tersebut antara lain memiliki motivasi berprestasi tinggi, mampu
mengambil resiko yang penuh perhitungan, percaya diri, inovatif,
optimis, memiliki motivasi tinggi, dan berpikir bebas.
Psikologi Manajemen | 81
yang dilakukan di sekolah, akan tampak bahwa berbagai hal itu
dilaksanakan dengan cara yang berbeda, tetapi menghasilkan
sesuatu yang tidak dipengaruhi, setidaknya bukan untuk waktu
yang lama.
Sebagai contoh, seorang supervisor, ingin mendorong para
guru untuk lebih bersungguh-sungguh dalam pengajaran mereka,
dan berusaha secara lebih baik untuk mengajar berdasarkan
kerangka kurikulum. Bekerja sama dengan komite guru,
supervisor itu akan memperkenalkan serangkaian pelayanan
workshop pada materi kurikulum, bagaimana memilih tujuan, dan
bagaimana menulis rencana pembelajaran yang efektif. Ia
kemudian juga menetapkan suatu kebijakan yang menuntut para
guru untuk menyampaikan rencana pengajarannya secara
mingguan untuk dapat ia teliti.
Meskipun seorang supervisor menemukan bahwa rencana
penga jaran tersebut sesuai dengan kerangka kurikulum, para
guru tetap harus membuat kemajuan kecil ke arah peningkatan
yang sesuai antara apa yang mereka ajarkan dan apa yang mereka
harapkan untuk diajarkan.
Dalam contoh ini, supervisor telah sukses dalam
mengimplementasikan perubahan kepada para guru untuk
menyusun pembelajaran mereka (perubahan struktural), tetapi ia
tidak berhasil dalam mengubah apa yang seharusnya diajarkan,
yang merupakan tujuan dari perubahan normatif yang
memberikan alternatif bagaimana para guru memperhatikan
berbagai hal, apa yang mereka yakini, inginkan, ketahui, dan
bagaimana mereka melakukannya. Perubahan normatif lebih
banyak mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Meskipun perubahan struktural itu penting, namun
kelihatannya tidak terlalu menjadi persoalan. Terlalu sering, justru
menjadi ”bukan peristiwa”. Sekolah Menengah Pertama, yang
mengubah na manya menjadi sekolah menengah dan kebebasan
akademis untuk kelompok yang mengajar dengan spesialisasi
pokok bahasan. Pengenalan sistem supervisi dan evaluasi yang
87 Ace suryadi dan H.A.R. Tildar, Analisis Kebijakan Pendidikan: Statu Pengantar,
Bandung: Rosdakarya, 1993, h. 195.
88 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
Budaya dapat didefinisikan sebagai seperangkat pemahaman
atau makna yang bersama-sama dalam suatu kelompok. Secara
khusus, makna ini mendefinisikan kelompok yang dibedakan dari
kelompok yang lain. 88
88 M.R. Louis, Organizations as Culture Bearing Milieux dalam Louis Pondy et.al
(eds.), Organizational Syimbolism, Greenwich, Conn : JAI, 1980, hh. 76 – 92.
89 W.J. Reddin, Managerial Effectiveness. New York: McGraw-Hill, 1970, h. 163.
Psikologi Manajemen | 89
keputusan, masyarakat, kebenaran, kualitas, pengakuan,
kepedulian, integritas, dan keanekaragaman.
Sementara itu, tes Reddin menerapkan kategorinya
berdasarkan pengalaman pribadi, yaitu sejauh mana keterpusatan
pada diri sendiri, kerja, maupun hubungan keduanya. Seorang
supervisor harus mengidentifikasi hal tersebut, dan ia mungkin
saja mendorong timbulnya hal tersebut dan mengubahnya. Lebih
jauh ia harus menghimpun hal tersebut ke arah peningkatan kerja
melalui pemimpin kelompok. Hal ini tentunya terkait dengan
tingkat konsentrasi, dan guru juga harus fokus pada masalah yang
dihadapi. Model yang diajukan ini mengandung tujuh tingkatan,
yaitu: 1) kesadaran, 2) informasi, 3) pribadi, 4) manajemen, 5) kerja
sama, 6) kolaborasi, dan 7) fokus.
