Psikologi Manajemen | i
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaim-
ana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara Komersial dipi-
dana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau pidana denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan / atau pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PSIKOLOGI MANAJEMEN
Editor:
Samsu, S.Ag., M.Pd.I., Ph.D.
PUSAKA JAMBI
2017
Editor:
Samsu, S.Ag., M.Pd.I., Ph.D.
Diterbitkan oleh:
Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan (PUSAKA)
email: pusakajambi@gmail.com
Psikologi Manajemen | v
kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa
yang akan datang.
Psikologi Manajemen | ix
x | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Psikologi Manajemen | 1
keluwesan dan adaptif. Konsep dan teori psikologi ini banyak,
bahkan besar pengaruhnya terhadap ilmu manajemen dan praktek
manajemen dalam setiap organisasi dan kelembagaan yang ada
dewasa ini.
1
Hamalik, Oemar, (1993). Psikologi Manajemen (Penuntun Bagi Pemimpin).
Bandung: Trigenda Karya, h. 17.
Psikologi Manajemen | 3
pengetahuan ilmiah tentang tingkah laku. Jadi bukan dengan
cara common sense, melainkan menggunakan prinsip-prinsip
psikologi secara sistematis.
Proses Interaksi
Tingkah laku individu (organisme) pada hakekatnya meru
pakan reaksi terhadap suatu/seperangkat stimulus, yang berasal
dari lingkungan dan bersumber dari dunia, reaksi mana ditujukan
kepada lingkungan dan dunia sekitarnya.
Hakekat Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi pola-pola tingkah laku yang diper
oleh dalam lingkungan tersebut. Lingkungan ini dibagi menjadi
Psikologi Manajemen | 5
Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan
keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia serta sumber-
sumber lainnya menggunakan metode yang efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.2
Bertitik tolak dari rumusan tersebut, maka ada beberapa hal
yang perlu dijelaskan lebih lanjut, yaitu sebagai berikut:
1. Manajemen merupakan suatu proses sosial yang merupakan
proses kerja sama antar dua orang atau lebih secara formal.
2. Manajemen dilaksanakan dengan bantuan sumber-sumber,
yakni sumber manusia, sumber material, sumber biaya, dan
sumber informasi.
3. Manajemen dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang
efisien dan efektif, dari segi tenaga, dana, waktu, dan seba
gainya.
4. Manajemen mengacu ke pencapaian tujuan tertentu, yang telah
ditentukan sebelumnya.
Dalam teori proses manajemen, ada tiga unsur pokok yang
berkenaan dengan pekerjaan seorang manajer, yaitu gagasan (ideas),
hal atau benda (thing), dan orang (people). Unsur-unsur tersebut
direfleksikan dalam tugas-tugas sebagai berikut:
1. Berpikir konseptual, yakni seseorang merumuskan gagasan-
gagasan dan kesempatan-kesempatan baru dalam organisasi.
2. Administrasi, yakni merinci proses manajemen.
3. Kepemimpinan, yakni memotivasi orang-orang supaya melak
sanakan kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Menurut Ricky W. Griffin, manajemen adalah sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif
dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang
ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal.
2 Ibid., h. 19.
Psikologi Manajemen | 7
yang mengandung komponen input (masukan), proses, dan output
(keluaran), yang masing-masingnya tidak dapat dipisahkan dari
keterlibatan faktor manusia, bahkan keberhasilan manajemen itu
sendiri sangat tergantung pada pendayagunaan unsur tingkah laku
manusia yang berdaya guna dan berhasil guna.
Psikologi manajemen berkenaan dengan manusia sebagai kunci
manajemen, maka karena itu erat kaitannya dengan upaya pengem
bangan sumber daya manusia sebagai tenaga pembangunan.
Kualitas manusia perlu ditingkatkan, dan kualitas itu sangat ter
gantung pada pembinaan potensi manusia itu sendiri menurut
keperluan.
Pola pikir ini sudah tentu mewarnai studi manajemen, karena
kualitas manajer dan bawahan serta orang-orang yang terlibat dalam
proses manajemen itu sudah tentu harus ditingkatkan pula mutunya,
sehingga secara keseluruhan mutu semua unsur ketenagaan sebagai
bagian dari sistem kemanusiaan perlu dikembangkan sebagai
sumber vital.
Psikologi Manajemen adalah suatu studi tentang tingkah laku
manusia yang terlibat dalam proses manajemen dalam rangka
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.3
Pada dasarnya fokus studi Psikologi Manajemen adalah ting
kah laku manusia yang berperan serta pada semua jenjang sistem
manajemen, dan yang terlibat dalam pelaksanaan proses manajemen.
3 Ibid., h. 17.
Psikologi Manajemen | 9
Studi psikologi juga memberikan sumbangan kepada mana
jemen yakni dalam rangka penelitian ilmiah dalam bidang mana
jemen, tentang tingkah laku manajerial dan lain-lain. Studi mengenai
psikologi manajemen juga mengakrabkan tenaga manajemen
dengan metode dan prosedur penelitian, serta berbagai teori hasil
penelitian di bidang manajemen.
Dengan demikian, Psikologi Manajemen perlu dipelajari oleh
calon dan manajer serta tenaga pelaksana, penyuluh, pelatih, dan
sebagainya berdasarkan pertimbangan dari segi-segi peningkatan
mutu sumber daya manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perkembangan ilmu perilaku, dan profesionalisasi tenaga
manajemen.
Psikologi Manajemen | 11
pelanggan luar (external customer) seperti masyarakat, pemerintah
dan industri.
Menurut Edward Sallis7, ada beberapa hal pokok yang harus
diperhatikan dalam menjalankan Total Quality Management, yaitu,
pertama, perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement),
kedua, menentukan standar mutu (quality assurance), ketiga, peru
bahan kultur (change of culture), keempat, perubahan organisasi
(upside-down organization), dan kelima, mempertahankan hubungan
dengan pelanggan (keeping close to the customer).
Dengan menyesuaikan istilah sekolah dengan lembaga/orga
nisasi, pendapat senada juga dikemukakan oleh Sri Minarti bahwa
dalam pelaksanaannya, manajemen peningkatan mutu harus
memiliki prinsip-prinsip, pertama, peningkatan mutu harus dilak
sanakan di lembaga pendidikan. kedua, peningkatan mutu hanya
dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik. ketiga,
peningkatan mutu harus didasarkan kepada data dan fakta, baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Keempat, peningkatan
mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada
di lembaga/organisasi itu dan kelima, peningkatan mutu memiliki
tujuan bahwa lembaga/organisasi dapat memberikan kepuasan
kepada civitas akademika, wali mahasiswa dan masyarakat.8
Ini adalah disiplin yang mempromosikan suatu pendekatan
kolaboratif dan penciptaan terpadu, menangkap, akses organisasi
dan penggunaan pengetahuan pada suatu organisasi. Proses yang
sistematis untuk menemukan, memilih, mengorganisir, dan menya
jikan informasi, serta meningkatkan pemahaman sumber daya
manusia, membantu organisasi untuk mendapatkan wawasan dan
pemahaman dari pengalaman sendiri. Pengetahuan manajemen
membantu organisasi untuk memfokuskan diri pada proses
7 Ibid., hal.7.
8 Sri Minarti, Manajemen Sekolah; Mengelola Pendidikan Secara Mandiri, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011, Cet ke-1, hal.350. pendapat ini juga dikutip Jamal Ma’mur
Asmani dalam bukunya, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Jogjakarta: Diva
Press, 2012, hal. 117.
Psikologi Manajemen | 13
pengetahuan” kepada “berbagi pengetahuan” (berbagi di antara
anggota tim) dan menciptakan suasana kepercayaan.
Dari konsep pengetahuan manajemen yang dimiliki oleh
seorang pemimpin, seperti dikemukakan oleh Tanri Abeng, bahwa
“Management leadership combines leadership skills and managerial com
petence to achieve sustainable growth”.10
Dikemukakan lebih lanjut bahwa tujuan para pemimpin-
manajemen, melalui penerapan praktek manajemen yang sistematis
adalah untuk membangun satu organisasi yang kuat dari sekelompok
orang yang berkualifikasi, yang mempunyai tekad dan kemampuan
untuk mencapai suatu keinginan bersama.11
Dalam pelaksanaannya, pengetahuan manajemen dengan cara
membagi modal pengetahuan diarahkan untuk mencapai tujuan
organisasi, yaitu dalam rangka peningkatan mutu.
Organisasi merupakan kumpulan orang yang memiliki keu
nikan dalam banyak hal. Keunikan ini biasanya direfleksikan dalam
organisasi tersebut. Organisasi tentunya mempunyai budaya yang
unik. Dalam hal ini, perbedaan antara organisasi yang sukses dan
tidak sukses berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam
organisasi tersebut.12
Berikut ini dapat digambarkan mengenai kerangka proses
pengetahuan manajemen menurut Peter H. Gray13 sebagai berikut:
Psikologi Manajemen | 15
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Dalam hal ini, Islam adalah satu-satunya agama samawi yang
memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Ayat-ayat
ini sebagai proklamasi dan motivasi terhadap ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, kita harus memberikan skala prioritas yang tinggi
terhadap ilmu pengetahuan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
kita dapat mensejahterakan kehidupan umat manusia, dan
mengelola alam dengan baik.
Dalam surat ini terdapat ajakan untuk membaca dan belajar,
dan bahwa Tuhan yang mampu menciptakan manusia dari asal
yang lemah akan mampu pula untuk mengajarkannya menulis yang
merupakan sarana penting untuk mengembangkan ilmu penge
tahuan dan mengajarkannya sesuatu yang belum pernah dike
tahuinya. Allahlah yang mengajarkan ilmu kepada manusia.
