Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA


Mata Kuliah : Teori, Proses dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. H. Syarif Hidayat, M. Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10


KELAS 1 B MIPA NON REGULARA

NO. NAMA NPM NO. ABSEN JABATAN


1 Paizah 20217270084 Ketua
2 Widjiyati 20217270105 Sekretaris
3 Dionisius Regenza Kevindanu 20217270128 Bendahara
4 Yuli Pamuji Yanti 20217270146 Anggota
5 Fransiskus 20217270147

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan Penyusunan Makalah……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….
A. Sejarah Terbentuknya Undang-Undang Pendidikan di Indonesia……
B. Pengertian Pendidikan………………………………………………..
C. Undang-Undang dan Peraturan Pendidikan…………………………….
D. Implikasi Landasan Hukum Pendidikan di Indonesia………………….
E. Masalah Hukum Pendidikan di Indonesia……………………………….
F. Penerapan UU Pendidikan di Indonesia Tidak Sesuai…………………
BAB III SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………
A. Simpulan ……………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk bisa
berproses dan berinteraksi di dunia luar dengan semua masyarakat sekitarnya.
Pendidikan juga menjadi salah satu bekal terpenting di masa depan. Pendidikan
itu sudah kita kenal sejak zaman sebelum Negara Indonesia merdeka hingga saat
ini. Pendidikan menjadi salah satu hal pokok yang harus dipehatikan karena
pendidikan mampu membentuk karakter pribadi setiap orang apabila sungguh-
sungguh dalam menekuninya. Pendidikan adalah proses pembelajaran tentang
akhlak, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kebiasaan turun-
temurun sekelompok orang untuk melakukan pengajaran, pengamatan, pelatihan
atau penelitian.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1), pengertian pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara (Dikutip dari laman https://kelembagaan.ristekdikti.go.id di akses pada
tanggal 27 September 2021, pukul 07.55 WIB). Secara langsung maupun tidak
langsung pendidikan mampu memberikan kita ilmu pengetahuan baru,
membentuk karakter pribadi yang lebih baik dan mempermudah kita merintis
karir di masa mendatang.

Pendidikan menurut salah satu tokoh yaitu M. J. Langeveld (1980),


merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang yang
dewasa untuk membantu mencapai kedewasaan seseorang terutama anak-anak
yang masih belum dewasa (di kutip dari laman https://www.academia.edu di

1
2

akses pada tanggal 27 September 2021, pukul 10.23 WIB). Sejarah pendidikan
mencatat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kualitas
pendidikan paling rendah dibandingkan negara-negara lainnya, meskipun usaha
pemerataan sistem pendidikan sudah dilakukan dan dianggap meningkat cukup
signifikan, (Jakarta, CNN Indonesia). Pendidikan saat ini secara umum mungkin
sudah dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pendidikan ini biasa kita
kenal dengan istilah “sekolah” yaitu salah satu pendidikan formal yang ada di
Indonesia. Sistem pendidikan yang dilakukan pun hampir keseluruhan
menggunakan teknologi-teknologi canggih seperti komputer/laptop, LCD
proyektor, handphone, WiFi, dsb. Berbeda dengan pendidikan pada zaman-
zaman sebelum merdeka mulai dari pendidikan pada masa (penjajahan) Portugis,
Belanda, Jepang; Masa Kemerdekaan; Orde Baru hingga Reformasi. Pendidikan
di zaman penjajahan (sebelum merdeka) memang dikatakan tidak semua rakyat
Indonesia mampu mengeyam jenjang pendidikan yang baik. Hanya rakyat
Indonesia tertentu saja yang mampu mengenyam jenjang pendidikan seperti
keturunan bangsawan (darah biru). Oleh sebab itu, selagi kita masih memiliki
kesempatan mengenyam jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka harus
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mampu merubah masa depan.

Tiap negara memiliki peraturan perundang-undangan sendiri. Landasan


yuridis pendidikan Indonesia juga mempunyai seperangkat peraturan perundang-
undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan di Indonesia, yang
meliputi : (a) Pembukaan UUD 1945, (b) UUD 1945 sebagai Landasan Yurudis
Pendidikan Indonesia, (c) Pancasila sebagai Landasan Idiil Sistem Pendidikan
Indonesia, (d) Ketetapan MPR sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Nasional,
(e), Undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai Landasan Yuridis
Pendidikan Nasional, (f) Keputusan Presiden sebagai Landasan Yuridis
Pelaksanaan Pendidikan Nasional, (g) Keputusan Menteri sebagai Landasan
Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional, dan (h) Instruksi Menteri sebagai
Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional.
3