Pola ini dapat digambarkan sebagai berikut: pada tahapan
awal, para guru berkonsentrasi pada dirinya sendiri dengan
memusatkan pembelajaran pada inovasi dan bagaimana
mempengaruhi para siswa secara individu. Kemudian perhatian
itu akan berdampak terhadap perubahan yang dialami para siswa.
Pada kesempatan yang lain, guru tersebut akan berkolaborasi
dengan guru yang lain dalam upaya mengimplementasikan
perubahan dan perbaikan akibatnya. Akhirnya, ketika para guru
tersebut berbeda, mereka akan mengadaptasikan inovasi dalam
upaya perbaikan pembelajaran.
Meskipun ada perbedaan di antara guru, namun pada
dasarnya mereka sepakat dalam empat hal, yaitu 1) kebutuhan
terhadap harapan yang jelas, 2) kebutuhan terhadap kepastian
masa depan, 3) kebutuhan terhadap interaksi sosial, dan 4)
kebutuhan terhadap pengawasan lingkungan dan kejadian kerja.
E. Kolegalitas
Kolegalitas merupakan konsep iklim dan budaya sekolah,
yang tidak hanya berbicara pada tingkat kebenaran, keterbukaan,
dan perasaan baik yang ada di sekolah, tetapi juga jenis sistem
norma yang mengikat para guru sebagai unit yang kolektif. Aspek
90 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
ikatan ini merupakan kunci dan sering kali hilang dalam kebijakan
dan praktek supervisi.
Salah satu masalah yang sering dihadapi kecocokan atau
keserasian.90 Kecocokan atau keserasian ini menunjukkan
hubungan kemanusiaan yang muncul di antara para guru dan
karakteristiknya berupa loyalitas, kebenaran, dan mudahnya
percakapan yang menghasilkan perkembangan kelompok sosial.
Keserasian ini juga menjadi ukuran dari suatu iklim sekolah.
Kolegalitas, dengan kata lain, menunjukkan eksistensi
tingginya tingkat kolaborasi dan prinsip antara para guru, dan
karakteristiknya berupa saling menghormati, nilai-nilai kerja sama,
dan percakapan yang spesifik anatra pengajaran dan
pembelajaran.
Apabila keserasian ini mencapai tingkat tinggi, artinya
budaya informal muncul di sekolah; dan apabila kolegalitas yang
mencapai tingkat tinggi, artinya budaya profesional dan norma-
norma kerja yang muncul di sekolah.
Norma-norma ini tentunya digariskan sesuai dengan tujuan
sekolah dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan
komitmen dan memperbaiki kinerja. Namun demikian, keseraian
juga dapat memberikan kontribusi terhadap kolegalits.
Dan pada intinya, seorang supervisor merupakan tokoh kunci
untuk memperbaiki sekolah dengan meningkatkan dan
merefleksikan kinerja para guru, yang bertujuan untuk
mengarahkan para guru untuk mengembangkan pendekatan,
sehingga mereka dapat bersikap terbuka dan mendapatkan
keuntungan, yang tentunya sangat ditentukan oleh iklim dan
budaya sekolah.
Perbaikan atau peningkatan mutu sekolah menuntut adanya
perubahan. Yaitu perubahan struktural, dan normatif. meskipun
perubahan struktural itu penting, namun kelihatannya tidak
terlalu menjadi persoalan. Terlalu sering, justru menjadi ”bukan
peristiwa”.
90 Roland Barth, Improving School from Within. San Fransisco-Jossey Bass, 1990.
Psikologi Manajemen | 91
Banyak pelatihan supervisi yang telah dilakukan penulis,
yang meliputi perubahan struktural, bukan perubahan normatif.
Perubahan normatif, tujuan dari supervisi telah masuk dalam
hitungan aspek sifat manusia. Hal ini sangat membantu untuk
memikirkan tentang sifat manusia yang memiliki dua sisi, yaitu
psikologis dan simbolis. Secara psikologis dikatakan bahwa
manusia mempunyai kebutuhan dan mencari kesempatan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Secara simbolis dikatakan bahwa
manusia mencari untuk bisa mempertimbangkan hidup mereka
dengan mencari maknanya. Sisi psikologis dari sifat manusia lebih
siap dipengaruhi oleh iklim sekolah dan sisi simbolis lebih siap
dipengarui oleh budaya sekolah.