Manusia sebagai bagian organisasi, harus mampu mentransfer
ilmu pengetahuan yang dimilikinya sehubungan aspek-aspek
manajemen yang ada, termasuk perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan dalam organisasi.
Dengan demikian, knowldege management menjadi bidang yang
penting dalam proses pembelajaran sebuah organisasi. Pengetahuan
yang dimiliki oleh organisasi harus mampu memberikan kemajuan
bagi organisasi itu sendiri. Agar organisasi dapat bertahan hidup,
maka diwajibkan agar setiap orang yang ada di dalam organisasi
sharing pengetahuan. Untuk itu dibutuhkan manajemen yang kuat agar
pengetahuan tersebut mengakar di setiap individu dalam organisasi
dan tidak hilang begitu saja dengan didukung infrastruktur untuk
penyebaran informasi di lingkungan organisasi.
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan di atas, me
nunjukkan bahwa pengetahuan manajemen harus dikembangkan
dalam sebuah organisasi, yaitu bagaimana semua sumber daya
manusia yang ada dapat menghimpun, mengelola dan berbagi
pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk kemajuan organisasi.
Psikologi Manajemen | 17
18 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
BAGIAN IV
LANDASAN PSIKOLOGI MANAJEMEN
A. Landasan Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani on = being, dan
logos = logic, jadi ontologi adalah the teory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan). Dalam pengertian lain,
ontologi itu terdiri dari dua suku kata, yaitu ontos dan logos. Ontos
berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi
dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang
ada. Menyoal tentang wujud hakiki objek ilmu dan keilmuan (setiap
bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa? Objek ilmu
atau keilmuan itu dalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau
panca indera. Jadi soal objek ilmu adalah pengalaman inderawi.
Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat suatu yang berwujud (yang ada) berdasarkan pada logika
semata.15
Psikologi Manajemen | 19
Metafisika atau kajian ontologi merupakan masalah yang paling
mendasar dan menjadi inti dalam filsafat. Orang yang berfilsafat
berarti ia juga mesti bermetafisika. Objek-objek ilmu pengetahuan
harus dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya.
Pada abad ke-17, Christian Wolff menunjukkan suatu istilah
baru, yakni Ontologi. Menurutnya, ontologi atau metafisika adalah
ilmu mengenai ada secara keseluruhan.16 Metafisika merupakan
sebuah usaha sistematis dalam mencari hal yang ada di belakang
hal-hal fisik. Yang ada ini merupakan prinsip dasar yang dapat
ditemukan pada semua hal. Dengan kata lain, metafisika atau
ontologi adalah studi mengenai makna dan hakikat dari yang ada.
Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui; meru
pakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontologi
dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi objek
penelaahan ilmu. Berdasarkan objek yang telah ditelaahnya, ilmu
dapat disebut sebagai pengetahuan empiris, karena objeknya adalah
sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia, yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca
indera manusia. Berlainan dengan agama atau bentuk-bentuk pe
ngetahuan yang lain, ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian-
kejadian yang empiris, selalu berorientasi terhadap dunia empiris.
Beberapa pertanyaan tentang persoalan-persoalan ontologis
sebagaimana dikemukakan oleh Ali Mudhoffir yang dikutip Aceng
Rahmat, di antaranya adalah:
• Apa yang dimaksud dengan yang ada, keberadaan atau
eksistensi itu?
• Bagaimana penggolongan dari ada, keberadaan, dan
eksistensi?
• Apa sifat dasar (nature) atau keberadaan?
a. Persoalan-persoalan kosmologis (alam). Persoalan kosmologis
bertalian dengan asal mula, perkembangan dan struktur atau
susunan alam.
16 Lorens Bagus, Metafisika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991),
hal.19.
17 Aceng Rahmat, Filsafat Ilmu Lanjutan ( Jakarta; Kencana, 2011), hal. 142-143
Psikologi Manajemen | 21
empiris.18 Pertama, masalah rasional; hipotesis harus berdasarkan
rasio (hipotesis harus rasional), walaupun hipotesis tersebut belum
diuji kebenarannya, namun hipotesis itu telah mencukupi segi
kerasionalannya, yang menunjukkan adanya hubungan pengaruh
atau sebab akibat. Kedua, masalah empiris; hipotesis ini harus diuji
kebenarannya mengikuti prosedur metode ilmiah. Dengan megikuti
rumus baku metode ilmiah: logico-hypothetico-verificatif (buktikan
bahwa itu logis-tarik hipotesis-ajukan bukti empiris).19
B. Landasan Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahu
an dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu
yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya.
Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yaitu cabang filsafat
yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan,
hakikat pengetahuan dan sumber pengaetahuan. Dengan kata lain,
epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau
membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan
ilmu dan keilmuan. Tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan
ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non ilmiah, metode ilmiah
dan metode problem solving. Pengetahuan yang diperoleh melalui
pendekataan/metode non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh
dengan cara penemuan secara kebetulan, untung-untungan (trial and
error), akal sehat (common sense), prasangka, otoritas (kewibawaan)
dan pengalaman biasa.20
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagai
mana cara memperoleh pengetahuan. Epistemologi membahas
secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha
untuk memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi
adalah suatu teori pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan
Psikologi Manajemen | 23
tidak menjamin diperolehnya kebenaran yang disepakati.
Dengan demikian, diperlukan alat lain, yaitu empirisme.
c. Empirisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa
yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Dengan
empirisme inilah aturan untuk mengatur manusia dan alam
dibuat. Namun, ternyata empirisme belum terukur, karena
hanya sampai pada konsep-konsep yang umum dan belum
operasional. Jadi, masih diperlukan alat lain, yaitu positivisme.
d. Positivisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa
kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, dan yang
terukur. Jadi, kontribusi positivisme adalah ”terukur”, yang
secara operasional dan kuantitatif tidak memungkinkan adanya
perbedaan pendapat. Dengan demikian, kata positivisme, kebe
naran dapat dilihat dengan mengajukan logikanya, kemudian
ajukan bukti empirisnya yang terukur. Namun kita masih
memerlukan alat lain, yaitu metode ilmiah.
e. Metode Ilmiah mengatakan bahwa untuk memperoleh kebe
naran/pengetahuan yang benar dengan melakukan langkah-
langkah logico-hypothetico-verificatif, maksudnya, mula-mula
buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis (ber
dasarkan logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis
itu secara empiris. Dengan rumus metode ilmiah inilah kita
membuat aturan yang mengatur manusia dan alam. Metode
ilmiah ini secara teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang
ilmu yang disebut metode riset.
f. Metode Riset menghasilkan model-model penelitian.
g. Model-model Penelitian inilah yang menjadi proses terakhir
dalam membuat aturan untuk mengatur alam dan manusia.
Dengan menggunakan model penelitian tertentu, kita menga
dakan penelitian, dan hasil-hasil penelitian itulah yang menjadi
warisan berupa ilmu pengetahuan.
Psikologi Manajemen | 25
b. Teori sebagai alat peramal
Ketika membuat eksplanasi, biasanya ilmuwan telah
mengetahui juga faktor penyebab terjadnya gejala tersebut;
sehingga ia dapat membuat ramalan (prediksi). Tepat dan
banyaknya ramalan yang dapat dibuat oleh ilmuwan diten
tukan oleh kekuatan teori yang ia gunakan, kepandaian dan
kecerdasan, dan ketersediaan data di sekitar gejala itu.
c. Teori sebagai alat pengontrol
Eksplanasi merupakan bahan untuk membuat ramalan
dan kontrol, yaitu berupa tindakan-tindakan yang diduga
dapat mencegah terjadinya gejala yang tidak diharapkan atau
menimbulkan gejala yang memang diharapkan. Bila ramalan
(prediksi) bersifat pasif, namun kontrol bersifat aktif.
Dihadapkan pada masalah moral dalam pemanfaatan ilmu
dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi ke
dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama berpendapat
bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai, baik itu secara
ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini ilmuwan hanyalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk
mempergunakannya; apakah akan dipergunakan untuk tujuan
yang baik ataukah untuk tujuan yang buruk. Golongan ini ingin
melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total, seperti pada waktu
era Galileo. Golongan kedua berpendapat, bahwa netralitas ilmu
terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan,
sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan nilai-nilai
moral, yaitu:
a. Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh
manusia, yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia
yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan.
b. Ilmu telah berkembang dengan pesat sehingga kaum ilmuwan
lebih mengetahui tentang hal-hal yang mungkin terjadi apabila
terjadi penyalahgunaan.25
Psikologi Manajemen | 27
pengawasan, rencana-rencana memerlukan modifikasi agar tetap
berguna.
Perencanaan menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir
dalam organisasi. Karena itu, dalam menyusun perencanaan, kita
harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu
menyeseuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang baru secepat
mungkin. Perencanaan juga merupakan pemikiran kegiatan-
kegiatan apa saja sebelum dilaksanakan.
Perencanaan pendidikan adalah proses penentuan tujuan atau
sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan serta sumber
yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefektif dan seefisien
mungkin. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan
yang mekipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan
antara yang satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan.26
Ketiga kegiatan yang dimaksud adalah (1) perumusan tujuan
yang ingin dicapai, (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan
itu, dan (3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya
selalu terbatas.
Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu
apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang
harus dikerjakan, dan siapa yang mengerjakannya. Perencanaan
sering juga disebut jembatan yang menghubungkan kesenjangan
atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan
terjadi pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan perencanaan pendi
dikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan
selama waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu perencanaan
agar penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan
efisien sehingga menghasilkan lulusan yang lebih bermutu, relevan
dengan kebutuhan pembangunan. Dalam hal ini, cara-cara penye
lenggaraan pendidikan, baik yang bersifat formal dan nonformal
Psikologi Manajemen | 29
(SP4); model ini berarti bahwa perencanaan, penyusunan
program, dan penganggaran dipandang sebagai suatu sistem
yang tidak terpisahkan satu sama lainnya.28
Ada tujuh metode perencanaan pendidikan, yaitu:
1. Metode mean - ways - ends analysis (analisis mengenai alat– cara
– tujuan)
Metode ini digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan
alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Tiga hal yang perlu
dianalisis dalam metode ini yaitu mean, yang berkaitan dengan
sumber-sumber yang diperlukan, ways, yang berhubungan
dengan cara dan alternatif tindakan yang dirumuskan dan
bakal dipilih, dan ends, yang berhubungan dengan tujuan yang
hendak dicapai.
2. Metode input – output analysis (analisis masukan dan keluaran)
Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengkajian terhadap
interrelasi dan interdependensi berbagai komponen masukan
dan keluaran dari suatu sistem. Metode ini dapat digunakan
untuk menilai alternatif dalam proses transformasi.
3. Metode econometric analysis (analisis ekonometrik)
Metode ini menggunakan data empiris, teori ekonomi, dan
statistik dalam mengukur perubahan dalam kaitan dengan
ekonomi. Metode ini mengembangkan persamaan-persamaan
yang menggambarkan hubungan ketergantungan di antara
variabel-variabel yang ada dalam suatu sistem.
4. Metode cause – effect diagram (diagram sebab akibat)
Metode ini bertujuan untuk menentukan sejumlah alternatif
program, mengeksplorasi asumsi-asumsi atau fakta yang
melandasi keputusan tertentu dengan mencari informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kesepakatan.
5. Metode heuristic
Metode ini dirancang untuk mengeksplorasi isu-isu dan untuk
mengakomodasi pandangan-pandangan atau ketidakpastian.
Psikologi Manajemen | 31
tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Perencanaan ini biasanya sudah terperinci dan
menggunakan data statistik, namun demikian, kadang-
kadang juga menggunakan pertimbangan akal sehat
(common sense). Perencanaan ini mencakup semua aspek
dalam suatu sistem yang meminta ditaatinya kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat perencanaan
strategik.
c. Perencanaan Operasional; yang memusatkan perhatian
pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan
di lapangan dari suatu rencana strategis.31
3. Menurut Jangka Waktunya
a. Perencanaan Jangka Pendek; yaitu perencanaan tahunan
atau perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam
waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana
operasional.
b. Perencanaan Jangka Menengah; mencakup kurun waktu
pelaksanaan 5 – 10 tahun, yang merupakan penjabaran
dari rencana jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat
operasional.
c. Perencanaan Jangka Panjang; meliputi cakupan waktu
di atas 10 tahun sampai dengan 25 tahun, dan semakin
panjang rencana, maka semakin banyak pula variabel yang
tentunya akan sulit dikontrol.32
Proses perencanaan strategik merupakan penetapan serang
kaian keputusan dan kegiatan dalam perumusan dan implementasi
strategi-strategi yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi.33 Ada sembilan langkah yang harus dilakukan dalam
proses perencanaan strategik, yaitu sebagai berikut:
1. Penentuan misi dan tujuan
2. Pengembangan profil perusahaan
31 Ibid., hal.55-59.
32 Ibid., hal.59-60.
33 Handoko, Op.Cit., hal.94.
34 Ibid., hal.94-98.
Psikologi Manajemen | 33
9) Menghemat waktu, usaha dan dana.35
T. Hani Handoko menjelaskan bahwa terdapat empat tahap
dalam perencanaan, yaitu :
1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
2) Merumuskan keadaan saat ini;
3) Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
4) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan.36
Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang
keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Pene
tapan tujuan awal organisasi merupakan bagian awal dari proses
penyusunan perencanaan. Tujuan organisasi ibarat kompas ayang
dijadikan arah bagi keputusan dan aktivitas organisasi. Tanpa
perumusan tujuan organisasi yang tegas dan jelas maka organisasi
akan menghamburkan sumber daya secara berlebihan. Mengenal
prioritas akan kekhasan tujuan organisasi akan membuat manajemen
dapat menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.
Seberapa jauh suatu organisasi gagal mencapai tujuan jangka
pendeknya atau berhasil mencapainya dan berbagai faktor apa yang
berpengaruh? Pertanyaan ini tentunya sangat terkait dengan situasi
sekarang atau situasi sedang berjalan. Pemimpin/manajer harus
menyadari bahwa situasi dan keadaan sekarang sangat dipengaruhi
oleh situasi dan kondisi sebelumnya dan posisi sekarang sangan
dipengaruhi akan mempengaruhi situasi dan kondisi yang akan
datang. Oleh karena itu mengenal situasi dan kondisi sekarang
sangat penting artinya bagi seorang pemimpin/manajer dan dari
data masa lalu sampai pada posisi sekarang merupakan petunjuk
atau sinyal seberapa jauh perencanaan yang telah dilakukan telah
berjalan efektif dan efisien. Berdasarkan pengalaman di dalam
menyususn perencanaan untuk masa yang akan datang.
Pemahaman akan sisi organisasi sekarang dari tujuan yang
hendak dicapai atau sumber daya yang tersedia untuk pencapaian
35 Handoko, Op.Cit., hal.81.
36 Ibid., hal.79.
Psikologi Manajemen | 35
analisis berkelanjutan dan pengukuran operasi aktual terhadap
standar yang dikembangkan dan dirumuskan di dalam proses
perencanaan.
Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang akan dikerja
kan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat membuat rencana
secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan terlebih
dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya. Perencanaan
adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan.
A. Pengertian Organisasi
Organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, orga
nisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional,
misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan,
dan badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses
pengorganisasian, yaitu bagaimana pekerja diatur dan dialokasikan
di antara para anggota agar dapat mencapai tujuan secara efektif,
artinya organisasi merupakan susunan dan aturan dari berbagai
bagian organ sehingga menjadi kesatuan yang teratur.
Organisasi diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan pengor
ganisasian diartikan sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-
tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada
orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan
sumber-sumber daya serta mengkoordi-nasikannya dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi secara efektif.
Fungsi organisasi meliputi kegiatan-kegiatan membentuk atau
mengadakan struktur organisasi baru untuk menghasilkan produk
baru, menetapkan garis hubungan kerja antara struktur yang ada
dengan struktur baru dan merumuskan komunikasi dan titik-
titik hubungan menciptakan deskripsi kedudukan dan menyusun
kualifikasi tiap kedudukan (posisi) yang menunjukkan apakah
rencana dapat dilaksanakan oleh organisasi yang ada atau diper
lukan orang lainnya yang memiliki keterampilan khusus.
Psikologi Manajemen | 37
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan
struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber
daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang meling
kupinya.37 adalah penentuan bagaimana penyusunan organisasi
dan bagaimana aktivitas dapat dilakukan. George R. Terry (1986)
mengemukakan bahwa: “Pengorganisasian adalah tindakan meng
usahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-
orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan
atau sasaran tertentu”.
Organisasi (Organizing) adalah dua orang atau lebih yang be
kerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran
spesifik atau sejumlah sasaran. Bila ditinjau dari proses, maka proses
itu adalah proses menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang
telah dirumuskan dalam perencanaan diatur dalam sebuah struktur
organisasi yang tepat dan dapat bekerja secara efektif.
Pengorganisasian atau Organizing berarti menciptakan suatu
struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa
sehingga hubungan antar bagian-bagian satu sama lain dipengaruhi
oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur tersebut.
Pengorganisasian bertujuan membagi satu kegiatan besar men
jadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah
manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut.
B. Proses Pengorganisasian
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi
(1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, di antaranya
adalah: (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian
satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan
37 Ibid., hal.167.
38 Ibid., hal.168-169.
Psikologi Manajemen | 39
dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan pendidikan.
Prinsip-prinsip organisasi pendidikan ádalah sebagai berikut:
a. Pengorganisasian pendidikan harus bersifat komprehensif.
b. Pengorganisasian pendidikan harus bersifat integral.
c. Pengorganisasian pendidikan harus memperhatikan aspek-
aspek kualitatif dan kuantitatif.
d. Pengorganisasian pendidikan harus merupakan rencana jangka
panjang dan kontinue.
e. Pengorganisasian pendidikan harus didasarkan efisiensi.
f. Pengorganisasian pendidikan harus dibantu oleh organisasi
administrasi yang efisien dan data yang dapat diandalkan.
g. Pengorganisasian pendidikan harus memperhitungkan semua
sumber yang ada atau yang dapat diadakan.
C. Struktur Organisasi
Pengorganisasian menyangkut penentuan pekerja, pembagian
verja, penetapan mekanisme untuk mengorganisasikan kegiatan.
Salah satu hasil dari proses ini adalah struktur organisasi yang
merupakan prosedur formal manajemen organisasi.
Pada struktur organisasi ini tergambar posisi kerja, pembagian
kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan atasan dan bawah
an, spesifikasi aktivitas mengacu pada spesifikasi tugas perorangan
dan kelompok di seluruh organisasi.
Dalam struktur organisasi juga tergambar hubungan dalam
organisasi yang menunjukkan kaitan antara tanggung jawab,
wewenang, dan pelaporan akuntabilitas, yaitu keharusan memper
tanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang mengacu kepada
sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi.