Perundang-undangan yang begitu tersusun rapih dibuat agar proses


pendidikan di Indonesia berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Namun
menjadi sangat disayangkan sebagai peserta didik, pendidik dan pemerintah ada
yang belum mengetahui tentang perundang-undangan tersebut. Hal ini yang
membuat oknum-oknum pemerintah berbuat semaunya, tidak memberikan hak
peserta didik dan pendidik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Maka sebagai pendidik seyogianya mengetahui dan mengerti isi dari perundang-
undangan pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Setelah membaca uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana susunan undang-undang pendidikan yang ada di Indonesia ?
2. Bagaimana isi peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia ?
3. Bagaimana pengembangan konsep pendidikan di Indonesia ?
4. Apa yang harus dilakukan pendidik dan masyarakat umum untuk
mensukseskan pendidikan nasional ?
5. Bagaimana pendidikan menurut Undang-undang Dasar 1945 ?

C. Tujuan Penyusunan Makalah


Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tugas kelompok mata kuliah Teori, Proses dan Konteks Sosial
Budaya Pendidikan yang diampu oleh dosen Bapak Dr. H. Syarif Hidayat, M.
Pd.
2. Untuk mengetahui susunan perundang-undangan pendidikan di Indonesia.
3. Mengetahui dan mengawal agar perundang-undangan pendidikan di
Indonesia berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Terbentuknya Undang-Undang Pendidikan di Indonesia


1. Ajaran Agama menjadi landasan Pendidikan
a. Pendidikan Hindu-Budha
Sistem pendidikan semenjak periode awal berkembangnya agama
Hindu-Budha di Indonesia sepenuhnya sudah bermuatan keagamaan.
Pelaksanaan pendidikan keagamaan Hindu-Budha berada di padepokan-
padepokan. Ajaran Hindu-Budha ini memberikan corak praktik
pendidikan di zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kerajaan
Kutai (Pulau Kalimantan), Kerajaan Tarumanegara hingga Majapahit
(Pulau Jawa), Kerajaan Sriwijaya (Pulau Bali dan Sumatera). Kaum
Brahmana pada masa Hindu-Budha merupakan kaum yang
menyelenggarakan pendidikan dan pelajaran. Maka perlu diketahui
bahwa sistem kasta yang diterapkan di Indonesia tidak terlalu keras
seperti sistem kasta yang ada di India. Adapun beberapa materi-materi
yang dipelajari ketika pendidikan keagamaan Hindu-Budha berlangsung,
yaitu teologi (ilmu agama), bahasa dan sastra (ilmu kecakapan), ilmu-
ilmu kemasyarakatan (ilmu sosial), ilmu-ilmu eksakta (ilmu
perbintangan), ilmu pasti yaitu (perhitungan waktu, seni bangunan, seni
rupa), dsb.
Pada periode akhir berkembangnya pendidikan Keagamaan
Hindu-Budha, pola pendidikan dilakukan oleh para guru pengajar di
padepokan-padepokan tidak lagi bersifat kolosal dalam kompleks, dengan
jumlah murid relatif terbatas dan bobot materi pembelajaran yang bersifat
religius dan spiritual. Selain belajar untuk menuntut ilmu, para murid di
padepokan ini juga harus bekerja demi terpenuhinya kebutuhan sehari-
hari mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada masa pendidikan
keagamaan Hindu-Budha pengelola pendidikan adalah kaum Brahmana,

4
5

bersifat tidak formal, dapat mengundang guru untuk datang ke istana, dan
pendidikan kejuruan dilakukan secara turun-temurun melalui jalur
kastanya masing-masing.
b. Pendidikan Islam
Saudagar asal Gujarat pada abad ke-13 menjadi salah satu ciri-ciri
dari mulainya pendidikan berlandaskan ajaran Islam di Indonesia. Mula-
mula kehadiran mereka terjalin melalui hubungan teratur dengan para
pedaganag asal pulau Sumatra dan Jawa. Kemudian, para saudagar yang
beragama Islam asal Gujarat itu di Indonesia menjadi penyebar agama
Islam. Ajaran agama Islam awal berkembang di kawasan pantai pesisir,
sementara ajaran agama Hindu masih kuta di kawasan pedalaman.
Kerajaan Samudra-Pasai (1297) di Indonesia menjadi kerajaan Islam
pertama lebih tepatnya Aceh. Jauh sebelum Kerajaan Samudra-Pasai
berdiri pengaruh ajaran Islam sudah masuk terlebih daulu ke Indonesia.
Terbukti dengan adanya batu nisan seorang wanita bernama Fatimah binti
Maimun pada tahun 476 H (1082 M) di Leran, dekat Gresik Jawa Timur
(di kutip dari laman https://www.kompasiana.com di akses pada tanggal
29 September 2021, pukul 09:51 WIB). Pada masa pra-kolonial
pendidikan agama Islam berbentuk pendidikan di pesantren, pendidikan
di musola/langgar dan pendidikan di madrasah. Pertama, Pendidikan di
musola/langgar dilaksanakan secara sederhana dengan binaan guru
mengaji yang memiliki status dibawah kyai, materi yang diajarkan
membaca Al-Qur’an dan Fiqih Dasar. Kedua, Pendidikan di pesantren
memiliki sistem pendidikan pemondokan sederhana, materi pembelajaran
bersifat khusus (keagamaan), penghormatan tertinggi kepada guru, tidak
ada gaji untuk guru karena memotivasi santri semata-mata karena Allah
SWT., dan santri datang untuk menuntut ilmu secara suka rela. Ketiga,
pendidikan di madrasah memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan
agama dan ilmu pengetahuan seperti astronomi (ilmu falak), dan ilmu
6