Iklim sekolah dapat menolong para guru untuk
mengupayakan kepuasan terhadap kebutuhan mereka dalam
bekerja. Dengan mendeskripsikan kelompok yang ada tentunya
dapat membantu proses pembelajaran dan kemudian
mengevaluasi serta mengukur dimensi iklim sekolah.
Ada tujuh kategori yang menjadi komposisi dimensi sosial
untuk mendapatkan urgensi pentingnya membedakan apakah
iklim itu akan mendukung atau menghambat pembelajaran.
Ketujuh dimensi tersebut adalah 1) kesesuaian, 2)
pertanggungjawaban, 3) standar, 4) hadiah, 5) kejelasan organisasi,
6) keramahan dan dukungan, serta 7) kepemimpinan.
Matthew Miles mendeskripsikan ”sehatnya” sekolah sebagai
salah satu alasan yang menunjukkan jelasnya tujuan yang akan
dicapai (fokus tujuan); komunikasi yang mengalir secara relatif
(keseimbangan komunikasi), kesesuaian distribusi pengaruh pada
semua tingkatan organisasi (kesamaan kekuatan secara optimal),
dan efektivitas serta efisiensi penggunaan sumber daya, baik
sumber daya manusia maupun material (kegunaan sumber daya).
Sekolah yang sehat merefleksikan perasaan kebersamaan yang
mengikat para anggota (kesesuaian), perasaan baik di antara
anggota (moral), inovasi, otronomi, dan adaptasi.
Psikologi Manajemen | 93
BAGIAN XIV INOVASI
ORGANISASI
Psikologi Manajemen | 95
Santoso S. Hamijoyo dalam Sa’ud93 bahwa kata innovation sering
diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan.
Persoalan-persoalan inovasi dalam kehidupan organisasi tidak
terlepas dari empat macam faktor, yaitu 1) inovator yang disebut
sebagai agen pembawa perubahan, 2) inovasi itu sendiri, 3) orang
atau lembaga yang mengadopsi inovasi, dan 4) proses inovasi itu
sendiri yang membutuhkan waktu banyak94. Masing-masing
faktor tersebut dijelaskan oleh Hasibuan sebagai berikut.
1) Faktor inovator (agent of change)
Inovator dapat diartikan sebagai orang atau pihak-pihak tertentu
yang melahirkan/membawa inovasi, yaitu berupa ide atau
praktek baru. Berdasarkan studi Rogers disebutkan bahwa
kelompok inovator seperti diperlihatkan pada tabel distribusi
frekuensinya hanya berkisar 2,5 % saja95. Hal ini menunjukkan
bahwa yang disebut sebagai kelompok inovator tidak banyak
jumlahnya. Lebih lanjut Hasibuan menjelaskan bahwa kita
dapat memahami keterbatasan jumlah atau kelompok
inovator, sehingga berakibat pada ide dan praktek-praktek
baru hanya sedikit saja yang memahaminya. Adanya
keterbatasan ini menuntut inovator untuk dapat
mensosialisasikan ide dan praktek-praktek baru ke dalam
sistem nilai sosialnya. Sosialisasi ini menuntut kearifan pihak
inovator, jika tidak, ide dan praktek baru sering menemukan
kegagalan dalam proses adopsinya.
2) Inovasi
96 Ibid., hal.81.
Psikologi Manajemen | 97
ide atau praktek-praktek baru kepada adopter. Sedangkan
pada tahap adopsi merupakan tahap penerimaan oleh pihak
adopter.