Bentuk-bentuk hubungan dalam organisasi pada umumnya
dan organisasi pendidikan pada khususnya Sangat banyak dan ber
variasi. Dalam organisasi sekolah yang benar, hubungan-hubungan
itu secara garis besar mencakup aspek sarana, fungsí atau perangkat
tugas, tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas. Semua hal
Psikologi Manajemen | 41
pendidikan karena rencana yang disusunnya selalu mengenai
sistem pendidikan tersebut.
Aspek ini meliputi dasar dan tujuan pendidikan, struktur
sistem pendidikan, isi pendidikan, metode belajar dan mengajar,
serta inovasi pendidikan.
c. Aspek Demografis
Aspek ini mempunyai pengaruh yang jelas dalam pendi
dikan dan bidang ekonomi. Pengaruhnya nyata sekali untuk
perkembangan dan meningkatkan kemakmuran. Di satu
pihak, pendidikan adalah suatu beban yang berat, sementara
tanpa pendidikan, pembangunan tidak akan berjalan dengan
baik dan lancar.
d. Aspek Ekonomis
Ekonomi biasanya membicarakan alokasi sumber-sumber
yang terbatas lepada alternatif-alternatif pemakai, sehingga
memenuhi kebutuhan, antara lain menjelaskan tingkah laku
individu, perusahaan, dan pemerintahan dalam hubungannya
dengan kebijakan ekonomi.
Psikologi Manajemen | 43
tekanan untuk memasukkan serta memungkinkan pemberian
kesempatan pada pemenuhan keinginan siswa dan orang
tuanya secara bebas.
2. Pendekatan ketenagakerjaan (man power approaches) yaitu pen
dekatan yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
pendidikan pada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional
mengenai tenaga kerja.
3. Pendekatan efisiensi investasi yaitu penentuan besarnya inves
tasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan,
dan efectivitas yang akan diperoleh.
Menggerakkan adalah proses memotivasi anggota organisasi
agar perencanaan dapat dijalankan. Dalam hal ini, George R. Terry
(1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha meng
gerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusa
haan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena
para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Mengerakkan atau actuating adalah suatu tindakan untuk me
ngusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk men
capai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-
usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendiri atau penuh kesadaran
secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
secara efektif.
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actua
ting) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan
(actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi
untuk mengerjakan sesuatu jika: (1) merasa yakin akan mampu
Kepemimpinan (Leading)
Pekerjaan leading meliputi empat kegiatan yaitu: 1) mengambil
keputusan, 2) mengadakan komunikasi agar terjadi saling penger
tian antara manajer dan bawahan, 3) memberi semangat, inspirasi,
dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak, dan 4)
mengkoordinasi kegiatan
Pengarahan (Directing)
Directing adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi
kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar
tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada
tujuan yang telah ditetapkan semula. Bila ditinjau dari proses, maka
proses itu adalah proses pelaksanaan program agar dapat dijalankan
oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasinya.
Staf (Staffing)
Staf merupakan suatu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga
kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga
memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Koordinasi (Coordinating)
Pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi mana
jemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi keka
cauan, percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan menghu
Psikologi Manajemen | 45
bungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan
sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim de
ngan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan
masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan
keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.
Inovasi (Inovation)
Inovasi adalah proses atau hasil pengembangan atau peman
faatan/mobi-lesasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keteram
pilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau mem
perbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem
yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan
(terutama ekonomi dan sosial).
Laporan (Reporting)
Adalah suatu fungsi manajemen berupa penyampaian perkem
bangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai
segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada
pimpinan yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tertulis.
Psikologi Manajemen | 47
pengawasan. Jadi, pengawasan tersebut berhubungan dengan dan
menjadi bagian dari akibat ketiga fungsi manajemen lainnya. Makin
erat jalinan hubungan, makin efektif pengawasan dilakukan.
Dalam konteks pendefinisian fungsi-fungsi manajemen yang
terjalin satu sama lain dalam satu sistem, yang memiliki input,
proses, dan output, subsistem controlling (pengawasan) merupakan
pengawasan terhadap proses, yaitu terhadap tugas dan pekerjaan
ataupun aktivitas yang sedang berjalan maupun yang sudah selesai,
dan bukan melakukan pengawasan terhadap orang atau manusia.
Hal ini berarti bahwa controlling tidak identik dengan manajer yang
diktator/otoriter. Manajer tidak memandori orang, akan tetapi
memandori pekerjaan. Yang diperlukan adalah mengukur kemajuan
pekerjaan yang sedang berjalan dan hasilnya, bukan memandori
orang yang sedang bekerja. Karena itu, diperlukan adanya sistem
dan mekanisme yang mengatur proses pengawasan (controlling) ini.
Sub sistem controlling ini juga mempunyai komponen input–proses–
output.
Pengawasan atau sering juga disebut pengendalian adalah
monitoring dan perbaikan aktivitas yang sedang berjalan agar
tujuan dapat tercapai, merupakan satu di antara beberapa fungsi
manajemen berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan
koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke
jalan yang benar dengan tujuan yang telah digariskan semula.
Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko
(1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya
memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa : “Pengawasan
manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif
Psikologi Manajemen | 49
organisasi itu sendiri memperoleh dan memanfaatkan sumber-
sumber pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
tujuan dan memberi koreksi apabila tidak tercapai. Definisi ini
memberikan rincian tentang perilaku organisasi yaitu sebagai orang-
orang yang bertugas mengusahakan dan memakai sumber-sumber
pendidikan secara efektif dan efisien, ditambah dengan kewajiban
mengoreksi/membuat revisi apabila tujuan tidak tercapai.
Johnson mengemukakan definisi kontrol yang lebih sederhana
yaitu sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terhadap
rencana mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan
sistem hanya dalam batas-batas yang dapat ditolerir.
Dengan demikian, kontrol atau pengawasan dapat diartikan
sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku
organisasi personalia pendidikan dan tingkat pencapaian tujuan
pendidikan. Fungsi kontrol meliputi kegaitan pengadaan sistem
pelaporan yang serasi dengan struktur pelaporan keseluruhan,
mengembangkan standar perilaku, mengukur hasil berdasarkan
kualitas yang diinginkan dalam kaitannya dengan tujuan, melakukan
tindakan koreksi dan memberikan ganjaran.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan
kontrol atau pengawasan yaitu sebagai berikut:
1. tertuju kepada strategis sebagai kunci sasaran yang menentukan
keberhasilan,
2. harus menggunakan umpan balik sebagai bahan revisi dalam
mencapai tujuan,
3. harus fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi dan
lingkungan,
4. cocok dengan organisasi,
5. merupakan kontrol diri sendiri,
6. bersifat langsung, yaitu pelaksanaan kontrol di tempat kerja,
dan
7. memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para tena
ga kependidikan.
Psikologi Manajemen | 51
52 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
BAGIAN IX
EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN
Psikologi Manajemen | 53
Achievement Motivation
The Big Five Model Nine Traits of
Theory and Leader Motive
of Personality Effective Leaders
Profile Theory
1. Surgency 1. Dominance 1. Need for power
2. Agreeableness 2. Sensitivity to 2. Need for affiliation
3. Adjustment others 3. Socialized power
4. Conscientiousness 3. Stability 4. Need for achievement
5. Openness to 4. High energy
experience 5. Self-confidence
6. Integrity
7. Internal locus
of control
8. Intelligence
9. Flexibility
Psikologi Manajemen | 55
sarkan kelompok sebagai norma.
5) Bersifat inklusif dan menunjukkan kepedulian untuk setiap
orang.
6) Menunjukkan sumber daya dan kemauan untuk belajar.
7) Menciptakan lingkungan yang merangsang kinerja yang luar
biasa.49
Seorang pemimpin perlu memperhatikan tiga dimensi lain,
yaitu dimensi 1) mempertahankan penekanan tujuan manajerial dan
kejelasan, 2) memiliki kemampuan untuk memberikan dukungan
yang diperlukan bagi individu untuk melakukan pekerjaan mereka
dan mencapai tujuan mereka, dan 3) memfasilitasi bawahan
untuk berinteraksi satu sama lainnya untuk menciptakan efisiensi,
perasaan yang baik, dan kerja sama tim.50
Menurut H. Jodeph Reitz dalam Nanang Fattah, dikemukakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan
meliputi 1) kepribadian, pengalaman masa lalu, dan harapan
pemimpin, 2)pengharapan dan perilaku atasan, 3) karakteristik,
harapan, dan perilaku bawahan, 4) kebutuhan tugas, 5) iklim dan
kebijakan organisasi, dan 6) harapan dan perilaku rekanan.51
Dalam hal ini, ada beberapa kriteria manajerial yang terdiri
dari ciri efektivitas manajerial (tingkat energi dan toleransi
terhadap stres, rasa percaya diri, integritas, motivasi kekuasaan,
orientasi pada keberhasilan, kebutuhan akan afiliasi yang rendah)
dan keterampilan efektivitas manajerial (keterampilan teknis,
keterampilan antar pribadi, dan keterampilan konseptual).52
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan di atas,
menunjukkan bahwa pemimpin efektif sangat berhubungan erat
dengan sifat pribadi seorang pemimpin, berkaitan dengan tugas,
dan wawasan dalam memimpin, karena itu pemimpin yang efektif
49 Cooper, James Fenimore., and John Nirenberg, “Leadership Effectiveness”
Encyclopedia of Leadership. Ed.. Thousand Oaks, (CA: SAGE, 2004), hal.845-854
dalam SAGEReference Online. Web. 30 Jan. 2012.