pengobatan. Ketiga sistem pendidikan Islam ini tetap bertahan sejak


datangnya kolonial Belanda hingga saat ini.
c. Pendidikan Katholik dan Kristen Prostestan
Pendidikan Katholik bermula dari abad ke-16 melalui orang-orang
Portugis yang menguasai Malaka. Portugis memiliki usaha mencari
rempah-rempah untuk dijual di Eropa, dikarenakan saat itu harga rempah-
rempah sangat mahal. Portugis bersama misionaris Katholik-Roma
berperan ganda sebagai penasehat spiritual, menempuh perjalanan jauh
disertai menyebar agama agama yang diyakini pada setiap tempat yang di
datanginya. Segera setelah Portugis dan Katholik-Roma menduduki suatu
pulau, menjadikan penduduk setempat sebagai pemeluk Katholik-Roma
merupakan usaha utama yang mereka lakukan. Kemudian, untuk
mendidik anak-anak setempat didirikanlah acara seminar-seminar.
Namun, hanya sekitar setengah abad (500 tahun) kekuasaan Portugis itu
bertahan dan tidak berlangsung lama karena diusir oleh Spanyol.
Kemudian sistem pendidikan bercorak agama Kristen-Protestan tersebar
di bawah pengaruh bangsa Belanda di Indonesia.
2. Kepentingan Penjajah menjadi landasan Pendidikan
a. Pendidikan pada Masa Portugis
Indonesia mengalami perkembangan dari aspek ekonomi yaitu
perdagangan pada abad ke-16. Saat itu datanglah Portugis disusul dengan
bangsa Spanyol datang ke Indonesia untuk berdagang dan menyebarkan
Agama Nasrani (Khatolik). Portugis datang ke Indonesia bersama dengan
missionaris salah satu namanya ialah Franciscus Xaverius. Dalam
penyebaran agama Nasrani (Katholik), menurut Franciscus Xaverius
sangat diperlukan untuk mendirikan sekolah-sekolah (seminarie). Pada
tahun 1536 telah berdiri sebuah seminarie di Ternate yang menjadi
sekolah agama anak-anak orang terkemuka. Pelajaran yang dierikan di
sekolah Nasrani (Katholik) ini ada beberapa diantaranya pelajaran agama,
membaca, menulis dan berhitung. Kabupaten Solor, Flores Timur juga
7

mendirikan semacam seminarie dan mempunyai kurang lebih 50 orang


murid yang juga mengajarkan bahasa Latin. Tujuh kampung di Ambon
penduduknya sudah beragama Katholik pada tahun 1546, di kampung ini
ternyata juga menyelenggarakan pengajaran untuk rakyat umum.
Pengajaran ini sering menimbulkan pemberontakan sehingga akhir abad
ke-16 musnahlah kekuatan Portugis di Indonesia. Ini menandakan hilang
juga missi Katholik di Maluku. Hilangnya tenaga missi itu menjadi salah
satu akibat dari jatuhnya Negara sehingga usaha-usaha pendidikan
terpaksa harus diberhentikan.
b. Pendidikan pada Masa Belanda
Belanda datang ke Pulau Jawa Indonesia untuk berdagang dan
menciptakan kekuasaan baru setelah berakhirnya kekuasaan Portugis
pada akhir abad ke-16. Belanda yang bergabung dalam badan perdangan
VOC, menganggap bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh Portugis
perlu digantikan dengan agama Protestan yang dianutnya. Dengan itulah
sekolah-sekolah keagamaan didirikan terutama di daerah yang dulunya
telah terpengaruh agama Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol.
Sekolah pertama di Ambon didirikan oleh VOC pada tahun 1607.
Pembelajaran yang diberikan yaitu membaca, menulis dan sembahyang.
Guru pendidik berasal dari Belanda dan mendapat upah. Salah satu alasan
tidak ada susunan persekolahan dan gereja di Pulau Jawa karena Pulau
Jawa tidak terkena pengaruh Portugis. Pada tahun 1617 sekolah pertama
didirikan di Jakarta, lima tahun kemudia pada 1622 sekolah itu
mempunyai murid 92 laki-laki dan 45 perempuan. Sekolah ini memiliki
tujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap sehingga
dapat dipekerjakan di administrasi dan gereja pada pemerintahan. Bahasa
Belanda menjadi bahasa pengantar hingga tahun 1786. Pendidikan
kejuruan mulai muncul sejak abad ke-19 dan pada abad ke-20 muncul
golongan baru yaitu golongan cerdik, pandai yang mendapat pendidikan
Barat, namun golongan ini tidak mendapat tempat dan perlakuan wajar
8