Dalam pandangan Damian Hine, inovasi adalah konsep yang
rumit karena ada beberapa bentuk inovasi. Inovasi dalam arti luas
dianggap sebagai sesuatu yang baru untuk organisasi. Inovasi
memainkan peran penting dalam pengembangan organisasi dan
ekonomi, yang dibuktikan dengan lingkup besar dan jumlah
literatur khusus.97
Robert G. Owens sendiri melihat bahwa ada beberapa sumber
tekanan untuk berubah, sehingga memerlukan inovasi untuk
memecahkan masalah yang ada, yaitu:
a. awareness (seseorang pertama-tama harus merealisasikan
bahwa ada kebutuhan untuk berubah dan beberapa inovasi
ini memfasilitasi perubahan untuk keluar dari masalah),
b. interest (pada tahapan ini, banyak informasi dicari dan
implikasinya diungkap),
c. evaluation (pada tahap ini, masih pada tahap proses
perencanaan; ide yang dikemukakan adalah pemikiran
melalui bagaimana pekerjaan itu boleh dilakukan dalam
situasi khusus),
d. Trial (bukan merupakan eksperimen, lebih dari itu, tahap trial
adalah aplikasi skala kecil dari sebuah ide),
e. Adoption (jika trial menjanjikan, inovasi umumnya akan
diadop-
si).98
Di lingkungan kehidupan organisasi, keinovasian dapat
dilihat dari tiga sisi, yaitu (a) pimpinan dan individu-individu
tertentu sebagai inovator, (b) karakteristik internal dari struktur
99 Ibid. Hal.80.
100 Anonim, Innovative Workplaces,: Making Better Use of Skills Within
Organizations (Paris: OECD Publishing, 2010), hal.127-129.
Psikologi Manajemen | 99
tugas, konflik yang terjadi, sikap kerja positif atau negatif dan
tinggi atau rendahnya tingkat kesejahteraan.
Kedua, keterampilan dan sikap dari pegawai yang inovatif.
Keterampilan kognitif dan interpersonal, kemauan untuk
mendiskusikan dan menyelesaikan perselisihan akan memfasilitasi
inovasi dan menurunkan terjadinya konflik.
Ketiga, proses kelompok dalam tim rekan kerja. Inovasi sangat
jarang merupakan hasil dari aktivitas satu individu saja, kerjasama
sangat penting. Pengetahuan tim yang tepat, keterampilan dan
kemam puan akan mempengaruhi proses kelompok, termasuk
juga keterampilan mengelola konflik, pemecahan masalah
kolaboratif keterampilan, kemampuan komunikasi, penetapan
tujuan dan keterampilan penilaian kinerja. Efektivitas kelompok
akan ditingkat kan dengan kejelasan dan komitmen terhadap
tujuan bersama dan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Keaneka ragaman kelompok dan kepemilikan tim adalah dua
karakteristik tim yang harus mendukung hasil inovasi yang positif
.
Keempat, gaya kepemimpinan. Inovator memerlukan adanya
otonomi dari aturan dan prosedur organisasi. Partisipasi dan
dukungan langsung ini akan merangsang perilaku kerja yang
inovatif, yaitu kepemimpinan partisipatif yang akan menyiratkan
adanya konsultasi dan delegasi, serta dukungan yang berkaitan
dengan pengakuan dan penyediaan sumber daya untuk
melakukan inovasi.
Kelima, konteks organisasi juga mempengaruhi hasil perilaku
kerja yang inovatif. Hal ini dapat dianggap negatif apabila
menghambat terjadinya inovasi, atau positif apabila dapat
mempro mosikan budaya inovasi.
Dukungan untuk melakukan perubahan, fokus pada
pelanggan (stakeholders) dan pembelajaran organisasi adalah tiga
karakteristik konteks organisasi yang memberikan kontribusi
terhadap budaya inovasi. Dukungan untuk melakukan perubahan
BAGIAN XV KINERJA
ORGANISASI YANG UNGGUL
104 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.1.
105 James Lewis Jr, Long-range and Short Range Planning for Education. (USA: Allyn
and Bacon, Inc, 1983), hal. 9.
106 Ibid. hal. 3-4.
107 Andrea Luxton, Strategic Planning in Higher Education. USA: GCDE, 2005), hal.
9.
110 Muntaha Azhari dan Abd. Mun’im Saleh (Ed.), Islam Indonesia Menatap Masa
Depan, (Jakarta: P3M, 1989), hal.184.
111 Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng L.P, “Manajemen Pendidikan”Aplikasinya
dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakart: Prenada
Media Group, 2009), hal. 5.
112 Imam Suprayogo, Reformasi Visi Pendidikan Islam, (Malang: STAIN
Press,1999), hal. 73.
113 Mohammad Asrori, 2008. Dinamika Pendidikan Islam Indonesia (Kajian Historis
dari Tradisional Menuju Kontemporer). (JurnaI “eI-Harakah” Vol. to, No.1
JanuariApril 2008 UIN Malang), hal.42.