50 Ibid.
51 Nanang Fattah, Op.Cit., hal.98-99.
52 Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Op.Cit., hal.21-23.
Psikologi Manajemen | 57
58 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
BAGIAN X
BUDAYA ORGANISASI
Psikologi Manajemen | 59
kita sering menyaksikan, oleh karena berbagai hambatan dan
keterbatasan umat manusia dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an,
terutama pada tataran impelementasi, makna ayat-ayat al-Qur’an
hanya dipandang secara doktrinal-transendental, tidak dipahami
secara kultural-profan. Pesan-pesan al-Qur’an tidak diperkenalkan
secara dialogisdengan kenyataan sosial yang mengikat kehidupan56,
Dalam prakteknya, al-Qur’an memberikan spirit bagi setiap
manusia termasuk organisasi untuk tumbuh kembangnya budaya
organisasi kearah yang lebih baik. Inspirasi al-Qur’an telah men
dorong berbagai pranata sosial termasuk pendidikan untuk terus
mengembangkan budaya organisasi yang baik seperti budaya kerja
yang maksimal, membayar upah sebelum kering keringatnya, hidup
harus bekerjasama, dan sebagainya. Karena itulah penting untuk
membicarakan organisasi dan budayanya. Membicarakan budaya
organisasi, setidak ada dua kata yang harus dipahami secara utuh,
yaitu organisasi dan budaya.
Dalam pandangan Ashkanasy57 pada tingkat praktis, budaya
dan iklim deskriptor organisasi sedang meningkat. Semakin banyak
manajer dalam organisasi berbicara tentang mengubah budaya
mereka, menciptakan budaya baru, mencari tahu dampak budaya
mereka, atau melestarikan budaya mereka. Ketika seseorang
menguji tentang apa yang mereka sebenarnya bicarakan, banyak
yang harus dilakukan dengan apa yang kita akan dan harus sebut
iklim.
Budaya, dalam bahasa manajerial populer, biasanya mengacu
pada bagaimana orang merasa tentangorganisasi,sistem kekuasaan,
dan tingkatan keterlibatan dan hal-hal yang menjadi komentar
karyawan, yang semuanya mengacu pada iklim yang lebih dari
budaya. manajer perlu untuk belajar bahwa di mana budaya
mungkin paling penting adalah dampaknya pada barang yang
56 Suryadharma Ali, Mengawal Tradisi Meraih Prestasi: Inovasi dan Aksi Pendidikan
Islam, Malang: UIN Maliki Press, 2013, hal. 147.
57 Neal M. Ashkanasy, et al, (Eds), Handbook of Organizational Culture and Climate,
USA: Sage Publication, Inc., 2000.
Psikologi Manajemen | 61
merupakan keseluruhan kepercayaan, perasaan, perilaku, dan
simbol yang merupakan karakteristik suatu organisasi.62
Ada beberapa variasi yang dipertimbangkan dalam definisi
budaya organisasi. Variasi tersebut muncul dalam beberapa karak
teristik, yaitu, keteraturan perilaku yang diamati, norma, nilai-nilai
dominan, filosofi, aturan-aturan dan perasaan.
George Litwin dan Robert Stringer mendefinisikan iklim seba
gai suatu akibat subjektif yang diterima dari sistem yang formal,
”gaya” informal pemimpin, dan faktor-faktor lingkungan yang
penting terhadap sikap, keyakinan, nilai, dan motivasi setiap orang
yang bekerja dalam organisasi tertentu”.63
Iklim menyediakan referensi tentang bagaimana pemikiran
yang dimilliki perguruan tinggi sebagai dasar untuk memprediksi
konsekuensi dan hasil perguruan tinggi. Sebagai suatu barometer
yang merepresentasikan pentingnya peralatan untuk mengevaluasi
kondisi saat ini, merencanakan arah baru, dan memonitor kemajuan
ke arah baru. Dengan demikian, iklim perguruan tinggi merupakan
dimensi kunci untuk melakukan supervisi terhadap sumber daya
manusia.
Menurut Lunenburg dan Ornstein, proses menciptakan budaya
organisasi merupakan proses yang kompleks.Salah satu budaya or
ganisasi adalah diciptakannya sejumlah mekanisme yang membantu
memperkuat penerimaan nilai dan memastikan bahwa budaya
adalah dipertahankan atau diperkuat (sosialisasi organisasi).64
Dalam pandangan Lunenburg dan Ornstein, budaya organisasi
mempengaruhi banyak proses administratif, antara lain, motivasi,
kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi dan perubah
an. Budaya juga mempengaruhi proses struktur organisasi, proses
pemilihan, sistem evaluasi, sistem pengawasan dan sistem reward
65 Ibid., hal.67-68.
66 Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus, dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2011),
hal.95.
67 Ibid., hal.97.
Psikologi Manajemen | 63
64 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
BAGIAN XI
MOTIVASI (TEORI, KONSEP,
DAN APLIKASI)
A. Konsep Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk
memandang motivasi, yaitu motivasi dipandang sebagai suatu
proses dan kita menentukan karakter dari proses dengan petunjuk
yang ada.68
Manajemen tradisional menitikberatkan pada metode instruk
si, yakni manajemen dengan cara menentukan hal-hal yang diang
gap penting oleh manajer. Cara ini tidak mempertimbangkan
apakah penugasan atau pekerjaan itu sesuai atau tidak dengan
kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kemampuan, serta
pemahaman bawahan. Instruksi atau pekerjaan tersebut juga tidak
berdasarkan pada motif-motif dan tujuan manajemen.
Penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang
kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan dalam
bidang ilmu manajemen menimbulkan perubahan mengenai unsur
ketenagaan dalam organisasi. Unsur ketenagaan menentukan
berhasil atau tidaknya proses manajemen.
Sementara manajemen modern berpendapat bahwa tingkah la
ku manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan suatu pekerjaan
68 Ibid., h. 72.
Psikologi Manajemen | 65
atau perbuatan akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi
yang ada. Bawahan atau staf dapat dipaksa untuk melakukan
suatu perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati
perbuatan itu sebagaimana mestinya. Manajer dapat memaksa
bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan/tugas, tetapi tidak
mungkin memaksanya untuk bekerja dalam arti sesungguhnya. Hal
ini menjadi tugas manajemen yang paling berat yakni bagaimana
cara dan upaya agar bawahan mau bekerja berdasarkan keinginan
dan motif berprestasi yang tinggi.
Psikologi Manajemen | 67
prasyarat yang telah dimiliki oleh bawahan/stafnya. Pegawai
yang telah menguasai prasyarat yang diperlukan akan lebih
mudah mengamati keterkaitan antara kemampuannya dengan
penugasan yang lebih kompleks untuk dikerjakan. Kondisi
ini akan menjamin kelancaran kerja dan mencagah terjadinya
gagasan dan frustasi.
6. Novelty
Pada umumnya tenaga kerja lebih senang bekerja berdasar
kan prosedur-prosedur yang baru, yang mungkin masih asing
baginya. Suatu gaya dan alat yang baru serta metode baru
akan lebih mendorong pegawai bekerja secara lebih baik dari
sebelumnya, misalnya menggunakan metode kerja secara
bervariasi dan serasi dan sebagai alat/perlengkapan yang tergo
long canggih dan tepat guna.
7. Praktek yang aktif dan bermanfaat
Tenaga pegawai merasa senang berperan aktif dalam
latihan/praktek untuk mencapai tujuan organisasi/manajemen.
Praktek secara aktif berarti mengerjakan sendiri dan langsung
suatu tugas pekerjaan tertentu, bukan hanya mendengarkan atau
mencatat informasi. Karena itu, pimpinan perlu menyediakan
kesempatan bagi bawahan/staf untuk melatih dan melakukan
langsung tugas-tugas dalam bidangnya di bawah supervisi/
bimbingan secara berkala dan berkesinambungan.
8. Latihan terbagi
Pelatih merupakan salah satu upaya untuk membangkitkan
motivasi kerja. Pimpinan perlu melakukan upaya secara beren
cana agar kegiatan pelatihan dibagi menjadi serangkaian
kurun waktu yang cukup singkat. Latihan seperti ini akan
meningkatkan motivasi belajar ketimbang latihan yang dilak
sanakan sekaligus dalam jangka waktu lama. Cara yang terakhir
ini akan melelahkan dan akan menimbulkan rasa jenuh bagi
peserta sehingga dapat menurunkan motivasi kerja.
Psikologi Manajemen | 69
tidak diminati, hindari situasi kecemasan, pemanfaatan kecemasan,
dan gejala frustasi untuk meningkatkan pekerjaan, hindari timbulnya
demoralisasi dalam pekerjaan, stabilisasi emosional bawahan,
pendayagunaan tekanan kelompok secara efektif, pengembangan
kreativitas.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pimpinan untuk men
dorong dan menggerakkan motivasi bekerja demi suksesnya pro
gram organisasi pada semua lini, antara lain:
1. Kaitan sistem penugasan dengan tujuan, pengalaman pribadi,
minat, dan nilai-nilai yang berlaku agar tugas tersebut mengan
dung makna tertentu bagi pegawai yang bersangkutan.
2. Pengelola berupaya mempertunjukkan model-model tingkah
laku dan kepribadian yang baik, yang patut diamati dan ditiru
oleh rekan kerja, bawahan, dan atasan, serta orang-orang yang
mendapat pelayanan.
3. Kembangkan sistem dan prosedur komunikasi terbuka dua
arah antara unsur-unsur ketenagaan dalam organisasi dan
dengan pihak luar serta instansi terkait.