dalam masyarakat kolonial. Partai yang timbul sesudah tahun 1908 ada
yang berdasarkan Sarekat Islam, berdasarkan sosial seperti
Muhamadiyah, ada pula berdasarkan asas kebangsaan seperti Indische
Partij. Indische Partij merupakan pergerakan yang pertama kali
merumuskan semboyan Indie los van Nederland yang berarti “Indonesia
Merdeka” dan diambil alih oleh PNI (1928).
c. Pendidikan pada Masa Jepang
Jepang merupakan salah satu negara penjajah Indonesia yang
berlangsung lumayan pendek (17 Maret 1942–17 Agustus 1945). Jepang
menguasai Indonesia dimana perang, segala usaha Jepang di tunjuukan
hanya untuk perang. Murid-murid bergotong-royong mengumpulkan
batu, kerikil, dan pasir untuk pertahanan, halaman seolah ditanami umbi-
umbian dan sayur untuk bahan pangan, menanam pohon jarak untuk
menambah pasokan minyak demi kepentingan perang. Runtuhnya
pengaruh kolonial Belanda diikuti dengan tumbangnya sistem
pendidikannya pula. Banyak orang Belanda diinternir oleh pemerintah
militer Jepang sehingga banyak sekolah-sekolah untuk anak Belanda dan
Indonesia kalangan atas lenyap. Hanya susunan sekolah untuk anak-anak
Indonesia saja yang tertinggal. Sekolah rendah seperti Sekolah Desa 3
tahun, Sekolah Sambungan 2 tahun, ELS, HIS, HCS masing-masing 7
tahun, Schakel School 5 tahun, dan MULO dihapus semua. Pendidikan
Sekolah Rakyat (Kokomin Gakko) 6 tahun, Sekolah Menengah Cu Gakko
(laki-laki) dan Zyu Gakko (perempuan) 3 tahun yang ada di Indonesia
sejak masa Jepang dan masih banyak lagi sekolah kejuruan (sekolah
guru), yaitu sekolah untuk mempersipkan tenaga pendidik dalam jumlah
yang besar demi memompa dan mempropagandakan semangat Jepang
kepada anak didik.
3. Pendidikan Pasca Kemerdekaan
a. Pendidikan pada Masa Kemerdekaan
9

Tokoh pendidik yang berjasa pada masa kolonial Belanda seperti


Ki Hajar Dewantara, Moh. Syafe’i dari INS, Mr. Suwandi yang
mengganti ejaan Bahasa Indonesia yang disusun sebelumnya oleh Van
Phuysen. Dari beberapa tokoh di atas, pemerintahan Indonesia telah
berupaya untuk mengangkat tokoh yang berjasa dalam pendidikan
Indonesia dimasa kolonial ini pada awal pendidikan masa kemerdekaan.
Pengangkatan Menteri PP dan K. Prof. Dr. Priyono dari partai Kiri Murba
menjadi tanda pengaruh masuknya ideologi kiri di dunia pendidikan.
b. Pendidikan pada Masa Orde Baru
Usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III
dan seterusnya telah dilancarkan oleh pemerintahan Orde Baru dengan
tokoh-tokoh teknorat dalam pucuk pimpinan pemerintahan. Rencana
pendidikan dalam Pelita I ini dapat dikembangkan menurut satu rencana
dan menyesuaikan keuangan Negara. Harga minyak tanah yang melonjak
naik pada masa orde baru ini berakibat pada keuangan Negara yang
membengkak. Hal ini menjadi penyebab di dirikannya SD Inpres
(Instruksi Presiden) mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran.
Hasil dari Pelita I dalam bidang pendidikan yaitu telah ditatar lebih dari
10.000 orang guru. Enam puluh tiga koma lima juta buku SD kelas I telah
dibagikan, 6000 gedung SD dibangun, 57.740 orang guru terutama guru
SD diangkat, serta 5 Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta,
Bandung, Surabaya, Medan dan Ujung Pandang telah dibangun.
c. Pendidikan pada Masa Reformasi
Kurikulum 1994 digunakan pada masa pemerintahan Habibie
telah mengalami penyempurnaan pada masa pemerintahan Gus Dur.
Pendidikan pada masa pemerintahan Megawati mengalami perubahan
tatanan, antara lain:
Diubahnya Kurikulum 1994 ke Kurikulum 2000 menjadi
Kurikulum 2002 setelah disempurnakan (Kurikulum Berbasis
Kompetensi), yaitu kurikulum dalam orientasinya dalam pendidikan
10