114 Hujair A. H. Sanaky, Permasalahan dan Penataan Pendidikan Islam Menuju
Pendidikan yang Bermutu, (El-Tarbawy Jurnal Pendidikan Islam, No.1 Vol.1.
2008), hal. 87-88.
115 Nizar Ali, Sumedi Ontologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Suka dan Ide
Press, 2010), hal. 148.
124 Glenn Boseman and Arvind Phatak, Strategic Management: Text and Cases, (New
York: John Wiley & Sons, Inc. 1989), hal. 23.
125 Arthur Sharplin,Op.Cit.
Psikologi Manajemen | 117
strategi dapat didasarkan pada hasil analisis lingkungan (SWOT),
yaitu dengan membentuk empat strategi, yaitu; (1) strategi SO
(menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), (2) strategi
WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang),
(3) strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman),
dan (4) Strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari
ancaman).126
Dengan demikian, berpikir strategis dan berencana strategis
merupakan langkah awal menuju pengembangan lembaga
pendidikan yang labih baik dan terukur. Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam menerapkan konsep perencanaan strategik
tentu ada berbagai faktor penghambat, yaitu sebagai berikut:
1. kurangnya pemahaman tentang konsep perencanaan strategik;
pemahaman perencanaan strategik dirancukan dengan
perencanaan jangka panjang;
2. rendahnya komitmen pimpinan untuk meraih keberhasilan di
masa yang akan datang; manajemen cenderung dijalankan atas
dasar rutinitas dalam prosedur dan teknik yang telah menjadi
kebiasaan;
3. rendahnya kesadaran untuk melihat kelemahan internal
organisasi dan ancaman yang berasal dari luar organisasi;
4. rendahnya partisipasi para pendidik dan tenaga pendidikan
dalam proses pengambilan keputusan;
5. terbatasnya sumber daya material dan finansial untuk
mendukung beroperasinya perencanaan strategik.
Dengan demikian, berfikir strategis dalam pengembangan
lembaga pendidikan Islam, adalah sebuah proses formulasi rencana
dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital,
persuasif, dan berkesinambungan. Langkah-langkah yang harus
ditempuh diantaranya; merumuskan misi lembaga, melakukan
asessmen lingkungan internal maupun eksternal lembaga,
merumuskan tujuan lembaga, dan menentukan/memilih strategi yang
sesuai dengan kondisi.
122
dan tujuan (visi dan misi) dapat tercapai secara sistematis. Selain itu
upaya pencapaian target kelembagaan dapat dikontrol sedemikian
rupa sehingga persoalan-persoalan atau problem-problem
penghambat perkembangan dapat disikapi serta diselesaikan dengan
cepat dan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
Memperoleh gelar Doktor (Dr.) dari Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan predikat
Cumlaude. Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) dari Program
Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Konsentrasi
Manajemen Pendidikan Islam pada tahun 2003, dengan predikat
Cumlaude. Gelar Sarjana Agama (S.Ag) dari Fakultas Tarbiyah
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tahun 1999 dengan
predikat Cumlaude. Menamatkan Madrasah Aliyah Mahdaliyah
pada tahun 1995 di Jambi, Madrasah Tsanawiyah Mahdaliyah
pada tahun 1992 di Jambi, dan Sekolah Dasar Negeri No.63/IV
Jambi pada tahun 1989.
Karya Ilmiah
Buku yang telah diterbitkan yaitu: 1) Pengajaran Remedial:
Teori dan Peranannya dalam Pembelajaran (2001), 2) Sekolah
Berprestasi (2001), 3) Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan Untuk
Semua (2002), 4) Penghapusan KDRT untuk Mencapai Keluarga
Sakinah (2007), dan 5) Kepuasan Kerja Guru (2017). Menjadi editor
buku: 1) Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (2003), dan 2)
Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan (2014).
Pada tahun 2017, telah memperoleh Hak atas Kekayaan
Intelektual (HaKI) dengan karya tulis berjudul: 1) The Influence of
Principal’s Leadership Styles on School Innovation in Jambi (Case Study
in Several Senior High Schools in Jambi), dan 2) Rekonstruksi
Kurikulum Manajemen Pendidikan Islam : Merancang
Keunggulan Berbasis
Stakeholder.