4. Upaya-upaya lainnya yang perlu dipertimbangkan pelaksana
annya untuk memperkuat motivasi kerja dalam rangka pen
dayagunaan sumber daya manusia bagi kegiatan organisasi
pada semua jenjang adalah penugasan yang mengacu ke masa
depan, penugasan berdasarkan kemampuan prasyarat tenaga
bersangkutan, pendayagunaan prosedur-prosedur kerja yang
relatif baru, penyediaan kesempatan bagi setiap orang untuk
berperan aktif.
Psikologi Manajemen | 71
harus dan dipilih salah satu yang terbaik, dan c) ada tujuan
yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan
pada tujuan tersebut.
Dari pengertian keputusan di atas, dapat penulis tarik kesim
pulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah
sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu
alternatif dari beberapa alternatif.
Sementara itu, pengambilan keputusan sangat penting dalam
manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin
(manajer). Beberapa definisi mengenai Pengambilan Keputusan
menurut beberapa ahli70 adalah sebagai berikut:
1. George. R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai
“pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih
alternatif yang ada”.
2. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan di antara
alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak adalah
inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada,
jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya,
petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
3. Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan kepu
tusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini
kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang
dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti
penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
71 Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen (Jakarta: PT. Indeks, 2009),
hal.162.
72 Husaini Usman, Manajemen; Teori Praktik dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara,2008), hal.361.
73 Satria Baja Hikam, Pengambilan Keputusan dalam Manajemen, dalam http://
satriabajahikam.blogspot.com/2012/02/pengambilan-keputusan-dalam-
manajemen.html, diakses pada Sabtu, 11 Januari 2017.
Psikologi Manajemen | 73
Terdapat aspek-aspek tertentu bersifat internal dan eksternal
yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Adapun
aspek internal tersebut antara lain :
1. Pengetahuan; pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan
seseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan.
2. Aspek kepribadian; aspek kepribadian ini tidak nampak oleh
mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan.
Sementara aspek eksternal dalam pengambilan keputusan,
antara lain:
1. Kultur; kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka
bagi perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan.
2. Orang lain; orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana
individu melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang
dekat) dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit
banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada
gilirannya juga berpengaruh pada perilaku individu dalam
mengambil keputusan.74
Dengan demikian, seseorang yang telah mengambil keputusan,
pada dasarnya telah melakukan pemilihan terhadap alternatif-
alternatif yang ditawarkan kepadanya. Namun demikian, hal yang
tidak dapat dipungkiri adalah kemungkinan atau pilihan yang
tersedia bagi tindakan itu akan dibatasi oleh kondisi dan kemampuan
individu yang bersangkutan, lingkungan sosial, ekonomi, budaya,
serta lingkungan fisik dan aspek psikologis.
Psikologi Manajemen | 75
Keputusan harus dianggap sebagai “sarana” bukan hasil.
Keputusan adalah merupakan “mekanisme organisasional” dengan
bentuk usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata
lain, merupakan respon organisasional terhadap suatu masalah.
Setiap keputusan merupakan hasil dari proses dinamik yang
dipengaruhi oleh berbagai kekuatan.
Dalam proses pengambilan keputusan, perlu ditempuh lang
kah-langkah sebagaimana yang dikemukakan oleh Robbins dan
Coulter75 sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi suatu masalah
Situasi yang dibutuhkan oleh suatu keputusan adalah ma
salah. Jika tidak ada masalah, berarti tidak akan pernah ada
suatu keputusan. Identifikasi terhadap masalah secara tepat
bersifat mutlak, dan harus mencermati faktor-faktor yang
merupakan kendala yang meliputi : masalah persepsi, masalah
diidentifikasikan sebagai solusi, identifikasi gejala sebagai
masalah.
Mengidentifikasi atau mengenali masalah secara efektif
bukan merupakan hal yang mudah. Seorang pimpinan selaku
orang yang mengambil keputusan dapat mengidentifikasi
masalah dengan baik apabila mereka memahami tiga sifat
masalah, yaitu: a) harus sadar terhadap masalah, b) berada
dalam tekanan untuk bertindak, dan c) mempunyai sumber
daya yang diperlukan untuk bertindak.
2. Mengidentifikasi kriteria
Setelah mengidentifikasi masalah yang membutuhkan
perhatian, kriteria keputusan yang penting untuk memecahkan
masalah tersebut haruslah teridentifikasi. Artinya, para pe
ngambil keputusan harus menentukan apa yang relevan dalam
mengambil keputusan.
3. Mengalokasikan bobot pada kriteria
Kriteria yang diidentifikasi tidak semuanya penting, ka
75 Robbins dan Mary Coulter. Loc.Cit.
Psikologi Manajemen | 77
telah menentukan semua faktor yang terkait dalam keputusan,
memberi bobot, dan mengidentifikasi serta menganalisis
alternatif-alternatif yang bisa berhasil, dan kita harus memilih
alternatif yang menghasilkan angka paling tinggi dalam
langkah kelima.
Diperlukan kecermatan berpikir dan bertindak dalam
pemilihan alternatif, apalagi pada tingkat keputusan mana
jerial. Solusi yang optimal sangat muskil untuk diperoleh
karena pengambil keputusan tidak mungkin mengetahui se
mua alternatif yang ada, akibat dari setiap alternatif dan pro
babilitasnya.
7. Mengimplementasikan alternatif
Implementasi mencakup penyampaian keputusan itu ke
pada orang-orang yang terpengaruh dan mendapatkan ko
mitmen mereka atas keputusan tersebut. Suatu alternatif kepu
tusan yang tidak diimplementasikan tidak lebih dari sebuah
abstraksi belaka. Dengan kata lain, suatu keputusan mesti
secara efektif diimplementasikan agar mencapai tujuan yang
dikehendaki.
8. Mengevaluasi efektivitas keputusan
Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan
mencakup menilai hasil keputusan tersebut untuk melihat
apakah masalahnya dapat diatasi; apakah alternatif dalam
langkah keenam dan diimplementasikan dalam langkah
ketujuh mencapai hasil yang dikehendaki dan sebagainya.
Manajemen yang efektif melibatkan pengukuran periodik
terhadap hasil. Hasil aktual dibandingkan dengan rencana dan
perubahan harus dibuat jika terjadi deviasi. Hal ini menunjukan
pentingnya pengukuran hasil, atau dengan kata lain tanpa adanya
pengukuran berarti tidak ada penilaian terhadap prestasi kerja.
Psikologi Manajemen | 79
1. Pimpinan tertinggi mendapat kesempatan yang cukup untuk
memikirkan keputusan-keputusan dan melaksanakan tugas-
tugas yang penting saja dalam melaksanakan tugas pokok
organisasinya.
2. Setiap keputusan dan perintah sesuai dengan sifat penting atau
tidak, dapat ditetapkan pada jenjang kepemimpinan yang tepat
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
sehingga dapat mengurangi atau meniadakan birokrasi yang
tidak perlu.
3. Keputusan-keputusan dan perintah-perintah dapat diberikan
secara cepat, tanpa kekhawatiran terjadi penyalahgunaan
wewenang, karena setiap pemimpin berkewajiban menyam
paikan pertanggungjawabannya.
4. Memperbesar partisipasi dan meningkatkan dedikasi serta
loyalitas pada kebersamaan dan bahkan pada pemimpin, kare
na setiap anggota kelompok merasa ikut berperan serta sesuai
dengan posisinya masing-masing.
5. Mendorong dan mengembangkan inisiatif, kreativitas, dan ke
mauan untuk berprestasi di bidang masing-masing.
6. Menghilangkan sifat dan sikap menunggu perintah atau kepu
tusan pucuk pimpinan atau pimpinan lainnya sehingga kehi
dupan organisasi menjadi dinamis.
7. Pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat, meskipun pucuk pim
pinan berhalangan, karena sesuai wewenang yang dilimpahkan
tetap dapat diambil keputusan-keputusan oleh para pembantu
pimpinan di bidangnya masing-masing.
8. Pucuk pimpinan berkesempatan memberikan latihan kepemim
pinan, sehingga selalu tersedia kader-kader pengganti yang
berkualitas, yang meneruskan kepemimpinan organisasi pada
masa-masa mendatang.77
Para pengambil keputusan selalu dihadapkan pada masalah,
dalam pencapaian tujuan. Karena begitu seseorang memiliki tujuan,
maka ia akan dihadapkan pada pertanyaan: what, how, why, who
77 Ibid., hal.32.
Psikologi Manajemen | 81
82 | Dr. Rusmini, S.Ag., M.Pd.I
BAGIAN XIII
PENERAPAN PSIKOLOGI MANAJEMEN
Psikologi Manajemen | 83
sekolah, 5) menyediakan pelayanan bantuan, dan 6) mengadakan
hubungan sekolah dengan masyarakat.
Psikologi Manajemen | 85
di bawah asuhan guru yang andal, kreativitas akan muncul
di dalam kelas. Siswa dalam hal ini merupakan pelanggan
yang menggunakan fasilitas sekolah. Bila dikaitkan dengan
manajemen pendidikan, maka sistem manajemen mutu yang
tepat perlu dikembangkan dalam tiga sistem yang meliputi
pengawasan mutu siswa, jaminan mutu siswa, dan manajemen
mutu terpadu.