fokus pada 3 aspek utama yang dikembangkan, antara lain aspek afektif,
kognitif, dan psikomotorik.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disahkan pada 8 Juli 2003 yang memberikan dasar hukum untuk
membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjujung HAM (dikutip dari
laman https://kompasiana.com pada tanggal 29 September 2021, pukul
10.03 WIB)
Setelah jabatan Megawati turun dan digantikan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih berlaku ditambah dengan
UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Setelah penetapan UU
tersebut disusul dengan pergantian Kurikulum KBK menjadi KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berdasarkan pada PP No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (di kutip
dari www.gurupendidikan.co.id di akses pada tanggal 29 September
2021, pukul 19.17 WIB). KTSP merupakan kurikulum operasional yang
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus.

B. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara
otodidak.[1] Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e,
berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap
pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau
tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap
11

seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah


atas, dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata
‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai
arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang
terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia
12

yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

C. Undang-Undang dan Peraturan Pendidikan

Landasan yuridis atau hukum pendidikan bisa diartikan sebagai seperangkat


konsep peraturan perundang-undangan yang berlaku kemudian menjadi sebuah
titik tolak atau acuan yang bersifat material dan konseptual guna praktek
pendidikan dan studi pendidikan. Dalam landasan hukum pendidikan, hal
tersebut merupakan dasar atau fondasi perundang-undangan sehingga menjadi
pijakan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di suatu negara. Undang-
undang tersebut sebagai penyelenggara pendidikan wajib memegang beberapa
prinsip antara lain pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung nilai hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai budaya dan kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan
yang sistemis dengan sistem terbuka dan multimakna.
1. UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN
Pada Negara Indonesia, undang-undang merupakan landasan hukum.
Undang-undang dibentuk oleh Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) dengan
persetujuan presiden. Fungsi dari undang-undang adalah memuat norma
hukum yang menjadi dasar bagi pembentukan landasan operasional agar
tujuan dan cita hukum negara Indonesia tercapai, salah satunya ialah
Undang-undang tentang Pendidikan. Ada beberapa undang-undang di
Indonesia yang mendukung peraturan pendidikan, yaitu :
13

a. Pembukaan undang-undang 1945


Pada pembukaan undang-undang dasar 1945 yang menjadi landasan
hukum pendidikan terdapat pada alinea keempat.
b. Pendidikan Menurut undang-undang 1945
Undang-undang Dasar 1945 adalah hukum tertinggi di Indoneisa.
Pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan berada pada Bab XIII
yaitu Pasal 31 dan pasal 32. Pasal 31 ayat 1 berisi tentang hak setiap
warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Sedangkan Pasal 31 ayat
2-5 berisi tentang kewajiban negara dalam pendidikan. Pasal 32 berisi
tentang kebudayaan. Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang
saling mendukung satu sama lain.
c. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Pada undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan
Nasional memuat 59 pasal yang mengatur tentang ketentuan umum
(istilah-istilah dalam undang-undang), kedudukan fungsi dan tujuan,
hak-hak warga negara untuk memperoleh pendidikan, satuan jalur dan
jenis pendidikan, jenjang pendidikan, peserta didik, tenaga
kependidikan, sumber daya pendidikan, kurikulum, hari belajar dan
libur sekolah, Bahasa pengantar, penilaian, peran serta masyarakat,
badan pertimbangan pendidikan nasional, pengelolaan, pengawasan,
ketentuan lain-lain, ketentuan pidana, ketentuan peralihann dan
ketentuan penutup.
d. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Pada undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional,
juga terdiri dari 77 pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, dasar,
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan
pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua, dan
pendidikan, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, Bahasa
14