2. Mutu (Kualitas) Hasil
Edward Sallis menjelaskan bahwa kualitas adalah keaslian
untuk suatu kebaikan, kecantikan, dan kepercayaan; ideal
dengan suatu yang tidak dapat dikompromikan. Selain itu,
ia memiliki hubungan antara proses dan hasil. Ada sepuluh
langkah untuk mencapai mutu atau kualitas hasil ini, yaitu:
a. Membangun kesadaran tentang peningkatan kesempatan.
b. Menentukan tujuan untuk suatu peningkatan.
c. Mengorganisir penelitian terhadap tujuan.
d. Menyediakan latihan.
e. Mencari jalan keluar untuk pemecahan masalah.
f. Membuat laporan kemajuan.
g. Memberi pengakuan atau pengenalan.
h. Mengkomunikasikan keputusan.
i. Mencari skor.
j. Menjaga daya gerak dengan membuat peningkatan-pe
ningkatan tahunan, yang merupakan bagian dari sistem
reguler.
Psikologi Manajemen | 87
ini akan menjadi peristiwa ketika perubahan tidak hanya struktural,
akan tetapi juga normatif.
Banyak pelatihan supervisi yang telah dilakukan penulis,
yang meliputi perubahan struktural, bukan perubahan normatif.
Perubahan normatif, tujuan dari supervisi telah masuk dalam
hitungan aspek sifat manusia. Hal ini sangat membantu untuk
memikirkan tentang sifat manusia yang memiliki dua sisi, yaitu
psikologis dan simbolis. Secara psikologis dikatakan bahwa manusia
mempunyai kebutuhan dan mencari kesempatan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Secara simbolis dikatakan bahwa manusia
mencari untuk bisa mempertimbangkan hidup mereka dengan
mencari maknanya. Sisi psikologis dari sifat manusia lebih siap
dipengaruhi oleh iklim sekolah dan sisi simbolis lebih siap dipengarui
oleh budaya sekolah.
Iklim sekolah dapat menolong para guru untuk mengupayakan
kepuasan terhadap kebutuhan mereka dalam bekerja. Salah satu
cara untuk memahami iklim sekolah adalah dengan menguji
pengalaman dengan kelompok di sekolah. Misalnya, kelompok
yang dimiliki atau diketahui tentang bagaimana memaksa para
anggotanya untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menyiapkan
pilihan yang beralasan.
Dengan mendeskripsikan kelompok yang ada tentunya dapat
membantu proses pembelajaran dan kemudian mengevaluasi serta
mengukur dimensi iklim sekolah. Ada tujuh kategori yang menjadi
komposisi dimensi sosial untuk mendapatkan urgensi pentingnya
membedakan apakah iklim itu akan mendukung atau menghambat
pembelajaran. Ketujuh dimensi tersebut adalah:
1. Kesesuaian
2. Pertanggungjawaban
3. Standar
4. Hadiah
5. Kejelasan organisasi
6. Keramahan dan dukungan
Psikologi Manajemen | 89
Pertanyaan penting dalam hal ini adalah apakah iklim sekolah
akan membuat sesuatu yang berbeda dalam perbaikan peluang
pembelajaran? Susan Rosenholtz telah membuktikan hal ini. Dia
menemukan bahwa hubungan kualitas kerja yang ada di sekolah
merupakan tingkat keterbukaan, kejujuran, komunikasi, dan
dukungan yang diberikan oleh para guru. Faktor-faktor ini tidak
hanya mempengaruhi pembelajaran, akan tetapi juga kepuasan
dan perbaikan kinerja sebagaimana yang ditunjukkan sekolah
yang memiliki kualitas sebagai ”pengayaan pembelajaran” untuk
membedakannya dari sekolah ”perbaikan pembelajaran”.
Iklim difokuskan pada perhatian terhadap kinerja pribadi di
sekolah yang tentunya berpengaruh pada guru, administrator, dan
supervisor. Tetapi iklim juga mempengaruhi para siswa. Misalnya,
ada asumsi penting bahwa para guru dan administrator membantu
siswa dalam dimensi iklim. Dan ada satu temuan penting bahwa
antara iklim dan faktor-faktor yang secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas pengajaran dan pengetahuan.
Disimpulkan bahwa usaha perubahan sekolah tidak dapat
diprediksi, dan tidak dapat berhasil tanpa adanya hubungan antara
perubahan ke arah yang lebih baik. Perbaikan iklim sekolah dan
membangun masyarakat sekolah tentunya dapat membantu.
Konsep iklim sekolah adalah kolektivitas, yang lahir dari
gabungan persepsi guru terhadap kehidupan pribadi yang ada di
sekolah sebagaimana kehidupan fakultas dan kerja bersama-sama.
Keanggotaan dalam kelompok itu penting, baik para guru, dan
norma-norma yang dibangun sebagai hasil yang mempengaruhi
apa yang diyakini dan dilakukan.
Dari aspek psikologis, sudut pandang anggota kelompok
akan memberikan makna untuk mendukung para guru dalam
membangun realitas dan menemukan makna serta kesesuaian. Hal
ini merupakan kondisi yang penting yang mendukung para guru
untuk memperoleh kepuasan dalambekerja dan bekerja secara
maksimal dengan segenap potensi yang dimiliki.
Psikologi Manajemen | 91
ruang kelas, dan juga dalam perjalanan menuju atau dari
sekolah.
6. Lingkungan fisik; para siswa menginginkan agar sekolah
merefleksikan keindahan dan kebebasan yang berisi bahan dan
media yang banyak. Minat kebersihan, estetika, dan kesesuaian
fisik hendaknya diekspresikan oleh semua.
7. Keputusasaan, harapan, dan proses perubahan; banyak
partisipan yang merasa keputusasaan terhadap sekolah yang
direfleksikan dalam masyarakat yang lebih besar. Paradoksnya,
harapan sering muncul mengikuti kejujuran dalam kelompok.
Dan melalui proses ini, kita memahami bahwa ada nilai-nilai
umum yang dimulai dari ide-ide sekolah.
Budaya sekolah terdiri dari dua kata, yaitu kata budaya dan
kata sekolah. Budaya berasal dari kata Sanskerta, yaitu budhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian, budaya dapat diartikan sebagai”hal-hal yang
bersangkutan dengan akal”81. Sedangkan sekolah, dapat dipahami
sebagai lembaga pendidikan, dimana guru mengajar, dan peserta
didik belajar. Dari pengertian dapat diperoleh suatu kesimpulan
bahwa budaya sekolah merupakan suatu iklim yang dibangun
disekolah demi terciptanya situasi belajar secara baik.
Kata budaya mengacu pada warisan sosial seseorang, yang
didalamnya menyangkut suatu pola pikir, merasa, dan berbuat yang
dibawa dari satu generasi ke generasi sesudahnya, termasuk pula
perwujudan hal-hal ini dalam bentuk materi maupun non materi,
yang meliputi hasil ciptaan yang bersifat abstrak seperti nilai-nilai,
kepercayaan, simbol, norma-norma, adat istiadat, dan peraturan
institusional82.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat suatu hubungan
yang interaktif, karena proses pendidikan pada hakekatnya
merupakan proses membudaya. Dalam proses yang dimaksud,
pendidikan bukan sekedar mentransfer nilai-nilai (transfer of
81 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1982, h.80.
82 James W. Vander Zanden, Sociology the Core, USA, McGraw Hill, Inc.1990, h.31
83 Ace suryadi dan H.A.R. Tildar, Analisis Kebijakan Pendidikan: Statu Pengantar,
Bandung: Rosdakarya, 1993, h. 195.
Psikologi Manajemen | 93
khusus, makna ini mendefinisikan kelompok yang dibedakan dari
kelompok yang lain. 84
Masyarakat merupakan satu jenis kebudayaan. Nilai dan
makna dari kebudayaan masyarakat ini secara mendalam dirasakan
sebagai loyalitas dan afeksi. Budaya sekolah merupakan pemahaman
masyarakat yang didefinisikan sebagai pusat nilai-nilai yang diakui.
Pemahaman aspek psikologis dan simbolis terhadap sifat
alamiah manusia akan mendefinisikan ulang terhadap bagaimana
memperkenalkan perubahan masalah tentang bagaimana hasil
individu guru terhadap masalah bagaimana memilih budaya
sekolah.
W.J. Reddin memandang individu guru yang dikonsentrasikan
pada tiga kategori berikut:
1. bagaimana mengajukan perubahan yang mempengaruhi indi
vidu?
2. bagaimana mengajukan perubahan yang mempengaruhi hu
bungan dengan yang lainnya?
3. bagaimana mengajukan perubahan yang mempengaruhi kerja
individu?85
Ketiga konsentrasi ini adalah hal yang real, namun sering tidak
dipertimbangkan menjadi alasan yang menjadi legitimasi bagi suatu
perubahan. Dalam hal ini, guru lebih memberi perhatian pada hal
yang tidak dinyatakan.
Berkaitan dengan hal ini ada suatu angket yang dikembangkan
oleh Jerry Patterson, Stuart C. Purkey, dan Jackson Parker, yang
mencoba mengevaluasi suatu sekolah melalui pemahaman ter
hadap tujuan sekolah, pemberdayaan, pembuatan keputusan,
masyarakat, kebenaran, kualitas, pengakuan, kepedulian, integritas,
dan keanekaragaman.
84 M.R. Louis, Organizations as Culture Bearing Milieux dalam Louis Pondy et.al
(eds.), Organizational Syimbolism, Greenwich, Conn : JAI, 1980, hh. 76 – 92.