pengantar, standar nasional, kurikulum, pendidik dan tenaga


kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan,
pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat, evaluasi akreditasi dan
sertifikasi, pendirian satuan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan
oleh lembaga negara lain, pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan
peralihan dan ketentuan penutup.
e. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pada undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
memuat 84 pasal yang mengatur ketentuan umum, kedudukan fungsi
dan tujuan, prinsip profesionalitas, seluruh pengaturan tentang guru dan
dosen dari kualifikasi akademik, hak dan kewajiban, sampai organisasi
profesi dan kode etik, sanksi bagi guru dan dosen yang tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan dan
ketentuan penutup.
f. Undang-undang No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Pada undang-undang No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan memuat 97 pasal yang mengatur tentang Ketentuan umum,
Lingkup, fungsi dan tujuan, standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga pendidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar
penilaian pendidikan, badan standar nasional pendidikan, evaluasi,
akreditasi sertifikasi, penjamin mutu, ketentuan pemilihan dan ketentuan
penutup.
2. PERATURAN PENDIDIKAN
a. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
b. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1990 Tentang Status Pendidikan
Pancasila dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagai mata kuliah wajib
untuk setiap program studi dan bersifat nasional
15

c. Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
d. Peraturan Menteri No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan
e. Peraturan Menteri No, 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksana Peraturan
Menteri No. 22 dan No. 23
f. Peraturan Menteri No. 13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah
g. Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2007 dan No. 32 Tahun 2008 Tentang
Guru
h. Peraturan Menteri No. 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
i. Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
j. Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2007 dan Permen No. 33 Tahun 2008
tentang Standar Sarana dan Prasarana
k. Peraturan Menteri No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
l. Peraturan Menteri No. 47 Tahun 2008 tentang Standar Isi
m. Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2008 tentang TU
n. Peraturan Menteri No. 25 Tahun 2008 Tentang Perpustakaan
o. Peraturan Menteri No. 26 Tahun 2008 tentang Laboratorium
p. Peraturan Menteri No. 39 Tahun 2008 tentang Kesiswaan
q. Keputusan Menteri No. 3 Tahun 2003 tentang Tunjangan Tenaga
Kependidikan
r. Keputusan Menteri No. 34/U/03 Tentang Pengangkatan Guru Bantu

D. Implikasi Landasan Hukum Pendidikan di Indonesia


Sebagai implikasi dari landasan hukum pendidikan, maka pengembangan konsep
pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dan pendidikan
profesional.
16

2. Pendidikan profesional tidak cukup hanya menyiapkan ahli dalam


menerapkan suatu teori, tetapi juga mempelajari cara membina tenaga
pembantu dan mengusahakan alat-alat bekerja.
3. Sebagai konsekuensi dari beragamnya kemampuan dan minat siswa serta
dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak, maka perlu diciptakan
berbagai ragam sekolah kejuruan.
4. Untuk merealisasikan terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya maka perlu
perhatian yang sama terhadap pengembangan afektif, kognitif, dan
psikomotor pada semua tingkat pendidikan.
5. Pendidikan humaniora perlu lebih menekankan pada pelaksanaan dalam
kehidupan sehari-hari agar pembudayaan nilai-nilai Pancasila akan lebih
mudah dicapai.
6. Isi kurikulum mulok agar disesuaikan dengan norma-norma, alat, contoh dan
keterampilan yang dibutuhkan di daerah setempat.
7. Perlu diselenggarakan suatu kegiatan badan kerja sama antara sekolah,
masyarakat dan orang tua untuk menampung aspirasi, mengawasi
pelaksanaan pendidikan, untuk kemajuan dibidang pendidikan.

E. Masalah Hukum Pendidikan di Indonesia


Para pendidik dan masyarakat umum perlu bersikap dan bertindak positif
mensukseskan tujuan pendidikan tersebut, antara lain dengan cara:
1. Memberikan dorongan kepada peserta didik dan warga belajar untuk belajar.
2. Mengurangi beban kerja anak-anak manakala mereka harus membantu
meringankan beban ekonomi orang tuanya.
3. Membantu menyiapkan lingkungan belajar dan alat-alat belajar di rumah
untuk merangsang kemauan belajar anak-anak.
4. Membantu biaya pendidikan.
5. Mengizinkan anak pindah sekolah, bila ternyata sekolah semula sudah tidak
dapat menampung.
6. Bila diperlukan, membantu menyiapkan gedung untuk lokasi belajar.
17