85 W.J. Reddin, Managerial Effectiveness. New York: McGraw-Hill, 1970, h. 163.
E. Kolegalitas
Kolegalitas merupakan konsep iklim dan budaya sekolah, yang
tidak hanya berbicara pada tingkat kebenaran, keterbukaan, dan
perasaan baik yang ada di sekolah, tetapi juga jenis sistem norma
yang mengikat para guru sebagai unit yang kolektif. Aspek ikatan
ini merupakan kunci dan sering kali hilang dalam kebijakan dan
praktek supervisi.
Psikologi Manajemen | 95
Salah satu masalah yang sering dihadapi kecocokan atau
keserasian.86 Kecocokan atau keserasian ini menunjukkan hubungan
kemanusiaan yang muncul di antara para guru dan karakteristiknya
berupa loyalitas, kebenaran, dan mudahnya percakapan yang
menghasilkan perkembangan kelompok sosial. Keserasian ini juga
menjadi ukuran dari suatu iklim sekolah.
Kolegalitas, dengan kata lain, menunjukkan eksistensi ting
ginya tingkat kolaborasi dan prinsip antara para guru, dan karak
teristiknya berupa saling menghormati, nilai-nilai kerja sama, dan
percakapan yang spesifik anatra pengajaran dan pembelajaran.
Apabila keserasian ini mencapai tingkat tinggi, artinya budaya
informal muncul di sekolah; dan apabila kolegalitas yang mencapai
tingkat tinggi, artinya budaya profesional dan norma-norma kerja
yang muncul di sekolah.
Norma-norma ini tentunya digariskan sesuai dengan tujuan
sekolah dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan komitmen
dan memperbaiki kinerja. Namun demikian, keseraian juga dapat
memberikan kontribusi terhadap kolegalits.
Dan pada intinya, seorang supervisor merupakan tokoh kunci
untuk memperbaiki sekolah dengan meningkatkan dan mereflek
sikan kinerja para guru, yang bertujuan untuk mengarahkan para
guru untuk mengembangkan pendekatan, sehingga mereka dapat
bersikap terbuka dan mendapatkan keuntungan, yang tentunya
sangat ditentukan oleh iklim dan budaya sekolah.
Perbaikan atau peningkatan mutu sekolah menuntut adanya
perubahan. Yaitu perubahan struktural, dan normatif. meskipun
perubahan struktural itu penting, namun kelihatannya tidak terlalu
menjadi persoalan. Terlalu sering, justru menjadi ”bukan peristiwa”.
Banyak pelatihan supervisi yang telah dilakukan penulis,
yang meliputi perubahan struktural, bukan perubahan normatif.
Perubahan normatif, tujuan dari supervisi telah masuk dalam
hitungan aspek sifat manusia. Hal ini sangat membantu untuk
86 Roland Barth, Improving School from Within. San Fransisco-Jossey Bass, 1990.
Psikologi Manajemen | 97
norma-norma yang dibangun sebagai hasil yang mempengaruhi apa
yang diyakini dan dilakukan. Dari aspek psikologis, sudut pandang
anggota kelompok akan memberikan makna untuk mendukung
para guru dalam membangun realitas dan menemukan makna
serta kesesuaian. Hal ini merupakan kondisi yang penting yang
mendukung para guru untuk memperoleh kepuasan dalam bekerja
dan bekerja secara maksimal dengan segenap potensi yang dimiliki.
Psikologi Manajemen | 99
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu
di antara para anggota suatu sistem sosial. Artinya difusi inovasi
bisa berbeda prosesnya serta berbeda juga hasilnya pada berbagai
bentuk ide atau teknologi baru. Ada empat elemen difusi yang
mempengaruhi proses yaitu:
1. Inovasinya, yaitu ide, praktek atau objek yang dianggap baru
oleh masayarakat.
2. Saluran komunikasi dimana pesan diteruskan dari individu ke
individu.
3. Waktu, yaitu rentang waktu yang diperlukan dalam penciptaan
ide baru serta waktu adopsi dalam suatu sistem sosial.
4. Sistem sosial, suatu kesatuan yang saling terkait yang terlibat
dalam pemecahan masalah secara bersama untuk mencapai
tujuan bersama.
Dewasa ini istilah inovasi dalam kehidupan organisasi semakin
menjadi penting, karena setiap orang pada dasarnya tidak dapat
melepaskan diri dari kehidupan organisasi.87 Prescott W, & Hoyle
E sebagaimana dikutip oleh Hasibuan88 menyatakan bahwa inovasi
dapat dipahami dalam arti ganda. Pertama, maknanya dilihat dalam
bentuk kata benda umum (common noun) yaitu: “a new object, idea or
practice”. Kedua, sebagai kata benda abstrak (abstract noun) yaitu suatu
proses di mana suatu ide, obyek atau praktek baru dimunculkan ke
permukaan dan diadopsi oleh individu atau kelompok.
Proses ini berawal dari adanya temuan (invention) diikuti oleh
proses pengembangan (development), dan proses adopsi (adoption)”.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh S. Wojowasito dan
Santoso S. Hamijoyo dalam Sa’ud89 bahwa kata innovation sering
diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan.
Persoalan-persoalan inovasi dalam kehidupan organisasi tidak
87 Lias Hasibuan, Melejitkan Mutu Pendidikan: Refleksi, Relevansi, dan Rekonstruksi
Kurikulum, Jambi: Sapa Project, 2004, hal. 69.
88 Prescott W, & Hoyle E dalam Lias Hasibuan, Melejitkan Mutu Pendidikan:
Refleksi, Relevansi, dan Rekonstruksi Kurikulum, Jambi: Sapa Project, 2004, hal. 71.
89 S. Wojowasito dan Santoso S. Hamijoyo dalam Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi
Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013, hal. 2.
90 Harris, Lown, & Presscott w, (Ed) dalam Lias Hasibuan, Melejitkan Mutu
Pendidikan: Refleksi, Relevansi, dan Rekonstruksi Kurikulum, Jambi: Sapa Project,
2004, hal. 79.
91 Rogers dalam Lias Hasibuan, Melejitkan Mutu Pendidikan: Refleksi, Relevansi, dan
Rekonstruksi Kurikulum, Jambi: Sapa Project, 2004, hal.80.
92 Ibid., hal.81.
98 Ibid., hal.166.
101 James Lewis Jr, Long-range and Short Range Planning for Education. (USA: Allyn
and Bacon, Inc, 1983), hal. 9.
106 Muntaha Azhari dan Abd. Mun’im Saleh (Ed.), Islam Indonesia Menatap Masa
Depan, (Jakarta: P3M, 1989), hal.184.
107 Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng L.P, “Manajemen Pendidikan”Aplikasinya dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakart: Prenada Media
Group, 2009), hal. 5.
108 Imam Suprayogo, Reformasi Visi Pendidikan Islam, (Malang: STAIN Press,1999),
hal. 73.
109 Mohammad Asrori, 2008. Dinamika Pendidikan Islam Indonesia (Kajian Historis
dari Tradisional Menuju Kontemporer). (JurnaI “eI-Harakah” Vol. to, No.1 Januari-
April 2008 UIN Malang), hal.42.
110 Hujair A. H. Sanaky, Permasalahan dan Penataan Pendidikan Islam Menuju
Pendidikan yang Bermutu, (El-Tarbawy Jurnal Pendidikan Islam, No.1 Vol.1.
2008), hal. 87-88.
111 Nizar Ali, Sumedi Ontologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Suka dan Ide
Press, 2010), hal. 148.
112 Mujamil Qomar, Op.Cit., hal. 82.
113 Ibid., hal. 86.
114 A.R Effendi, Dasar-dasar Manajemen Pendidikan, (Malang: PPS UM, 2002), hal.
12.
115 Arthur Sharplin, Strategic Management. (USA: McGraw-Hill, Inc, 1985), hal. 41
116 Sonhadji, Bahan-bahan Kuliah Manajemen Strategik, (Malang: PPS UM, 2003), hal.
5.
Riwayat Pendidikan
Memperoleh gelar Doktor (Dr.) dari Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, dengan predikat
Cumlaude. Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) dari Program
Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Konsentrasi
Manajemen Pendidikan Islam pada tahun 2003, dengan predikat
Cumlaude. Gelar Sarjana Agama (S.Ag) dari Fakultas Tarbiyah IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tahun 1999 dengan predikat
Cumlaude. Menamatkan Madrasah Aliyah Mahdaliyah pada tahun
1995 di Jambi, Madrasah Tsanawiyah Mahdaliyah pada tahun 1992
di Jambi, dan Sekolah Dasar Negeri No.63/IV Jambi pada tahun
1989.
Karya Ilmiah
Buku yang telah diterbitkan yaitu: 1) Pengajaran Remedial:
Teori dan Peranannya dalam Pembelajaran (2001), 2) Sekolah Berprestasi
(2001), 3) Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan Untuk Semua (2002),
4) Penghapusan KDRT untuk Mencapai Keluarga Sakinah (2007),
dan 5) Kepuasan Kerja Guru (2017). Menjadi editor buku: 1) Desain
Pengalaman Kerja
Karir akademisnya dimulai dengan mengajar pada Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Mahdaliyah (1995-1999), Madra
sah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Nurul Falah Jambi (1999-
2003), Dosen Luar Biasa pada IAIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi (2001-2005), dan Guru Kontrak pada SMP Negeri 16 Kota
Jambi (2003-2005). Pernah menjabat sebagai Wakil Sekretaris pada
Kopertais Wilayah XIII IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (2008-
2015).
Saat ini penulis merupakan dosen tetap (Lektor Kepala) pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada jurusan Manajemen Pen
didikan Islam, dan saat ini diberi amanah sebagai Ketua Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam (periode tahun 2016-2019). Saat ini
juga aktif sebagai Pengurus Asosiasi Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam se-Indonesia periode tahun 2017-2019.