7. Bersedia menjadi narasumber untuk keterampilan-keterampilan tertentu yang


banyak dibutuhkan para pendidik dasar tingkat-tingkat akhir.
8. Mengizinkan peserta didik dan warga belajar magang di perusahaan-
perusahaan dan perdagangan-perdagangan.
9. Responsif terhadap kegiatan-kegiatan sekolah, terutama yang dilaksanakan di
masyarakat.
10. Bersedia menjadi orang tua angkat atau orang tua asuh bagi anak-anak yang
sudah tidak memiliki orang tua, atau orang tuanya tidak mampu membiayai
anak-anaknya.
F. Penerapan UU Pendidikan di Indonesia Tidak Sesuai
Sebagai Negara yang besar pada dasarnya negara kita Indonesia memiliki
potensi yang besar untuk menjadi salah satu bangsa yang maju dan lebih baik
dari saat ini, dan itu semua dapat kita wujudkan tentunya dengan dukungan
sumber daya manusia yang berkualitas, kreatif dan memiliki visi yang jelas dan
terarah untuk kemajuan bangsa. Untuk memenuhi tujuan terciptanya sumber
daya manusia yang berkualitas tentunya pendidikan adalah salah satu faktor
terpenting yang tidak dapat  kita pisahkan dalam kehidupan kita.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pada pasal 3 (tiga) yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
berbicara tentang pendidikan, merupakan hal yang tidak bisa lepas dari
kehidupan individu. Karena tanpa pendidikan tentu negara kita tidak bisa
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan hal
yang bersifat penting yang seolah-olah adalah sebuah nafas bagi semua orang
untuk menjalankannya. Dan pendidikan merupakan suatu lembaga formal yang
di dalamnya terdapat dasar dan hukum yang di dalamnya terdapat aturan-aturan
yang mengatur seluruh kegiatan dalam pendidikan.
Dasar merupakan sebuah arti penting dalam pendidikan. Dasar adalah
fondasi, alas atau titik tolak. Diibaratkan sebagai pohon makan dasar adalah akar.
18

Sedangkan hukum merupakan suatu aturan baik tertulis atau tidak tertulis yang
harus atau wajib ditaati yang dimana apabila kita melanggar aturan-aturan
tersebut akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Lalu kita sebagai subjek pendidikan sudakah kita mengetahui tentang


landasan-landasan pendidkan yang sedang diberlakukan di negara kita tercinta ini
? berikut ini adalah dasar atau landasan pendidikan menurut undang-undang
indonesia.

1. Pendidikan Menurut Undang Undang Dasar 1945    


Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang Undang
Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan 32. Pasal 31 membahas tentang
pendidikan di indonesia sedangkan pasal 32 membahas tentang kebudayaan.
a. Pasal 31
1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan Undang-Undang.
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
19

b. Pasal 32
1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.

Namun naasnya undang-undang tersebut hanyalah menjadi


wacana saja, karena di lihat dari faktanya di negara kita ini masih banyak
anak-anak di indonesia yang tidak dapat mengeyam pendidikan dengan
alasan keterbatasan ekonomi. Padahal, sudah jelas di terangkan dalam
UUD 1945 ayat 31 bahwa setiap warga negara berhak mengenyam
pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Namun tidak sesuai
dengan faktanya. Dampaknya, banyak anak yang mengamen dan
mengganggu ketertiban lalu lintas dan banyak pekerja dibawah umur.

2. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Undang undang ini memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan
nasional dan terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum
yaitu istilah-istilah terkait dalam dunia pendidikan, dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban
warga negara, orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis
pendidikan, bahasa pengantar, standar nasional pendidikan, kurikulum,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,
pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat dalam
pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan pendidikan,
penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan,
ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. Sebagai Induk
peraturan perundang undangan pendidikan mengatur pedidikan pada
20

umumnya, artinya yang bertalian dengan pendidikan, mulai dari pra-sekolah


sampai dengan perguruan tinggi.
Menurut UU RI NO. 20 tahun 2003 bahwa teori-teori pendidikan dan
praktek-praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia haruslah berakar
pada kebudayaan Indonesia. Merupakan kewajiban para pakar pendidikan
untuk memikirkan teori dan praktek pendidikan yang berakar pada budaya
bangsa sendiri. Itu sebabnya mengapa kebudayaan memiliki keterikatan
penting dalam pendidikan. Misalnya indonesia memiliki kebudayaan batik,
tari dan lain sebagainya, maka hal tersebut harus di pelajari dalam pendidikan.
Hal tersebut bertujuan agar kita tidak melupakan kekayaan kebudayaan yang
kita punya.
Seperti yang kita lihat pada pendidikan saat ini. Banyak diantara
sekolah yang menghilangkan matapelajaran bahasa daerah. Akibatnya banyak
pemuda pemudi tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri atau tidak
mengenal kebudayaannya sendiri. Jika dibiarkan terus menerus maka semakin
lama kebudayaan tersebut akan hilang.
Lalu mengapa didalam penyelenggaraan pendidikan perlu adanya
landasan hukum?
Karena dalam kenyataannya, bahwa dalam penyusunan kebijaksanaan,
pemerintah tidak hanya membatasi diri berkenaan dengan kehidupan
berbangsa dan bernegara secara umum. namun pengaturan itu juga
menyangkut aspek khusus lain seperti aspek perekonomian, hak milik,
perkawinan dan pendidikan. Kebijaksanaan pemerintah itu berupa ketentuan-
ketentuan, baik bersifat umum maupun khusus tidak hanya tersirat dalam
kebiasaan dan adat istiadat. Akan tetapi dituangkan berupa surat keputusan,
ketetapan, peraturan pemerintah, dan Undang-undang.
Guru sebagai pelaksana pendidikan seyogianya menaruh perhatian
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah tersebut. Untuk itu, tugas
guru baik langsung maupun tidak langsung harus menunjang semua
kebijaksanaan pemerintah dan mampu mengikuti perkembangan dan
21

perubahan kebijaksanaan pemerintah tersebut. Tidak hanya yang berkenaan


langsung dengan pendidikan, bahkan dari berbagai aspek kehidupan yang
memungkinkan mereka mengantarkan anak didik untuk memahami hak dan
kewajibannya. Tentu saja perhatian guru yang utama lebih diarahkan pada
bidang pengajaran sesuai dengan tugasnya. Dengan begitu guru dapat
mewujudkan kegiatan pendidikan secara tepat dan memungkinkan mereka
untuk melakukan inovasi dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan pembahasan diatas, disimpulkan bahwa guru harus


memiliki pedoman dan acuan dalam melaksanakan tugasnya sehingga
penyimpangan-penyimpangan dalam bidang pendidikan dapat dihindari. Dan
kebijaksanaan pemerintah itu dituangkan dalam berbagai bentuk ketetapan
yang menjadi landasan hukum bagi para guru dalam mewujudkan tugasnya. 
Guru tidak hanya terbatas memahami ketentuan berupa undang-
undang pokok dibidang pendidikan melainkan juga ketentuan lain seperti
undang-undang dasar, ketetapan MPR (GBHN), kepres, peraturan pemerintah,
bahkan kurikulum yang ditetapkan dengan keputusan menteri dan kode etik
guru. Ketentuan itulah yang merupakan landasan hukum atau peraturan
perundang-undangan untuk mewujudkan kegiatan pendidikan.
22
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pendidikan merupakan proses untuk mengubah tata laku dan sikap seseorang
atau kelompok dan usaha untuk mendewasakan manusia dengan cara
pelatihan dan pengajaran.
2. Tujuan pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan manusia
Indonesia dan mencerdaskan kehidupan berbangsa.
3. Guru atau Pendidik harus dapat memiliki pedoman dan acuan dalam
melaksanakan tugasnya sehingga penyimpangan-penyimpangan dalam bidang
pendidikan dapat dihindari.
4. Kebijakan pemerintah dituangkan dalam berbagai bentuk ketetapan yang
menjadi landasan hukum bagi para guru dalam mewujudkan tugasnya.
5. Guru tidak hanya terbatas memahami ketentuan berupa undang-undang pokok
dibidang pendidikan, melainkan juga ketentuan lain seperti Undang-Undang
Dasar, Ketetapan MPR (GBHN), Kepres, Peraturan Pemerintah, bahkan
kurikulum yang ditetapkan dengan keputusan menteri dan kode etik guru.

B. Saran
1. Agar para guru dapat peduli dan mengerti undang-undang pendidikan di
Indonesia.
2. Pemerintah agar menjalankan perundang-undangan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
3. Undang-undang dibuat untuk mengatur agar jalannya pendidikan lebih
mudah, bukan sebaliknya memberatkan peserta didik dan pendidik.
4. Pendidik juga harus banyak mengkritisi perundang-undangan yang dibuat
pemerintah.

23
24

Daftar Pustaka

Abd. Rozak, M.Si., dkk., Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang


Pendidikan, FITK Press, Jakarta, 2010

Hidayat Syarif, Dr. M.Pd, Teori, Proses dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan,
Pustaka Mandiri, Jakarta, 2021

Prof. Dr. Soedijarto, MA., Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Buku
Kompas, Jakarta, 2008.

Tim Fokus Media, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Fokus Media,


Jakarta, 2015

Weinata Sairin, M. TH., Himpunan Peraturan Di Bidang Pendidikan, Yrama Widya,


Jakarta, 2015

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan, diakses pada 29 September 2021 pukul


21:00

http://formadiksi.um.ac.id/sejarah-pendidikan-indonesia-dari-masa-ke-masa-
membentuk-karakter-pribadi-pribumi-bangsa/, diakses pada 28 September 2021
pukul 21:00

http://www.smkn1perhentianraja.sch.id/read/5/pengertian-pendidikan-menurut-ahli,
diakses pada 29 September 2021 pukul 21:25

https://www.kompasiana.com/vonidamayanti/59f0b8bda208c0020f48eac3/
penerapan-uu-pendidikan-di-indonesia-tidak-sesuai?page=3&page_images=1,
diakses pada 29 September 2021 pukul 21:50

Anda mungkin juga menyukai